Membangun Kecerdasan Spiritualitas Pada Anak

ELEMENTARY Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014 serius terhadap perasaan anak kemudian berupaya untuk memahami hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya perasaan tersebut Wulan, 2011: 38. Usaha ini dapat dilanjutkan dengan membantu jalan keluar yang positif serta memberi ketenangan pada anak. Perkembangan emosi anak juga tidak dapat dilepaskan dari pendidikan play group dan taman kanak-kanaknya, karena perkembangan kecerdasan emosi anak akan terjadi pada waktu tersebut. Goleman menjelaskan bahwa keberhasilan di TK bukan hanya ditentukan oleh kemampuan intelektual anak, melainkan ukuran emosional dan sosial anak tersebut. Beberapa ukuran tersebut meliputi, pertama, keyakinan pada diri sendiri dan memiliki minat. Kedua, mengerti harapan-harapan sosial mengenai perilaku anak. Ketiga, mampu mengendalikan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya. Keempat, dapat mengikuti petunjuk dan perintah dari orang lain. Kelima, tahu kapan saatnya harus minta tolong atau bertanya kepada guru. Keenam, mampu mengungkap kemauan dan kebutuhannya saat bergaul dengan teman sebaya Wulan, 2011: 39.

F. Membangun Kecerdasan Spiritualitas Pada Anak

a. Sifat Fitrah anak Secara itrahnya, Allah telah meletakkan kepada hati setiap orang tua rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak-anak mereka. Perasaan inilah yang mendorong mereka mengasuh, membimbing dan mendidik anak-anaknya agar kelak menjadi generasi yang saleh dan salehah, berbakti kepada orang tua, agama, nusa dan bangsa. Tanpa perasaan seperti ini, tidak mungkin mereka dapat bersabar atau bersedia bersusah-payah, menderita, memikul beban nafkah yang amat berat dengan bekerja keras, dan bahkan tidak kenal istirahat demi memberikan pelayanan kepada anak-anaknya –baik di bidang kesehatan, kebersihan, makanan bergizi, pendidikan dan fasilitas layak lainnya Thaha, 2009: 145. Pada hakikatnya, seorang anak itu bagaikan radar yang dapat menangkap setiap objek yang ada di sekelilingnya. Karenanya bila orang tua terutama sang ibu bersifat jujur, pemurah, lemah lembut, Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah Membangun Kecerdasan Anak Usia Sekolah pemberani dan dapat menjaga kehormatan diri, maka anak-anaknya akan tumbuh dengan perangai-perangai yang terpuji pula. Sebaliknya, bila orang tua tidak mempunyai perangai terpuji, maka anak-anaknya pun tumbuh menjadi pribadi yang suka berdusta, pengecut dan suka berkhianat. Sebab, kendatipun seorang anak mempunyai pembawaan yang baik dan itrah yang suci, tetapi jika tidak mendapatkan didikan, pendidikan dan teladan yang baik, terarah dan sehat, maka tidak mustahil dia akan menyimpang dari itrah kepribadiannya Thaha, 2009: 147. b. Pendidikan ruhiyyah orang tua terhadap anak Di dalam Islam kita banyak menjumpai ayat-ayat al-Qur’an dan hadis Nabi yang menjelaskan tentang pendidikan orang tua terhadap anaknya, bagaimana seharusnya pendidikan orang tua terhadap anaknya, atau pendidikan apa saja yang harus diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Sebagai contoh, dalam surat Lukman ayat 13 sampai 19 menerangkan tentang pendidikan Lukman al-Hakim kepada putranya. Berikut adalah pendidikan Lukman al-Hakim terhadap putranya. Pendidikan pertama: Menjauhi berbuat syirik, Allah swt. berirman: ٌميِظَع ٌمْلُظَل َكْرِشلا َنِإ ِ َلاِب ْكِرْشُت َل َيَنُب اَي ُهُظِعَي َوُهَو ِهِنْب ِل ُناَمْقُل َلاَق ْذِإَو Artinya: “Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” QS. Lukman: 13. Ayat di atas dapat dipahami bahwa Lukman memberikan pendidikan dengan cara menasihati mauidzah putranya. Mauidzah –merupakan salah satu metode dalam berdakwah sebagaimana tertera dalam surat al-Nahl ayat 125– berarti wejangan yang menggerakkan hati al-Qardhawi, 1999: 622. Lukman menasihati putranya yang amat ia sayangnya, nasihat pertama adalah supaya menjauhi berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apapun. Dengan kata lain Lukman ELEMENTARY Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014 mengajak putranya untuk senantiasa menyembah Allah yang Maha Esa. Pada hakikatnya, pendidikan pertama orang tua terhadap kepada anak-anaknya adalah pendidikan tentang pengesaan Allah. Cara yang bisa dilakukan orang tua adalah dengan memperkenalkan Allah kepada anak-anaknya sedini mungkin. Bahkan sejak masih dalam kandungan sebaiknya orang tua juga memperkenalkan Allah dengan cara membaca al-Qur’an di hadapan janinnya. Seorang ibu yang sedang hamil dianjurkan untuk sering-sering membaca al- Qur’an agar anak yang masih dalam kandungan menjadi teduh dan mengenal sang Khaliknya sejak dini. Pendidikan orang tua tentang keesaan Allah juga bisa ketika anak mulai belajar bicara. Orang tua sering mengenalkan nama Allah dengan mengajari doa-doa tertentu dalam setiap aktivitasnya, mulai bangun tidur hingga hendak tidur kembali. Pendidikan orang lain terhadap anaknya bisa melalui cerita nabi-nabi terdahulu yang mengajak para kaumnya untuk senantiasa menyembah Allah yang Esa. Pendidikan kedua: Berbakti pada orang tua, Allah berirman: يِل ْرُكْشا ِنَأ ِنْيَماَع يِف ُهُلاَصِفَو ٍنْهَو ىَلَع اًنْهَو ُهُمُأ ُهْتَلَمَح ِهْيَدِلاَوِب َناَسْنِ ْلا اَنْيَصَوَو ُريِصَمْلا َيَلِإ َكْيَدِلاَوِلَو Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” QS. Lukman: 14. اَيْنُدلا يِف اَمُهْبِحاَصَو اَمُهْعِطُت َلَف ٌمْلِع ِهِب َكَل َسْيَل اَم يِب َكِرْشُت ْنَأ ىَلَع َكاَدَهاَج ْنِإَو َنوُلَمْعَت ْمُتْنُك اَمِب ْمُكُئِبَنُأَف ْمُكُعِجْرَم َيَلِإ َمُث َيَلِإ َباَنَأ ْنَم َليِبَس ْعِبَتاَو اًفوُرْعَم Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah Membangun Kecerdasan Anak Usia Sekolah ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” QS. Lukman: 15. Kedua ayat di atas menjelaskan tentang pendidikan Lukman kepada putra untuk senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya. Pentingnya pendidikan berbakti kepada orang tua mengingat orang tua sebagai sosok yang sentral dalam kehidupan seseorang. Tanpa kehadiran orang tua seseorang tidak akan dapat hadir dan hidup dalam kehidupan ini. Di antara kedua orang tua, seorang ibu sangat berperan dalam kehidupan dan pendidikan anak. Ibu telah payah dan lemah ketika mengandung dan menyusui anaknya. Terkait pembimbingan, seorang ibu berperan sebagai pembimbing pertama dalam dunia ini al-umm madrasatul ula. Seorang ibulah yang setiap hari memberi kasih sayang kepada anak- anaknya, mulai bangun tidur sampai menjelang tidur kembali. Seorang ibu yang menyuapi anaknya, yang memberikan cerita- cerita setiap kali anaknya hendak tertidur. Atas semua jasa orang tua terhadap anaknya, Allah memberi penghargaan orang tua, dengan menyandingkan keridhaan keduanya dengan ridha-Nya. Semua perintah orang tua harus ditaati oleh anak-anaknya, karena pada hakikatnya orang tua senantiasa membimbing kebaikan kepada anak-anaknya. Namun hanya ada satu pendidikan yang boleh ditolak oleh seorang anak, yaitu pendidikan yang mengarahkan kepada maksiat kepada Allah. Jika keduanya memaksa untuk berbuat syirik dan maksiat lainnya, justru seorang anak boleh tidak menaatinya dengan cara-cara yang santun. Pendidikan ketiga: Setiap perbuatan jelek sekecil apapun akan dibalas oleh Allah, Allah berirman: ِضْرَ ْلا يِف ْوَأ ِتاَواَمَسلا يِف ْوَأ ٍةَرْخَص يِف ْنُكَتَف ٍلَدْرَخ ْنِم ٍةَبَح َلاَقْثِم ُكَت ْنِإ اَهَنِإ َيَنُب اَي ٌريِبَخ ٌفيِطَل َ َه َنِإ ُ َه اَهِب ِتْأَي Artinya: “Lukman berkata: “Hai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan ELEMENTARY Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014 mendatangkannya membalasinya. Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” QS. Lukman: 16. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kezaliman dan kesalahan meskipun seberat biji sawi akan dihadirkan Allah di hari kiamat di hari penimbangan amal perbuatan manusia Ibnu Katsir, 1997: 417. Dalam hal ini orang tua harusnya membimbing anak-anaknya agar menyadari bahwa setiap perbuatannya senantiasa diawasi oleh Allah melalui dua malaikatnya, yaitu Raqib dan Atid. Setiap ucapan yang keluar dari mulut seseorang tidak akan lepas dari pengawasan dua malaikat itu. Apabila seseorang selalu sadar bahwa gerak geriknya senantiasa diawasi, maka ia hanya akan berbuat kebaikan saja. Setiap kebaikan akan diganjar oleh Allah dengan sebaik-baik ganjaran, sebaliknya perbuatan sekecil apapun juga akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang setimpal. Pendidikan orang tua dalam hal ini sangat penting untuk mengarahkan anaknya agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang melenceng. Pendidikan dan pendampingan orang tua kepada anaknya harus senantiasa dilakukan terutama pada masa-masa remaja, di saat mereka mulai ingin menampakkan jati dirinya, di saat remaja mulai mengenal dan mencintai lawan jenisnya, dan di saat mereka mulai mencapai masa pubertasnya. Di saat inilah orang tua wajib lebih banyak meluangkan waktunya untuk memberikan pendidikan dan pendampingan kepada anak-anaknya supaya tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dari dari agama dan budaya masyarakatnya. Pendidikan keempat: mendirikan shalat, memerintahkan perbuatan baik, mencegah kemungkaran dan bersabar terhadap setiap cobaan. Allah swt. berirman, َكِلَذ َنِإ َكَباَصَأ اَم ىَلَع ْرِبْصاَو ِرَكْنُمْلا ِنَع َهْناَو ِفوُرْعَمْلاِب ْرُمْأَو َة َلَصلا ِمِقَأ َيَنُب اَي ِروُمُ ْلا ِمْزَع ْنِم Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah Membangun Kecerdasan Anak Usia Sekolah yang diwajibkan oleh Allah” QS. Lukman: 17. Ini merupakan pendidikan rohani Lukman kepada putranya. Pendidikan rohani orang tua kepada anaknya yang terpenting adalah shalat, amar ma’ruf nahi mungkar dan perintah untuk bersabar terhadap musibah. Pendidikan shalat harus dimulai sejak dini. Orang tua harus membimbing anaknya bagaimana wudhu yang baik dan bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan shalat yang baik. Orang tua juga senantiasa membimbing anaknya agar menganjurkan berbuat baik dan menjauhi berbuat mungkar. Orang tua juga harus memberikan pendidikan kepada anaknya kesabaran, dimulai dari orang tua sendiri berlaku sabar atas segala kesulitan dan musibah yang menerpa dirinya. Al-Syaukani menjelaskan pentingnya pendidikan tiga ibadah ini untuk disampaikan kepada anak-anaknya. Tiga ibadah ini merupakan induk ibadah dan landasan dasar seluruh kebaikan. Karena itu Allah dalam akhir ayat ini menjelaskan bahwa, sesungguhnya pendidikan shalat, amar ma’ruf nahi mungkar dan berlaku sabar atas segala kesulitan dan musibah termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah Al-Syaukani, 1998: 348. Pendidikan kelima: bersikap santun dan tidak berlaku sombong kepada orang lain, Allah swt. berirman: ٍروُخَف ٍلاَتْخُم َلُك ُبِحُي َل َ َه َنِإ اًحَرَم ِضْرَ ْلا يِف ِشْمَت َلَو ِساَنلِل َكَدَخ ْرِعَصُت َلَو Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang sombong lagi membanggakan diri” QS. Lukman: 18. Ayat ini menganjurkan kepada orang tua untuk mengajarkan akhlak mulia kepada anak-anaknya, dengan cara bagaimana sebaiknya bersikap kepada orang lain. Orang tua memberi pendidikan kepada anak-anaknya agar memalingkan pandangan wajahnya dengan muka masam kepada orang lain, lebih-lebih yang lebih lemah daripadanya. Membimbing anak-anaknya supaya tidak berlaku sombong meskipun dia seorang yang kaya, pintar dan mempunyai kedudukan tinggi ELEMENTARY Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014 dibanding orang lain yang ada di sekitarnya. Pendidikan keenam: bersikap sederhana dan rendah diri tawadhu’ kepada orang lain, Allah berirman: ِريِمَحْلا ُتْوَصَل ِتاَوْصَ ْلا َرَكْنَأ َنِإ َكِتْوَص ْنِم ْضُضْغاَو َكِيْشَم يِف ْدِصْقاَو “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” QS. Lukman: 19. Pendidikan lain orang tua kepada anak-anaknya terkait akhlak mulia di antaranya dengan sikap tawadhu’ dan santun dalam berbicara. Orang tua harus mencontoh anaknya dalam mengendalikan ucapannya agar bisa berbicara dengan lembut dan santun. Seorang anak senantiasa meniru apa saja yang dilakukan orang tua dan orang- orang di sekitarnya. Maka pendidikan yang baik adalah dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik kepada anak-anaknya, mulai dari ucapan dan perbuatan. Allahu a’lam

G. Simpulan