EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2004-2008

(1)

ABSTRAK

EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) KOTA BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2004-2008

OLEH : LENA ARIF

Pajak BPHTB merupakan bagian dari dana bagi hasil pajak, rincian pembagian pajak BPHTB sesuai UU No.33 tahun 2004 Pasal 12 Ayat4 adalah 20% untuk pemerintah pusat, 16% untuk pemerintah Provinsi dan 64% untuk pemerintah kabupaten/kota.

Karena begitu pentingnya peran BPHTB dalam Dana Bagi Hasil Pajak, maka permasalahan yang akan dikemukakan yaitu penulis ingin mengetahui seberapa besar efektifitas, laju pertumbuhan dan kontribusi pajak BPHTB terhadap Bagi Hasil Pajak Kota Bandar Lampung dari tahun 2004-2008 dengan mengunakan Analisis Kuantitatif serta proses pemungutan pajak BPHTB tersebut dengan menggunakan Analisis Kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan yaitu : terjadinya

penyimpangan antara target dengan realisasi penerimaan BPHTB Kota Bandar Lampung tahun anggaran 2004-2008 setiap tahunnya sangat fluktuatif. Asas Convenience of payment dan Asas Efficency belum dilaksanakan secara maksimal. Rata-rata persentase tingkat efektifitas pemungutan pajak BPHTB adalah sebesar 102,84 persen dengan tingkat efektifitas yaitu sangat efektif. Laju pertumbuhan penerimaan pajak BPHTB Kota Bandar Lampung tahun anggaran 2004-2008 mengalami peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 27,17 persen. Persentase tingkat kontribusi penerimaan pajak BPHTB Kota Bandar Lampung terhadap realisasi penerimaan bagi hasil pajak Kota bandar Lampung rata-rata sebesar 29,07 persen dan termasuk dalam kriteria sedang. KP-PBB sebagai petugas yang padanya melekat hak dan kewajiban untuk memungut BPHTB, harus diberikan tambahan wewenang agar dapat berperan aktif dan langsung berurusan dengan para wajib pajak dan tidak hanya menunggu laporan dari Kecamatan/Notaris/PPAT. Sistem pemungutan BPHTB yang diatur dalam Surat Mentri Keuangan RI No.03/KMK.04/1997 perlu direvisi, terutama mengenai penunjuk Bank Persepsi dan Bank Operasional V.


(2)

ABSTRACT

EFFECTIVENESS COLLECTION OF TAX ON THE ACQUISITION OF BEA LAND AND BUILDING (BPHTB) BANDAR LAMPUNG CITY

YEAR 2004-2008

BY

LENA ARIF

BPHTB taxes are part of the tax revenue sharing funds, the details of the tax division BPHTB Law No.33 year 2004 according to Article 12 Ayat4 is 20% for central government, 16% to 64% and the provincial government to district governments.

Because it's so important BPHTB role in Tax Revenue Sharing Fund, then the problems will be noted that the writer wanted to know how big the effectiveness, growth and tax contributions BPHTB of Tax Sharing Bandar Lampung from year 2004-2008 using the Quantitative Analysis and the process of tax collection BPHTB using Qualitative Analysis.

Based on this research can be concluded as follows: the deviation between the target with the actual revenues BPHTB Bandar Lampung year 2004-2008 budget each year is very volatile. Convenience of payment principle and principle

Efficency not optimally implemented. Average percentage rate of effectiveness of tax collection amounted to 102.84 percent BPHTB with the level of effectiveness that is highly effective. BPHTB tax revenue growth rate of Bandar Lampung year 2004-2008 budget to increase, with an average growth rate of 27.17 percent. The percentage rate of contribution of tax revenue BPHTB Bandar Lampung on the realization of tax revenue sharing Bandar Lampung average of 29.07 percent and included in the criteria. KP-UN as an officer of her inherent right and obligation to collect BPHTB, should be given additional authority to direct and active role to deal with the taxpayers and not just wait for a report from the District / Notary / PPAT. BPHTB collection system as stipulated in the Letter of Financial Secretary RI No.03/KMK.04/1997 needs to be revised, especially on the bookmark Bank and Bank Operational Perception V.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Dearah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan, yang diperbaharui dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, maka pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan di daerahnya. Hal ini diharapkan dapat lebih meningkatkan pembangunan daerah sesuai dengan

kebutuhan daerahnya dan dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah dalam menjalankan peranannya mengeluarkan biaya-biaya yang diperoleh dari berbagai sumber. Pajak merupakan salah satu bentuk penerimaan negara yang utama disamping penerimaan dari pungutan (chargers) atau juga pinjaman, dimana pajak dapat berupa dana yang ditarik dari sektor swasta tanpa mengakibatkan timbulnya kewajiban bagi pemerintah terhadap pihak pembayar. Sedangkan pinjaman merupakan sesuatu penarikan yang dilakukan sebagai pengganti janji pemerintah untuk membayar kembali pada suatu hari dimasa mendatang. Untuk itu setiap penerimaan negara khususnya pajak perlu diatur pemungutannya sesuai dengan perkembangan dan kondisi.


(4)

Pajak merupakan salah satu penerimaan negara, yang beberapa tahun belakangan ini menjadi sumber terbesar penerimaan dalam negeri dan merupakan sumber pemasukan keuangan negara. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, bahwa Otonomi daerah merupakan kewenagan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka daerah otonom harus mampu mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan dengan pajak sebagai sumber keuangan terpenting, dan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bagunan (BPHTB) merupakan salah satu

diantaranya.

Definisi Dana Perimbangan berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 Pasl 10 Ayat 1 adalah dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Dana perimbangan terdiri dari : a. Dana Bagi Hasil (DBH)

b. Dana Alokasi Umum (DAU) c. Dana Alokasi Khusus (DAK).

Dana Bagi Hasil sesuai UU No. 32 Tahun 2004 pasal 160 dibagi dua yaitu yang bersumber dari pajak dan non pajak. Selanjutnya, Dana Bagi Hasil yang

bersumber dari pajak terdiri dari: a. Pajak Bumi bangunan (PBB)


(5)

c. Pajak Penghasilan (PPh).

Berikut ini dapat dilihat data target dan realisasi Bagi Hasil Pajak Kota Bandar Lampung Tahun 2004-2008 Tabel 1.

Tabel 1. Data Target dan Realisasi Bagi Hasil Pajak Kota Bandar Lampung Tahun 2004-2008 (dalam Rupiah)

Tahun Target Realisasi

Pertumbuhan Realisasi

(%) 2004 30.079.198.300 36.231.123.000 120,45 2005 36.335.680.000 41.737474.621 114,87 2006 36.148.465.690 36.813.348.979 101,83 2007 43.970.000.000 53.143.067.163 120,87 2008 55.057.848.704 55.199.728.758 100,25

Jumlah 558,27

Rata-rata 111,65

Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandar Lampung, 2008

Tabel 1, menunjukkan Realisasi Bagi Hasil Pajak Kota Bandar Lampung dari tahun 2004-2008 memperlihatkan hasil yang cukup baik dan selalu mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatannya pada periode tahun anggaran 2004-2008 adalah 111,65 persen, dengan persentase tertinggi tahun 2007 sebesar 120,87 persen dan terkecil tahun 2008 sebesar 100,25 persen, dari Rp 55.057.848.704 yang ditargetkan dapat terealisasi sebesar Rp. 55.199.728.758.

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak menurut UU No. 33 Tahun 2004 Pasal 11 Ayat 3 terdiri dari :

a. Kehutanan

b. Pertambangan umum c. Perikanan


(6)

d. Pertambangan minyak bumi e. Pertambangan gas bumi

Di bawah ini dapat dilihat data target dan realisasi bagi Hasil bukan Pajak Kota Bandar Lampung pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Target dan Realisasi bagi Hasil Bukan Pajak Kota Bandar Lampung Tahun 2004-2008 (dalam rupiah)

Tahun Target Realisasi

Pertumbuhan Realisasi

(%) 2004 16.588.000.000 15.399.251.981 92,83 2005 14.160.000.000 24.791.571.204 175,08 2006 17.030.000.000 25.598.404.642 150,31 2007 17.923.257.204 17.438.154.002 97,30 2008 17.438.766.293 27.401.569.705 157,13

Jumlah 672,65

Rata-rata 134,65

Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandar Lampung, 2008

Tabel 2, menunjukkan perkembangan bagi hasil bukan pajak kota Bandar

Lampung tahun 2004-2008 tertinggi pada tahun 2008 sebesar Rp. 27.401.569.705. dan terendah pada tahun 2004 sebesar Rp 15.399.251.981. Dengan persentase perkembangan tertinggi pada tahun 2005 sebesar 175,08 persen sedangkan persentase terkecil pada tahun 2004 sebesar 92,83 persen. Rata-rata

pertumbuhannya pada tahun 2004-2008 sebesar 134,65 persen.

Mekanisme pemungutan BPHTB berkaitan dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, hal ini mengingat bahwa PBHTB dikelola oleh Pemerintah Pusat, akan tetapi penerimaan BPHTB sebagian besar dikembalikan ke daerah. Sedangkan pelaksanaan pemungutan BPHTB melibatkan para pejabat terkait,


(7)

antara lain PPAT/Notaris, Camat, Kantor Pertanahan (BPN), KP-PBB (Dirtjen Pajak) dan Instansi terkait lainnya, maka kerjasama dan koordinasi yang intensif sangat membantu kelancaran dan efektivitas pelaksanaan pemungutan BPHTB. Optimalisasi pemungutan BPHTB tergantung partisipasi aktif dan koordinasi antara instansi dan juga didukung oleh kualitas pelayanan yang memungkinkan wajib pajak memperoleh kemudahan di dalam melaksanakan kewajiban

perpajakan.

Sesuai dengan UU No. 33 Tahun 2004 Pasal 11 bahwa BPHTB merupakan bagian dana bagi hasil pajak, pertama kali dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 1998.

Sebelum adanya BPHTB pos ini dikenal dengan nama pemungutan bea balik nama. Bea balik nama ini dipungut atas setiap perjanjian pemindahan hak atas harta tetap yang ada di wilayah termasuk pemeliharaan harta/wasiat atau bea balik nama yang selanjutnya diperbaharui dengan nama BPHTB.

Pelaksanaan merupakan fungsi dari kegiatan untuk melaksanakan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan ini berhubungan dengan disiplin rencana dan bekerja berdasarkan ketentuan yang ada. Pelaksanaan kebijakan pemungutan BPHTB akan berhasil jika berdasarkan sumber hukum yang berlaku. Sistem pemungutan BPHTB terbagi menjadi dua yaitu dipungut oleh Pemerintah Pusat dan dipungut oleh Pemerintah Daerah. Pemungutan BPHTB di Kota Bandar Lampung dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP-PBB).

Nilai transaksi merupakan harga yang terjadi dan disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan, sedangkan nilai pasar merupakan harga rata-rata dari transaksi jual beli secara wajar yang terjadi disekitar letak tanah dan bangunan, yang


(8)

menjadi obyek pajak berupa tanah termasuk tanaman, tanah dan bangunan, bangunan. Dalam pelaksanaan pemungutan BPHTB, diawali dengan adanya transaksi jual beli objek pajak. Untuk Kota Bandar Lampung Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Rp. 25.000.000, dengan pengenaan tarif sebesar 5 % yang diatur dalam Undang-undang, dari setiap Obyek pajak dikenakan BPHTB. Penerimaan BPHTB untuk Kota Bandar Lampung pada tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Target Dan Realisasi Penerimaan BPHTB Kota Bandar Lampung Tahun 2004-2008

Tahun Target

(Rp)

Realisasi (Rp)

Pertumbuhan Realisasi (%) 2004 4.020.000.000 5.825.459.783 144,91 2005 6.727.456.650 9.590.752.000 142,57 2006 5.500.000.000 8.681.566.109 157,84 2007 10.070.000.000 13.508.103.584 134,14 2008 15.000.000.000 11.925.761.640 79,50

Jumlah 685,96

Rata-rata 131,79

Sumber : KP-PBB Kota Bandar Lampung, 2008

Berdasarkan Tabel 3, mengenai data target dan realisasi serta pertumbuhan penerimaan BPHTB Kota Bandar Lampung dari tahun 2004-2008 memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 131,79 persen. Pada tahun 2004 penerimaan BPHTB memiliki pertumbuhan sebesar 144,91 persen, sedangkan pada tahun 2005 mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 142,57 persen. Namun pada tahun 2006 penerimaan BPHTB mengalami peningkatan sebesar 157,84 persen, kemudian pada tahun 2008 tingkat pertumbuhan BPHTB mengalami penurunan sebesar 79,50 persen dari tahun sebelumnya dikarenakan diantaranya :


(9)

1. Tidak ada keterbukaan wajib pajak dalam kepercayaan PPAT/Notaris dalam jual beli tanah oleh petugas pajak.

2. Wajib pajak Manipulasi

Mungkin ada pengawasan dari petugas lebih ketat dan kesadaran masyarakat kurang maka realisasinya akan menjadi tingi dan kontribusinya juga tingi.

Pajak BPHTB merupakan salah satu pajak yang memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi pajak daerah melalui pos bagi hasil pajak. Meskipun

berfluktuasi, diharapkan pendapatan pajak BPHTB dapat terus meningkatkan penerimaan pajak di Kota Bandar Lampung.

Pengelolaan BPHTB atau Pemerintah Pusat, akan tetapi penerimaan BPHTB sebagian besar dikembangkan kepada daerah, sedangkan pelaksanaan pemungutan BPHTB melibatkan para pejabat terkait, antara lain PPAT/ Notaris,Camat,Badan Pertanahan(BPN),KP-PBB dan Instansi terkait lainnya, maka kerjasama dan koordinasi yang insentif sangatlah membantu kelancaran dan efektivitas pemungutan BPHTB. Berikut ini dapat dilihat data perkembangan penerbitan sertifikat balik nama di Kota Bandar Lampung.

Tabel 4. Perkembangan Jumlah Sertifikat Balik Nama di Kota Bandar Lampung Tahun 2004-2008

Tahun Jumlah Sertifikat balik Nama

Pertumbuhan (%)

2004 301 -

2005 575 91,02

2006 914 58,95

2007 1275 39,50

2008 1525 19,60

Rata-rata 918 41,81


(10)

Penerbitan sertifikat tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 1525 sertifikat, sedangkan terkecil terjadi pada tahun 2004 sebesar 301 sertifikat. Rata- rata perkembangan penerbitan sertifikat balik nama pada tahun anggaran 2004-2008 sebesar 918 sertifikat. Perkembangan penerbitan sertifikat selama tahun anggaran 2004-2008 tumbuh sebesar 41,81 persen.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, selama kurun waktu lima tahun menunjukkan bahwa rencana penerimaan BPHTB yang ditetapkan tidak seluruhnya dapat

terealisasikan. Hal inilah yang mendasari penulis untuk mengevaluasi peroses pemungutan pajak BPHTB di KP PBB Bandar Lampung dan meneliti seberapa besar efektivitas, laju pertumbuhan dan kontribusi pajak BPHTB terhadap bagi hasil pajak Kota Bandar Lampung.

C. Tujuan Penulisan

Sesuai permasalahan di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas, laju pertumbuhan dan kontribusi BPHTB terhadap Bagi hasil pajak Kota Bandar Lampung

2. Untuk mengetaui bagaimana proses pemungutan pajak BPHTB kota Bandar lampung.

D. Kerangka Pemikiran

Pajak merupakan salah satu penerimaan negara, yang beberapa tahun belakangan ini menjadi sumber terbesar penerimaan dalam negeri dan merupakan sumber pemasukan keuangan negara. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun


(11)

2004 tentang Pemerintah daerah, bahwa Otonomi daerah merupakan kewenagan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka daerah otonom harus mampu mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan dengan pajak sebagai sumber keuangan terpenting, dan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bagunan (BPHTB) merupakan salah satu

diantaranya.

Sesuai dengan UU No. 33 Tahun 2004 Pasal 11 bahwa BPHTB merupakan bagian dana bagi hasil pajak, pertama kali dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 1998.

Sebelum adanya BPHTB pos ini dikenal dengan nama pemungutan bea balik nama. Bea balik nama ini dipungut atas setiap perjanjian pemindahan hak atas harta tetap yang ada di wilayah termasuk pemeliharaan harta/wasiat atau bea balik nama yang selanjutnya diperbaharui dengan nama BPHTB.

Nilai transaksi merupakan harga yang terjadi dan disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan, sedangkan nilai pasar merupakan harga rata-rata dari transaksi jual beli secara wajar yang terjadi disekitar letak tanah dan bangunan, yang

menjadi obyek pajak berupa tanah termasuk tanaman, tanah dan bangunan, bangunan. Dalam pelaksanaan pemungutan BPHTB, diawali dengan adanya transaksi jual beli objek pajak. Untuk Kota Bandar Lampung Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Rp. 25.000.000, dengan pengenaan tarif sebesar 5 % yang diatur dalam Undang-undang, dari setiap Obyek pajak dikenakan BPHTB.


(12)

Mekanisme pemungutan BPHTB berkaitan dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, hal ini mengingat bahwa PBHTB dikelola oleh Pemerintah Pusat, akan tetapi penerimaan BPHTB sebagian besar dikembalikan ke daerah. Sedangkan pelaksanaan pemungutan BPHTB melibatkan para pejabat terkait, antara lain PPAT/Notaris, Camat, Kantor Pertanahan (BPN), KP-PBB (Dirtjen Pajak) dan Instansi terkait lainnya, maka kerjasama dan koordinasi yang intensif sangat membantu kelancaran dan efektivitas pelaksanaan pemungutan BPHTB.

E. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Kerangka Pemikiran dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka yang terdiri dari Landasan Teori yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.

Bab III : Metode Penelitian yang menguraikan tentang Tehnik

Pengumpulan Data, Alat Analisis, Jenis Data dan Sumber Data dan gambaran umum tentang objek penelitian.

Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Bab V : Simpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tingkat efektivitas penerimaan BPHTB kota Bandar Lampung selama tahun 2004-2008 rata-rata sebesar 131,79 persen, termasuk kedalam kriteria efektifitas yaitu sangat efektif. Sedangkan rata-rata tingkat pencapaian target dan realisasi pajak BPHTB Kota Bandar Lampung Tahun 2004-2008 sebesar 31,80 persen termasuk kedalam kriteria tidak sesuai berdasarkan toleransi 10 persen

2. Laju pertumbuhan BPHTB Kota Bandar Lampung selama tahun 2004-2008 berflukuasi. Rata-rata laju pertumbuhan BPHTB sebesar 99,04 persen atau Rp. 9.906.328.622 per tahun.

3. Kontribusi pajak BPHTB terhadap Bagi Hasil Pajak selama tahun 2004-2008 rata-rata sebesar 21,93 persen, ini termasuk ke dalam kriteria kontribusi sedang.


(14)

B. Saran

1. Perbaikan sistem administrasi pemungutan dilakukan dengan mereformasikan langkah-langkah pembayaran BPHTB. Dengan cara mengurangi keterlibatan instansi yang terlibat dalam pemungutan BPHTB. Seperti hanya melakukan penunjukkan suatu Bank Persepsi dan juga bank Operasional V. Penunjukkan Bank BUMN ini guna mempermudah akses pemenfaatan perkembanggan penerimaan serta evaluasi penerimaan BPHTB. Sekaligus juga memudahkan akses pemindah bukuan pembagian penerimaan BPHTB ke dalam kas negara untuk itu perlu penetapan azas efficiency.

2. Petugas pemungut pajak yang dalam hal ini KP PBB, diberikan wewenang yaitu lebih sebagai instansi resmi untuk menerbitkan blangko perjanjian jual beli pemindahan hak kepemilikan. Penerbitan blangko pengikatan akta jual beli dapat dijadikan instrumen agar wajib pajak memberikan nilai transaksi

bukannya Nilai Jual Objek pajak (NJOP), sehingga KP-PBB dapat mendereksi potensi pajak BPHTB serta dapat mencegah kemungkinan potensi yang hilang. Selayaknya peran Kecamatan/Notaris/PPAT merupakan penyebab timbulnya permasalahan penerimaan BPHTB yaitu permasalahan watak dan mental yang tidak jujur. Hal ini terjadi karena Kecamatan/Notaris/PPAT merupakan instansi yang berhadapan langsung dengan wajib pajak BPHTB.

3. Dalam pelaksanaan pemungutan BPHTB perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :


(15)

a) Peningkatan koordinasi pada masing-masing pihak dan intansi terkait dalam pemungutan BPHTB. Misalnya KP-PBB melakukan pemeriksaan ulang mengenai transaksi yang terjadi pada PPAT/Notaris/Camat dan BPN. b) Pengenaan sanksi yang tegas kepada PPAT/Notaris yang melegalisasikan


(1)

Penerbitan sertifikat tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 1525 sertifikat, sedangkan terkecil terjadi pada tahun 2004 sebesar 301 sertifikat. Rata- rata perkembangan penerbitan sertifikat balik nama pada tahun anggaran 2004-2008 sebesar 918 sertifikat. Perkembangan penerbitan sertifikat selama tahun anggaran 2004-2008 tumbuh sebesar 41,81 persen.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, selama kurun waktu lima tahun menunjukkan bahwa rencana penerimaan BPHTB yang ditetapkan tidak seluruhnya dapat

terealisasikan. Hal inilah yang mendasari penulis untuk mengevaluasi peroses pemungutan pajak BPHTB di KP PBB Bandar Lampung dan meneliti seberapa besar efektivitas, laju pertumbuhan dan kontribusi pajak BPHTB terhadap bagi hasil pajak Kota Bandar Lampung.

C. Tujuan Penulisan

Sesuai permasalahan di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas, laju pertumbuhan dan kontribusi BPHTB terhadap Bagi hasil pajak Kota Bandar Lampung

2. Untuk mengetaui bagaimana proses pemungutan pajak BPHTB kota Bandar lampung.

D. Kerangka Pemikiran

Pajak merupakan salah satu penerimaan negara, yang beberapa tahun belakangan ini menjadi sumber terbesar penerimaan dalam negeri dan merupakan sumber pemasukan keuangan negara. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun


(2)

2004 tentang Pemerintah daerah, bahwa Otonomi daerah merupakan kewenagan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka daerah otonom harus mampu mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan dengan pajak sebagai sumber keuangan terpenting, dan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bagunan (BPHTB) merupakan salah satu

diantaranya.

Sesuai dengan UU No. 33 Tahun 2004 Pasal 11 bahwa BPHTB merupakan bagian dana bagi hasil pajak, pertama kali dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 1998.

Sebelum adanya BPHTB pos ini dikenal dengan nama pemungutan bea balik nama. Bea balik nama ini dipungut atas setiap perjanjian pemindahan hak atas harta tetap yang ada di wilayah termasuk pemeliharaan harta/wasiat atau bea balik nama yang selanjutnya diperbaharui dengan nama BPHTB.

Nilai transaksi merupakan harga yang terjadi dan disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan, sedangkan nilai pasar merupakan harga rata-rata dari transaksi jual beli secara wajar yang terjadi disekitar letak tanah dan bangunan, yang

menjadi obyek pajak berupa tanah termasuk tanaman, tanah dan bangunan, bangunan. Dalam pelaksanaan pemungutan BPHTB, diawali dengan adanya transaksi jual beli objek pajak. Untuk Kota Bandar Lampung Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Rp. 25.000.000, dengan pengenaan tarif sebesar 5 % yang diatur dalam Undang-undang, dari setiap Obyek pajak dikenakan BPHTB.


(3)

Mekanisme pemungutan BPHTB berkaitan dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, hal ini mengingat bahwa PBHTB dikelola oleh Pemerintah Pusat, akan tetapi penerimaan BPHTB sebagian besar dikembalikan ke daerah. Sedangkan pelaksanaan pemungutan BPHTB melibatkan para pejabat terkait, antara lain PPAT/Notaris, Camat, Kantor Pertanahan (BPN), KP-PBB (Dirtjen Pajak) dan Instansi terkait lainnya, maka kerjasama dan koordinasi yang intensif sangat membantu kelancaran dan efektivitas pelaksanaan pemungutan BPHTB.

E. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Permasalahan,

Tujuan Penulisan, Kerangka Pemikiran dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka yang terdiri dari Landasan Teori yang

berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.

Bab III : Metode Penelitian yang menguraikan tentang Tehnik

Pengumpulan Data, Alat Analisis, Jenis Data dan Sumber Data dan gambaran umum tentang objek penelitian.

Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Bab V : Simpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tingkat efektivitas penerimaan BPHTB kota Bandar Lampung selama tahun 2004-2008 rata-rata sebesar 131,79 persen, termasuk kedalam kriteria efektifitas yaitu sangat efektif. Sedangkan rata-rata tingkat pencapaian target dan realisasi pajak BPHTB Kota Bandar Lampung Tahun 2004-2008 sebesar 31,80 persen termasuk kedalam kriteria tidak sesuai berdasarkan toleransi 10 persen

2. Laju pertumbuhan BPHTB Kota Bandar Lampung selama tahun 2004-2008 berflukuasi. Rata-rata laju pertumbuhan BPHTB sebesar 99,04 persen atau Rp. 9.906.328.622 per tahun.

3. Kontribusi pajak BPHTB terhadap Bagi Hasil Pajak selama tahun 2004-2008 rata-rata sebesar 21,93 persen, ini termasuk ke dalam kriteria kontribusi sedang.


(5)

B. Saran

1. Perbaikan sistem administrasi pemungutan dilakukan dengan mereformasikan langkah-langkah pembayaran BPHTB. Dengan cara mengurangi keterlibatan instansi yang terlibat dalam pemungutan BPHTB. Seperti hanya melakukan penunjukkan suatu Bank Persepsi dan juga bank Operasional V. Penunjukkan Bank BUMN ini guna mempermudah akses pemenfaatan perkembanggan penerimaan serta evaluasi penerimaan BPHTB. Sekaligus juga memudahkan akses pemindah bukuan pembagian penerimaan BPHTB ke dalam kas negara untuk itu perlu penetapan azas efficiency.

2. Petugas pemungut pajak yang dalam hal ini KP PBB, diberikan wewenang yaitu lebih sebagai instansi resmi untuk menerbitkan blangko perjanjian jual beli pemindahan hak kepemilikan. Penerbitan blangko pengikatan akta jual beli dapat dijadikan instrumen agar wajib pajak memberikan nilai transaksi

bukannya Nilai Jual Objek pajak (NJOP), sehingga KP-PBB dapat mendereksi potensi pajak BPHTB serta dapat mencegah kemungkinan potensi yang hilang. Selayaknya peran Kecamatan/Notaris/PPAT merupakan penyebab timbulnya permasalahan penerimaan BPHTB yaitu permasalahan watak dan mental yang tidak jujur. Hal ini terjadi karena Kecamatan/Notaris/PPAT merupakan instansi yang berhadapan langsung dengan wajib pajak BPHTB.

3. Dalam pelaksanaan pemungutan BPHTB perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :


(6)

a) Peningkatan koordinasi pada masing-masing pihak dan intansi terkait dalam pemungutan BPHTB. Misalnya KP-PBB melakukan pemeriksaan ulang mengenai transaksi yang terjadi pada PPAT/Notaris/Camat dan BPN. b) Pengenaan sanksi yang tegas kepada PPAT/Notaris yang melegalisasikan