Kondisi Umum PDRB Sisi Penawaran

Evaluasi Kondisi Ekonomi Makro Regional 6

1. Kondisi Umum

Kondisi perekonomian Riau pada triwulan laporan secara umum menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi tahunan yoy dengan unsur migas tumbuh relatif stagnan meskipun sedikit mengalami kenaikan dari 2,97 pada triwulan IV-2009 menjadi 3,01 pada triwulan I-2010. Sementara, dengan mengeluarkan unsur migas, pertumbuhan yoy tercatat sebesar 6,02 atau relatif melambat baik dibandingkan dengan triwulan IV-2009 yang mencapai 7,20 maupun periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,55. KONDISI EKONOMI MAKRO REGIONAL Bab 1 Evaluasi Kondisi Ekonomi Makro Regional 7 Faktor permintaan domestik yang utamanya ditopang oleh konsumsi sebesar 7,89 yoy, melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,33. Di sisi lain, komponen ekspor pada triwulan laporan mulai menunjukkan kenaikan dengan tumbuh yoy sebesar 2,93 atau meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi yoy sebesar 5,04. Peningkatan ini diperkirakan seiring dengan meningkatnya konsumsi minyak di negara-negara maju memasuki musim dingin pada triwulan laporan. Komponen lain seperti investasi justru menunjukkan adanya kontraksi yoy sebesar 1,35, atau menurun baik dibandingkan dengan triwulan IV-2009 3,58 maupun triwulan I-2009 11,87. Hal ini utamanya didorong oleh menurunnya investasi migas yang tercatat mengalami kontraksi yoy sebesar 9,61. Meskipun demikian, investasi non migas yang memiliki pangsa lebih kurang 20 dalam PDRB non migas tercatat mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 10,22. Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi y-o-y, 3.01 6.02 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 05 06 07 08 09 10 Termasuk Migas Tanpa Migas Sumber : Diolah oleh Bank Indonesia

2. PDRB Sisi Permintaan

Konsumsi agregat di Provinsi Riau pada triwulan laporan tercatat menunjukkan perlambatan baik dibandingkan dengan triwulan IV-2009 maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh melambat dari 18,69 pada triwulan IV-2009 menjadi 5,96 pada triwulan I-2010. Pertumbuhan yoy konsumsi masyarakat yang memiliki porsi Evaluasi Kondisi Ekonomi Makro Regional 8 terbesar dalam struktur konsumsi masih relatif stabil 8,29 meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2009 yang tumbuh sebesar 8,99. 3.01 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 -60 -40 -20 20 40 60 80 100 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2005 2006 2007 2008 2009

2010 Konsumsi

Investasi Ekspor Impor g.PDRB rhs 6.02 - 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 -20 20 40 60 80 100 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2005 2006 2007 2008 2009

2010 Konsumsi

Investasi Ekspor Impor g.PDRB rhs Sumber : diolah oleh Bank Indonesia Sementara itu, total ekspor Riau tercatat tumbuh yoy sebesar 2,93 atau meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi yoy sebesar 5,04. Meskipun demikian, deviasi pertumbuhan impor tahunan yoy masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor walaupun pangsa komponen tersebut relatif kecil. Setidaknya hal ini mengindikasikan bahwa kinerja ekspor belum sepenuhnya membaik, terutama jika dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2008. Di sisi lain, investasi non migas dalam triwulan laporan mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari kontaksi sebesar 0,66 triwulan IV-2009 menjadi 10,22 triwulan I-2010. Hal ini diindikasikan terkait dengan investasi pembangunan Pabrik Kelapa Sawit PKS serta adanya upaya ekstensifikasi lahan seperti perluasan kebun oleh industri kelapa sawit di Provinsi Riau. Grafik 1.2. Share of Growth Pertumbuhan yoy, Provinsi Riau Grafik 1.3. Share of Growth Pertumbuhan yoy, Non Migas Provinsi Riau Evaluasi Kondisi Ekonomi Makro Regional 9 Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan yoy 2010 I II III IV I II III IV I 1. Konsumsi 7,61 8,59 7,42 9,79 8,71 6,72 9,93 10,33 7,89 - Konsumsi Masyarakat 7,26 8,74 7,29 10,22 9,92 6,43 10,20 8,99 8,29 - Konsumsi Swasta Nirlaba 7,53 7,75 7,06 8,61 23,86 25,08 19,35 8,01 4,95 - Konsumsi Pemerintah 9,78 7,68 8,23 7,25 0,65 7,65 7,88 18,69 5,96 2. Investasi 0,74 3,87 2,61 3,51 11,87 8,72 5,08 3,58 1,35 - Migas 6,65 3,45 10,20 11,86 16,33 8,15 8,04 8,18 9,61 - Non Migas 12,09 14,51 20,04 23,35 6,16 9,42 2,07 0,66 10,22 3. Ekspor 4,62 8,57 9,14 4,48 1,57 2,47 5,85 5,04 2,93 - Migas 4,12 9,38 9,72 5,11 1,47 6,91 8,25 11,19 3,81 - Non Migas 5,50 7,17 8,15 3,44 1,76 5,36 1,76 5,31 1,39 4. Impor 8,91 9,60 8,48 7,59 2,42 4,81 0,37 3,25 5,28 - Migas 50,11 23,00 96,02 163,56 2,30 152,90 3.237,15 424,19 29,14 - Non Migas 7,16 10,34 11,74 14,42 2,70 7,29 3,97 6,23 7,22 PDRB Migas 3,45 6,97 6,78 5,37 5,11 2,12 1,54 2,97 3,01 PDRB Non Migas 7,98 8,35 8,54 7,38 6,55 6,43 5,57 7,20 6,02 data sementara, data sangat sementara dalam satuan persen 2008 2009 Keterangan Sumber : Diolah oleh Bank Indonesia

2.1. Konsumsi

Secara umum, pangsa konsumsi di Provinsi Riau yang terdiri atas konsumsi masyarakat, konsumsi lembaga swasta, dan konsumsi pemerintah masih memiliki porsi yang cukup besar terhadap struktur PDRB. Dalam triwulan laporan, pangsa komponen konsumsi mencapai 44,87, mengalami peningkatan dibandingkan dengan pangsa konsumsi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 41,70. Konsumsi masyarakat yang memiliki pangsa terbesar tumbuh yoy relatif stabil sebesar 8,29 meskipun tumbuh lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 8,99. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah masih rendahnya konsumsi swasta nirlaba yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 4,95. Selain itu, konsumsi pemerintah juga tumbuh yoy melambat sebesar 5,96 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 18,69. Hal ini diindikasikan erat kaitannya dengan masih rendahnya realisasi belanja anggaran modal dan siklus penyelesaian proyek pemerintah menjelang akhir tahun anggaran. Adanya perlambatan dalam konsumsi secara agregat pada triwulan laporan tercermin dari menurunnya konsumsi bahan bakar seperti premium, minyak tanah dan solar. Konsumsi premium dan solar tercatat mengalami penurunan masing- masing sebesar 9,11 dan 11,69 dibandingkan akhir Desember 2009. Kondisi ini diindikasikan sejalan dengan mulai membaiknya sektor listrik sehingga turut mengurangi penggunaan genset. Evaluasi Kondisi Ekonomi Makro Regional 10 10 20 30 40 50 60 20 40 60 80 100 120 M a r 6 Ju n 6 S e p t 6 D e s 6 M a r 7 Ju n 7 S e p t 7 D e s 7 M a r 8 Ju n 8 S e p t 8 D e s 8 M a r 9 Ju n 9 S e p 9 D e s 9 M a r 1 Indeks Keyakinan Konsumen Jumlah pengangguran saat ini - 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 K ilo L it e r Minyak Tanah Premium Solar Sumber : PT. Pertamina Sumber : Survei Konsumen Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen IKK dalam triwulan laporan menunjukkan kecenderungan menurun. Penurunan IKK tersebut diindikasikan terjadi karena adanya kekhawatiran konsumen terhadap kondisi di sub sektor perkebunan yang akan berdampak kepada pendapatan. Disamping itu, keyakinan konsumen terhadap jumlah pengangguran saat ini juga relatif menurun berdasarkan hasil survei konsumen. 2.2. Investasi 2.2.1. Migas Secara tahunan yoy, pertumbuhan investasi dengan memasukkan unsur migas tercatat mengalami kontraksi sebesar 1,35 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,58. Kondisi ini terjadi diperkirakan karena penanaman modal yang dilakukan oleh investor asing maupun investor dalam negeri di bidang migas belum dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan sejalan dengan kondisi sumur minyak yang sudah kurang begitu produktif serta minimnya dukungan infrastruktur.

2.2.2. Non MIgas

Sementara itu, perkembangan investasi non migas Riau pada triwulan laporan menunjukkan kondisi yang menggembirakan, yang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan tahunan yoy menjadi 10,22 dari triwulan sebelumnya yang Grafik 1.4. Konsumsi Bahan Bakar Minyak di Wilayah Riau Grafik 1.5. Indeks Keyakinan Konsumen Evaluasi Kondisi Ekonomi Makro Regional 11 tercatat mengalami kontraksi sebesar 0,66. Pesatnya pertumbuhan investasi sejalan dengan adanya ekstensifikasi lahan seperti perluasan kebun dan pembangunan Pabrik Kelapa Sawit PKS baru oleh industri CPO di Provinsi Riau. Beberapa indikator yang mencerminkan kondisi ini adalah meningkatnya realisasi pengadaan semen dan investasi kendaraan bermotor seperti truck dan pick up. Pada triwulanan laporan realisasi pengadaan semen mencapai 255,92 ribu ton, meningkat 10,26 dibandingkan dengan realisasi pengadaan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 232,11 ribu ton. Sedangkan jumlah kendaraan baru jenis truck dan pick up yang tercermin dari Bea Balik Nama Kendaraan Baru BBN-KB sampai dengan bulan Januari 2010 mengalami kenaikan sebesar 50,08 menjadi 851 dibandingkan dengan bulan Desember 2009. 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000 1,000,000 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2007 2008 2009 2010 Riau kiri Sumatera kanan 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Bea Balik Nama kanan Pajak Kendaraan Bermotor kiri Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber : Dinas Pendapatan, diolah Perkembangan kredit investasi sebagai salah satu aspek pendukung kegiatan investasi dalam triwulan laporan mulai menunjukkan kenaikan. Pada triwulan laporan kredit investasi secara tahunan y-o-y, tumbuh sebesar 23,97, lebih tinggi dibandingkan baik dengan pertumbuhan yoy triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,80 maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,98. Grafik 1.6. Perkembangan Realisasi Pengadaan Semen di Riau dan Sumatera Grafik 1.7. Penjualan Kendaraan Bermotor Jenis Pick Up dan Truck di Riau Evaluasi Kondisi Ekonomi Makro Regional 12 Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi di Provinsi Riau 23.36 3.98 12.52 12.34 7.80 23.97 - 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000 - 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 Tw.IV.08 Tw.I.09 Tw.II.09 Tw.III.09 Tw.IV.09 Tw.I.10 Rp jut a Kredit Investasi kanan yoy 2.3. Ekspor dan Impor 2.3.1. Migas Dalam triwulan laporan, komponen ekspor termasuk migas tumbuh yoy sebesar 2,93, atau relatif meningkat dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya yang menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini diindikasikan dipicu oleh adanya kenaikan permintaan di negara maju seperti Amerika Serikat seiring dengan memasuki musim dingin yang terjadi pada triwulan laporan. Sementara itu, komponen impor termasuk migas tercatat mengalami pertumbuhan yoy sebesar 5,28 atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 3,25. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan pada beberapa komoditas impor non migas yang memiliki pangsa terbesar dalam komponen impor.

2.3.2. Non Migas

Nilai kumulatif ekspor non migas provinsi Riau periode Januari-Februari 2010 tercatat sebesar USD1.144,39 juta atau naik sebesar USD226,78 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Tabel 1.3. Hal ini berimbas pada meningkatnya net ekspor non migas yang dalam triwulan laporan 1 tercatat naik 16,08 menjadi USD957,70 juta. Meskipun demikian, volume kumulatif ekspor non migas pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan sebesar 0,73 1 Periode triwulan i-2010 yaitu bulan Januari-Februari . Evaluasi Kondisi Ekonomi Makro Regional 13 menjadi 2.121,38 ribu ton dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai 2.136,91 ribu ton. Impor kumulatif non migas dalam triwulan laporan juga tercatat mengalami kenaikan dari USD92,54 juta menjadi USD186,68 juta atau naik 2 kali lipat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sedangkan volume ekspor kumulatif non migas tercatat mengalami kenaikan 3 kali lipat dari 120,56 ribu ton menjadi 398,09 ribu ton. Kenaikan ini utamanya didorong oleh impor komoditas utama seperti pupuk buatan pabrik serta mesin dan peralatan yang diperkirakan untuk menunjang investasi di Provinsi Riau. Tabel 1.2. Perkembangan Nilai Ekspor-Impor Non Migas USD Juta Provinsi Riau Jan-Feb Jan-Feb 2009 2010 USD Ekspor Nilai USD juta 917,60 1.144,39 24,71 226,78 Volume ribu Ton 2.136,91 2.121,38 -0,73 -15,52 Impor Nilai USD juta 92,54 186,68 101,73 94,14 Volume ribu Ton 120,56 398,09 230,19 277,53 Net Ekspor USD juta 825,06 957,70 16,08 132,64 ∆ Komponen Sumber : DSM Bank Indonesia, diolah

2.3.2.1. Ekspor Non Migas

Komposisi ekspor non migas Provinsi Riau menurut kelompok Standards International Trading Classification SITC dalam triwulan laporan relatif tidak berubah dibandingkan dengan periode sebelumnya. Ekspor kelompok minyak, lemak dan nabati utamanya merupakan komoditas CPO masih menguasai pangsa terbesar 66 dan mengalami kenaikan dari USD586,64 juta menjadi USD755,91 juta. Kelompok SITC lain yang tercatat memiliki pangsa cukup besar diantaranya adalah kelompok barang manufaktur kayu olahan dan barang mentah pulp, natural rubber, latex yang pangsanya masing-masing mencapai 14,67 dan 10,90. Kedua kelompok ini pangsanya relatif stagnan bahkan cenderung menurun terutama untuk ekspor kelompok barang manufaktur kayu olahan dikarenakan adanya keterbatasan dalam pasokan kayu saat ini. Evaluasi Kondisi Ekonomi Makro Regional 14 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2009 2010 Berbagai Hasil Olahan Manufaktur Mesin dan Peralatan Barang Manufaktur Bahan Kimia Minyak dan Lemak Nabati-Hewani Mineral, Minyak dan Gas Bumi Barang Mentah Tembakau dan Minuman Makanan dan Hewan Bernyawa 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2009 2010 Berbagai Hasil Olahan Manufaktur Mesin dan Peralatan Barang Manufaktur Bahan Kimia Minyak dan Lemak Nabati-Hewani Mineral, Minyak dan Gas Bumi Barang Mentah Tembakau dan Minuman Makanan dan Hewan Bernyawa Dilihat dari volumenya, kelompok minyak dan lemak nabati memiliki pangsa ekspor terbesar yaitu sekitar 50 dan trennya cenderung menurun dari 1.185,38 ribu ton Jan-Feb 2009 menjadi 1.056,73 ribu ton pada triwulan laporan Jan-Feb 2010. Di sisi lain, kelompok SITC yang juga mengalami pangsa volume cukup besar adalah kelompok bahan mentah pulp, natural rubber, latex dengan angka mencapai 10,39. Dalam triwulan laporan, pangsa volume ekspor kelompok ini mengalami penurunan sebesar 21,95. Sementara, volume ekspor kelompok mineral, minyak dan gas bumi yang utamanya merupakan komoditas batubara coal dan memiliki pangsa cukup besar, dalam triwulan laporan mengalami lonjakan cukup tinggi dari 147,84 ribu ton Jan- Feb 2009 menjadi 389,34 ribu ton yang dipicu oleh kenaikan ekspor batubara ke Cina dan India. Sebagaimana terlihat pada Grafik 1.10, Cina dan India merupakan importir terbesar batubara yang berasal dari Riau pada triwulan laporan. Relatif besarnya kenaikan ekspor batubara diindikasikan seiring dengan musim dingin yang berlaku pada triwulan laporan di Cina serta tingginya kebutuhan dalam memenuhi kecukupan energi mengingat Cina telah menjadi salah satu motor perekonomian dunia. Secara spesifik, volume ekspor batubara ke Cina dan India pada triwulan laporan masing-masing tercatat sebesar 151,89 ribu ton dan 106,99 ribu ton atau meningkat signifikan dibandingkan periode sebelumnya yang relatif nihil Grafik 1.11. Grafik 1.9. Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Menurut SITC Grafik 1.10. Pangsa Volume Ekspor Non Migas Menurut SITC Evaluasi Kondisi Ekonomi Makro Regional 15 92.97 130.45 - 106.99 - 151.89 - 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 2009 2010 ribu t on Asean India Cina

2.3.2.2. Impor Non Migas

Struktur impor non migas provinsi Riau sebagian besar atau lebih dari 60 masih didominasi kelompok bahan kimia serta mesin dan perlataan. Secara spesifik, kelompok bahan kimia menguasai pangsa terbesar ±32 dengan nilai mencapai USD58,95 juta atau naik 2 kali lipat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar USD26,62 juta. Lebih lanjut, sekitar 60 dari kelompok ini merupakan pupuk buatan pabrik. Adanya kenaikan yang cukup signifikan pada komoditas pupuk mengindikasikan adanya upaya peningkatan kapasitas produksi ataupun ekstensifikasi lahan pada industri pengolahan non migas di Provinsi Riau. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2009 2010 Berbagai Hasil Olahan Manufaktur Mesin dan Peralatan Barang Manufaktur Bahan Kimia Minyak dan Lemak Nabati-Hewani Mineral, Minyak dan Gas Bumi Barang Mentah Tembakau dan Minuman Makanan dan Hewan Bernyawa 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2009 2010 Mesin dan Peralatan Barang Manufaktur Bahan Kimia Minyak dan Lemak Nabati-Hewani Mineral, Minyak dan Gas Bumi Barang Mentah Tembakau dan Minuman Makanan dan Hewan Bernyawa Nilai impor mesin dan peralatan yang juga menguasai pangsa cukup besar ±30 tercatat mengalami kenaikan sebesar 55,51 dari USD36,48 juta menjadi USD56,73 juta. Kenaikan ini utamanya dipicu oleh kenaikan impor mesin pengolah dan pemotong kertas dari USD5,29 juta menjadi USD14,95 juta. Grafik 1.11. Negara Tujuan Ekspor Komoditas Batubara Grafik 1.12. Pangsa Volume Ekspor Non Batubara Menurut Kelompok SITC Grafik 1.13. Pangsa Nilai Impor Non Migas Menurut SITC Grafik 1.14. Pangsa Volume Impor Non Migas Menurut SITC Evaluasi Kondisi Ekonomi Makro Regional 16 Di sisi lain, dalam triwulan laporan juga diketahui bahwa impor kelompok berbagai olahan manufaktur mengalami kenaikan yang cukup tinggi meskipun pangsa kelompok tersebut kurang dari 5. Impor kelompok berbagai olahan manufaktur mengalami lonjakan yang cukup tinggi dari dari USD2,42 juta menjadi USD7,92 juta. Kenaikan ini utamanya didorong oleh lonjakan impor bahan plastik yang memiliki pangsa terbesar dalam kelompok berbagai olahan manufaktur. Dalam triwulan laporan, nilai impor komoditas tersebut mengalami kenaikan sebesar USD1.898 juta menjadi USD2.088,38 juta. Volume impor non migas terbesar selama periode Januari-Februari 2010 berasal dari kelompok bahan kimia yang utamanya merupakan pupuk buatan pabrik. Pada periode ini, impor komoditas tersebut mencapai 190,09 ribu ton atau mengalami kenaikan sebesar 154,18 ribu ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 35,91 ribu ton. Kelompok olahan manufaktur seperti plastik dan perhiasan juga tercatat mengalami kenaikan yang cukup tinggi meskipun pangsanya relatif kecil. Volume impor kelompok tersebut secara kumulatif mengalami kenaikan dari 990 ton menjadi 7,35 ribu ton.

3. PDRB Sisi Penawaran

Dalam triwulan laporan, sektor primer yang terdiri atas sektor pertanian dan pertambangan masih menguasai pangsa terbesar dalam perekonomian Riau dengan angka mencapai sebesar 58,60. Hal ini mengindikasikan bahwa struktur perekonomian Riau utamanya masih didorong oleh komoditas barang mentah hasil bumi dibandingkan produk olahan manufaktur. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 04 05 06 07 08 09 10 Primer Sekunder Tersier 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 04 05 06 07 08 09 10 Primer Sekunder Tersier Sumber : Diolah oleh Bank Indonesia Grafik 1.15. Perkembangan Pangsa Sektoral PDRB Grafik 1.16. Perkembangan Pangsa Sektoral PDRB Non Migas Evaluasi Kondisi Ekonomi Makro Regional 17 Perkembangan ekonomi menurut sektor sampai dengan triwulan I-2010 selengkapnya tersaji pada Tabel 1.3. Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sektor pertambangan migas yang memiliki porsi terbesar tumbuh yoy relatif kecil sebesar 0,26 meskipun meningkat dibandingkan dengan periode sebelumya. Sementara, pertumbuhan yoy sektor pertanian tercatat sebesar 2,98 atau melambat jika dibandingkan dengan triwulan IV-2009 dan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini secara teknis dipengaruhi oleh masa trek yang terjadi pada sub sektor perkebunan sehingga mengakibatkan gangguan produksi tanaman kelapa sawit. Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral yoy 2010 I II III IV I II III IV I A. Tradables 1 Pertanian 5,56 5,88 5,74 2,09 3,10 3,14 2,25 6,07 2,98 2 Pertambangan 0,03 6,13 5,52 4,00 4,18 1,40 1,88 0,75 0,43 - Migas 0,28 5,95 5,39 3,81 3,99 1,66 2,10 0,94 0,26 - Non Migas 24,58 18,97 14,05 16,18 15,84 15,51 11,71 9,82 9,84 3 Industri Pengolahan 5,11 7,25 7,88 8,37 5,35 5,82 3,60 4,79 5,30 - Migas 0,92 3,33 2,83 0,08 0,93 1,12 0,67 0,87 0,84 - Non Migas 6,53 8,61 9,54 11,04 6,78 7,37 4,92 5,93 6,66

B. Non Tradables

4 Listrik, Gas dan Air 6,99 6,33 6,86 7,25 5,60 4,87 0,93 2,80 3,71 5 Bangunan 9,84 9,45 10,47 14,61 9,31 8,21 8,29 8,73 9,02 6 Perdagangan, Hotel Restoran 10,50 10,46 10,50 7,50 7,95 8,02 9,37 9,50 7,76 7 Penganggkutan dan Komunikasi 9,51 9,95 10,21 12,03 9,93 8,64 7,38 6,69 7,78 8 Keuangan dan Jasa Perusahaan 13,77 12,68 14,22 13,87 12,20 11,76 8,21 8,23 8,82 9 Jasa-jasa 9,21 9,14 9,30 9,34 9,26 8,63 7,63 8,11 7,89 PDRB Migas 3,45 6,97 6,78 5,37 5,11 2,12 1,54 2,97 3,01 PDRB Non Migas 7,98 8,35 8,54 7,38 6,55 6,43 5,57 7,20 6,02 data sementara, data sangat sementara dalam satuan persen Keterangan 2008 2009 Sumber : Diolah oleh Bank Indonesia Industri pengolahan pada triwulan laporan tercatat mengalami kenaikan dari 4,79 pada triwulan IV-2009 menjadi 5,30 pada triwulan I-2010. Hal ini utamanya didorong oleh meningkatnya produktivitas industri pengolahan non migas yang menguasai pangsa terbesar dengan angka mencapai 6,66.

3.1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian Provinsi Riau pada triwulan I-2010 diketahui mengalami perlambatan. Pertumbuhan yoy sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar 2,98 atau melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2009 yang tercatat sebesar 6,07 maupun periode yang sama tahun sebelumnya 3,10. Hal ini utamanya dipengaruhi oleh sub sektor perkebunan yang tercatat tumbuh yoy melambat sebesar 4,99 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 8,81.