” Implementation of Energy Conservation and CO
2
Emission Reduction In Industrial Sector Phase 1” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
9-16
PT. Energy Management Indonesia Persero 2011
9.5.2 Rencana Aksi Program
Dari hasil perencanaan pokok program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas selanjutnya dilakukan perumusan
rencana aksi program. Dalam perumusan rencana aksi ini, peluang konservasi energi yang dihasilkan dari pelaksanaan audit energi di 35 industri baja dan
industri kertas menjadi acuan utama. Berbagai faktor-faktor pendukung dan faktor kendala dijadikan sebagai aspek pertimbangan untuk sehingga rencana aksi yang
disusun dapat menghasilkan pencapaian sesuai dengan target yang ditetapkan.
Tabel berikut merupakan rencana aksi yang perlu dilakukan sesuai dengan program pokok kegiatan. Waktu pelaksanaan masing-masing rencana aksi
kegiatan tersebut secara langsung disesuaikan dengan kerangka waktu yang terdapat pada rencana pokok program. Secara lengkap program rencana aksi dari
masing-masing rencana pokok program dapat dilihat pada Tabel berikut.
” Implementation of Energy Conservation and CO
2
Emission Reduction In Industrial Sector Phase 1” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia Persero 2011
Tabel 9.3. Rencana program aksi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas 2011-2020
” Implementation of Energy Conservation and CO
2
Emission Reduction In Industrial Sector Phase 1” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia Persero 2011
Tabel 9.3. Lanjutan
” Implementation of Energy Conservation and CO
2
Emission Reduction In Industrial Sector Phase 1” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia Persero 2011
Tabel 9.3. Lanjutan
” Implementation of Energy Conservation and CO
2
Emission Reduction In Industrial Sector Phase 1” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia Persero 2011
Tabel 9.3. Lanjutan
” Implementation of Energy Conservation and CO
2
Emission Reduction In Industrial Sector Phase 1” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia Persero 2011
Tabel 9.3. Lanjutan
” Implementation of Energy Conservation and CO
2
Emission Reduction In Industrial Sector Phase 1” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-22
PT. Energy Management Indonesia Persero 2011
9.6 PROGRAM PENDUKUNG
Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas ini dapat memanfaatkan berbagai rencana pengembangan
infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah. Pengembangan infrastruktur yang secara langsung akan mendukung pelaksanaan KE dan RE antara lain adalah
pembangunan jaringan infrastruktur pasokan gas, energi listrik, panas bumi dan berbagai infrstruktur pendukung lainnya. Ketersediaan infrastruktur tersebut akan
meminimasi masalah kekurangan pasokan energi khusunya gas dan listrik. Penguatan pasokan energi tersebut akan menghindari operasi beban rendah
ataupun operasi intermitent di beberapa industri potensi penghematan energi 3- 5.
Rencana pengembangan industri hulu baja juga secara langsung akan memperkuat pasokan bahan baku ke industri hilir. Kepasitian dan kemudahan pasokan bahan
baku ini akan memberikan perencanaan operasi industri baja yang lebih baik dan secara langsung akan memberikan penurunan intensitas konsumsi energi operasi
pada kapasitas optimum. Saat ini ada terdapat 2 program utama pemerintah yang dapat dijadikan sebagai
program pendukung akselerasi implementasi KE RE, yaitu: 1.
Road map pengembangan industri baja nasional dan; 2.
Program MP3EI Master Plan Percepatan Pengembangan Ekonomi Indonesia.
9.6.1 Road Map Pengembangan Industri Baja Nasional
Road map pengembangan industri baja nasional telah disusun, dan beberapa poin tantangan yang harus dihadapi oleh Industri baja Nasional dalam rangka
pengembangan adalah harus mampu mengatasi hal-hal berikut:
⇒ Ketergantungan bahan baku impor iron-orepellet dan serta produk antara
tertentu; ⇒
Keterbatasan pendanaan dan litbang untuk memanfaatkan sumber daya bijih besi lokal bagi industri baja;
⇒ Daya saing produk baja yang rendah karena produksi yang tidak effisien;
⇒ Belum menunjangnya infrastruktur di luar Jawa yang diperlukan bagi
pengembangan industri baja; ⇒
Belum didukungnya pendanaan murah jangka panjang oleh Perbankan Nasional bagi pengembangan industri baja hulu;
⇒ Kurang dukungan dalam hal perpajakan dan insentif bagi industri baja
hulu;