Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah
Membangun Kecerdasan Anak Usia Sekolah
tertentu. Di dalam sebuah cerita, anak akan melihat atau mendengar langsung sejumlah tokoh atau peristiwa yang menjadi panutan, di
mana nilai-nilai tersebut melekat dalam ingatan dan kasatmata. Sehingga anak pun dapat memahaminya dengan mudah dan mantap,
dengan demikian, metode cerita merupakan faktor pendidikan yang bersifat mengasah intelektual dan amat berpengaruh di dalam
menanamkan nilai-nilai akidah dan moralitas Islam yang benar. Tentu saja cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan usia
dan tingkat perkembangan anak Thaha, 2005: 175.
Melalui cerita yang disampaikan orang tua kepada anaknya, anak akan merasa dirinya seperti pahlawan sebagaimana yang ditokohkan
di dalam cerita tersebut. Di akan merasa hidup di alam serba nyata, bersama para Nabi, pahlawan, pemimpin maupun penguasa. Ketika
anak dirangsang oleh kisah-kisah kenabian yang dinukil dari al- Qur’an, maka seolah-olah dia merasa hidup pada masa Nabi. Dan
seakan turut merasakan peristiwa itu Alimah dkk, 2009 :151.
Ketika orang tua ingin menanamkan sifat lemah lembut serta tidak suka membalas dendam kepada orang lain, dia dapat
menceritakan kepada anaknya kisah tentang Nabi Muhammad Saw. saat menghadapi orang Yahudi, yang selalu meletakkan kotor
itu. Dan bila seorang Ibu ingin menanamkan nilai-nilai sosial dan suka mengutamakan orang lain, di dapat menceritakan kepada
anaknya kisah Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang bersedia mata demi kemaslahatan hidup Nabi Muhammad, yaitu ketika orang-orang
Quraisy sepakat membunuh Nabi Muhammad, Maka Ali bersedia tidur menggantikan Rasulullah di tempat tidur Thaha, 2005: 175.
D. Membangun Kecerdasan Kognitif Anak
Tingkat kecerdasan merupakan perkembangan kognisi atau intelek atau akal seseorang yang dapat dilihat dengan mengikuti tes kecerdasan
atau yang akrab disebut tes intelegensi. Perkembangan kognisi atau perkembangan intelek adalah pandangan umum dalam psikologi yang
digunakan untuk menjelaskan perkembangan cara berpikir yang dimiliki oleh manusia Wulan, 2011: 3.
IQ sering kali menjadi panduan kecerdasan seseorang untuk masuk
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014
sekolah atau diterima kerja. Orang tua mana yang tidak bangga bila tes IQ buah hatinya menunjukkan angka yang tinggi. Padahal kenyataannya
hidup seseorang tidaklah bergantung pada IQ. IQ bukanlah satu-satunya patokan utama untuk menilai seseorang cerdas atau tidak.
Salah satu tanggung jawab terbesar seorang ibu adalah menumbuhkan kesadaran intelektual anaknya sejak masa kanak-kanak
hingga dewasa. Sang ibu harus mengajar dan membiasakannya untuk menimba berbagai sumber peradaban dan sains. Ada beberapa cara dan
metode untuk meningkatkan kecerdasan intelektual pada anak; Pertama, Orang tua hendaknya menumbuhkan kesadaran untuk mendengar
dan mengingat hal-hal positif pada diri anak. Kedua, Menumbuhkan kesadaran untuk membaca buku pada diri anak dengan cara menyediakan
perpustakaan mini di kamar anak yang terdiri dari buku-buku tentang pengetahuan agama Islam, pengetahuan umum serta keterampilan yang
bermanfaat bagi masa depan anak sesuai dengan usia, perkembangan serta kemampuannya. Ketiga, Mencarikan teman-teman sepergaulan
yang memiliki kecerdasan dan keunggulan ilmiah memadai. Sehingga diharapkan bisa mempengaruhinya dalam berperilaku secara ilmiah
Thaha, 2009:118-119. Jika potensi intelektual mereka tidak diisi dengan hal-hal positif, bisa jadi mereka akan menyimpang dari jalan yang
benar dan tidak memikul serta meneruskan perjuangan umat di masa mendatang.
Di sekolah bisa dilihat beberapa ciri pembelajaran dalam pandangan kognitif antara lain; guru menyediakan berbagai pengalaman belajar bagi
siswa secara konkret, guru menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar bagi siswa, guru berusaha mengintegrasikan proses pembelajaran
dengan situasi yang realistik dan relevan dalam kehidupan nyata siswa, guru berusaha mengintegrasikan proses pembelajaran dengan
memanfaatkan berbagai media pembelajaran dan guru melibatkan siswa aktif secara isik, emosional dan sosial Irham dan Wiyani, 2013:181.
E. Membangun Kecerdasan emosional anak