Latar Belakang Pedoman Teknis Penanaman Tanaman Kapas

Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Kapas Tahun 2013 1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kapas Gossypium hirsutum L tanaman penghasil serat yang merupakan bahan baku utama industri tekstil dan produk tekstil ITPT dari serat alam. Kebutuhan bahan baku kapas terus meningkat, seiring dengan perkembangan jumlah penduduk yang mendorong semakin berkembangnya industri TPT di dalam negeri, terlihat dengan meningkatnya industri pemintalan khususnya untuk serat kapas dari sekitar 6,1 juta spdl tahun 1997 menjadi sekitar 7,8 juta spdl pada saat ini, atau dalam 15 tahun terakhir mengalami pertumbuhan sekitar 2 per tahun. Pada periode yang sama kebutuhan bahan baku TPT dari serat kapas terus meningkat, ketergantungan akan serat kapas impor sekitar 454-762 ribu ton kapas. Kebutuhan serat kapas tersebut setara dengan 1,5 juta ton kapas berbiji atau sekitar 1,2 juta ha pertanaman kapas pada tingkat produksi 1.250 kgha. Untuk mendukung pengembangan pertanaman kapas tersebut diperlukan ketersediaan benih unggul bermutu secara 6 enam tepat, yaitu : tepat jenis, jumlah, mutu, waktu, tempat dan lokasi. Salah satu wacana dalam pengembangan industri benih kapas adalah pengembangan kerjasama kemitraan antara produsen kebun induk kapas dengan penghasil teknologivarietas yaitu Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Balittas Malang. Kebun induk Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Kapas Tahun 2013 2 kapas yang telah dibangun selanjutnya harus memenuhi syarat dan merupakan hasil kebun benih dari beberapa jenjangan benih dasar menjadi benih pokok; benih pokok menjadi benih sebar. Kinerja tersebut juga masih sangat rendah jika dilihat dari segi kapasitas ginnery yang ada dan aktif sekitar 54.000 ton kapas berbiji hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku serat sebesar 8. Rendahnya kinerja perkapasan nasional tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: i lahan yang tersedia kurang potensial untuk kapas, umumnya lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya terbatas; ii waktu tanam tidak optimal sehingga sering mengalami kekeringan dan gagal panen; iii benih tidak tersedia secara 6 tepat jumlah, jenis, mutu, waktu, tempat dan lokasi; iv aplikasi pemupukan belum memenuhi standar 5 tepat jumlah, jenis, waktu, tempat dan harga; v pemeliharaan tanaman belum optimal; dan vi kelembagaan petani belum tertata dengan baik. Dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri TPT akan serat kapas, Pemerintah cq. Ditjen Perkebunan sejak tahun 1978 telah melakukan berbagai upaya fasilitasi dan dukungan peningkatan produksi kapas, mulai dari Intensifikasi Kapas Rakyat IKR s.d Program Akselerasi Pengembangan Kapas. Terkait dengan hal tersebut, maka sejak tahun 2007 pemerintah Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Kapas Tahun 2013 3 telah memfasilitasi upaya percepatan peningkatan areal dan produksi tanaman kapas. Kondisi saat ini terjadi kelangkaan dalam penyediaan benih sebar, oleh karena itu maka pada tahun 2013 akan difasilitasi untuk pembuatan kebun benih sebar melalui dana APBN Tugas Pembantuan TP Provinsi, berupa penyediaan benih bermutu 100, pemberian bantuan sarana produksi 25, pendampingan tenaga teknis lapangan dan pelatihan petani. Penggunaan dana APBN-TP tersebut diharapkan tepat sasaran meningkatkan kinerja perkapasan nasional, efektif dan efisien, maka perlu adanya acuan pelaksanaan berupa Pedoman Teknis Pelaksanaan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2013, yang nantinya dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan oleh Provinsi maupun Kabupaten Kota.

B. Sasaran Nasional