commit to user 8
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dibuat untuk memfokuskan kajian dalam penelitian ini sehingga, mempermudah proses pengambilan data dan pelaporan hasil penelitian.
Oleh karena itu pada penelitian ini pun dibuat rumusan masalah, yaitu : 1.
Bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah melalui Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat?
2. Bagaimana peran Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah: 1.
Untuk mengetahui partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah melalui Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di
Dusun Badegan Bantul Yogyakarta. 2.
Untuk mengetahui peran Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan sampah di
Dusun Badegan Bantul Yogyakarta.
commit to user 9
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah, serta peran BKKLBM dalam pemberdayaan
perempuan dan pengelolan sampah. 2.
Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, serta
memperluas khasanah ilmu terutama kajian-kajian sosiologis yang berhubungan dengan partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah
serta tentang peran LSMOrmas dalam hal pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Persoalan lingkungan hidup, pengelolaan sampah dan limbah tidak dapat dilepaskan begitu saja dari campur tangan masyarakat. Masyarakat dengan
individu-individu di dalamnya sebagai komponen terpenting dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
Masyarakat merupakan objek ilmu sosiologi. Sosiologi berasal dari bahasa Yunani s
ocio
dan
logos
yang secara harfiah berarti ilmu tentang masayarakat. Beberapa tokoh memberikan definisi sosiologi yang berbeda-beda, meskipun
substansinya tetap sama yakni mempelajari masyarakat. Pitirim A Sorokin mendefinisikannya sebagai berikut :
“ ….adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal- balik antara aneka macam gejala-gejala sosial misalnya antara gejala
commit to user 10
ekonomi dengan agama, dsb; antara gejala-gejala sosial dengan gejala- gejala non-sosial; serta mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-
gejala sosial. ”
8
Selo Soemardjan dan Solaeman Sumardi memberikan definisi sosiologi sebagai berikut :
“ Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan
sosial.”
9
Selain kedua tokoh tersebut, Roucek dan Warren juga mengemukakan definisi sosiologi sebagai :
“ …ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. “
10
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sosiologi mempelajari masyarakat dengan melihat hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungan sekitarnya, termasuk didalamnya proses-proses sosial, struktur sosial, gejala sosial atau non-sosial serta perubahan sosial yang terjadi.
Permasalahan masyarakat terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Masyarakat bergerak dan berubah, perubahan-perubahan tersebut dapat
dianalisis dengan berbagai macam teori dan paradigma yang ada di dalam ilmu sosiologi. George Ritzer dalam bukunya Sosiologi Ilmu Pengetahuan
Berparadima Ganda menyebutkan, terdapat tiga paradigma yang digunakan dalam Sosiologi, yaitu Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial dan
8
Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,2006, hlm 19
9
Ibid,hlm 20
10
Ibid,hlm 19
commit to user 11
Paradigma Perilaku Sosial. Pada penelitian ini penulis menggunakan paradigma perilaku sosial yang sesuai dengan permasalahan yang akan penulis kaji.
Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud terdiri dari
dari : a.
Bermacam-macam objek sosial b.
Bermacam-macam objek non sosial Prinsip yang menguasai antar hubungan individu dengan objek sosial adalah
sama dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan objek non-sosial. Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku
indiviu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan
akibat-akibat atau
perubahan dalam
faktor lingkungan
menimbulkan perubahan terhadap perilaku. Jadi terdapat hubungan yang fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi di lingkungan
aktor.
11
Teori-teori yang terdapat dalam paradigma ini adalah Teori Behaviorial Sociology dan Teori Exchange. Sesuai dengan
issue
yang penulis angkat, maka teori yang digunakan adalah teori behavioral sociology.
Behavioral sociology dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prisip psikologi perilaku ke dalam sosiologi. Teori ini memusatkan perhatiannya pada
hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor
11
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, 2002, hlm 72-72
commit to user 12
dengan tingkah laku aktor. Teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian.
12
Berbicara tentang partisipasi masyarakat, sedikit banyak tentu akan berkaitan dengan konsep
Community Development
. Partisipasi merupakan salah satu unsur terpenting dalam konsep
community development
. Seperti dikutip dari Hasim dan Remiswai,
Community Development
merupakan satu pendekatan pekerjaan sosial yang bekerja dengan komunitas dan melibatkan partisipasi aktif
dari komunitas terutama komunitas lokal dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber-
sumber yang tersedia di dalamnya.
13
Partisipasi menjadi salah satu faktor terpenting agar terciptanya lingkungan hidup yang lebih baik. Sherry Arnstein
mendefinisikan strategi partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat komunitas dengan
badan pemerintah agency. Dengan pernyataannya bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat citizen partisipation is citizen power.
14
Arnstein kemudian mengelompokkan partisipasi dalam beberapa tipe yang mewakili proses-proses partisipasi yang berbeda-beda, yang didasarkan pada
distribusi kekuasaan. Tipe-tipe partisipasi tersebut lebih dikenal dengan 8 tangga partisipasi Arnstein. Arnstein menggunakan anak tangga karena masing-masing
anak tangga merupakan tahapan-tahapan partisipasi yang memiliki karakter masing-masing.
12
Ibid, hlm 74
13
Dr Hasim, M.Si, dkk, Community Development Berbasis Ekosistem, 2009, hlm 47
14
Diunduh dari http:bebasbanjir2025.wordpress.com04-konsep-konsep-dasarpartisipasi
pada tanggal 18 September 2010 pukul 23:04 wib
commit to user 13
Bagan Tangga partisipasi menurut Arnstein
15
Tangga terbawah merepresentasikan kondisi tanpa partisipasi non participation, meliputi: 1 manipulasi manipulation dan 2 terapi therapy.
Kemudian diikuti dengan tangga 3 menginformasikan informing, 4 konsultasi consultation, dan 5 penentraman placation, dimana ketiga tangga
itu digambarkan sebagai tingkatan tokenisme degree of tokenism. Tokenisme dapat diartikan sebagai kebijakan sekadarnya, berupa upaya superfisial dangkal,
pada permukaan atau tindakan simbolis dalam pencapaian suatu tujuan. Jadi sekadar menggugurkan kewajiban belaka dan bukannya usaha sungguh-sungguh
untuk melibatkan masyarakat secara bermakna. Tangga selanjutnya adalah 6
15
ibid
commit to user 14
kemitraan partnership, 7 pendelegasian wewenang kekuasaan delegated power, dan 8 pengendalian masyarakat citizen control. Tiga tangga terakhir
ini menggambarkan perubahan dalam keseimbangan kekuasaan yang oleh Arnstein dianggap sebagai bentuk sesungguhnya dari partisipasi masyarakat.
16
Pada tataran pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan, konsep- konsep tersebut menurut penulis sangat dapat diterapkan. Manajemen sampah
yang selama ini diberlakukan hanyalah memindahkan sampah dari rumah ke tempat sampah tingkat desa atau kelurahan kemudian dipindah lagi ke tempat
pembuangan akhir milik pemkot, pemkab ataupun pemprov. Hal ini tentu bukan penyelesaian yang solutif. Memindahkan sampah dari satu TPS ke TPS lain
kemudian ke TPA sama halnya dengan memindahkan masalah. Sehingga diperlukan sistem pengelolaan sampah yang berbasis partisipasi masyarakat agar
masyarakat menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan dengan tidak memusuhi sampah, namun dengan mendayagunakan atau mendaur-ulang sampah.
Volume sampah yang terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya tingkat konsumsi masyarakat menjadikan permasalahan sampah semakin
kompleks. Mengurangi konsumsi sampah bisa dijadikan salah satu cara untuk mengurangi timbulan sampah, namun hal tersebut tentu berpengaruh pada
perekonomian, dimana hal tesebut dapat menurunkan minat konsumsi masyarakat pada barang-barang tertentu. Hal ini membuktikan bahwa sampah merupakan
permasalah yang berkaitan dengan semua bidang, kesehatan. Lingkungan, social,
16
Arif Aliadi dkk, Peranserta Masyarakat dalam Pelestarian Hutan; Studi di Ujung Kulon Jawa Barat, Tenganan Bali, Krui Lampung
, 1994, hlm 3-5
commit to user 15
budaya dan perekonomian. PB Anand dalam jurnalnya Waste Management in Madras Revisited menyebutkan
“ Waste is an inevitable by-product for some, a consequence of economic development; in per capita terms, the greater the GNP, the greater the quantity of
waste produced each day. We also know that as low or middle-income countries pursue economic growth, their urban populations grow: the greater the GNP per
capita, the greater the percentage of population living in urban areas. At the same time, in most cities, external costs are not internalized – for example, the
consumption of resources such as fresh water or the pollution of rivers and waterways. While waste production rates increase with economic growth, so too
do the social and environmental costs of disposal of these wastes; but many of these costs are hidden for instance, treating the cost of governmentowned land
used for waste landfill operations as zero. Economists would argue that to become sustainable, such cities would have to stop “ freeloading” and would have
to pay the long-term marginal costs for consuming the resources. Deciding on what the city should pay is one thing; translating this into costs for citizens and
businesses as user charges is another. Research into issues of how citizens value these improvements and what institutional arrangements they prefer gains
relevance in such a context.”
17
Dalam tulisan tersebut disebutkan sampah merupakan produk tidak
terelakkan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi. Semakin besar GNP suatu Negara, semakin besar pula sampah yang dihasilkan setiap hari. Negara-
negara berkembang pun juga mengupayakan pertumbuhan ekonomi, populasi di perkotaan tumbuh dengan pesat, semakin besar GNP per kapita maka akan
semakin besar pula populasi penduduk di perkotaan. Pada saat yang bersamaan, di banyak kota, pengeluaran biaya tidak diinternalisasikan, seperti biaya untuk
penyediaan air bersih, polusi sungai dan sebagainya. Sementara tingkat polusi limbah juga meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Jurnal tersebut
secara jelas menyebutkan keterkaitan pertubuhan ekonomi dengan volume
17
Waste Management in Madras Revisited oleh PB Anand dari kumpulan jurnal Environment and Urbanization Vol 12 No 2 Oktober 2009 diunduh dari http:eau.sagepub.comcontent112161
pada tanggal 8 Agustus 2010 pukul 10:20:18
commit to user 16
sampah setipa hari. Bila hal yang demikian tidak tertangani maka akan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia.
Mengelola atau mendaur-ulang sampah dapat menjadi salah satu pilihan cerdas demi kelangsungan bumi ini. Mengelola sampah, terutama sampah rumah
tangga sehingga bernilai ekonomis bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Bagi seorang ibu rumah tangga kegiatan memilah, memilih dan mengolah sampah ini
secara tidak langsung menjadi program pemberdayaan bagi mereka. Pengelolaan sampah dan pengelolaan lingkungan yang baik membutuhkan
partisipasi perempuan disamping juga peran dari stake holder, dalam hal ini BKKLBM sebagai organisasi masyarakat, serta instansi pemerintah yang
memang berkaitan. Hal ini sebagaiman tercantum dalam jurnal Partnerships in
urban environmental management: an approach to solving environmental
problems in Nakuru, Kenya yang ditulis oleh Samson Wokabi Mwangi.
Disebutkan dalam jurnal tersebut
“ ...urban environmental management cannot successfully be achieved or sustained without cooperative and collective action between different actors. The
potential role of partnership will not easily be realized unless a number steps are taken changes in attitude occur.”
18
Manajemen lingkungan yang baik dan berkelanjutan tidak akan tercapai
tanpa adanya tindakan bersama antar aktor. Peran-peran yang potensial tidak akan terwujud bila tidak adanya perubahan dalam perilaku atau sikap. Senada dengan
hal tersebut, Bambang Suwerda melalui BKKLBM nya, seolah ingin mengubah
18
Jurnal Partnerships In Urban Environmental Management: An Approach To Solving
Environmental Problems In Nakuru, Kenya yang ditulis oleh Samson Wokabi Mwangi
dari kumpulan jurnal Environment and Urbanization Vol 12 No 2 Oktober 2009 diunduh dari
http:eau.sagepub.comcontent112161 pada tanggal 8 Agustus 2010 pukul 10:19:08
commit to user 17
perilaku masyarakat serta menyadarkan perempuan untuk sebuah tujuan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.
Keterlibatan masyarakat khususnya perempuan dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu cara efektif untuk menggulangi permasalahan sampah,
khususnya sampah rumah tangga. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Budi Gunarto dalam penelitian skripsi mengenai Rancangan Model Managemen
Pengelolaan Sampah Kota Berbasis Pada Partisipasi Kaum Perempuan Khusunya Ibu Rumah Tangga di Pemukiman dan Optimaslisasi Peran Pemulung di Kota
Surakarta pada tahun 2002. Penelitian Gunarto ini dilandasi akan permasalahan sampah di berbagai kota. Penanganan sampah yang hanya menggunakan
pendekatan
end of pipe
tidak memberikan solusi melainkan justru mendatangkan permasalahan baru, seperti TPA Akhir yang mulai penuh, bermunculannnya
penyakit yang disebabkan timbunan sampah, banjir dan sebagainya. Penelitian yang diadakan pada 8 tahun silam tersebut membuktikan bahwa permasalahan
sampah dari dulu hingga sekarang masih belum tertangani dengan baik. Secara umum pemerintah masih menggunakan pendekatan
end of pipe.
Penanganan sampah setelah sampai di TPA pun hanya dengan metode
open dumping
maupun
sanitary landfill
. Meskipun pada prakteknya di beberapa TPA lebih sering digunakan metode
open dumping
. Seperti disebutkan Gunarto dalam penelitiannya,
Reduce
,
Reuse
dan
Recycle
adalah model relatif aplikatif dan bernilai ekonomis yang dapat diterapkan pada skala kawasan sehingga
memperkecil kuantitas dan kompleksitas sampah. Kini metode tersebut dirasa masih sangat relevan digunakan untuk menangani permasalahan sampah, pada
commit to user 18
skala rumah tangga misalnya seperti yang dirintis oleh Bambang Suwerda, S.ST, M.Si di Badegan Bantul. Meskipun menggunakan model yang sama, pengelolaan
sampah di Dusun Bantul lebih terpadu dengan mengandalkan komunitas masyarakat serta terorganisasi lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya
pembentukan BKKLBM beserta divisi-divisinya. Penelitian yang dilakukan oleh Gunarto lebih menitikberatkan pada peran pemulung dan ibu rumah tangga di
sekitar TPA Putri Cempo Mojosongo sedangkan yang terjadi di Dusun Badegan Bantul adalah justru bertujuan mengurangi keberadaan pemulung di TPA
Piyungan maupun di Dusun Badegan khusunya.
F. KONSEP YANG DIGUNAKAN