PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI “BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT” DI DUSUN BADEGAN BANTUL

(1)

commit to user

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN

SAMPAH MELALUI “BENGKEL KERJA KESEHATAN

LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT”

DI DUSUN BADEGAN BANTUL

OLEH :

ALIEDHA NOORRAFISA PUTRI

D 0306018

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

commit to user PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing

Dra. Hj. Trisni Utami, M.si Nip.196307301991032001


(3)

commit to user iv

MOTTO

· Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,agar mereka kembali (ke jalan yang benar)

(QS Arruum : 41)

· Maka sesungguhnya dibalik kesukaran terdapat kemudahan yang menyertai. Sungguh beserta kesukaran terdapat kemudahan yang menyertai

(QS Al Insyiroh :4-5) · Jangan belajar untuk menjadi sukses, tapi belajarlah untuk membesarkan jiwa.

Kejarlah kesempurnaan, maka kesuksesan akan menghampiri.

(3 idiots movie, 2009) · Belajarlah untuk melihat dunia dengan kacamata positif, karena dengan begitu

seburuk apapun yang terjadi akan selalu ada hal ‘baik’ yang dapat dipetik (Penulis)


(4)

commit to user v

HALAMAN PERESEMBAHAN

Kagem ibuku, ibuku, ibuku juga bapakku, terimakasih untuk do’a, cinta kasih tak terhingga dan motivasi tanpa tandingan. Robbighfirlii waliwalidayya

warhamhumaa kamaa robbayanii shoghiroo

Adek-adek tercinta, untuk support dan doa tak tergantikan


(5)

commit to user KATA PENGANTAR

Sembah syukur tak terkira kepada Allah Ta’ala atas segala nikmat serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan tahapan demi tahapan dalam penyusunan skripsi ini. Sungguh tanpa kasih-Nya penulis tidak akan akan mampu menyelesaikan karya sederhana berjudul :

“ PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (BKKLBM)”

Skripsi ini disusun dan dipersiapkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

Berbagai pihak telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini, maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku ketua Jurusan Sosiologi FISIP UNS dan juga pembimbing skripsi, terima kasih sekali atas kesabaran ibu dalam membimbing dan mengarahkan penulis.

3. Bapak Muhammad Rosyid Ridlo, S.Ag selaku Pembimbing Akademik penulis.

4. Seluruh dosen Jurusan Sosiologi FISIP UNS atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

5. Seluruh staff pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret untuk pelayanan yang sangat memudahkan penulis.

6. Kepada Bapak Bambang Suwerda, SST, M.Si beserta segenap Kru BKKLBM. Terimakasih untuk pembelajaran yang sangat berharga selama penulis bermukim di sana.


(6)

commit to user

7. Keluarga Bapak Harjono dan Ibu Widowati atas kesediaan menampung penulis selama bermukim di Dusun Badegan. Serta seluruh warga masyarakat Dusun Badegan yang telah menyediakan ruang bagi penulis untuk belajar. 8. Bapak dan Ibu tercinta, untuk support, doa serta segala fasilitas yang

disediakan untuk memudahkan penulis. Terimakasih untuk kasih sayang yang luar biasa.

9. Elsyafa Azizun Nisa dan Alfaini Husna Fie, untuk support, doa dan bantuan selama pengerjaan skripsi ini.

10.Keluarga besar Mutiara Permata Bangsa.

11.Sahabat terbaik Putri, Desta, Dila, serta seluruh teman-teman Sosiologi 2006 yang tidak dapat penulis sebut satu per satu

12.HIMASOS beserta seluruh awaknya, terima kasih untuk kesempatan bagi penulis berproses dan bejalar.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu selama proses penulisan skripsi ini berlangsung

Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan penelitian selanjutnya hingga menjadi lebih baik. Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca sekalian.

Surakarta, September 2010 Penulis


(7)

commit to user

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Tinjauan Pustaka ... 8

1.6. Konsep Yang Digunakan ... 15

1.7. Kerangka Berpikir ... 18

1.8.Metodologi Penelitian ... 20

1.8.1. Jenis penelitian ... 20

1.8.2. Lokasi Penelitian ... 21

1.8.3. Jenis Data ... 21

1.8.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22


(8)

commit to user

xi BAB II DESKRIPSI LOKASI

2.1.Deskripsi Dusun Badegan ... 35

2.1.1. Letak dan Batas Wilayah ... 35

2.1.2. Demografi Dusun ... 36

2.1.3. Potensi Dusun ... 36

2.2.Profil BKKLBM ... 39

2.2.1. Latar Belakang Berdiri ... 40

2.2.2. Tujuan BKKLBM ... 40

2.2.3. Visi BKKLBM ... 41

2.2.4. Misi BKKLBM ... 41

2.2.5. Kelembagaan dan Sistem Manajemen ... 41

2.2.6. Hubungan Kelembagaan ... 44

2.2.7. Program Kerja ... 35

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.Profil Informan ... 46

3.2.Budaya dan Perilaku Masyarakat Tehadap Sampah... 49

3.3.Partisipasi Perempuan dalam Pengelolaan Sampah ... 62

3.4.Peran BKLBM ... 77

3.4.1. Peran dalam Pemberdayaan Perempuan ... 78

3.4.2. Peran dalam Pengelolaan Lingkungan ... 86


(9)

commit to user

xii BAB VI KESIMPILAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan ... 108 4.2.Saran ... 110 LAMPIRAN


(10)

commit to user

viii

Aliedha Noorrafisa Putri D0306018 PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI “BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN” DI DUSUN BADEGAN BANTUL Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah rumah tangga melalui sebuah lembaga masyarakat yakni Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan (BKKLBM) di Dusun Badegan Bantul serta bagaimana BKKLBM berperan dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penelitian skripsi ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus dipilih karena biasa digunakan untuk meneliti fenomena kontemporer dalam kehidupan nyata, kasus yang spesifik serta memiliki batasan yang jelas. Proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yakni observasi partisipatoris, wawancara serta penelaahan dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan dengan studi ini. Penulis menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan snowball sampling, sehingga sampel yang diambil penulis benar-benar representatif serta mengetahui secara pasti apa yang penulis butuhkan. Informan dalam penelitian ini berasal dari pihak perempuan/masyarakat partisipan BKKLBM, pengelola BKKLBM, serta pemerintah dusun dan kelurahan setempat. Hal ini difungsikan sebagai trianggulasi konstruk yang dalam penelitian studi kasus digunakan sebagai uji validitas data. Partisipasi perempuan dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga masing-masing dapat terbilang baik. Hal ni diperoleh dari wawancara dengan penduduk setempat serta dicocokkan dengan data yang dimiliki oleh BKKLBM. Partisipasi tersebut berupa pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, menabung sampah di Bank Sampah milik BKKLBM, membuat kerajinan dari sampah, dan sebagainya. Adapun peran BKKLBM sendiri sebagai fasilitator pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan adalah dengan menstimulus perempuan untuk peduli dengan sampah dan mencintai lingkungan. Peran dalam pengelolaan lingkungan dirintis BKKLBM mulai dari hal kecil dan sederhana namun tepat guna, seperti pengelolaan air sederhana, pembuatan kompos, biopori, serta daur ulang sampah yang sudah mulai digeluti secara professional.

Partisipasi perempuan Dusun Badegan dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga tidak akan berjalan baik tanpa adanya peran BKKLBM dalam memberdayakan perempuan serta mendorong perempuan dalam pengelolaan lingkungan. Sehingga kedua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain. Berbagai peran yang dilakukan oleh BKKLBM telah menimbulkan dampak-dampak positif seperti meningkatnya kualitas perempuan dalam hal kesehatan lingkungan, kualitas lingkungan Dusun Badegan yang semakin membaik serta munculnya lapangan pekerjaan baru dari mendaur ulang sampah.


(11)

commit to user

ix

Aliedha Noorrafisa Putri D0306018 WOMAN PARTICIPATION IN WASTE

MANAGEMENT TROUGH “BENGKEL KERJA KESEHATAN

LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT” IN BADEGAN VILLAGE BANTUL Department of Sociology, Faculty of Social Science and Political Science, Sebelas Maret University

The aims of this research are not only to know how woman participation in household waste management trough a community organization named Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat ( BKKLBM) in Badegan Village Bantul but also to know how BKKLBM play a part in empowering of woman and management of environment. This is a qualitative research by using case study method. Case study method selected because it commonly use to check contemporary phenomenon in reality life, specific case and also have clear limit. Process of data collecting conducted with several techniques, which are participative observation, interview and also observation of documentations related to this study. The writer use purposive sampling technique and snowball sampling technique to take some samples for this research, so that the samples taken by the writer is really representatives and also knowing better what the writer needs for this research. Informants of this research had been taken from woman or participants of BKKLBM, organizers of BKKLBM and also government of local sun-district (kelurahan) and village government. This matter is functioned as construct triangulation which in case study method used as data validity test. Generally, the woman participation in waste management can be told in good condition. The writer got that assessment from interviewed with local resident also woman participant and reconciled the data with BKKLBM’s documents. The participation is conducted by many ways, such as sorting the waste pursuant to its type, saving the waste in Bank Sampah, a sub-division of BKKLBM, making handicraft from waste materials, etcetera. BKKLBM played as facilitator of their own programs for empowering woman and managing environment. Empowering woman is conduct by giving stimulus to woman so they could be more care with their environment and household waste. Role in management of environment is started from effective simple step, such as simple water management, chlorine diffuser, solar disinfectant, making of compos also recycling waste which is have started to be organize professionally. Woman participation in Badegan Village in this case will not take place better without role of BKKLBM in empowered woman and managed environments. So that, booth the things of each other interconnected one another. Various role of BKKLBM had positive impacts, which are increasing woman quality in healthy environment, environment quality of Badegan Village which is better and had good progress, also new work field by recycling waste materials.


(12)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuhan menciptakan lingkungan sebagai bagian dari kehidupan manusia yang dapat dimanfaatkan dan dijaga kelestariannya. Lingkungan hidup manusia mencakup segala macam sumber daya alam yang ada di sekitar manusia. Sebagai satu kesatuan, manusia dan lingkungan hidup (yang termasuk di dalamnya tumbuhan, hewan, jasad renik dan sebagainya) hidup berdampingan dan berinteraksi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya demi kelangsungan hidup mereka.

Dewasa ini, persoalan tentang lingkungan hidup mulai lebih banyak mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, baik akademisi pemerhati lingkungan, politisi maupun masyarakat awam. Hal ini disebabkan semakin memburuknya kondisi bumi dalam beberapa dekade terakhir. Menipisnya lapisan ozon, lahan hutan yang banyak berkurang serta tingkat emisi gas yang tinggi yang dihasilkan oleh negara-negara industri ditengarai menjadi penyebab meningkatnya suhu permukaan bumi. Suhu permukaan bumi yang semakin panas menyebabkan es di kutub utara dan selatan mencair, akibatnya permukaan air laut terus meningkat. Bila permukaan air laut terus meningkat maka lambat laun pulau-pulau yang ada di permukaan bumi akan tenggelam.


(13)

commit to user

Di Indonesia kerusakan lingkungan secara luas dan massif terjadi sejak tiga dekade terakhir yan ditandai dengan lahirnya tiga UU yang membuka peluang eksploitasi sumber daya alam Indonesia secara besar-besaran. Ketiga UU tersebut adalah UU Kehutanan tahun 1967 (diubah tahun 1999), UU Pertambangan tahun 1967, serta UU Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri tahun 1967. Sejak adanya UU tersebut berturut-turut masuklah investor asing untuk mengeruk sumber daya alam Indonesia tanpa peduli dengan akibat dari eksploitasi yang dilakukan. Sejak saat itu pula kerusakan-kerusakan lingkungan hidup di Indonesia terjadi dan terus meluas, dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Kondisi tersebut diperparah dengan keadaan di masa itu di mana aturan perlindungan lingkungan dan kesadaran lingkungan belum berkembang seperti sekarang. Kerusakan lingkungan terus dibiarkan hingga tahun 1980-an.1 Namun demikian, kini mulai muncul upaya penyelamatan lingkungan, dengan disahkannya UU Lingkungan Hidup yang telah diperbaharui yakni UU No. 32 Tahun 2009.

Berbicara mengenai lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dari peranan perempuan. Sejatinya perempuan berpotensi besar dalam penanganan atau pelestarian lingkungan hidup. Namun, posisi perempuan yang masih belum juga menguntungkan membuat perempuan acapkali dipandang sebelah mata. Rentannya posisi perempuan ini diantaranya diakibatkan oleh kuatnya dominasi budaya patriarki yang telah mengakar di masyarakat, sehingga hal ini membuat posisi perempuan semakin lemah. Prinsip kesetaraan gender yang akhir-akhir ini

1

Arimbi Heroepoetri, dalam artikel Sekilas Masalah Lingkungan di Indonesia yang dimuat dalam kumpulan artikel Gender, Lingkungan dan Pengurangan Kemiskinan diterbitkan oleh kerja sama DFID British Council Link Program Team, University of Brighton UK, dan Program Kajian Wanita Pasca Sarjan UI, 2003.


(14)

commit to user

marak diusung oleh beberapa kalangan ternyata masih belum sepenuhnya mampu mengangkat perempuan dari ketertindasan, eksploitasi dan keterpurukan.

Ketika terjadi kerusakan lingkungan yang merupakan akibat dari penggunaan sumber daya alam yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, maka perempuan menjadi pihak yang paling beresiko terkena dampak dari kerusakan lingkungan tersebut. Kehidupan perempuan sebagian besar memang bersentuhan langsung dengan alam, mulai dari kegiatan rumah tangga, produksi, konsumsi hingga kegiatan sosial perempuan, pendek kata perempuan lebih sering berhubungan langsung dengan alam ketimbang laki-laki.

Peran perempuan dalam melestarikan lingkungan memang belum banyak, namun bukan berarti tidak ada. Ruang untuk keterlibatan perempuan secara lebih mendalam juga dirasa belum memadai. Perempuan sering tidak dilibatkan dalam sebagian besar kebijakan dan kontrol terhadap sumber daya alam yang menopang kehidupan mereka. Padahal pada target capaian Millenium Development Goals (MDG’s) pada tahun 2015, mensyaratkan pentingnya keterlibatan perempuan pada semua tujuan yang akan di capai. Mengikutsertakan perempuan dalam pengelolaan lingkungan adalah agar perempuan memahami betapa pentingnya lingkungan sehingga perempuan akan menjaga, memelihara lingkungan, dengan demikian perempuan akan mempunyai andil besar untuk menjaga, memelihara lingkungan dengan baik dan juga dapat menjaga kebersihan lingkungan dari lingkup yang paling kecil.2

2

Handout Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup Berwawasan Gender, 11 September 2007, P3G LPPM UNS dengan KLH RI


(15)

commit to user

Sejauh ini tercatat ada 18 perempuan-perempuan perkasa pemerhati lingkungan dari sembilan propinsi di Indonesia penerima penghargaan Kalpataru selama kurun waktu 1980 sampai 2008.3 Jumlah tersebut dirasa masih sangat minim. Di samping itu, masih banyak ibu rumah tangga kita yang belum memahami betul pentingnya menjaga lingkungan, mereka tidak memilah sampah rumah tangga, melakukan pemborosan dalam penggunaan plastik, dan sebagainya. Padahal dampak kerusakan lingkungan lebih sering dirasakan oleh perempuan, seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya. Contoh sederhana adalah ketersediaan air. Berkurangnya ketersediaan air lebih dirasakan kaum perempuan karena mereka merupakan pemakai air terbesar dalam rumah tangga. Perempuan yang belum terlibat dalam pelestarian lingkunga tersebut bukan berarti mereka tidak tergerak atau acuh terhadap permasalahan lingkungan, namun bisa jadi arena keterbatasan pengetahuan dan akses yang mereka miliki.

Kedekatan antara perempuan dan lingkungan menumbuhkan paham ecofeminisme. Paham ecofemisme muncul pertama kali pada tahun 70-an. Adalah Francoisc d’Eaubonne seorang feminis Prancis yang memperkenalkan ecofeminisme. Dalam karangannya yang berjudul Le Feminisme ou la Mort (1974) ia mengemukakan bahwa kontrol lelaki terhadap produksi dan seksualitas perempuan telah mengakibatkan kerusakan ganda pada lingkungan melalui surplus produksi dan kelebihan populasi melalui surplus kelahiran. Menurut D’Eaubonne, pertalian antara perempuan/keperempuanan dan sikap ramah tamah

3


(16)

commit to user

terhadap alam dunia dalam mencari perubahan sosial akan mengatasi masalah dan memperlihatkan kkedekatan dengan alam, dibandingkan dengan lelaki.4

Di belahan dunia selatan, gerakan ecofeminisme dipelopori oleh Vandana Shiva. Shiva mengungkapkan adanya gendered nature atau alam memiliki dimensi gender. Ekofeminisme menurut Vandana Shiva adalah keseluruhan cara pandang dunia yang lebih dari sekadar menggabungkan penyelamatan lingkungan dengan perjuangan hak-hak perempuan, melainkan juga meliputi seluruh kompleks persoalan yang dihadapi manusia, dari kemiskinan, kelaparan, penolakan privatisasi air, penghapusan utang, perdamaian dunia, antirekayasa genetika dan plasma nuftah, dan gongnya adalah menolak pasar bebas.5

Gadis Arivia dalam artikel Ekofeminisme: Lingkungan Hidup Berurusan dengan Perempuan mengungkapkan jika perempuan dan alam mempunyai kesamaan simbolik karena sama-sama ditindas oleh manusia yang berciri maskulin. Dalam praktek-paktek yang berkaitan dengan lingkungan hidup ada hubungan kekuasaan yang tidak adil, memarginalisasikan perempuan dan merusak lingkungan. Misalnya di masyarakat pedesaan di negara yang sedang berkembang, relasi kekuasaan yang tidak seimbang antara perempuan dan laki-laki mempengaruhi jenis tanaman apa yang akan ditanam.6

Permasalahan lingkungan hidup termasuk di dalamnya permasalahan tentang sampah yang hingga kini masih belum juga ditemukan solusinya secara global. Penanganan sampah yang ada selama ini selalu bertumpu pada pendekatan

4

Mary Mellor dalam artikel berjudul Pemikiran Ekofeminis (1997) yang dimuat dalam kumpulan artikel Gender, Lingkungan dan Pengurangan Kemiskinan, ibid, 2003.

5 www.ccde.com diakses tanggal 13 Februari 2010 pukul 11:56:38 6


(17)

commit to user

akhir (end of pipe), yakni memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat yang lain (TPS/TPA). Penanganan sampah yang demikian sama halnya dengan memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat yang lain. Bila hal ini terus menerus dilakukan maka dalam beberapa dekade ke depan bumi tercinta ini akan penuh dengan timbunan sampah.

Merespon kondisi tersebut, pemerintah mengeluarkan UU Pengelolaan Sampah no 18 tahun 2008. Dalam UU tersebut tersebut pemerintah mendorong adanya pengelolaan sampah langsung dari sumbernya. Sumber sampah berdasarkan UU tersebut adalah asal dari timbulan sampah, seperti rumah tangga, industri, pusat perbelanjaan, perkantoran dan sebagainya. UU Pengelolaan Sampah tersebut juga menjelaskan pentingnya kegiatan 3R (Re-use, Reduce, & Recycle) 7 agar volume sampah tidak terus bertambah.

Maka melibatkan perempuan dalam hal pengelolaan sampah adalah salah satu cara terbaik yang dapat ditempuh demi terciptanya lingkungan hidup yang lebih baik di masa mendatang. Namun seringkali perempuan belum memiliki pemahaman yang cukup tentang penglolaan sampah, khususnya sampah rumah tangga. Perempuan memiliki andil yang sangat besar di kehidupan rumah tangga masing-masing, sehingga perempuan akan lebih mudah mengorganisir gerakan-gerakan pro lingkungan di lingkup rumah tangga masing-masing. Selain itu,

7 Reduce : mengurangi atau meminimalisir barang atau material yang menimbulkan sampah, seperti mengurangi penggunaan kantong plastik

Reuse : memakai kembali , menggunakan barang yang dapat dipakai berulang-ulang serta menghindari barang atau material sekali pakai, buang. Seperti menggunakan kotak makan ketika membeli makanan ketimbang menggunakan bungkus styrofoam

Recycle : Mendaur ulang ulang barang atau material yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang memiliki manfaat. Hal ini dapat memperpanjang masa pemakaian barang tersebut sebelum menjadi sampah. Seperti menggunakan plastic bekas pembungkus kopi sebagai kantong blanja


(18)

commit to user

faktor kedekatan perempuan dengan lingkungan hidup juga menjadi salah satu alasan yang kuat, ketika keseimbangan alam terganggu akibat adanya timbunan sampah, perempuanlah yang akan merasakan dampaknya pertama kali.

Berangkat dari kesadaran tersebut, maka di Dusun Badegan Bantul dibentuklah sebuah Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat – selanjutnya penulis singkat dengan BKKLBM- yang memiliki program unggulan salah satunya adalah Bank Sampah Gemah Ripah (Gerakan Memilah dan Me-reuse Sampah). Bambang Suwerda, SST,M.Si salah seorang warga Dusun Badegan yang mencetuskan ide pembentukan BKKLBM. Berawal dari keprihatinan melihat kondisi lingkungan yang ada ditambah pula musibah gempa yang melanda Bantul di tahun 2006 lalu, terbentuklah lembaga tersebut. BKKLBM menjawab krisis lingkungan dengan tidakan nyata serta melibatkan masyarakat, khususnya perempuan, bukan mengabaikan atau memandang perempuan sebelah mata.

Salah satu program pokok dalam pelestarian lingkungan adalah pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat. Sampah yang dikelola di BKKLBM paling banyak berasal dari sampah rumah tangga. Dengan demikian secara tidak langsung BKKLBM telah membantu meningkatkan kualitas perempuan dalam hal pengelolaan sampah. Perempuan, ibu-ibu rumah tangga di Dusun Badegan Bantul dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan rumah tangga. Di samping itu, BKKLBM juga memberikan pembelajaran baru bagi perempuan dan masyarakat luas di Dusun Badegan Bantul tentang pengelolaan sampah dan lingkungan yang benar dan bermanfaat bagi keberlangsungan lingkungan hidup.


(19)

commit to user

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dibuat untuk memfokuskan kajian dalam penelitian ini sehingga, mempermudah proses pengambilan data dan pelaporan hasil penelitian. Oleh karena itu pada penelitian ini pun dibuat rumusan masalah, yaitu :

1. Bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah melalui Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat?

2. Bagaimana peran Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah melalui Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui peran Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan sampah di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta.


(20)

commit to user

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah, serta peran BKKLBM dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolan sampah.

2. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, serta memperluas khasanah ilmu terutama kajian-kajian sosiologis yang berhubungan dengan partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah serta tentang peran LSM/Ormas dalam hal pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Persoalan lingkungan hidup, pengelolaan sampah dan limbah tidak dapat dilepaskan begitu saja dari campur tangan masyarakat. Masyarakat dengan individu-individu di dalamnya sebagai komponen terpenting dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

Masyarakat merupakan objek ilmu sosiologi. Sosiologi berasal dari bahasa Yunani socio dan logos yang secara harfiah berarti ilmu tentang masayarakat. Beberapa tokoh memberikan definisi sosiologi yang berbeda-beda, meskipun substansinya tetap sama yakni mempelajari masyarakat. Pitirim A Sorokin mendefinisikannya sebagai berikut :

“ ….adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala


(21)

commit to user

ekonomi dengan agama, dsb); antara gejala sosial dengan gejala non-sosial; serta mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. ” 8

Selo Soemardjan dan Solaeman Sumardi memberikan definisi sosiologi sebagai berikut :

“ Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.”9

Selain kedua tokoh tersebut, Roucek dan Warren juga mengemukakan definisi sosiologi sebagai :

“ …ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. “10

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sosiologi mempelajari masyarakat dengan melihat hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, termasuk didalamnya proses-proses sosial, struktur sosial, gejala sosial atau non-sosial serta perubahan sosial yang terjadi.

Permasalahan masyarakat terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Masyarakat bergerak dan berubah, perubahan-perubahan tersebut dapat dianalisis dengan berbagai macam teori dan paradigma yang ada di dalam ilmu sosiologi. George Ritzer dalam bukunya Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadima Ganda menyebutkan, terdapat tiga paradigma yang digunakan dalam Sosiologi, yaitu Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial dan

8 Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,2006, hlm 19 9 Ibid,hlm 20

10


(22)

commit to user

Paradigma Perilaku Sosial. Pada penelitian ini penulis menggunakan paradigma perilaku sosial yang sesuai dengan permasalahan yang akan penulis kaji.

Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud terdiri dari dari :

a.Bermacam-macam objek sosial b.Bermacam-macam objek non sosial

Prinsip yang menguasai antar hubungan individu dengan objek sosial adalah sama dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan objek non-sosial. Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku indiviu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap perilaku. Jadi terdapat hubungan yang fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi di lingkungan aktor.11

Teori-teori yang terdapat dalam paradigma ini adalah Teori Behaviorial Sociology dan Teori Exchange. Sesuai dengan issue yang penulis angkat, maka teori yang digunakan adalah teori behavioral sociology.

Behavioral sociology dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prisip psikologi perilaku ke dalam sosiologi. Teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor

11


(23)

commit to user

dengan tingkah laku aktor. Teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. 12

Berbicara tentang partisipasi masyarakat, sedikit banyak tentu akan berkaitan dengan konsep Community Development. Partisipasi merupakan salah satu unsur terpenting dalam konsep community development. Seperti dikutip dari Hasim dan Remiswai, Community Development merupakan satu pendekatan pekerjaan sosial yang bekerja dengan komunitas dan melibatkan partisipasi aktif dari komunitas terutama komunitas lokal dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia di dalamnya. 13

Partisipasi menjadi salah satu faktor terpenting agar terciptanya lingkungan hidup yang lebih baik. Sherry Arnstein mendefinisikan strategi partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat (komunitas) dengan badan pemerintah (agency). Dengan pernyataannya bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat (citizen partisipation is citizen power).14 Arnstein kemudian mengelompokkan partisipasi dalam beberapa tipe yang mewakili proses-proses partisipasi yang berbeda-beda, yang didasarkan pada distribusi kekuasaan. Tipe-tipe partisipasi tersebut lebih dikenal dengan 8 tangga partisipasi Arnstein. Arnstein menggunakan anak tangga karena masing-masing anak tangga merupakan tahapan-tahapan partisipasi yang memiliki karakter masing-masing.

12 Ibid, hlm 74

13 Dr Hasim, M.Si, dkk, Community Development Berbasis Ekosistem, 2009, hlm 47

14

Diunduh dari http://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/partisipasi/ pada tanggal 18 September 2010 pukul 23:04 wib


(24)

commit to user

Bagan Tangga partisipasi menurut Arnstein15

Tangga terbawah merepresentasikan kondisi tanpa partisipasi (non participation), meliputi: (1) manipulasi (manipulation) dan (2) terapi (therapy). Kemudian diikuti dengan tangga (3) menginformasikan (informing), (4) konsultasi (consultation), dan (5) penentraman (placation), dimana ketiga tangga itu digambarkan sebagai tingkatan tokenisme (degree of tokenism). Tokenisme dapat diartikan sebagai kebijakan sekadarnya, berupa upaya superfisial (dangkal, pada permukaan) atau tindakan simbolis dalam pencapaian suatu tujuan. Jadi sekadar menggugurkan kewajiban belaka dan bukannya usaha sungguh-sungguh untuk melibatkan masyarakat secara bermakna. Tangga selanjutnya adalah (6)

15 ibid


(25)

commit to user

kemitraan (partnership), (7) pendelegasian wewenang / kekuasaan (delegated power), dan (8) pengendalian masyarakat (citizen control). Tiga tangga terakhir ini menggambarkan perubahan dalam keseimbangan kekuasaan yang oleh Arnstein dianggap sebagai bentuk sesungguhnya dari partisipasi masyarakat.16

Pada tataran pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan, konsep-konsep tersebut menurut penulis sangat dapat diterapkan. Manajemen sampah yang selama ini diberlakukan hanyalah memindahkan sampah dari rumah ke tempat sampah tingkat desa atau kelurahan kemudian dipindah lagi ke tempat pembuangan akhir milik pemkot, pemkab ataupun pemprov. Hal ini tentu bukan penyelesaian yang solutif. Memindahkan sampah dari satu TPS ke TPS lain kemudian ke TPA sama halnya dengan memindahkan masalah. Sehingga diperlukan sistem pengelolaan sampah yang berbasis partisipasi masyarakat agar masyarakat menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan dengan tidak memusuhi sampah, namun dengan mendayagunakan atau mendaur-ulang sampah. Volume sampah yang terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya tingkat konsumsi masyarakat menjadikan permasalahan sampah semakin kompleks. Mengurangi konsumsi sampah bisa dijadikan salah satu cara untuk mengurangi timbulan sampah, namun hal tersebut tentu berpengaruh pada perekonomian, dimana hal tesebut dapat menurunkan minat konsumsi masyarakat pada barang-barang tertentu. Hal ini membuktikan bahwa sampah merupakan permasalah yang berkaitan dengan semua bidang, kesehatan. Lingkungan, social,

16 Arif Aliadi dkk, Peranserta Masyarakat dalam Pelestarian Hutan; Studi di Ujung Kulon Jawa Barat, Tenganan Bali, Krui Lampung, 1994, hlm 3-5


(26)

commit to user

budaya dan perekonomian. PB Anand dalam jurnalnya Waste Management in Madras Revisited menyebutkan

“ Waste is an inevitable by-product (for some, a consequence) of economic development; in per capita terms, the greater the GNP, the greater the quantity of waste produced each day. We also know that as low or middle-income countries pursue economic growth, their urban populations grow: the greater the GNP per capita, the greater the percentage of population living in urban areas. At the same time, in most cities, external costs are not internalized – for example, the consumption of resources such as fresh water or the pollution of rivers and waterways. While waste production rates increase with economic growth, so too do the social and environmental costs of disposal of these wastes; but many of these costs are hidden (for instance, treating the cost of governmentowned land used for waste landfill operations as zero). Economists would argue that to become sustainable, such cities would have to stop “ freeloading” and would have to pay the long-term marginal costs for consuming the resources. Deciding on what the city should pay is one thing; translating this into costs for citizens and businesses (as user charges) is another. Research into issues of how citizens value these improvements and what institutional arrangements they prefer gains relevance in such a context.”17

Dalam tulisan tersebut disebutkan sampah merupakan produk tidak terelakkan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi. Semakin besar GNP suatu Negara, semakin besar pula sampah yang dihasilkan setiap hari. Negara-negara berkembang pun juga mengupayakan pertumbuhan ekonomi, populasi di perkotaan tumbuh dengan pesat, semakin besar GNP per kapita maka akan semakin besar pula populasi penduduk di perkotaan. Pada saat yang bersamaan, di banyak kota, pengeluaran biaya tidak diinternalisasikan, seperti biaya untuk penyediaan air bersih, polusi sungai dan sebagainya. Sementara tingkat polusi limbah juga meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Jurnal tersebut secara jelas menyebutkan keterkaitan pertubuhan ekonomi dengan volume

17 Waste Management in Madras Revisited oleh PB Anand dari kumpulan jurnal Environment and Urbanization Vol 12 No 2 Oktober 2009 diunduh dari http://eau.sagepub.com/content/11/2/161 pada tanggal 8 Agustus 2010 pukul 10:20:18


(27)

commit to user

sampah setipa hari. Bila hal yang demikian tidak tertangani maka akan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia.

Mengelola atau mendaur-ulang sampah dapat menjadi salah satu pilihan cerdas demi kelangsungan bumi ini. Mengelola sampah, terutama sampah rumah tangga sehingga bernilai ekonomis bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Bagi seorang ibu rumah tangga kegiatan memilah, memilih dan mengolah sampah ini secara tidak langsung menjadi program pemberdayaan bagi mereka.

Pengelolaan sampah dan pengelolaan lingkungan yang baik membutuhkan partisipasi perempuan disamping juga peran dari stake holder, dalam hal ini BKKLBM (sebagai organisasi masyarakat), serta instansi pemerintah yang memang berkaitan. Hal ini sebagaiman tercantum dalam jurnal Partnerships in urban environmental management: an approach to solving environmental problems in Nakuru, Kenya yang ditulis oleh Samson Wokabi Mwangi. Disebutkan dalam jurnal tersebut

“ ...urban environmental management cannot successfully be achieved or sustained without cooperative and collective action between different actors. The potential role of partnership will not easily be realized unless a number steps are taken changes in attitude occur.”18

Manajemen lingkungan yang baik dan berkelanjutan tidak akan tercapai tanpa adanya tindakan bersama antar aktor. Peran-peran yang potensial tidak akan terwujud bila tidak adanya perubahan dalam perilaku atau sikap. Senada dengan hal tersebut, Bambang Suwerda melalui BKKLBM nya, seolah ingin mengubah

18

Jurnal Partnerships In Urban Environmental Management: An Approach To Solving Environmental Problems In Nakuru, Kenya yang ditulis oleh Samson Wokabi Mwangi dari kumpulan jurnal Environment and Urbanization Vol 12 No 2 Oktober 2009 diunduh dari http://eau.sagepub.com/content/11/2/161 pada tanggal 8 Agustus 2010 pukul 10:19:08


(28)

commit to user

perilaku masyarakat serta menyadarkan perempuan untuk sebuah tujuan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.

Keterlibatan masyarakat khususnya perempuan dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu cara efektif untuk menggulangi permasalahan sampah, khususnya sampah rumah tangga. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Budi Gunarto dalam penelitian skripsi mengenai Rancangan Model Managemen Pengelolaan Sampah Kota Berbasis Pada Partisipasi Kaum Perempuan Khusunya Ibu Rumah Tangga di Pemukiman dan Optimaslisasi Peran Pemulung di Kota Surakarta pada tahun 2002. Penelitian Gunarto ini dilandasi akan permasalahan sampah di berbagai kota. Penanganan sampah yang hanya menggunakan pendekatan end of pipe tidak memberikan solusi melainkan justru mendatangkan permasalahan baru, seperti TPA Akhir yang mulai penuh, bermunculannnya penyakit yang disebabkan timbunan sampah, banjir dan sebagainya. Penelitian yang diadakan pada 8 tahun silam tersebut membuktikan bahwa permasalahan sampah dari dulu hingga sekarang masih belum tertangani dengan baik. Secara umum pemerintah masih menggunakan pendekatan end of pipe. Penanganan sampah setelah sampai di TPA pun hanya dengan metode open dumping maupun sanitary landfill. Meskipun pada prakteknya di beberapa TPA lebih sering digunakan metode open dumping. Seperti disebutkan Gunarto dalam penelitiannya, Reduce, Reuse dan Recycle adalah model relatif aplikatif dan bernilai ekonomis yang dapat diterapkan pada skala kawasan sehingga memperkecil kuantitas dan kompleksitas sampah. Kini metode tersebut dirasa masih sangat relevan digunakan untuk menangani permasalahan sampah, pada


(29)

commit to user

skala rumah tangga misalnya seperti yang dirintis oleh Bambang Suwerda, S.ST, M.Si di Badegan Bantul. Meskipun menggunakan model yang sama, pengelolaan sampah di Dusun Bantul lebih terpadu dengan mengandalkan komunitas masyarakat serta terorganisasi lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya pembentukan BKKLBM beserta divisi-divisinya. Penelitian yang dilakukan oleh Gunarto lebih menitikberatkan pada peran pemulung dan ibu rumah tangga di sekitar TPA Putri Cempo Mojosongo sedangkan yang terjadi di Dusun Badegan Bantul adalah justru bertujuan mengurangi keberadaan pemulung di TPA Piyungan maupun di Dusun Badegan khusunya.

F. KONSEP YANG DIGUNAKAN

1) Lingkungan hidup

Lingkungan hidup merupakan sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Otto Sumarwoto mendefinisikan lingkungan hidup sebagai ruang yang ditempati suatu makhluk hidup dengan benda hidup dan benda tak hidup. 19 Istilah Lingkungan hidup dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. 20

Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup

19 Otto Sumarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan,2004: 23 20


(30)

commit to user

termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan hidup, hubungan yang terjalin diantaranya merupakan hubungan resiprositas, dimana manusia dan lingkungan sama-sama saling membutuhkan satu sama lain.

2) Pengelolaan Sampah

Berdasarkan kamus istilah lingkungan (1994)21, Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan. Sampah merupakan sisa atau materi yang tidak lagi digunakan dan memang harus dibuang. Persoalan sampah menjadi persaoalan yang sangat serius mengingat jumlah sampah yang kian hari kian menumpuk. Indonesia termasuk negeri dengan penanganan sampah yang buruk. Banyak perusahaan-perusahaan industri besar yang menghasilkan sampah kimia beracun namun tidak mengolahnya sesuai standar. Pengelolaan sampah secara tepat dan berkelanjutan sangat diperlukan demi terciptanya lingkungan yang bebas sampah. Ensiklopedi bebas Wikipedia mengartikan Pengelolaan sampah adalah pengaturan yang berhubungan dengan pengendalian timbunan sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah. Pengelolaan

21


(31)

commit to user

sampah yang tepat akan berdampak positif bagi lingkungan. Idealnya, pengelolaan sampah juga melibatkan warga masyarakat, dengan begitu masyarakat akan mengerti bahwa sampah bisa menjadi bahaya yang mengancam setiap saat bila tidak tertangani dengan tepat. Adapun untuk membatasi kajian dalam penelitian ini, pengelolaan sampah yang penulis maksudkan disini adalah pengelolaan sampah rumah tangga.

3) Partisipasi Perempuan

Partisipasi merupakan sebuah konsep yang dewasa ini semakin sering digunakan dalam pemberdayaan masyarakat. Partisipasi memungkinkan masyarakat untuk turut serta ambil bagian dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan maupun kebijakan yang akan diterapkan pada masyarakat. Partisispasi sering diartikan dalam kaitannya dengan pembangunan sebagai pembangunan masyarakat yang mandiri, perwakilan, mobilisasi sosial, pembagian sosial yang merata terhadap hasil-hasil pembangunan, penetapan kelembagaan khusus, demokrasi politik dan sosial, reformasi sosial, atau bahkan yang disebut revolusi rakyat.

4)Pemberdayaan Perempuan

Konsep Pemberdayaan sebagai terjemahan empowerment mengandung dua pengertian yaitu (1) to give power or authority, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan ke pihak yang lain, (2) to give ability to atau to enable, usaha untuk memberi kemampuan atau


(32)

commit to user

memberdayakan.22 Menurut Y Sugeng pemberdayaan merupakan alat penting dan strategis untuk memperbaiki, memperbaharui dan meningkatkan kinerja organisasi baik organsasi yang bergerak dalam kegiatan pemerintahan maupun organisasi yang bergerak dalam kegiatan dunia usaha/swasta.23 Pemberdayaan perempuan merupakan suatu uasaha, proses yang bertujuan memberikan kemampuan bagi perempuan sehingga perempuan dapat lebih banyak berperan dalam masyarakat. Perempuan tidak lagi pasif serta tidak lagi tertinggal.

G. KERANGKA BERPIKIR

Manusia dan alam, merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia hidup berdampingan dengan alam. Kajian tentang hubungan manusia dan alam/lingkungan hidup telah ada sejak tahun 1980. Bermula dari adanya kajian psikologi mengenai kesadaran ekologi (ecological awareness). Sosiologi sendiri termasuk salah satu bidang ilmu yang juga memberikan perhatian pada bidang lingkungan. Sosiologi lingkungan dicanangkan keberadaannya oleh Riley Dunlap dan William Cotton di tahun 1978. 24 Sejak saat itu kajian mengenai sosiologi lingkungan terus berkembang.

Kesadaran manusia akan pentingnya menjaga lingkungan dirasa mulai pudar. Berbagai macam kecanggihan teknologi dan industri yang kini dinikmai seluruh umat manusia di dunia harus dibayar mahal dengan rusaknya ekosistem

22 Randy R Wrihnatolo et all, Manajemen Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat, 2007:115-116

23 Drs.Y. Sugeng, SU, MM, Pemberdayaan Masyarakat, 2008, hlm 1 24


(33)

commit to user

alami. Hutan-hutan gundul, permasalahan sampah, air yang tercemar, polusi udara dan suara adalah beberapa diantara sekian banyak persoalan lingkungan sebagai dampak dari perbuatan manusia. Selama ini, manusia cenderung mengeksploitasi alam dengan kandungan di dalamnya secara besar-besaran tanpa peduli dengan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Manusia modern merupakan representasi paham antroposentrisme. Paham ini memandang alam sebagai alat untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan manusia. Mengutip Susilo, orientasi manusia kepada alam tidak diletakkan sebagai tujuan tindakan sosial manusia, melainkan alam haya sebatas sebagai alat bagi kepentingan manusia. Mental manusia antroposentris terwujud dalam bentuk manusia berkarakter pembuka dan pendobrak lahan baru. 25 Karakteristik manusia seperti ini sangat identik dengan kehidupan manusia sekarang. Manusia selalu mencari cara agar terus maju dan mangeksploitasi alam untuk mengeruk semua kekayaan alam.

Lambat laun, budaya yang tercipta di lingkungan masyarakat menjadi budaya yang tidak mencintai lingkungan. Membuang sampah dan limbah rumah tangga di sungai, terbiasa memakai plastik, styrofoam dan bahan yang sulit diurai tanah yang lain dianggap sebagai suatu hal yang lumrah. Masyarakat kita tanpa sadar telah “turut andil” dalam membuat kerusakan di bumi. Indonesia menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya yang belum tertangani dengan baik.26 Maka perlu ada sebuah solusi konkret serta efektif sebagai upaya menyelamatkan lingkungan.

25 Op.Cit, hlm 62 26


(34)

commit to user

Memberikan edukasi yang benar tentang sampah menjadi pe-er besar bagi pemerintah. Pemahaman dan cara pandang masyarakat tentang sampah perlu diubah. Salah satu caranya adalah dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sampah di lingkup yang kecil. Hal ini tentu bukan perkara mudah. Banyak pihak terkait yang harus dilibatkan misalnya, Pemda, NGO, Ormas dan sebagainya.

Menyediakan ruang partisipasi bagi masyarakat terutama perempuan dalam pengelolaan sampah, terutama sampah rumah tangga secara tidak langsung juga dapat dikatakan sebagai upaya pemberdayaan. Perempuan diajak untuk lebih proaktif dalam menangani kasus-kasus mengenai lingkungan di wilayah mereka. Dengan adanya konsep partisipasi yang dikembangkan oleh BKKLBM, maka perempuan secara tidak langsung telah diberdayakan untuk memahami dan mencintai lingkungan. Pemberdayaan ini bukan berarti mengeksploitasi perempuan namun untuk memberikan pengetahuan serta meningkatkan kapasitas perempuan di Dusun Badegan agar lebih memahami lingkungannya demi masa depan yang lebih baik.

H. METODOLOGI

1. Jenis Penelitian,

Penelitian ini menggunakan metode penelitan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Denzin dan Lincoln (1994) adalah sebagai kajian yang “multimethod in focus involving an interpretative naturalistic approach to


(35)

commit to user

its subjek matter” 27 Untuk mempermudah pendefinisian dari konsep penelitian kualitatif maka dirumuskan karakteristik penelitian kualitatif. Berikut, karakteristik penelitian kualitatif

a. Data penelitian diperoleh secara langsung dari lapangan bukan dari laboratorium atau penelitian yang terkontrol.

b. Penggalian data dilakukan secara alamiah, melakukan kunjungan pada situasi alamiah subyek

c. Untuk memperoleh makna baru dalam bentuk kategori-kategori jawaban, periset wajib mengembangkan situasi dialogis sebagai situasi yang alamiah28

Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi dasar bahwa realitas sosial tidak mempunyai makna didalam dirinya sendiri melainkan sangat tergantung pada interpretasi atau arti yang diberikan oleh seorang individu kepadanya.

Untuk mendesain kerangka penelitian ini peneliti akan menggunakan strategi penelitian studi kasus. Sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini. Studi kasus di gunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana atau mengapa (how or why).29

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambi lokasi di Dusun Badegan Kelurahan Bantul, Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul Yogyakarta dengan pertimbangan BKKLBM berada di dusun tersebut.

27 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, 2006:4. 28 Ibid hlm 25

29


(36)

commit to user 3. Jenis Data

Penulis dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data, yakni : a. Data Primer

Sumber data primer diperoleh dari key informan, yang menjadi informan kunci sekaligus membukakan peta kondisi lapangan untuk kemudian diperoleh subjek penelitian (informan) lain yang dibutuhkan peneliti. Data primer ini sendiri di peroleh dari hasil wawancara dengan informan yang merupakan tokoh masyarakat Dusun Badegan, ibu rumah tangga nasabah Bank Sampah, pengelola Bank Sampah dan sebagainya.

b. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari secara tidak langsung. Data sekunder biasanya diperoleh dari data-data tertulis, seperti arsip, buku, hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan sebagainya yang dapat mendukung peneliti dalam menganalisis masalah. Dalam hal ini, referensi atau data tertulis dapat diperoleh dari dokumen-dokumen milik BKKLBM ataupun data lain yang dapat mendukung penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data,

Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus memiliki enam teknik dalam pengumpulan data atau sumber bukti, yakni dokumen, rekaman arsip, wawancara, observasi langsung, observasi


(37)

commit to user

partisipasan serta perangkat-perangkat fisik. 30 Penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yakni:

a. Observasi partisipatoris

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat nonverbal. Pada observasi partisipastoris, peneliti terlibat secara langsung di dalam kegiatan-kegiatan yang sedang diamati. Dalam hal ini peneliti memeliki peranan ganda, yaitu sebagai peneliti dan pelaku kegiatan.31

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan wawancara dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. 32 Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktifitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai bagian dari pengalaman masa lampau dan memproyeksikan hal-hal itu dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang. 33 Peneliti menggunakan teknik wawancara open-ended yang

30

Ibid, hlm101 31

Y.Slamet, Metode Penelitian Sosial, 2006:85-86

32 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 2005:168 33


(38)

commit to user

lazim digunakan pada penelitian studi kasus, dimana peneliti dapat bertanya kepada informan kunci mengenai fakta-fakta suatu peristiwa serta opini mereka mengenai peristiwa yang ada.34

Wawancara dilakukan dengan cara semi-formal, sehingga informan lebih leluasa dalam menjawab, tidak kaku, namun tetap beracuan pada daftar pertanyaan yang telah penulis buat sebelum melakukan wawancara agar informasi yang diperoleh tidak terlalu melebar, meskipun pada pelakasanannya, daftar pertanyaan tersebut berkembang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

c. Dokumentasi

Pada penelitian ini penulis juga menggunakan data-data yang diperoleh dari sumber dokumentasi yang dapat berupa hasil penelitian, dokumen-dokumen administratif, artikel, dan buku yang dapat mendukung penelitan ini. Dokumen-dokumen tersebut diperoleh dari BKKLBM maupun dari sumber-sumber yang lain. Peneliti juga melakukan pendokumentasian selama melakukan observasi berupa foto, rekaman wawancara, serta fieldnote.

5. Teknik Pengambilan Sampel,

Pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif memiliki fungsi yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Sampling dalam penelitian kualitatif sering juga dinyatakan sebagai internal sampling. Sampling yang

34


(39)

commit to user

bersifat internal, sampel diambil untuk mewakili informasinya, dengan kelengkapan dan kedalaman datanya.35

Dalam penelitian ini pengambilan sampel tidak dilaksanakan secara kaku, melainkan lentur sesuai dengan kebutuhan penelitian. Teknik untuk pengambilan sampel pada penelitian ini akan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sample yang didasarkan atas berbagai pertimbangan tertentu. Purposive sampling memiliki kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan data dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam meperoleh data. Teknik yang digunakan adalah Snowball Sampling. Snowball Sampling adalah penarikan sampel secara bertahap yang semakin lama jumlah inforannya semakin banyak.36 Adapun jumlah informan yang penulis wawancarai dalam penelitian ini sebanyak 10 orang dan 1 orang informan kunci dengan rincian sebagai berikut :

· Penggagas BKKLBM : 1 orang

· Pengelola BKKLBM : 2 orang

· PKK/Dasawisma : 2 orang

· Partisipan BKKLBM/Masyarakat : 4 orang

· Tokoh Masyarakat : 1 orang

35

HB Sutopo,Metode Penelitian Kualitatif, 2005:54-55 36


(40)

commit to user

· Pemerintah Kelurahan : 1 orang

Selain informan tersebut penulis juga dibantu oleh pemandu lapangan yang disediakan oleh BKKLBM agar memudahkan penulis untuk masuk ke dalam komunitas masyarakat Dusun Badegan. Adapun penggunaan Snowball Sampling penulis gambarkan pada bagan di bawah ini

Pak Bambang

Mbak Yuni Pak Taufiq

Ibu Kemin Pak Panut

Ibu Tatik Ibu Ari Pak Agus Ibu Ismi

Ibu Sri

6. Validitas Data,

Validitas data diperlukan dalam suatu penelitian untuk menguji kesahihan data yang diperoleh selama melakukan penelitian. Penilitian ini menggunakan uji validitas yang memang relevan digunakan untuk studi kasus,yakni uji validitas konstruk.


(41)

commit to user

Validitas konstruk dilakukan untuk menerapkan ukuran operasional yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti. Ada tiga taktik yang bisa dipakai untuk meningkatkan validitas konstruk, yaitu:

1) Penggunaan multi sumber bukti

2) Membangun rangkaian bukti selama pengumpulan data.

3) Meminta informan kunci meninjau ulang laporan studi kasusnya.37

7. Teknik Analisis Data

a. Analisis Digram Venn PRA

Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan (PRA) adalah pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata. Metode PRA dicetuskan oleh Robert Chambers.

Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan diakui kegunaannya ketika paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai landasan pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti dalam proses pembangunan. Manusia dalam proses pembangunan tidak hanya sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam perencanaa, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil pembangunan.

37


(42)

commit to user

Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode PRA antara lain adalah : saling belajar dan berbagi pengalaman, keterlibatan semua anggota kelompok dan informasi, orang luar sebagai fasilitator, konsep triangulasi, serta optimalisasi hasil, orientasi praktis dan keberlanjutan program. 38

Pada penelitian ini penulis memang tidak menggunakan teknik PRA sebagai teknik penelitian, penulis hanya meminjam salah satu teknik yag ada di dalam PRA untuk analisis antar lembaga yakni Diagram Venn. Diagram venn dapat menggambrakan hubungan antar lembaga berdasarkan peran serta kepentingan lembaga tersebut yang digambarkan dalam lingkaran dengan ukuran yang berbeda, dimana lingkaran tersebut saling berhubungan satu sama lain secara simbolis.

Diagram venn digunakan untuk menggambarkan perasaan di kalangan peserta, kalangan organisasiatau kelompok setempat. Besarnya pancake atau chapatti berbeda-beda satu sama lain, menggambarka bobot berbeda yang dialokasikan pada organisasi atau kelompok dari sudut pandang peserta. 39

b. Analisis Gender

Analisis Gender muncul karena adanya perbedaan kehidupan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut memicu timbulnya ketidakadilan pada perempuan. Budaya-budaya patriarkhi yang banyak dianut masyarakat menjadikan posisi perempuan dipandang sebelah mata

38 Robert Chambers seperti dikutip dari buku Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan oleh Britha Mikkelsen, 2001:21

39


(43)

commit to user

dibandingkan laki-laki. Tujuan dari analisis gender adalah adanya keadilan bagi perempuan, bukan persamaan antara laki-laki dan perempuan.

Melalui teknik analisis gender berbagai kesenjangan maupun isu gender yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungan akan dapat teridentifikasi. Ketidakpahaman mengenai isu gender sangat mempengaruhi kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang berdampak merugikan aspirasi dan kepentingan perempuan.40

Dalam teknik Analisis Gender, terdapat tujuh kerangka kerja. Namun dalam penelitian-penelitian sosiologis kerangka kerja yang lazim digunakan terdapa empat, yakni Kerangka Kerja Harvard, Mosser (Perencanaan Gender), Longwee (Pemberdayaan Perempuan), dan Kabeer (Hubungan Sosial).

Adapun kerangka kerja yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Kerangka Kerja Harvard. Kerangka kerja Harvard merupakan kerangka kerja yang paling sederhana. Kerangka ini merupakan satu jaringan (atau matriks) untuk mengumpulkan data di tingkat mikro (komunitas atau rumah tangga).41 Kerangka analitis Harvard memiliki tiga komponen utama, yakni :

v Profil Kegiatan

Mengidentifikasikan seluruh tugas produktif dan reproduktif serta mengajukan pertanyaan : siapa melakukan apa?

v Profil Akses dan Kontrol

40

Dra Trisakti Handayani, et all, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, 2008:159

41OXFAM UM Gender Learning Team, Pisau Bedah Gender,Tujuh Kerangka Analisis Gender dan Alat Perencanaan, 1995 : 27


(44)

commit to user

Profil ini memperlihatkan siapa yang mempunyai akses terhadap sumber daya dan kontrol atas penggunaannya. Siapa punya apa? v Analisis Faktor dan Tren

Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh serta kecenderungan yang terjadi.

Bagaimana kegiatan, akses, dan pola kontrol ditentukan oleh faktor struktural (demografi, ekonomi, hukum, dan institusi) serta faktor budaya, agama dan sikap. Apa konteks sosial dan ekonominya?

Tabel Profil Aktifitas

Aktifitas Produksi Laki-laki Perempuan

Dewasa Anak Dewasa Anak

Aktifitas 1 Aktifitas 2 Aktifitas 3

Aktifitas Reproduksi Aktifitas 1

Aktifitas 2 Aktifitas 3


(45)

commit to user Tabel Akses dan Kontrol

Tabel Analisis Faktor dan Tren

Faktor-faktor

Dampak Kesempatan Kendala

Lk Pr Lk Pr Lk Pr

Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3

Sumberdaya Laki-laki Perempuan

Akses Kontrol Akses Kontrol

Sumberdaya 1 Sumberdaya 2 Sumberdaya 3 Manfaat Manfaat 1 Manfaat 2 Manfaat 3


(46)

commit to user

BAB III

HASIL PENELITIAN

Lingkungan, sampah dan masyarakat, ketiganya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan satu sama lain. Lingkungan akan sehat bila sampah dikelola dengan baik, sampah dapat dikelola dengan baik bila masyarakat yang menghasilkan sampah memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Pada bab ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian dan pengamatan penulis secara langsung di Dusun Badegan selama kurang lebih 6 minggu. Tulisan pada bab ini didesain untuk memberikan jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah yang penulis paparkan pada pendahuluan.

3.1. Profil Informan

Pada penelitian ini penulis dibantu oleh 10 orang informan dan 1 orang informan kunci. Bertindak sebagai informan kunci adalah Bapak Bambang Suwerda, SST, M.Si (44 tahun), yakni penggagas berdirinya BKKLBM yang juga merangkap sebagai penasehat. Beliau adalah dosen atau staff pengajar di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan DIY, jurusan Kesehatan Lingkungan. Beliau menjadikan BKKLBM sebagai bentuk pengabdiannya bagi masyarakat luas di bidang kesehatan lingkungan.


(47)

commit to user

Adapun informan yang lain adalah sebagai berikut : · Pengelola

1. Bapak Agus Sugiantoro, SH (45 tahun)

Direktur BKKLBM yang juga merupakan kakak ipar dari Bapak Bambang Suwerda. Pekerjaan utama beliau sebagai seorang pengusaha rental mobil. Meskipun kurang bisa begitu aktif dalam kegiatan BKKLBM dikarenakan kesibukannya, namun beliau tetap memonitoring dan memberikan masukan-masukan pada saat ada permasalah, baik secara formal maupun informan.

2. Bapak Panut Susanto (55 tahun)

Direktur Bank Sampah Gemah Ripah yang juga ketua RT 12 Dusun Badegan. Beliau memilih fokus untuk membesarkan Bank Sampah, meskipun income yang diperoleh tidak seberapa besar. Jabatan sebagai ketua RT membuat beliau lebih mudah melakukan pendekatan kepada warga, hasilnya 95% warga RT 12 telah bergabung dengan BKKLBM melalui Bank Sampahnya.

· Partisipan/Masyarakat 1. Ibu Sri (36 tahun)

Ibu rumah tangga partisipan BKKLBM serta merangkap sebagai pengrajin daur ulang sampah plastik. Tertarik menekuni daur ulang


(48)

commit to user

sampah plastik karena karena dapat memberikan penghasilan tambahan bagi keluarga serta menambah wawasan.

2. Ibu Ismiyati (45 tahun)

Ibu rumah tangga, seorang single parent yang menjadi pengrajin daur ulang sampah plastik sekaligus staff teller Bank Sampah. Masih memiliki hubungan persaudaraan dengan Bapak Panut dan Mbak Yuni 3. Ibu Ari (37 tahun)

Ibu rumah tangga, partisipan BKKLM yang sudah aktif sejak awal berdirinya BKKLBM. Memiliki keterampilan menjahit kerajinan berbahan sampah plastik tetapi enggan untuk menjadi pengrajin. Ibu Ari juga merupakan pengurus PKK tingkat RT.

4. Mbak Yuni (20 tahun)

Mbak Yuni adalah Staff Teller Bank Sampah Gemah Ripah. Lulusan SMK Negeri 3 Bantul yang juga seorang santri kalong1 di pesantren yang letaknya bersebelahan dengan Dusun Badegan. Selain mengaji di pesantren , kegiatan utama Mbak Yuni adalah mengurus BKKLBM. · PKK/UPGK/Dasawisma

1. Ibu Kemin (60 tahun)

Ketua UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) Dusun Badegan. Mantan tenaga kesehatan di sebuah rumah sakit yang juga aktif

1 Santri Kalong : Kegiatan mengikuti pendidikan di pesantren namun tidak menginap, siang-sore mengikut pendidikan agama di pesantren, malam hari pulang ke rumah.


(49)

commit to user

mengajar PAUD milik PKK Dusun Badegan ini tertarik pada kegiatan BKKLBM karena ajakan Bapak Bambang.

2. Ibu Tatik Ruslan (50 tahun)

Merupakan kader PKK Dusun Badegan dan Dasawisma RT 11. Beliau menaruh perhatian yang sangat besar pada pemberantasan Deam Berdarah di Dusun Badegan. Karena merasa memiliki kesamaan pendapat mengenai kesehatan lingkungan dengan BKKLBM, beliau memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan BKKLBM. · Tokoh Masyarakat

Bapak Taufiq Santosa (45 tahun)

Bapak Taufiq adalah Kepala Dusun Badegan yang belum ada 1 tahun dilantik. Sebelum menjadi Kepala Dusun beliau termasuk sebagai salah satu tokoh masyarakat di Dusun Badegan.

· Pemerintah Kelurahan Bapak Sasmito (38 tahun)

Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan (Ka.Ur Ekbang) Kelurahan Bantul.


(50)

commit to user

3.2. Budaya dan Perilaku Masyarakat Terhadap Sampah

Dusun Badegan, merupakan sebuah wilayah yang masih banyak memiliki lahan untuk penghijuan. Seperti layaknya pemukiman desa yang hijau, sebagian besar rumah-rumah penduduk Dusun Badegan memiliki halaman depan yang luas dan dipenuhi dengan berbagai macam tumbuhan. Gempa bumi yang melanda propinsi DIY di tahun 2006 silam membuat sebagian besar rumah penduduk Dusun Badegan roboh bahkan tidak jarang rata dengan tanah. Gempa bumi meluluhlantakkan bangunan rumah permanen milik warga, menyisakan puing-puing yang berserak. Meskipun kini kehidupan penduduk Dusun Badegan telah kembali normal dengan rumah-rumah baru yang mereka bangun pasca gempa, namun masih terdapat bencana lain yang mengancam mereka, yakni bencana lingkungan. Lingkungan dusun yang sebenarnya asri dan hijau terancam akibat ulah penduduk Dusun Badegan sendiri. Pasca gempa, banyak sekali puing-puing bangunan yang terongok begitu saja, sampah-sampah berserakan tidak diatasi dengan baik. TPS-TPS liar bertebaran di beberapa sudut Dusun Badegan. Persoalan sampah tidak dapat disepelekan begitu saja, karena penanganan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan banyak dampak negatif bagi masyarakat.

Keberadaan sampah tidak terlepas dari kehidupan manusia. Segala bentuk aktifitas manusia menghasilkan sampah. Volume dan jenis sampah berbanding lurus dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang-barang yang digunakan sehari-hari. Semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin banyak pula sampah yang


(51)

commit to user

dihasilkan. Berdasarkan kamus istilah lingkungan tahun1994 "Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan”2

Kondisi lingkungan di Dusun Badegan sebenarnya masih terbilang asri, banyak pepohonan serta sawah yang terhampar luas. Di sekitar dusun juga belum banyak pabrik-pabrik industri sehingga kondisi udara masih relatif bersih. Pencemaran lingkungan justru seringkali dilakukan oleh penduduk Dusun Badegan sendiri. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk Dusun Badegan masih sangat awam tentang pengelolaan lingkungan dan pengelolaan sampah.

Sejatinya, permasalahan sampah tidak dapat diselesaikan secara individu, karena permasalahan sampah merupakan permasalahan bersama masyarakat. Individu-individu di dalam masyarakat yang hidup berdampingan terus memproduksi sampah. Setiap tahunnya sampah yang dihasilkan oleh masyarakat terus meningkat berdasarkan dengan tingkat konsumsi masyarakat. Semakin banyak tingkat konsumsi masyarakat, akan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.

Penangan sampah pada skala masyarakat sangat tergantung dengan pola pikir, budaya serta perilaku masyarakat terhadap sampah. Pola pikir tentang pengelolaan sampah yang dianggap benar oleh masyarakat akan mempengaruhi perilaku


(52)

commit to user

masyarakat dalam menyikapi persoalan sampah. Perilaku tersebut lambat laun akan menjadi budaya yang dianggap benar dan dianut oleh masyarakat.

Masyarakat di Dusun Badegan, secara umum berpandangan sampah sebagai hal yang harus dibuang, dilenyapkan atau dihilangkan dengan cara apapun. Sampah adalah hal yang kotor serta tidak dapat dimanfaatkan kembali. Sampah dianggap sebagai barang yang sudah tidak ada nilainya. Setiap hari mereka memproduksi sampah setiap hari pula mereka akan berusaha untuk melenyapkan sampah. Umumnya masyarakat menangani sampah dengan dibakar, ditimbun, dibuang di TPS liar dan menggunakan jasa DPU dan petugas kuning. Mengutip Suwerda, 30 % masyarakat membakar sampah yang dihasilkan, 25% membuang di sembarang tempat, 20% menimbun sampah tanpa dipisah serta 25% berlangganan jasa pasukan kuning serta 5% dengan cara lain.3 Petugas kuning merupakan petugas pengangkut sampah tidak resmi yang mengambil sampah rumah tangga milik warga secara berkala berdasarkan kesepakatan dengan warga yang menjadi pelanggan. Warga yang menjadi pelanggan membayar uang retribusi kepada petugas kuning. Sampah yang diambil oleh petugas kuning tersebut kemudian dibuang di TPS resmi milik pemerintah.

Persoalan sampah bagi warga Badegan dianggap sebagai urusan laki-laki. Karena biasanya para bapaklah yang membakar dan menimbun sampah. Para bapak pulalah yang membuat jugangan atau lubang untuk menimbun sampah di

3 Bambang Suwerda, S.ST, M,Si, Penerapan Sistem Bank Sampah Sebagai Upaya Pengelolaan Sampah di Pedukuhan Badegan Bantul Yogyakarta, 2009:2


(53)

commit to user

pekarangan. Selain itu, sebagian masyarakat berpikir bahwa sampah adalah urusan pemerintah. Pemerintah yang berkewajiban mengurus persoalan sampah dan mengelolanya tanpa harus melibatkan masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh Direktur BKKLBM Agus Sugiantoro, SH yang disampaikan dalam wawancara tanggal 01 Juni 2010

“…bukan hanya itu, namun masyarakat juga berpikiran bahwa sampah itu urusannya pemerintah mbak. Mereka tidak mau tau bagaimana pengurusan sampah karena itu sudah menjadi pekerjaan DPU atau pemerintah… ”

Tidak peduli cara yang digunakan untuk melenyapkan sampah tersebut adalah cara yang membahayakan kesehatan mereka sendiri. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh ibu Kemin, Ketua UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) Dusun Badegan dalam wawancara tanggal 25 April 2010

“Nggih sakderengipun wonten bank sampah, kertas-kertas niku dijual mbak ke tukang rosok kan kathah ingkang lewat mriki, botol-botol juga dijual. Menawi sampah daun, plastik ya dibakar teng jugangan niku.Jadi setiap rumah itu memang biasanya punya jugangan sendiri-sendiri“

Sebelum berdirinya Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan di Dusun Badegan, masyarakat terbiasa mengelola sampah dengan cara dibakar dan dijual ke tukang rosok atau pengepul. Di lingkungan Dusun Badegan sendiri memang terdapat beberapa warga yang berprofesi sebagai pengepul kertas. Sampah yang dijual ke pengepul seperti botol kaca, botol kaleng dan plastik. Sedangkan sampah-sampah


(54)

commit to user

plastik, dedaunan, dan sampah rumah tangga lainnya dibakar setelah ditimbun didalam lubang/jugangan.

Sudah menjadi budaya dan tradisi masyarakat membakar dan menimbun sampah. Seperti umumnya masyarakat desa, mayoritas rumah warga Dusun Badegan memiliki pekarangan yang luas. Pekarangan yang luas tersebut dimanfaatkan warga untuk membuat jugangan. Hampir setiap rumah di Dusun Badegan memiliki jugangan atau lubang besar yang digunakan untuk menimbun sampah rumah tangga, baik sampah organik maupun anorganik. Setelah sampah terkumpul (tanpa dipilah/gado-gado), jugangan ditutup dengan tanah atau sampah dibakar. Bila jugangan sudah ditutup, mereka akan membuat jugangan baru, begitu seterusnya. Dapat dipastikan kegiatan membakar sampah hampir selalu terjadi setiap hari di Dusun Badegan bahkan sampai sekarang. Beberapa warga menjadikannya sebagai kegiatan rutin pengisi waktu luang di sore hari, terutama yang biasa melakukannya adalah para lansia. Mereka tidak menyadari bahaya besar yang mengancam mereka sebagai akibat dari membakar sampah. Bila terus menerus dilakukan asap dari pembakaran sampah tersebut memiliki efek yang sangat buruk bagi kesehatan manusia. Asap pembakaran sampah mengandung zat dioxine .

Selain efek dari pembakaran tersebut, sampah yang ditimbun dalam jugangan/lubang tersebut menjadi tempat yang nyaman bagi nyamuk, lalat dan bintang-binatang lain pembawa virus dan penyakit. Sehingga tidak salah bila Dusun


(55)

commit to user

Badegan sempat menduduki peringkat 1 penderita Demam Berdarah terbanyak se-wilayah kerjaPuskesmas Bantul Timur.4

Jugangan-jugangan yang dimiliki warga tersebut memicu timbulnya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) liar di wilayah Dusun Badegan. Banyak lahan kosong, seperti pekarangan rumah dan tanah kosong yang digunakan sebagai TPS liar. Sedikitnya terdapat 5 titik TPS liar di wilayah Dusun Badegan. Selain warga yang membuang sampah di TPS liar tersebut ada pula warga di luar Dusun Badegan yang sengaja membuang sampahnya ke TPS liar di sekitar Dusun Badegan. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh salah satu pengurus Bank Sampah Sdr. Yuni pada wawancara tak terstruktur dengan penulis tanggal 28 April 2010.

“ Emang sebelum ada bank sampah warga biasanya membakar sampah di jugangan. Selain itu juga ada TPS-TPS liar yang sampahnya tidak diangkut oleh petugas DPU, hanya dibiarkan saja. Biasanya TPS nya itu di tanah kosong, kayak halaman rumah, tanah bekas sawah gitu lah. Ada banyak lho mbak, di deket rumahku tu ada, trus deket rumah Bu Ari sama depan kesling. ”

Selain jugangan, munculnya TPS liar juga dpicu oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan Dusun Badegan yang banyak terdapat pekarangan kosong, lahan tidur tidak produktif yang bila rapi dan dijaga kebersihannya akan sedap dipandang. Namun, lahan-lahan tersebut dibiarkan saja menjadi TPS liar. Hanya sesekali ketika kegiatan kerja bakti diadakan lahan-lahan tersebut dibersihkan. Rendahnya kesadaran masyarakat dikarenakan


(56)

commit to user

banyaknya lahan kosong di Dusun Badegan yang bukan milik masyarakat Dusun Badegan. Pemilik lahan justru warga yang tinggal di luar Dusun Badegan yang tidak ambil pusing bila lahannya dijadikan TPS liar, karena mereka memang tidak menggunakan lahan tersebut untuk kegiatan produksi ataupun tempat tinggal. Sebagaimana dijelaskan oleh Bambang Suwerda dalam wawancara tidak terstruktur dengan penulis pada tanggal 10 Juni 2010

“ …… memang belum terlalu padat penduduknya, masih banyak lahan kosong. Tapi lahan kosong tersebut banyak yang pemiliknya orang luar Badegan, sehingga kepedulian masyarakatnya jadi berkurang…”

Selain dibakar dan ditimbun, penanganan sampah yang ada di Dusun Badegan adalah dengan menggunakan pendekatan akhir (end of pipe), yakni sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang ke TPA Piyungan.5 Beberapa warga menjadi pelanggan tetap dinas Pekerjaan umum (DPU) untuk mengangkut sampahnya ataupun menjadi pelanggan pasukan kuning. Secara berkala petugas DPU datang untuk mengangkut sampah rumah tangga milik warga pelanggan. Bila warga berlangganan pasukan kuning (tidak resmi dari DPU) skala pengambilan sampah rumah tangga dapat disepakati sesuai dengan kebutuhan warga. Setelah terkumpul sampah tersebut dibuang di TPA Piyungan. Hal ini sejatinya bukan merupakan solusi dari persoalan persampahan, karena konsep pendekatan akhir sama halnya dengan memindahkan permasalahan dari satu tempat ke tempat yang lain. Masyarakat Dusun Badegan menjadi terbiasa dengan perilaku memindahkan sampah dari satu tempat ke


(1)

5.1.2. Kesimpulan Teoritis

Penulis dalam penelitian ini menggunakan beberapa teori yang digunakan sebagai pisau analisis. Masing-masing teori memiliki implikasi yang berbeda, yang penulis paparkan dibawah ini :

5.1.2.1. Behavioral Sociology

Perilaku masyarakat pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang lambat laun menjadi budaya pada masyarakat tersebut. Demikian halnya dengan perilaku masyarakat terhadap sampah di Dusun Badegan yang juga dipengaruhi oleh adanya kebiasaann adat maupun budaya yang ada di masyarakat Dusun Badegan. Perilaku tersebut tercermin dalam sikap mereka yang antipati terhadap sampah, gemar membuat jugangan, bermunculannya TPS liar, serta kebiasaan membakar sampah. Hal tersebut tentu berpengaruh pada partisipasi perempuan. Semenjak berdirinya BKKLBM, kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut mulai banyak berkurang seiring dengan semakin bertambahnya perempuan yang aktif berpartisipasi pada kegiatan yang diselenggarakan oleh BKKLBM.

5.1.2.2. Teknik Analisis Harvard

Teknik analisa Harvard merupakan teknik analisis yang menjadi dasar bagi teknik analisis gender lainnya. Teknik ini digunakan untuk melihat gap antara laki-laki dan perempuan dalam bidang sosial, hukum, ekonomi, kesehatan, pengembangan SDM dan sebagainya. Penulis menggunakan teknik ini untuk melihat gap partisipasi antara laki-laki dan perempuan penduduk Dusun Badegan dalam hal. Penggunaan teknik ini memudahkan


(2)

penulis dalam menganalisis sejauh mana partisipasi perempuan di Dusun Badegan dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga, hal ini disebabkan penggunaan tabel-tabel Harvard yang rinci serta terstruktur. Teknik analisis ini juga telah memiliki indikator-indikator penilaian yang sangat membantu penulis dalam merumuskan interview guide. Meski demikian penulis sedikit memodifikasi teknik ini dengan memberikan persentase pada tabel masing-masing profil agar dapat menggambarkan secara lebih detil hasil temuan yang ada di lapangan.

5.1.2.3. Community Development

Community development penulis gunakan untuk menganalisis sejauh mana peran BKKLBM dalam memberdayakan perempuan dan pengelolaan lingkungan. Salah satu yang mendasari mengapa penulis memilih menggunakan teknik ini karena BKKLBM sebagai lembaga otonom ini memang berbasis komunitas, lahir dari sebuah komunitas yang kemudian berkembang dan bertujuan memajukan komunitas dalam hal kesehatan lingkungan. BKKLBM lahir di lingkungan RT 12 yang kemudian berkembang dan besar bersama masyarakat Pedukuhan Badegan Bantul. Sehingga teknik ini relatif bisa diterapkan dalam penelitian ini.

BKKLBM juga merupakan wujud adanya aksi bersama (collective action) dalam hal mengelola lingkungan hidup sebagaimana tercantum


(3)

5.1.2.4. Digram Venn PRA

Diagram venn merupakan bagan yang menggambarkan hubungan antara satu lembaga dengan lembaga yang lain. Diagram venn ini penulis gunakan untuk menganalisis hubungan antar lembaga, antara BKKLBM dengan lembaga-lembaga yang berperan, antara BKKLBM dengan masyarakat dan sebagainya. Dengan menggunakan diagram venn ini akan terlihat sejauhmana perena lembaga tersebut serta seberapa besar peran mereka.

5.1.3. Kesimpulan Metodologis

Penelitian kualitatif ini menggunakan metode studi kasus. Studi kasus digunakan untuk meneliti sebuah fenomena kontemporer di dalam kehidupan nyata. Sebuah studi kasus haruslah memenuhi dua hal, yakni spesifik dan jelas batasannya. Pada penelitian ini, penulis berusaha memaparkan tentang partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah melalui BKKLBM serta peran BKKLBM itu sendiri.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan observasi partisipatoris, wawancara serta dokumentasi. Penulis menetap selama kurang lebih enam minggu di Dusun Badegan untuk mengetahui lebih detail serta mengamati hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Wawancara dan pendokumentasian juga dilakukan untuk menunjang kelengkapan data.


(4)

Dalam teknik pengambilan sampel penulis menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Sehingga peneliti dapat memilih sampel yang memang kredibel serta dibantu dengan rekomendasi dari informan kunci. Snowball sampling sangat membantu penulis pada awal menetap di sana, karena penulis belum terlalu mengenal medan penelitian. Adanya rekomendasi-rekomendasi dari informan kunci sangat membantu penulis dalam memnentukan infoeman pada penelitian ini. Dengan perpaduan keduanya penulis dapat mendapatkan informan yang representatif serta koperatif ketika proses pengumpulan data. Informan penelitian ini berasal dari tiga pihak, yakni dari pihak BKKLBM, masyarakat Dusun Badegan atau partisipan BKKLBM, serta dari pihak pemerintahan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penulis dalam uji validitas data. Trianggulasi konstruk digunakan sebagai uji validitas data, hal ini umum dipakai dalam penelitian studi kasus. Salah satu poin dari trianggulasi konstruk adalah penggunaan multi sumber bukti. Sehingga penulis menggunakan sumber bukti lebih dari dua untuk melakukan uji validitas data.

Pengolahan data dilakukan segera setelah peneliti memperoleh data yang dibutuhkan. Proses analisis dan penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus selama penelitian masih berlangsung maupun pada masa penyusunan laporan.


(5)

5.2. Saran

Sebagai penutup pada laporan penelitian skripsi ini, penulis memaparkan beberapa saran yang semoga dapat bermanfaat serta dapat ditindaklanjuti.

Untuk BKKLBM

1. Sebagai sebuah organisasi swadaya hendaknya BKKLBM mulai

menata ulang kondisi internal BKKLBM. Permasalahn pengurus yang masih sering tambal sulam pengelola harus segera dicarikan jalan keluar dengan cara mencari orang-orang yang memang sesuai pada posisinya. Dengan demikian kualitas BKKLBM akan semakin meningkat. Bila kualitas meningkat kepercayaan masyarakat akan semakin bertambah yang tentu juga berdampak pada pasrtispasi perempuan.

2. BKKLBM yang semula merupakan organisasi nirlaba dapat

dikembangkan secara lebih professional. Dengan demikian setiap bulannya terdapat kas tetap melalui usaha-usaha yang dikelola oleh BKKLBM. Hal ini dapat memperkuat kondisi keuangan organisasi yang tentu saja sangat berdampak pada berjalannya program-program organisasi.

3. Pemberian insentif tetap bagi pengelola hendaknya perlu direalisasikan,

tentunya dengan melihat kondisi keuangan BKKLBM. Hal ini bertujuan agar nilai sampah dapat dinikmati secara sustainable, serta


(6)

membuktikan bahwa melalui pengelolaan sampah dan lingkungan dapat menjadi lahan pekerjaan baru.

4. Perlunya BKKLBM bekerja sama secara resmi dengan instansi-instansi

pemerintah maupun swasta yang kredibel serta memiliki konsentrasi dalam hal kesehatan lingkungan masyarakat. Kerja sama diperlukan agar posisi BKKLBM semakin kuat dan mendapatkan lebih banyak kepercayaan dari berbagai pihak.

Untuk Pemerintah

1. Bagi pemerintah, baik lingkup dusun, kelurahan, kecamatan maupun

kebupaten, hendaknya memberikan dukungan yang riil bagi BKKLBM sehingga konsep yang diusung BKKLBM ini dapat berkembang dan digunakan secara massal.

2. Perlunya digagas sebuah peraturan daerah yang mengacu pada UU no

18 tahun 2008, mengenai pengelolaan sampah yang berasal dari sumbernya sebagaimana konsep yang diterapkan oleh BKKLBM. Dengan demikian semua permasalahan sampah di Kabupaten Bantul secara perlahan dapat teratasi.

3. Adanya peraturan daerah memungkinkan Pemkab Bantul menetapkan

sanksi bagi pelanggar kesehatan lingkungan misalnya sanksi bagi pembakar sampah, penimbun sampah ataupun sanksi bagi pembuang sampah sembarangan. Hal tersebut sangat membantu mewujudkan lingkungan yang asri dan terhindar dari masalah di masa mendatang.