Keadaaan Umum Lokasi Penelitian

44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keadaaan Umum Lokasi Penelitian

1. Letak, Luas dan Batas Secara geografis terletak 111º 8’ 13’’ – 111º 8’ 58’’ BT dan 7º 37’ 20’’ – 7º 38’ 33’’ LS. Berdasarkan pembagian wilayah administratif, kawasan TAHURA terletak di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Instansi pengelolaan dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan Taman Hutan Raya BPTP Tahura. Luas kawasan Taman Hutan Raya TAHURA KGPAA Mangkunagoro I ± 231,1 ha. Batas-batas kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I adalah: Sebelah Utara : berbatasan dengan tanah hak Dusun Munggur Desa Berjo, dan tanah hak Desa Girimulyo dan Hutan Lindung Wilayah RPH Tambak dan Ngerak BKPH Lawu Utara. Sebelah Timur : berbatasan dengan Hutan Lindung Wilayah RPH Tambak dan Ngerak BKPH Lawu Utara. Sebelah Selatan dan Barat: berbatasan dengan Hutan Lindung Wilayah RPH Tambak BKPH Lawu Utara. 2. Geologi. Struktur geologi kawasan TAHURA Mangkunagoro I terdiri dari kwater muda dank water tua. Jenis tanah kawasan tersebut adalah asosiasi andosol dan litosol, komplek andosol coklat, andosol coklat kekuningan dan litosol sumber peta geologi Jawa Tengah skala 1 : 10.000. kedua jenis tanah tersebut andosol dan litosol termasuk jenis tanah yang peka dan sangat peka terhadap erosi. Formasi-formasi geologi yang terdapat di TAHURA seluruhnya didominasi oleh Komplek Lawu. Secara geologis, letusan-letusan terjadi pada jaman Plestosin atas dan Holosin. Batu-batuan yang berasal dari Plestosin atas dan Lawu tua adalah pucat dan terdiri dari batu apung, beberapa konglomerat breksi, tufa dan kwarsa yang mengandung andersit, sedangkan batu-batuan perpustakaan.uns.ac.id commit to user Holosin berupa Lawu muda tidak mengandung kwarsa. Secara morfologis, kompleks wilayah tersebut terdiri atas lapangan berjurang, teriris-iris dalam, sedangkan runtuhan Lawu tua mudah longsor kecuali lereng-lereng di bawah ketinggian 600 m dpl. masih merupakan lereng vulkan yang teriris kuat. Produk-produk dari Lawu hanya terbatas pada areal puncak dan hanya di sebelah utara kompleks yang menyusup ke dalam jurang, mengisi lembah membentuk landasan melandai serta membangun dataran di kaki vulkan. 3. Topografi. TAHURA Mangkunagoro I berada pada ketinggian tempat 1.200 mdpl sampai dengan 1.600 m dpl, memiliki kemiringan lereng lebih dari 40 . Kawasan hutan bertopografi bergelombang dengan kelerengan mikro lebih dari 60 berkemiringan agak curam sampai terjal, sedangkan sisanya berkemiringan datar sampai landai. berbukit sampai terjal dengan kemiringan datar 0 sampai curam 40. Kondisi kemiringan sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 6. Komposisi Kelas Kelerengan Kawasan TAHURA Mangkunagoro I No Kelas Kemiringan Jumlah Satuan Lahan unit Luas ha Prosentase Keterangan 1 Datar 7 20.72 8.96 – 8 2 Landai 11 72.74 31.45 8 – 15 3 Agak Curam 9 49.53 21.41 15 – 25 4 Curam 10 52.07 22.51 25 – 40 5 Terjal 9 36.24 15.67 40 Jumlah 46 231.3 100.00 Sumber: RP TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Tahun 2002 4. Iklim dan Hidrologi Berdasarkan klasifikasi iklim F.G Schmidt dan JHA. Ferguson, TAHURA KGPAA Mangkunagoro I mempunyai tipe iklim C. dilihat dari daerah aliran sungainya, lokasi TAHURA KGPAA Mangkunagoro I terletak dalam kawasan Daerah Aliran Sungai DAS Solo, Sub Daerah Aliran Sungai DAS perpustakaan.uns.ac.id commit to user Mungkung. Secara umum aliran Sub Daerah Aliran Sungai DAS Mungkung berasal dari puncak Lawu dan bermuara ke sungai Bengawan Solo di Kecamatan Sragen. Curah hujan tahunan rata-rata yang diukur dibeberapa Kecamatan sekitar Taman Hutan Raya Mangkunagoro I terlihat sebagai berikut: Tabel 7. Curah Hujan Rata-rata di Beberapa Kecamatan Sekitar Mangkunagoro I Periode 2003 – 2008 No Kecamatan Jumlah Hujan Tahunan rata- rata mm Jumlah Hujan Harian rata-rata mm Jumlah Hari Hujan Setahun hari 1 Karangpandan 2.422 26,57 91,17 2 Tawangmangu 2.842 22,71 125,17 Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009 5. Kondisi Tutupan Lahan Berdasarkan analisis citra satelit Quickbird liputan tanggal 28 September 2008 indikasi tutupan kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I adalah sebagai berikut: Tabel 8. Kondisi Tutupan Lahan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I No Kondisi Tutupan Luas ha Keterangan 1. Berdasarkan tipe hutan a. Hutan tanaman monokultur b. Hutan alam 165.35 65.95 Dominasi pinus 2. Kerapatan tutupan lahan a. Kerapatan tinggi b. Kerapatan sedangjarang c. Semak belukartanah kosong 55.53 51.10 124.85 Tajuk saling bertemu Sumber: Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Hutan Raya TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Provinsi Jawa Tengah periode 2013 – 2022 Desember, 2012 commit to user TAHURA KGPAA Mangkunagoro I secara garis besar tutupan lahannya dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu hutan tanaman dan hutan alam. d. Hutan tanaman berupa tanaman eksitu dari luar kawasan yang awalnya untuk tujuan produksi dan rehalibilitasi, yaitu: jenis pinus, damar, kina, dan akasia dekuren. Untuk tutupan hutan tanaman sebagian dalam kondisi rapat. e. Hutan alam berupa hutan berkomposisi jenis-jenis asli hutan pengunungan Lawu. Tutupan pada hutan alam kondisinya sebagian besar berupa hutan sekunder dengan tutupan lahan semak belukar. Berdasarkan analisis citra hasil peliputan pada tahun 2008 terdapat bagian kawasan dengan tutupan lahan sedangjarang seluas 51.1 ha 23.39 dan semak belukar dan kosong seluas 124.85 ha 53.98. Kondisi tutupan ini menjadi salah satu kelemahan biofisik kawasan TAHURA Mangkunagoro I. 6. Potensi Hayati a. Flora Kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I merupakan rangkaian ekosistem hutan Gunung Lawu, beberapa spesies tumbuhan ditemukan dalam kawasan TAHURA sama dengan spesies tumbuhan di hutan Jobolarangan Gunung Lawu. Spesies tumbuhan tersebut yaitu: Acer laurinum, Melastoma malabathricum, Ficus sinuata, Rubus chrysophyllus, Schima walichii, dan Lantana camara. Jenis tumbuhan pinus Pinus merkusii dan bintami Cupressus sempervirens ditemukan di hutan tanaman dan hutan alam, yang telah ditanam pada masa pengelolaan Perum Perhutani 1968-1999. Spesies kina Cinchona pubescens ditemukan di areal hutan alam yang telah ditanam sejak masa kolonial Belanda sebagai komoditas perkebunan. Ekosistem semak belukar dijumpai di sekitar perbatasan antara areal hutan alam dan hutan tanaman. Habitus tumbuhan di hutan alam didominasi oleh pohon, sehingga sebagian besar luas hutan tertutupi oleh tajuk atau kanopi pohon. Spesies pohon tidak semua ditemukan di setiap tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang, dan pohon. Komposisi vegetasi di lokasi pengamatan, lokasi ini dikategorikan sebagai ekosistem hutan terganggu. Hal ini ditandai dengan rendahnya keanekaragaman tumbuhan, munculnya spesies tumbuhan secara commit to user alami akan tumbuh di ekosistem semak belukar, ditemukannya beberapa spesies tumbuhan merupakan spesies asing invasif dan relatif mendominasi. Sejarah introduksi spesies tumbuhan di lokasi pengamatan telah menggambarkan spesies tumbuhan sampai dengan sekarang. Spesies asing invasif atau invasive alien species IAS terbukti menjadi gangguan di kawasan TAHURA, ditemukan beberapa spesies yang merupakan spesies asing invasif, yaitu: kina Cinchona pubescens, kembang telek Lantana camara, amisan Paspalum conjugatum, alang-alang Imperata cylindrica, ceplikan Impatiens platypetala, nganen Melastoma malabathricum, cale Ficus fistulosa, serta ganyongan Canna hybrida. Komposisi dan dominasi spesies vegetasi berdasarkan nilai penting INP hasil survei, sebanyak 42 empat puluh dua spesies tumbuhan. Famili teridentifikasi di lokasi pengamatan, sebanyak 7 tujuh spesies hanya berhasil teridentifikasi sampai genus dan 2 spesies berhasil teridentifikasi hingga famili. Famili Rubiaceae dan Moraceae memiliki jumlah spesies paling banyak, yaitu 6 enam spesies Rubiaceae dan 5 lima spesies Moraceae. Famili lainnya masing-masing teridentifikasi 1 spesies. Tabel 9. Komposisi Tumbuhan Berdasarkan Famili Famili Jumlah Spesies Rubiaceae 6 Moraceae 5 Poaceae 5 Araliaceae 2 Asteraceae 2 Fagaceae 2 Liliaceae 2 Melastomataceae 2 Rosaceae 2 Theaceae 2 Urticaceae 2 commit to user Indeks Nilai Penting INP diketahui dari perhitungan kerapatan, frekuensi, dan dominasi spesies. Indeks nilai penting INP menunjukkan pentingnya peranan suatu spesies tertentu dalam ekosistem Fachrul, 2008. Nilai INP tertinggi untuk setiap species ditunjukkan pada Tabel berikut: Tabel 10. Indek Nilai Penting INP Vegetasi No Habitus Tingkat Nama Spesies INP Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Pinus Pinus merkusii Kina Cinchona pubescens Sekulan Maesa perlarius Kina Cinchona pubescens Pinus Pinus merkusii Pasang Cuercus sundaica Pinus Pinus merkusii Bintami Cupressus sempervirens Pampung Macropanax dispermum Pinus Pinus merkusii Pampung Macropanax dispermum Bintami Cupressus sempervirens 68,09 47,20 8,97 74,61 28,15 11,23 90,39 44,88 30,10 177,44 29,35 25,19 Pinus Pinus merkusii mendominasi pada tingkat pertumbuhan semai, tiang dan pohon. Lokasi penelitian berada dalam areal hutan alam, tidak semua wilayahnya merupakan ekosistem hutan alam. Sisa-sisa vegetasi hutan produksi dan perkebunan kina Cinchona pubescens masih banyak dijumpai di areal hutan alam. Vegetasi tersebut ditanam berpuluh-puluh tahun yang lalu sebagai hutan produksi ketika masih dikelola oleh Perum Perhutani maupun perkebunan kina yang dikelola oleh kolonial Belanda. Spesies yang ditanam sebagai tanaman hutan produksi antara lain pinus, dan bintami Cupressus sempervirens. Pinus Pinus merkusii merupakan salah satu spesies famili Pinaceae. Orwa, et al. 2009 menyebutkan bahwa pinus tersebar di berbagai negara di Asia Tenggara, salah satunya Indonesia. Di Indonesia, pinus tumbuh alami di pulau Sumatera, pinus di Jawa merupakan hasil penanaman. Pinus biasa tumbuh pada ketinggian tempat 30 sampai 1.800 mdpl pada berbagai tipe tanah dan iklim dengan suhu tahunan rata-rata 19º hingga 28º C. Terkait perpustakaan.uns.ac.id commit to user keberadaan pinus di TAHURA, kawasan ini dahulunya dikelola oleh Perum Perhutani sebagai hutan produksi dan hutan lindung dengan tanaman pinus. Pinus di areal hutan tanaman dulu dimanfaatkan dengan disadap resinnya, pinus di areal hutan alam berfungsi sebagai pencegah erosi, sehingga tidak disadap. Setelah produktivitas pinus dalam menghasilkan resin semakin menurun, penyadapan dihentikan, yaitu sebelum perubahan fungsi kawasan hutan dari hutan lindung menjadi TAHURA. Spesies yang mendominasi habitus pohon pada tingkat pertumbuhan pancang adalah spesies kina Cinchona pubescens. Nilai INP suatu spesies tinggi menunjukkan bahwa spesies tersebut sangat mempengaruhi ekosistem tersebut Fachrul 2008. Keberadaan kina di TAHURA diawali dengan penanaman kina sebagai komoditas perkebunan pada zaman pendudukan kolonial Belanda. Setelah areal perkebunan kina ini menjadi bagian dari kawasan TAHURA, maka pengambilan kulit kina pun mulai dihentikan. Hasil survei floravegetasi tingkat pertumbuhan; pohon, tiang, pancang dan semai dalam blokzonasi yaitu: a. blokzona koleksi 22 petak ukur ditemukan 31 jenis spesies dengan jumlah 239 individu ditemukan, pada tingkat pertumbuhan bawah sebanyak 22 jenis spesies ditemukan, b blokzona perlindungan 22 petak ukur 29 jenis spesies dengan jumlah 344 individu ditemukan, pada tingkat pertumbuhan bawah 32 jenis spesies ditemukan, c. blokzona pemanfaatan 2 petak ukur ditemukan 3 jenis spesies dengan jumlah 22 individu ditemukan, pada tingkat pertumbuhan bawah 6 jenis spesies ditemukan. Sebagian besar permukaan tanah ditumbuhi pohon pinus, padang rumput dan semak-semak atau hutan sekunder. Bagian yang berhutan agak lebat terdapat pada celah bukit dan lembah, keadaan vegetasi dengan tajuk saling bertemu dalam tingkat pohon dan tiang. Kawasan ini terdiri dari bekas hutan tanaman dan hutan alam. lampiran:7. b. Satwa Aves dan Mamalia Satwa atau fauna keberadaannya merupakan indikator dari kualitas vegetasi atau habitat hutan. Satwa yang menjadi indikator umumnya adalah mamalia, burung, primata, dan herpetofauna Bismark, 2011. Dalam penelitian ini peneliti lebih kepada mamalia dan burung. Mamalia merupakan perpustakaan.uns.ac.id commit to user salah satu kelas dari vertebrata yang memiliki sifat Homoitherm berdarah panas, ciri khas mamalia adalah melahirkan, menyusui dan berbulu. Data yang dikumpulkan dalam survei mamalia berdasarkan jejak dan suara, jumlah individu, kelompok usia, aktifitas satwa, pemanfaatan ruang, waktu teramatinya satwa serta kondisi habitat tempat ditemukannya satwa Bismark, 2011. Salah satu yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis burung. Burung dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan waktu aktivitas yaitu diurnal dan nokturnal. Ciri-ciri burung adalah tubuhnya ditutupi bulu, memiliki paruh. Jenis satwa aves dijumpai langsung di kawasan TAHURA yaitu; a. zona koleksi 11 petak ukur ditemukan 16 jenis spesies dengan jumlah 48 individu ditemukan, Cekakak Jawa Halcyon cyanopentris status endemik dilindungi sebanyak 10 individu jenis ditemukan, dan status dilindungi Elang Bido Spilornis cheela 1 individu ditemukan. b zona perlindungan 11 petak ukur ditemukan 26 jenis spesies dengan jumlah 46 individu ditemukan, status dilindungi yaitu: Elang Bido Spilornis cheela 1 individu ditemukan, status endemik dilindungi yaitu: Cekakak Jawa Halcyon cyanopentris 1 individu, Tepus Pipi Perak Stachyris melanothorax, Burung Madu Gunung Aethopyga eximia 1 individu ditemukan, dan Burung Madu Gunung Aethopyga eximia 1 individu ditemukan. lampiran.7 Jenis satwa mamalia dijumpai langsung atau dijumpai tapak bekas kaki dan kotoran di kawasan TAHURA ditemukan 10 jenis spesies dengan jumlah 140 individu ditemukan. Satwa ditemukan dengan status dilindungiappendix, yaitu: Kijang Muntiacus muntjak 4 individu, Musang Luwak Paradoxurus hermaphrodites 9 individu, Tupai Kekes Tupaia javanica 2 individu, landak Hystrix brachyuran 1 individu, rusa timor Cervustimorensis 7 individu, macan kumbang Panthera tigris 6 individu ditemukan. lampiran:8. 7. Potensi Bukan Hayati Topografi bergelombang, berbukit, dan dengan ketinggian tempat diatas 1.200 mdpl, serta memiliki bentang lahan di kawasan TAHURA menjadi potensial untuk wisata alam dengan udara yang sejuk. Peninggalan sejarah yang perpustakaan.uns.ac.id commit to user berkaitan dengan candi sukuh, yaitu: situs watu bulus, watu lumping, cemoro pogog, sendang raja, dan goa angin merupakan gejala unik di kawasan TAHURA. Tempat wisata yang terhubung dengan kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I, yaitu: a. Situs Cemoro Bulus Situs Cemoro Bulus adalah sebuah Arca Kura-kura, yang mirip dan masih ada kaitannya dengan peninggalan purbakala seperti di Candi Sukuh, situs Cemoro Bulus ini merupakan portal gaib menuju puncak Lawu. Dalam Mitologi Hindu, Arca kura – kura melambangkan Bhur Loka atau alam bawah yaitu dasar gunung Mahameru. b. Air Terjun Parang Ijo Kawasan air terjun Parang Ijo masuk wilayah TAHURA KGPAA Mangkunagoro I dan Perhutani. Sebelumnya air terjun tersebut dikelola secara mandiri oleh koperasi warga masyarakat, namun karena ada kecenderungan dikuasai pengelolaannya secara pribadi, saat ini di kelola oleh TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. Tempat wisata yang ada di TAHURA KGPAA Mangkunagoro I, yaitu: Sendang Raja, Goa Angin dan Goa Jepang. Tempat tersebut masih terjaga dengan baik, dan masih memungkinkan untuk dikembangkan. c. Candi Sukuh Candi Sukuh merupakan sebuah kompleks candi agama Hindu yang secara administrasi terletak di wilayah Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini dianggap kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena penggambaran alat-alat kelamin manusia secara eksplisit pada beberapa figurnya. Candi Sukuh telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia sejak tahun 1995. d. Goa Jepang perpustakaan.uns.ac.id commit to user 8. Aksesbilitas Secara spasial atau keruangan wilayah TAHURA KGPAA Mangkunagoro I sebagian berbatasan dengan tanah hak dengan batas alam sungai dan tanah garapanbondo desa. Batas ini tidak dapat digunakan sebagai jalan masuk karena kondisi topografi yang terjalcuram. Akses keluar masuk kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I dapat ditempuh melalui kawasan hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani dengan panjang akses jalan 400 m menuju jalan utama. 9. Pengelolaan Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I oleh Pemerintah Jawa Tengah merupakan salah satu implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota, tentang urusan pengelolaan Taman Hutan Raya skala Provinsi menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi. Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I mempunyai fungsi utama untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. TAHURA KGPAA Mangkunagoro I secara struktur organisasi dikelola oleh Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan Taman Hutan Raya BPTP Tahura yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan rutin yang dilaksanakan pengelola dalam patroli keamanan kawasan hutan menggunakan motor dan kuda, pemeliharaan koleksi satwa, persemaian dan rehabilitasi hasil hutan. Secara historis, sosiologis dan ekonomis, masyarakat di sekitar TAHURA KGPAA Mangkunagoro I memiliki ketergantungan cukup tinggi terhadap kawasan hutan, khususnya penyediaan pakan ternak dan sumber hasil hutan bukan kayu. Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I diarahkan sebagai kawasan konservasi yang mampu mewujudkan kondisi hutan dengan kekayaan jenis tumbuhan dan satwa, bermanfaat bagi kepentingan masyarakat perpustakaan.uns.ac.id commit to user dan berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitarnya. Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I merupakan implementasi dari Peraturan daerah Provinsi Jawa Tengah No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Provinsi Jawa Tengah. Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I bertujuan untuk : a. Menjamin kelestarian TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. b. Membina dan mengembangkan koleksi tumbuhan dan satwa serta potensi TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. c. Mengoptimalkan pemanfaatan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, penunjang budidaya dan budaya, pariwisata alam dan rekreasi bagi kesejahteraan masyarakat. d. Meningkatkan tata air dan memberikan perlindungan terhadap TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. 10. Sejarah Kawasan Berdasarkan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Hutan Raya TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Provinsi Jawa Tengah periode 2013 – 2022, menjelaskan tentang sejarah TAHURA KGPAA Mangkunagoro I sebagai berikut: i Pembentukan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I diawali dengan penunjukan kawasan dalam Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 849Kpts-II1999 tanggal 11 Oktober 1999 tentang perubahan Fungsi Kawasan Hutan Seluas ± 231.3 ha terletak di Resort Pemangkuan Hutan RPH Tambak, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH Lawu Utara, Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH Surakarta, wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Dati II Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah, menjadi Kawasan Pelestarian Alam KPA dengan fungsi sebagai Taman Hutan Raya TAHURA dengan nama TAHURA ”NgargoyosoMangkunagoro I”. ii Pembentukan Tim Pembangunan dan Pengembangan Taman Hutan Raya TAHURA Provinsi Jawa Tengah dalam Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 522.05741999 tanggal 21 Desember 1999. perpustakaan.uns.ac.id commit to user iii Menteri Kehutanan meningkatkan status kawasan dari penunjukan menjadi penetapan dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 233Kpts-II2003 tentang Penetapan Kawasan Hutan seluas 231,1 ha sebagai Kawasan Hutan Tetap dengan Fungsi Taman Hutan Raya NgargoyosoMangkunagoro I. iv TAHURA KGPAA Mangkunagoro I dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2002 sampai sekarang. Pembetukan Unit Pelaksana Teknis UPTD Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 dengan nama Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan Taman Hutan Raya BPTP TAHURA memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai pelaksana teknis pengelolaan Kebun Raya Baturraden dan Taman Hutan Raya Mangkunagoro I. 11. Kondisi Sosial Ekonomi Mayarakat Keberadaan TAHURA Mangkunegoro I sangat berkaitan erat dengan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Interaksi masyarakat di sekitar kawasan dengan kawasan Tahura telah berlangsung lama jauh sebelum Tahura terbentuk. Dalam rangka meningkatkan peran Tahura bagi masyarakat di sekitar kawasan telah diupayakan fasilitas dalam bentuk pelatihan dan bantuan peralatan usaha. Masyarakat di sekitar kawasan TAHURA memiliki ketergantungan pada hutan, khususnya yang berbatasan langsung. Terdapat 2 desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TAHURA, yaitu: Desa Berjo dan Desa Girimulyo. Masyarakat di kedua desa tersebut memanfaaatkan hutan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan ternak dan kayu bakar. Berdasarkan pendataan yang dilakukan terhadap masyarakat yang memanfaatkan rumput dari kawasan TAHURA sebanyak 251 KK pengaram. Kebutuhan areal pengaram ini berkorelasi langsung dengan jumlah ternak yang ada di kedua desa tersebut. Data sosial ekonomi Desa Berjo dan Desa Girimulyo dapat dilihat sebagaimana lampiran 4. commit to user

B. Kriteria Sensitifitas