” Implementation of Energy Conservation and CO
2
Emission Reduction In Industrial Sector Phase 1” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-22
PT. Energy Management Indonesia Persero 2011
9.6 PROGRAM PENDUKUNG
Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas ini dapat memanfaatkan berbagai rencana pengembangan
infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah. Pengembangan infrastruktur yang secara langsung akan mendukung pelaksanaan KE dan RE antara lain adalah
pembangunan jaringan infrastruktur pasokan gas, energi listrik, panas bumi dan berbagai infrstruktur pendukung lainnya. Ketersediaan infrastruktur tersebut akan
meminimasi masalah kekurangan pasokan energi khusunya gas dan listrik. Penguatan pasokan energi tersebut akan menghindari operasi beban rendah
ataupun operasi intermitent di beberapa industri potensi penghematan energi 3- 5.
Rencana pengembangan industri hulu baja juga secara langsung akan memperkuat pasokan bahan baku ke industri hilir. Kepasitian dan kemudahan pasokan bahan
baku ini akan memberikan perencanaan operasi industri baja yang lebih baik dan secara langsung akan memberikan penurunan intensitas konsumsi energi operasi
pada kapasitas optimum. Saat ini ada terdapat 2 program utama pemerintah yang dapat dijadikan sebagai
program pendukung akselerasi implementasi KE RE, yaitu: 1.
Road map pengembangan industri baja nasional dan; 2.
Program MP3EI Master Plan Percepatan Pengembangan Ekonomi Indonesia.
9.6.1 Road Map Pengembangan Industri Baja Nasional
Road map pengembangan industri baja nasional telah disusun, dan beberapa poin tantangan yang harus dihadapi oleh Industri baja Nasional dalam rangka
pengembangan adalah harus mampu mengatasi hal-hal berikut:
⇒ Ketergantungan bahan baku impor iron-orepellet dan serta produk antara
tertentu; ⇒
Keterbatasan pendanaan dan litbang untuk memanfaatkan sumber daya bijih besi lokal bagi industri baja;
⇒ Daya saing produk baja yang rendah karena produksi yang tidak effisien;
⇒ Belum menunjangnya infrastruktur di luar Jawa yang diperlukan bagi
pengembangan industri baja; ⇒
Belum didukungnya pendanaan murah jangka panjang oleh Perbankan Nasional bagi pengembangan industri baja hulu;
⇒ Kurang dukungan dalam hal perpajakan dan insentif bagi industri baja
hulu;
” Implementation of Energy Conservation and CO
2
Emission Reduction In Industrial Sector Phase 1” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-23
PT. Energy Management Indonesia Persero 2011
⇒ Kurangnya sinkronisasi antara Kebijakan Pusat dan Daerah.
Langkah strategik untuk menjawab tantangan-tantangan diatasdirancang melalui tiga tahapan implementasi:
Tahap 1:
Integrasi Industri Hulu dan Peningkatan Kapasitas Produksi yaitu menyeimbangkan struktur industri dan perbaikan kinerja industri baja
nasional serta meningkatkan kapasitas produksi.
Tahap 2:
Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Produk Baru yaitu peningkatan kapasitas produksi yang baru.
Tahap 3:
Peningkatan Daya Saing Produksi dan Pertumbuhan Berkelanjutan yaitu sebagai Industri Baja yang Tangguh dan Mandiri.
Dalam pencapaian tahapan-tahapannya strategi pokok dalam road-map pengembangan industri baja nasional adalah Peningkatan daya saing produk baja
melalui efisiensi produksi. Sedangkan upaya pencapaian atau strategi operasional dalam road-map pengembangan industri baja nasional adalah;
⇒ Menumbuh kembangkan iklim usaha yang kondusif
⇒ Mengembangkan industri berdasarkan prioritas
⇒ Pengembangan industri dengan pendekatan klaster
⇒ Pengembangan kemampuan inovasi teknologi
⇒ Pengembangan peningkatan kemampuan SDM
⇒ Mendorong penggunaan energi alternatif
⇒ Penerapan SNI dan Pedoman Pengelolaan Lingkungan
Korelasi road-map KE RE terhadap road-map pengembangan industri baja nasional adalah:
1. Melalui optimalisasi energi akan diperoleh perbaikan salah satunya
komponen biaya energi dengan turunnya biaya energi, biaya produksi akan turun dan daya saing meningkat.
2. Pengembangan Teknologi merupakan target suatu konservasi energi,
karena peralatan merupakan komponen yang menggunakan energi, dengan peralatan yang menggunakan teknologi hemat energiefisien
memiliki intensitas energi yang lebih baik akan dicapai suatu penggunaan energi yang sustainable.
3. SDM yang memiliki wawasan konservasi energi akan senantiasa berupaya
melakukan langkah-langkah konservasi energi disetiap linirantai nilai
” Implementation of Energy Conservation and CO
2
Emission Reduction In Industrial Sector Phase 1” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-24
PT. Energy Management Indonesia Persero 2011
proses operasi industri, hal ini akan selaras dengan program yaitu meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi.
4. Industri dalam hal ini manajemen yang telah terkonsep dalam suatu
koridor konservasi energi akan berupaya menerapkan manajemen energi sebagai perangkat strategis untuk perencanaan dan pengelolaan
energinya, dengan demikian dalam hal pemenuhan energi, manajemen akan berupaya mencari alternatif energi guna merealisasikan tujuannya
yaitu mencapai nilai tambah dari pemanfaatan energinya.
5. Dalam koridor ramah lingkungan, konservasi energi memiliki linkage
backward-forward artinya pengelolaan energi yang berwawasan konservasi energi akan memperoleh manfaat ganda antara lain meningkatkan daya
saing sehingga perspektif finansial perusahaan baik serta memiliki lini produksi yang ramah lingkungan sehingga dampak pengrusakan
lingkungan minimal.
6. Apabila industri baja dan kertas telah memperoleh manfaat linkage
backward-forward konservasi energi, dan daya saing industri meningkat sehingga akumulasi ini akan membawa manfaat positif antara lain
kontribusi terhadap GDP bertambah sehingga ekonomi negara membaik dan iklim usaha akan kondusif yang pada akhirnya manfaat ini akan
kembali dirasakan oleh industri berupa kondusifnya market yang dapat meningkatkan tingkat produktivitasnya.
9.6.2 ProgramMP3EI Master Plan Percepatan Pengembangan Ekonomi