Analisa Pembayaran Bea Atas Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) pada PT.WIKA REALTY Wilayah Debang Taman Sari Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI D III KEUANGAN

ANALISA PEMBAYARAN BEA ATAS PEROLEHAN HAK TANAH DAN BANGUNAN PADA PT. WIKA REALTY WILAYAH DEBANG

TAMANSARI MEDAN

TUGAS AKHIR

OLEH : EVA FITRIANA

112101187

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III Manajemen Keuangan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas Akhir ini yang berjudul “Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) pada PT.WIKA REALTY” disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M,Si. selaku Ketua Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Marhayanie selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

4. Bapak/Ibu dosen yang banyak memberi Ilmu Pengetahuan serta seluruh pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada seluruh staff dan pegawai PT.Wika Realty wilayah Debang Tamansari yang telah memberikan kesempatan riset kepada penulis serta bantuan dalam mengolah dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penulisan Tugas Akhir ini.


(3)

6. Ayahanda tercinta (Alm. Sofyan) dan Ibunda tersayang (Arnita) yang telah sabar dan tulus mendidik dan membesarkan penulis, terima kasih atas doa, pengertian dan kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil yang tidak mungkin akan terbalas. Serta saudara-saudara sekandung, kak Lidia, kak Devi, Riny, dan Junita, terimakasih buat doa dan dukungan yang selalu menyertai.

7. Terima kasih special buat Arief Dwi Nugroho yang telah membantu dan memberikan semangat serta memotivasi penulis.

8. Buat sahabat dan teman seperjuangan di kampus, Manda, Muti, Nofiza, Iqbal, Faiz, Teguh, Damri, terimakasih atas dukungannya juga untuk teman-teman yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

9. Terima kasih untuk sahabat magang yang kece Ferdyan, Fariz, Kak Rizha dan Restu atas bantuan, semangat dan kerjasamanya.

10. Tidak lupa kepada seluruh teman-teman D3 Keuangan stambuk 2011 yang saling membantu memberikan informasi dan membantu secara langsung maupun tidak, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis sadar akan kekurangan-kekurangan karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi pengembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis menyadari semua keberhasilan tidak terlepas dari petunjuk Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat terutama bagi penulis sendiri maupun pihak-pihak yang berkepentingan, Amin.

Medan, Juli 2014


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFRTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II PROFIL PT.WIKA REALTY A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 7

B. Struktur Organisasi ... 12

C. Uraian Pekerjaan ... 15

D. Kinerja Trerkini ... 23

BAB III PEMBAHASAN A. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan... 26

1. Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan ... 26

2. Obyek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan ... 26

3. Subyek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan ... 29

4. Tarif Pajak ... 29

5. Dasar Pengenaan ... 30

6. Perhitungan Pajak ... 31

B. Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan ... 32

1. Tata Cara Pembayaran, Penetapan dan Penagihan BPHTB ... 32

2. Tata Cara Keberatan, Banding dan Pengurangan BPHTB ... 35

3. Pembagian Hasil Penerimaan BPHTB ... 40


(5)

C. Analisa Pembayaran BPHTB pada PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan ... 43

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 45 B. Saran ... 46


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Struktur Organisasi PT.Wika Realty ... 13 Gambar 2.2 : Struktur Organisasi PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari

Medan ... 14  


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Contoh Surat Setoran Pajak Daerah Bea Atas Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (SSPD) pada PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan ... 49


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam setiap perekonomian pemerintah perlu melakukan berbagai jenis perbelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastuktur, menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan, serta membiayai anggota polisi dan tentara untuk menjaga keamanan merupakan pengeluaran yang tidak dapat dielakkan pemerintah. Untuk dapat membiayai pengeluaran tersebut, pemerintah harus memperoleh dana. Dana tersebut terutama diperoleh dari pungutan pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dan dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Soemitro,1990:5).

Dalam Negara Republik Indonesia Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 ini merupakan dasar hukum secara konstitusional dari sistem pemungutan pajak di Indonesia. Semua pajak yang diberlakukan di Indonesia harus berdasarkan undang-undang, sehingga pemungutan pajak di Indonesia mempunyai dasar hukum yang menjamin keadilan dan kepastian hukumnya, karena semua pajak ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat disahkan oleh Presiden Republik Indonesia.

Seiring dengan perkembangan zaman, pajak telah menjadi primadona sebagai sektor yang memberikan penerimaan terbesar bagi Negara serta


(9)

merupakan salah satu sumber dana utama dalam melakukan pembangunan termasuk di Negara Indonesia tercinta ini. Hal ini dapat dilihat dari anggaran penerimaan dan belanja Negara (APBN) setiap tahunnya. Besarnya penerimaan yang diberikan oleh pajak sebagai sumber dana dalam pembangunan nasional, maka tentunya perlu lebih digali lagi potensi pajak yang ada dalam masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi perekonomian serta perkembangan bangsa ini. Salah satu sumber potensi pajak yang patut digali sesuai situasi dan kondisi perekonomian serta perkembangan pembangunan bangsa sekarang ini adalah jenis Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Meningkatnya kegiatan pembangunan di segala bidang menyebabkan meningkat pula keperluan akan tersedianya tanah dan atau bangunan. Sedangkan tanah dan atau bangunan persediaannya sangat terbatas. Mengingat pentingnya tanah dan atau bangunan tersebut dalam kehidupan, maka sudah sewajarnya jika orang pribadi atau badan hukum yang mendapatkan nilai ekonomis serta manfaat dari tanah dan atau bangunan karena adanya perolehan hak atas tanah dan atau bangunan dikenakan pajak oleh Negara. Pajak yang dimaksud adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB) (dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997).

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah atau bangunan yaitu perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) merupakan salah satu pajak obyektif atau pajak kebendaan


(10)

dimana pajak terutang didasarkan pertama-tama pada apa yang menjadi obyek pajak baru kemudian memperhatikan siapa yang menjadi subjek pajak.

Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton (2004: 90) mengatakan bahwa Obyek dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang dapat berupa tanah (termasuk tanaman di atasnya), tanah dan bangunan. Perolehan hak atas tanah dan bangunan terjadi karena adanya peralihan hak yang meliputi peristiwa hukum dan perbuatan hukum yang terjadi antara orang atau badan hukum sebagai subyek hukum oleh Undang-Undang dan perturan hukum yang berlaku diberikan kewenangan untuk memiliki hak atas tanah dan bangunan.

Agar menjamin kepastian hukum terjadinya peralihan hak atas tanah dan bangunan, maka transaksi tersebut dilakukan dihadapan Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Notaris dalam menjalankan jabatannya harus memberikan penjelasan mengenai akta peralihan hak serta kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi para pihak, diantaranya yaitu menunjukkan asli surat pembayaran pajak yang terutang karenanya yakni Pajak Penghasilan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan. Penyetoran Pajak BPHTB itu merupakan kewenangan dari wajib pajak bukan Notaris, akan tetapi Notaris dapat menyetorkan pajak BPHTB sebagai orang yang dipercaya oleh nasabahnya. Notaris sebagai pejabat secara tidak langsung mengurangi beban tugas fiskus untuk mebantu menghitung besarnya pajak BPHTB yang terutang,


(11)

serta dapat pula membantu wajib pajak untuk menghitung dan menyetorkan pajak yang terutang.

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Notaris sebagai pejabat umum tidak mempunyai wewenang untuk menyetorkan pajak BPHTB. Notaris dalam melakukan tugas jabatannya harus penuh tanggung jawab dengan menghayati keseluruhan martabat jabatannya dan melayani kepentingan masyarakat yang meminta jasanya dengan selalu mengindahkan ketentuan undang-undang, etika, dan ketertiban umum.

Notaris selaku pejabat umum dituntut untuk selalu bekerja secara profesional serta menyadari kewajibannya bekerja mandiri, jujur, dan tidak memihak. Notaris sebagai pejabat umum yang tugasnya melayani masyarakat diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan hukum nasional dituntut untuk memiliki moral yang tinggi. Dengan adanya moral yang tinggi tersebut Notaris tidak akan menyalahgunakan wewenang yang ada padanya, Notaris akan dapat menjaga martabatnya sebagai seorang pejabat umum yang ikut melaksanakan kewibawaan pemerintah.

Sudah seharusnya kinerja profesi Notaris tersebut diawasi dan dipantau agar tidak terjadi penyalahgunaan kewenangan. Menurut Pasal 1 ayat (1) Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor KMA/006/SKB/1987 dan Nomor M.04.PR.08.05 tahun 1987 tentang Tata Cara Pengawasan, Penindakan dan Pembelaan Diri Notaris, menyebutkan bahwa :

“Pengawasan adalah kegiatan administrasi yang bersifat preventif dan represif oleh Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman yang bertujuan


(12)

untuk menjaga agar para Notaris dalam menjalankan profesinya tidak mengabaikan keluhuran martabat atau tugas jabatannya, tidak melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku, tidak melanggar sumpah jabatan dan tidak melanggar norma kode etik profesinya.”

Pengawasan terhadap Notaris adalah sangat penting, mengingat bahwa Notaris dalam menjalankan suatu fungsi sosial yang sangat penting, karena tugas Notaris mengatur secara tertulis dan otentik hubungan-hubungan hukum antara para pihak secara mufakat meminta jasa-jasa Notaris. Selain itu, pembayaran BPHTB pada perusahaan properti seperti ini sering kali pula disalah gunakan oleh developer. Karena itu BPHTB sangat rawan dalam proses pembayarannya baik jumlah maupun realisasi pembayaran.

Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ingin menyumbangkan pemikiran-pemikiran mengenai perbuatan notaris dalam jabatannya dan meneliti bagaimana prosedur pajak BPHTB pada perusahaan properti PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari. Apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka diperlukan suatu tindakan koreksi tersebut terhadap penyimpangan yang terjadi, dan segera diatasi sehingga kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pajak perolehan bumi dan bangunan khususnya terhadap perusahaan PT.Wika Realty dapat berjalan dengan baik. Melihat begitu pentingnya pajak perolehan bumi dan bangunan dalam salah satu sumber penerimaan negara, oleh karena itu penulis tertarik untuk membahasnya melalui penelitian dengan judul “Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan pada PT. Wika Realty”.


(13)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana akibat hukum apabila seorang Notaris ataupun Developer melakukan penyimpangan terhadap pembayaran BPHTB?

2. Apakah pelaksanaan kerja dari pungutan pajak BPHTB terhadap perusahaan tersebut sudah berjalan efektif?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kewenangan hukum dalam pengawasan Notaris dan

Developer terhadap pembayaran BPHTB.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembayaran pajak BPHTB yang lebih efektif.

D. Manfaat Penelitian.

1. Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan ketelitian dalam mengawasi pajak BPHTB pada badan terkait.

2. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai pajak BPHTB terutama pada perusahaan properti.

3. Dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti-peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian dimasa yang akan datang.


(14)

BAB II

PROFIL PT.WIKA REALTY

A. Sejarah Singkat Perusahaan

WIKA dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja. Kegiatan usaha WIKA pada saat itu adalah pekerjaan instalasi listrik dan pipa air. Pada awal dasawarsa 1960-an, WIKA turut berperan serta dalam proyek pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno dalam rangka penyelenggaraan Games of the New Emerging Forces (GANEFO) dan Asian Games ke-4 di Jakarta.

Seiring berjalannya waktu, berbagai tahap pengembangan kerap kali dilakukan untuk terus tumbuh serta menjadi bagian dari pengabdian WIKA bagi perkembangan bangsa melalui jasa-jasa konstruksi yang tersebar di berbagai penjuru negeri. Perkembangan signifikan pertama adalah di tahun 1972, dimana pada saat itu nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja berubah menjadi PT Wijaya Karya. WIKA kemudian berkembang menjadi sebuah kontraktor konstruksi dengan menangani berbagai proyek penting seperti pemasangan jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur.

Satu dekade kemudian, pada tahun 1982, WIKA melakukan perluasan divisi dengan dibentuknya beberapa divisi baru, yaitu Divisi Sipil Umum, Divisi Bangunan Gedung, Divisi Sarana Papan, Divisi Produk Beton dan Metal, Divisi Konstruksi Industri, Divisi Energy, dan Divisi Perdagangan. Proyek yang


(15)

ditangani saat itu diantaranya adalah Gedung LIPI, Gedung Bukopin, dan Proyek Bangunan dan Irigasi.

Keterampilan para personel WIKA dalam industri konstruksi telah mendorong Perseroan untuk memperdalam berbagai bidang yang digelutinya dengan mengembangkan beberapa anak perusahaan guna dapat berdiri sendiri sebagai usaha yang spesialis dalam menciptakan produknya masing-masing. Pada tahun 1997, WIKA mendirikan anak perusahaannya yang pertama, yaitu PT. Wijaya Karya Beton, mencerminkan pesatnya perkembangan Divisi Produk Beton WIKA saat itu. Kegiatan PT Wijaya Karya Beton saat itu diantaranya adalah pengadaan bantalan jalan rel kereta api untuk pembangunan jalur double-track Manggarai, Jakarta, dan pembangunan PLTGU Grati serta Jembatan Cable Stayed Barelang di Batam.

Langkah PT.Wijaya Karya Beton kemudian diikuti dengan pendirian PT Wijaya Karya Intrade pada tahun 2000 sebagai pengembangan Divisi Industri dan Perdagangan. Pada tahun yang sama didirikan pula PT.Wijaya Karya Realty sebagai pengembangan Divisi Realty. PT.Wijaya Karya Realty (WIKA REALTY) fokus pada pengembangan bisnis realty dan property yang juga meliputi layanan konsultasi, perencanaan, layanan konstruksi dan pembukaan lahan. Maksud dan tujuan perusahaan didirikan bergerak dalam usaha realty, jasa property dan jasa, kecuali jasa dalam bidang hukum dan pajak.

Wika Realty didirikan berdasarkan Akta Perseroan Terbatas Wika Realty No. 17 tanggal 20 Januari 2000, dibuat di hadapan Imas Fatimah, SH., Notaris di Jakarta, sebelumnya merupakan salah satu unit bisnis di PT.Wijaya Karya (Persero) Tbk. Wika Realty mengubah statusnya menjadi Perusahaan terbuka


(16)

berdasarkan Akta Perubahan Anggaran Dasar No. 11 tanggal 7 Desember 2004, namun sesuai dengan kebijakan pemegang saham utama (Wika) untuk melakukan penawaran umum terlebih dahulu, maka penawaran umum perdana saham-saham Wika Realty kepada masyarakat tersebut ditunda pelaksanaannya.

Pada tahun 2001, Wika Realty melakukan diversifikasi usaha yang semula fokus pada bisnis Realty sebagai developer berkembang menjadi tiga bidang usaha yaitu pengembangan bisnis Realty, manajemen properti dan jasa konstruksi. Disamping itu untuk mendukung bisnis properti khususnya Building Management, PT Wijaya Karya menyerahkan berbagai aset tetap Wika, seperti Gedung Perkantoran dan Kawasan Industrinya untuk dikelola. Sampai saat ini bidang usaha properti juga mengelola aset selain milik Wika dan juga mulai mengelola apartemen. Pembentukan unit bisnis jasa konstruksi pada tahun 2001 terbentuk karena adanya peluang memasuki bidang usaha ini. Hal ini terjadi karena disamping memiliki sumber daya yang memadai, gedung yang dibangun masih berkaitan dengan unit bisnis Realty seperti Mall, Trade Center, Perkantoran dan Rumah Susun. Pada Perkembangannya, bidang usaha Realty selain mengembangkan hunian Landed House juga merambah ke hunian Vertikal atau High Rise Building.

WIKA REALTY telah membangun beberapa perumahan. Ribuan unit rumah telah dibangun dengan konsep Tamansari, yaitu konsep taman perumahan dengan dukungan fasilitas terbaik bagi keluarga. Lokasinya berada di Tamansari Pesona Bali di selatan Jakarta, Tamansari Persada Bogor, Tamansari Bukit Damai di Parung, Bogor, Tamansari Bukit Bandung, Tamansari Manglayang Regency di Bandung, Tamansari Bukit Mutiara di Balikpapan. Kini komplek DEBANG


(17)

TAMANSARI merupakan salah satu produk Real Estate di Kota Medan sebuah kawasan hunian di daerah Setia Budi, yang sekarang dikembangkan Tahap dua oleh PT.Wika Realty salah satu anak perusahaan PT Wika ( BUMN ) Kerjasama Operasi (KSO) dengan PT Artha Debang dengan lingkungan yang nyaman dan asri, jauh dari polusi, lokasi yang strategis, serta dilengkapi fasilitas yang lengkap dengan konsep " Green Property”.

Semakin berkembangnya Perseroan, semakin tinggi pula tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan Perseroan. Hal ini tercermin dari keberhasilan WIKA melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) pada tanggal 27 Oktober 2007 di Bursa Efek Indonesia (saat itu bernama Bursa Efek Jakarta). Pada IPO tersebut, WIKA melepas 28,46 persen sahamnya ke publik, sehingga pemerintah Republik Indonesia memegang 68,42 persen saham, sedangkan sisanya dimiliki oleh masyarakat, termasuk karyawan, melalui Employee/Management Stock Option Program (E/MSOP), dan Employee Stock Allocation (ESA).

Sementara itu, langkah pengembangan Divisi menjadi anak perusahaan yang berdiri di atas kaki sendiri terus dilakukan. Pada tahun 2008 WIKA mendirikan anak perusahaan PT Wijaya Karya Gedung yang memiliki spesialisasi dalam bidang usaha pembangunan high rise building. WIKA juga mengakuisisi 70,08 persen saham PT Catur Insan Pertiwi yang bergerak di bidang mechanical-electrical. Kemudian nama PT Catur Insan Pertiwi dirubah menjadi PT Wijaya Karya Insan Pertiwi. Pada tahun 2009, bersama dengan PT Jasa Sarana dan RMI, mendirikan PT Wijaya Karya Jabar Power yang bergerak dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP). Di pertengahan tahun 2009,


(18)

WIKA bersama perusahaan lain berhasil menyelesaikan Jembatan Suramadu, sebuah proyek prestisius yang menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Madura. Kini proyek tersebut telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.Memasuki tahun 2010, WIKA berhadapan dengan lingkungan usaha yang berubah dengan tantangan lebih besar. Untuk itu, WIKA telah menyiapkan Visi baru, yaitu VISI 2020 untuk menjadi salah satu perusahaan EPC dan Investasi terintegrasi terbaik di Asia Tenggara. Visi ini diyakini dapat memberi arah ke segenap jajaran WIKA untuk mencapai pertumbuhan yang lebih optimal, sehat dan berkelanjutan.

WIKA Realty telah meraih beberapa penghargaan untuk kesuksesannya dalam pengembangan bidang realty baik dalam skala regional maupun nasional, seperti: The Winner of Ecologically Environment Real Estate in West Java pada tahun 1993, The Winner of Enchantment Tour in Bekasi Region pada tahun 1995, The Winner of Wirastana Adistana Environmental Design of REI National Grade 1995, The Winner of Nusa Adikualita, National Application Award pada tahun1997, The Winner of Environmental Garden Estate in Bandung Region pada tahun 1997.

Untuk memastikan pengembangan kualitas dan kepuasan konsumen, WIKA REALTY telah melaksanakan Manajemen Kualitas ISO 9001 di setiap produknya, hal ini merupakan jawaban dari setiap tantangan dalam pemenuhan kebutuhan konsumen yang dibuktikan melalui perolehan peningkatan pertumbuhan. Lebih khusus, PT. Wijaya Karya Realty telah memiliki visi dan misi dalam setiap pengembangan di bidangnya. Visi dari PT. Wika Realty yaitu menjadi perusahaan terpercaya dan pilihan utama bagi target konsumen dalam bidang properti dan yang terkait baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu,


(19)

dalam setiap pembangunannya PT.Wika Realty berpedoman pada misi diantaranya harus menciptakan produk inovatif dengan mutu terunggul dan berdaya saing tinggi, menjadi market leader di setiap target pasar melalui produk bernilai investasi tinggi bagi konsumen, memberikan imbal investasi yang tertinggi dibidangnya bagi pemegang saham, mewujudkan tempat kerja yang menarik dan menantang bagi karyawan, menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dengan mitra kerja, serta menjaga kelestarian lingkungan.

B. Struktur Organisasi

Dalam rangka mendorong pertumbuhan Wika Realty di masa sekarang dan mendatang, pada bulan Oktober 2012 Perseroan melakukan perubahan struktur organisasi yaitu Direktorat pengembangan dan Direktorat Operasi Menjadi Direktorat Operasi 1 (menangani Produk Landed House) dan Direktorat Operasi 2 (menangani Produk High Rise and Property). Dengan perubahan struktur organisasi ini akan mempertajam Kinerja Direktorat, sasaran perusahaan lebih terfokus, karena masing-masing Direktorat akan menangani mulai dari perencanaan atau studi kelayakan hingga pelayanan purna jual. Dalam struktur organisasi yang baru ini perseroan menambahkan satu biro yaitu biro pemasaran. Dengan terbentuknya biro pemasaran ini diharapkan pelaksanaan program-program pemasaran dan promosi menjadi terpusat dan dapat berjalan dengan lebih baik lagi dari pada yang sebelumnya. Dengan struktur organisasi yang baru ini memberikan kesempatan karier yang semakin menantang bagi seluruh karyawan. Adapun struktur organisasi pada saat ini adalah:


(20)

Sumber : PT Wika Realty, 2014


(21)

STRUKTUR ORGANISASI DEBANG TAMANSARI MEDAN

           

      SEKSI PEMBANGUAN 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : PT Wika Realty Wilayah Debang Tamansari, 2014

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan Konrad Adi Prabonno (1) 

QUALITY

 

PAST

 

DEPUTI

 

MANAJER

 

Arvan Mardika (10)  Permana Chandra Sinukaban (2) 

SEKSI

 

OPERASI

SEKSI

 

KEU

 

&

 

PERSONALIA

SEKSI

 

PEMBANGUNAN

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI

Saefudin (9)

M. Agung Suranto  Makmun (7)

AKUNTASI 

Makmun (7) 

PEMASARAN 

Sri Rahayu (4) 

Ryan Hendrayanto

ADMINISTRASI / KASIR

PEMBANGUNAN PEP

Arvan Mardika (10)

PERIJNAN Yoes Noer (5) 

Widi Wantoro 

Makmun (7)


(22)

C. URAIAN PEKERJAAN

BAGIAN SEKSI KEUANGAN DAN PERSONALIA

1. FUNGSI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN ANGGARAN 1.1 Menyusun konsolidasi perencanaan arus kas

1.2 Menyusun kebutuhan anggaran

1.3 Menyusun laporan dan evaluasi keuangan 2. FUNGSI PENGELOLAAN KAS DAN BANK

2.1 Menyusun konsolidasi perencanaan arus kas

2.2 Melaksanakan monitoring penerimaan kas dan bank

2.3 Melaksanakan dan menyiapkan dokumen-dokumen transaksi kas/bank 2.4 Melaksanakan rekonsiliasi bank

2.5 Melaksanakan pengelolaan kas dan bank baik pengeluaran maupun penerimaan

2.6 Menyiapkan administrasi yang berkaitan dengan bank

3. FUNGSI ADMINISTRASI PENCATATAN DAN ENTRI DATA 3.1 Melaksanakan verifikasi bukti transaksi keuangan secara cermat 3.2 Melaksanakan input bukti transaksi keuangan ke dalam SIM setiap

minggu

3.3 Membuat ayat jurnalpenyesuaian dan koreksi yang diperlukan 3.4 Melaksanakan administrasi yang berkaitan dengan bank 4. FUNGSI PPENGENDALIAN DAN PENGAMANAN

4.1 Melaksanakan inventarisasi fisik secara periodik

4.2 Melaksanakan rekonsiliasi hubungan Rekening Koran antara Unit dengan Kantor Pusat


(23)

4.3 Melaksanakan rekonsiliasi hubungan Rekening Koran antar Unit Kerja 4.4 Melaksanakan administrasi pajak secara periodic

5. FUNGSI LAPORAN

5.1 Menyusun laporan keuangan bulanan dan triwulan secara akurat dan tepat 5.2 Menyajikan buku besar dan buku tambahan setiap bulan

5.3 Melaksanakan monitor biaya usaha dan evaluasinya secara bulanan 5.4 Menyajikan laporan posisi persekot pegawai setiap bulan

6. FUNGSI PENAGIHAN 6.1 Monitor piutang

6.2 Membuat surat tagihan sesuai dengan progres yang telah dicapai 6.3 Membuat kuitansi pembayaran

7. FUNGSI PERPAJAKAN

7.1 Melaksanakan penyusunan laporan dan penyetoran perpajakan 7.2 Menyusun rekonsiliasi perpajakan

7.3 Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan di unit kerja 8. FUNGSI PERSONALIA

8.1 Melaksanakan proses administrasi rekkrut Tenaga Kawasan dan Honorer 8.2 Melaksanakan administrasi penempatan dan penugasan Tenaga Kawasan

dan Honorer

8.3 Melaksanakan administrasi penyususunan Analisa Kebutuhan Pelatihan, Rencana Pelatihan dan Induk Pelatihan

8.4 Melaksanakan Administrasi penyelenggaraan pelatihan interen 8.5 Melaksanakan “up-dating” data pegawai


(24)

9.1 Melayani pengetikan dan penggandaan surat atau dokumen 9.2 Melaksanakan pengarsipan surat atau dokumen

9.3 Melayani kebutuhan alat tulis kantor dan alat cetakan

9.4 Melaksanakan distribusi surat interen/ekstern di dalam /Pengeluran 10.FUNGSI PENGELOLAAN KANTOR

10.1Mengatur penggunaan tata ruang, pemakaiaan serta pemeliharaanannya 10.2Melayani kebutuhan akomondasi perjalanan dinas pegawai maupun tamu 10.3Melaksanakan pembayaran biaya telepon,listrik,air, dsb

10.4Memonitor pemeliharaan dan perawatan kendaraan dinas

BAGIAN SEKSI PEMASARAN

2.1Merapihkan semua folder di komputer pemasaran Pastikan folder lengkap meliputi :

1.1Surat Pesanan ( Softfile, Scanan, Hardcopy) 1.2TOS, PPJB, BAST ( Softfile, Scanan, Hardcopy) 1.3Report Uang Muka

1.4Pembatalan

a. Softfile pembatalan atau pengembalian kelebihan uang (Softfile, Scanan, Hardcopy)

1.5Marketing Tools

a. Softfile denah, Siteplan, Foto, Biodata, Rincian Harga, Q123 (Softfile, Hardcopy)

b. Softfile eva dan progker ME, jadwal absen, jadwal penerima tamu (Softfile, Hardcopy)


(25)

c. Softfile evaluasi pameran, presentasi Openhouse ( softfile ) 1.6Evaluasi ( ke kantor pusat pertriwulan) : softfile

1.7Surat Keluar

a. Penagihan Uang Muka, dan pemberitahuan akad ( Softfile, Scanan, Hardcopy)

1.8Prepare Akad

a. List akad ke Notaris ( softfile) b. SI semua Bank

c. Monitoring Konsumen Akad sesuai Notaris, Bank, tanggal akad d. Monitoring Serah terima SHM, PBB, IMB asli

2. Aktivitas mingguan dan harian

2.1 Print Jadwal Terima Tamu ( Softfile, hardfile) 2.2 Monitoring lembar Komplain

a. Rapihkan Semua form Komplain berurut dari tanggal tertua ke termuda

b. Pastikan semua form komplain ada tanda terima dari pihak pembangunan

c. Kelompokan form menjadi per blok/kav dan urut berdasarkan sampai tanggal termuda

2.3 Monitoring checklist Komplain

a. Permarketing wajib pegang copy data complain nasabah masing masing dan wajib tahu kondisi real komplainan di lapangan untuk mengingatkan bag pembangunan untuk pengerjaannya.


(26)

2.4 Merapihkan semua file yang berupa hardcopy, print identifikasinya untuk setiap ordner file

2.5 Memastikan file yang di steroform dinding rapih dan update meliputi : a. Jadwal Seragam, Jadwal Penerima tamu, Isian Absen, Monitoring

update Berkas KPR, Update Rumah Stock

b. Pemberitahuan Kons. Yang telat bayar UM + Countdown nya.

2.6 Memastikan meja kerja sekeliling administrasi penjualan bersih dan semua barang tersimpan rapih di tempatnya

2.7 Menyediakan marketing tool secara berkala

2.8 Memonitor serah terima kunci stock yang ada di pemasaran

2.9 Monitor serah terima kwitansi asli ke konsumen dan serah terima Gimmick

2.10Memastikan Klipingan koran Tribun ada dari awal tahun 2.11Update data Opname

2.12Monitoring serah terima pengajuan PDAM, dan Listrik ke Bag. Teknik 2.13Memastikan semua titipan yang di titip di kntor pemasaran sampai ke

orang yg dituju sesegera mungkin

a. Contoh : tagihan air, surat , paket, tagihan listrik, iuran dll yang sifatny urgent mohon diperhatikan

2.14Membuat nama dan di tempel di setiap inventaris kantor yang ada 2.15Membuat pengajuan fee sebelum tanggal 29 setiap bulannya

2.16Merekap jumlah masuk dan libur tim pemasaran setiap bulannya dilihat dari absensi


(27)

3. Speedy

3.1Membuat laporan konsumen yang sudah akad yang belum dan telah terpasang speedy

3.2Memonitor pemasangan speedy ke mami Telkom

3.3Mengolektif data nasabah sudah akad yang akan di pasang speedy dan di kondisikan bisa terpasang melalui konfirmasi ke konsumen terkait penempatan rumah dan pemasangan speedy

3.4Menghandle semua perangkat elektronik yang mengalami masalah di sekitar kantor pemasaran

3.5Memonitor fungsi semua alat elektronik di kantor pemasaran

3. Kebersihan

4.1Membuat sistem jadwal penanggungjawaban kebersihan kantor per item semua marketing wajib mempunyai tanggung jawab secara rolling 4.2Membuat control point setiap hari untuk item kebersihan pemasaran apa

apa saja yang di cek meliputi :

a. Kantor = kerapihan meja dan kursi, pemasangan standing banner and desk banner, bunga, lantai, AC, kaca dan parfume , keset, kelengkapan alat pemasaran ( Brosur + Buku Tamu)

b. Kamar Mandi = Sabun Cuci tangan, tisu, lantai, closet, wastafel, kaca, tembok, parfume.

4.3Mengisi Control point yang di buat dan segera menindaklanjuti jika ada yang tidak sesuai


(28)

5.1Menjaga hubungan baik dengan pihak Panasonic ( CCTV ) dan Keamanan ( Security)

5.2Mengontrol fungsi CCTV dan belajar cara penggunaan softwarenya 5.3Mensosialisakannya kepada marketing lain cara penggunaan software

sehingga bisa disosialisakan kembali ke kons

5.4Segera menindaklanjuti jika terjadi disfungsional dengan sistem CCTV dan Security

6. Perijinan

6.1Memastikan Semua blok/kav terbit PBB terbarunya

6.2Memastikan semua berkas meliputi akta akta dan surat kuasa dan semua perijinan lengkap

6.3Membuat daftar Blok/Kav dengan data No. IMB nya dan tanggal serah terimanya

6.4Membuat daftar Blok/Kav dengan data No. NOP PBB nya

6.5Mengumpulkan dan menyusun semua copy KTP Pejabat terkait jelas dan ada

7. KPR

7.1Mengecek berkas KPR lengkap sebelum di terima bank dan copy min. rangkap 3

7.2Mengejar surat acc yang kurang ke Bank

7.3Memfollow up berkas kurang dr bank segera dilengkapi oleh nasabah 7.4Membuat Monitoring Berkas KPR update tiap Bank

8. Penjualan


(29)

8.2Memastikan syarat akad ke bank lengkap sebelum akad 8.3Memastikan syarat administrasi lengkap ke dev.

8.4Memastikan pajak dan biaya yang muncul sudah terbayarkan 8.5Memastikan semua legalisasi sudah diterima notaris

9. Pemasaran

9.1Menyelia evaluasi report kerja marketing ( rencana, realisasi, evaluasi ) mingguan

9.2Memastikan semua rencana pemasaran tiap marketing terealisasikan 9.3Menilai kinerja marketing per triwulan

9.4Membuat evaluasi guest in, call in ,market share, pertriwulan 9.5Menyuport semua kegiatan pemasaran

10.Manner and attitude

10.1 Memastikan semua marketing datang tepat waktu ke kantor dengan mengisi absen

10.2 Memastikan semua marketing yang mempunyai jadwal canvshing, farming datang terlebih dahulu ke kantor untuk isi absen

10.3 Memastikan semua marketing sepulang canvashing kembali ke kantor dan isi absen pulang

10.4 Memastikan semua marketing berseragam lengkap, rapih, bersih dan wangi sesuai jadwal seragam yang dibuat

10.5 Memastikan tim pemasaran ber make up untuk wanita, dan berambut rapi bagi pria


(30)

11.1 Menangani jika ada konsumen negatif yang mengarah pada tuntutan secara hukum

12.Marketing's Activities

12.1 Semua ME wajib melaporkan laporan evaluasi kerja hari sabtu-jumat dan rencana kerja untuk sabtu- jumat selanjutnya.

13.Tambahan

D. Kinerja Terkini

Setiap perusahaan atau instansi memiliki visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan membutuhkan waktu untuk mewujudkan itu semua. Begitu pula pada PT. Wika Realty yang akan terus berupaya mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi dan kedisiplinan serta loyalitas dalam bekerja.

Untuk mendorong hasil yang maksimal dibutuhkan kinerja yang bermutu dimana kinerja-kinerja tersebut dapat membantu mewujudkan nilai yang menjadi tujuan PT. Wika Realty. Jadi kinerja terkini yang dijalankan perusahaan ini dimana kinerja tersebut yang menjadi tugas pokok yang telah ditetapkan, diantaranya :

1. Menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing. 2. Memenuhi persyaratan dan kepuasan pelanggan.

3. Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan, serta melestarikan lingkungan.


(31)

5. Komitmen tersebut akan ditinjau ulang secara berkala, ditingkatkan secara terus menerus dan memenuhi peraturan perundangan serta persyaratan lainnya yang berlaku.

Karena itu, PT.Wika Realty dalam setiap kinerjanya akan selalu mengikuti nilai-nilai, diantaranya :

1. Customer Focused :

Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan melebihi yang diharapkan.

2. Integrity :

Menjunjung tinggi etika kerja bagi kepentingan semua pihak. 3. Team Work :

Membangun kerjasama untuk mencapai hasil yang lebih optimal. 4. Excellence :

Usaha melebihi standard dengan mengedepankan prinsip-prinsip Inovasi, Profesionalitas dan Pengembangan Kompetensi.

5. Commitment :

Tepat janji dan memenuhi kesepakatan.

Analisis kinerja terkini terhadap PT.Wika Realty mencerminkan pentingnya Wika Realty bagi WIKA sebagai induk usaha dan indikator proteksi arus kas yang kuat. Selain itu kualitas aset perusahaan yang baik dan lokasi properti perusahaan yang cukup terdiversifikasi. Kendati demikian, peringkat itu dibatasi marjin keuntungan Wika Realty yang lebih rendah dibanding perusahaan sejenis. Kinerja terkini dalam hal pembayaran Pajak BPHTB terhadap PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari sangat baik dan efisien. Karena pembayaran pajak dilakukan


(32)

bersamaan dengan harga jual rumah per unit, dengan kata lain pembayaran pajak BPHTB akan dilakukan setelah proses penjualan selesai atau pemindahan kepemilikan terjadi. Sedangkan pembayaran BPHTB dihitung berdasarkan harga netto pembelian rumah. Perhitungan tersebut sesuai dengan peraturan dan disiplin dilakukan mengingat PT. Wika Realty merupakan perusahaan BUMN.


(33)

BAB III PEMBAHASAN

A. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

1. Pengertian Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Hak atas tanah dan atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya ha k atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang selanjutnya disebut pajak.

2. Obyek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Pada dasarnya obyek dari bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah setiap upaya pemindahan hak atau pemberian hak atas tanah dan bangunan. Obyek bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dapat dijabarkan sebagai berikut:

(Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU No. 21 Tahun 1997 jo. UU No.20 Tahun 2000) Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :


(34)

a. Pemindahan Hak karena :

1. Jual beli

2. Tukar Menukar 3. Hibah

4. Hibah Wasiat, adalah suatu penetapan wasiat yang khusus mengenai pemberian hak atas tanah dan atau bangunan kepada orang pribadi atau badan hukum tertentu, yang berlaku setelah pemberi hibah wasiat meninggal dunia.

5. Waris

6. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, adalah pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan dari orang pribadi atau badan kepada Perseroan Terbatas atau badan hukum lainnya sebagai penyertaan modal pada Perseroan Terbatas atau badan hukum lainnya tersebut.

7. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, adalah pemindahan sebagian hak bersama atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan kepada sesama pemegang hak bersama.penunjukan pembeli dalam lelang;

8. Penunjukan pembeli dalam lelang, adalah penetapan pemenang lelang oleh Pejabat Lelang sebagaimana yang tercantum dalam Risalah Lelang.

9. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, sebagai pelaksanaan dari putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, terjadi peralihan hak dari orang pribadi atau badan hukum sebagai salah satu pihak kepada pihak yang ditentukan dalam putusan hakim tersebut.


(35)

10.Penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua badan usaha atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan usaha dan melikuidasi badan usaha lainnya yang menggabung.

11.Peleburan usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih badan usaha dengan cara mendirikan badan usaha baru dan melikuidasi badan-badan usaha yang bergabung tersebut.

12.Pemekaran usaha adalah pemisahan suatu badan usaha menjadi dua badan usaha atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa melikuidasi badan usaha yang lama.

13.Hadiah adalah suatu perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas tanah dan atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan hukum kepada penerima hadiah.

b. Pemberian hak baru karena :

1. Kelanjutan pelepasan hak. Yang dimaksud dengan pemberian hak baru karena kelanjutan pelepasan hak adalah pemberian hak baru kepada orang pribadi atau badan hukum dari Negara atas tanah yang berasal dari pelepasan hak.

2. Diluar pelepasan hak. Yang dimaksud dengan pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah pemberian hak baru atas tanah kepada orang pribadi atau badan hukum dari Negara atau dari pemegang hak milik menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(36)

3. Subyek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Pihak yang terkena kewajiban melunasi bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah orang pribadi dan badan hukum. Subyek BPHTB yang dikenakan kewajiban membayar BPHTB menurut perundang-undangan perpajakan adalah yang menjadi Wajib Pajak. Selain itu terdapat pihak yang dikecualikan dari kewajiban melunasi bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, yaitu:

1. Perwakilan diplomatik dan konsulat dengan asas timbal balik 2. Negara untuk melaksanakan kepentingan umum

3. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri untuk menjalankan fungsinya

4. Orang pribadi atau badan, karena konversi hak atas tanah dan bangunan dengan tidak ada perubahan nama

5. Orang pribadi atau badan yang diperoleh dari wakaf

6. Orang pribadi atau badan yang diperuntukan untuk kepentingan ibadah.

4. Tarif Pajak

( Pasal 5 UU No. 21 Tahun 1997 jo. UU No.20 Tahun 2000 )

Tarif pajak yang dikenakan atas objek BPHTB dari nilai perolehan obyek pajak besaran dengan tarif adalah sebesar 5% dari nilai perolehan obyek pajak.

5. Dasar Pengenaan


(37)

Yang menjadi Dasar Pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP), yaitu dalam hal :

a. jual beli adalah harga transaksi; b. tukar-menukar adalah nilai pasar; c. hibah adalah nilai pasar;

d. hibah wasiat adalah nilai pasar; e. waris adalah nilai pasar;

f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar; g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar;

h. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar;

i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai pasar;

j. pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak adalah nilai pasar; k. penggabungan usaha adalah nilai pasar;

l. peleburan usaha adalah nilai pasar; m. pemekaran usaha adalah nilai pasar; n. hadiah adalah nilai pasar;

o. penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam Risalah Lelang.

Apabila Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a sampai dengan n tidak diketahui atau lebih rendah daripada Nilai Jual Objek Pajak yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada


(38)

tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan pajak yang dipakai adalah Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan.

1. Nilai Perolehan Objek Pajak Yang Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)

( Pasal 7 UU No. 21 Tahun 1997 jo. UU No.20 Tahun 2000 jo. PP No.113 Tahun 2000 jo. KMK-516/KMK.04/2000 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PMK-33/PMK.03/2008)

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional paling banyak Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah), kecuali dalam hal perolehan hak karena waris, atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Yang dimaksud dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional adalah penetapan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak untuk masing-masing Kabupaten/Kota.

6. Perhitungan Pajak

( Pasal 8 UU No. 21 Tahun 1997 jo. UU No.20 Tahun 2000 )

Secara umum besarnya BPHTB yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP) yang diperoleh dari Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) dikurangi dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP), atau lebih lengkapnya secara matematis diuraikan pada rumus dibawah ini:


(39)

Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP)

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP)

Besarnya BPHTB terutang = 5 % X NPOPKP

XXXXX XXXXX (-) XXXXX

XXXXX

B. Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 1. Tata Cara Pembayaran, Penetapan, dan Penagihan BPHTB

1.1Pembayaran BPHTB

UU No. 21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menganut beberapa prinsip perpajakan yaitu sistem pemungutan BPHTB pada prinsipnya menganut sistem “self assessment”. Artinya Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan pada adanya surat ketetapan pajak. Pajak yang terutang dibayarkan ke kas Negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Bea (SSB).

Tata Cara Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan / BPHTB pada perumahan Debang Tamansari

Ketentuan tata cara pembayaran BPHTB tercantum dalam pasal 10 UU BPHTB yang dijabarkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 517/KMK.04/2000 tanggal 14 Desember 2000 yang kemudian ditindak


(40)

lanjuti dengan Keputusan Dirjen Pajak Nomor 269/PJ/2001 tanggal 2 April 2001 dan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor 09/PJ.6/2001 yang intinya yaitu wajib pajak membayar pajak BPHTB yang terutang tidak didasarkan pada Surat Ketetapan Pajak atau SKP, melainkan dengan cara menghitung dan membayar sendiri pajak terutang dengan mengisi Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah atau Bangunan atau disingkat SBB dibayarkan ke Kas Negara melalui Bank/Kantor Pos atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk.

Pada PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari, pembayaran akan dilakukan bersamaan dengan harga pembelian rumah. Pajak terutang akan dihitung dibayarkan melalui notaris yang telah diunjuk, kemudian Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah atau Bangunan atau SSB akan diisi dan disetorkan oleh notaris kemudian ditandatangani oleh calon pemilik rumah.

Pajak yang terutang dapat dibayarkan di Bank pemerintah dan juga Kantor Pos di wilayah Kotamadya yang meliputi letak tanah atau letak bangunan dengan SSB. Tempat terutang pajak adalah di wilayah kabupaten, kota atau provinsi yang meliputi letak tanah dan bangunan. SSB dapat diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan / KP PBB / KPBB, PPAT, Notaris, Kantor Lelang, dan Kantor Pertanahan serta Kantor Bank Pemerintah dan Kantor Pos. BPHTB dapat dilakukan tanpa menunggu diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak / SKP.

SKP atau Surat Ketetapan Pajak adalah dokumen yang menjelaskan jumlah pajak yang kurang atau lebih bayar yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak setelah adanya pemeriksaan. SKP BPHTB disingkat menjadi SKB (Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan) dapat dikeluarkan dalam jangka lima tahun semenjak saat terutang BPHTB. SKB dapat berupa


(41)

SKBKB untuk yang kurang bayar, SKBLB untuk yang lebih bayar dan SKBN untuk yang nihil atau nol bayar.

1.2Penetapan BPHTB

a) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar (SKBPHTBKB) apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang kurang dibayar. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKBKB ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan, dihitung mulai saat terutangnya pajak sampai dengan diterbitkannya SKBKB.

b) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT) apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah diterbitkannya SKBKB. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKBKBT ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut, kecuali wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.


(42)

Penagihan Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan apabila :

1. pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;

2. dari hasil pemeriksaan SSB terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung;

3. wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar, Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar Tambahan, Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan maupun Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterima oleh Wajib Pajak. Dan jika tidak atau kurang dibayar pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.

2. Tata Cara Keberatan, Banding dan Pengurangan BPHTB 2.1Keberatan BPHTB

Keberatan diatur dalam pasal 16 dan 17 yang dapat dirinci sebagai berikut:

1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu

a. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar;


(43)

b. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar Tambahan;

c. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Lebih Bayar;

d. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Nihil.

2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak yang terutang menurut perhitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas dan dilampiri:

a. Copy SSB (Surat Setoran Bea);

b. Asli SKBKB/SKBKBT/SKBLB/SKBN;

c. Copy Akta / Risalah Lelang / SK Pemberian Hak / Putusan Hakim; d. Copy identitas;

3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar Tambahan atau Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Lebih Bayar atau Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Nihil oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada angka (1), kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.


(44)

4) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka (2) dan angka (3) tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

5) Tanda penerimaan Surat Keberatan yang diberikan oleh pejabat Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman Surat Keberatan melalui pos tercatat menjadi tanda bukti penerimaan Surat Keberatan tersebut bagi kepentingan Wajib Pajak.

6) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak.

7) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

8) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

9) Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis.

10)Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya jumlah pajak yang terutang.

11)Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka (8) telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.


(45)

2.2Banding BPHTB

1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Badan Peradilan Pajak terhadap keputusan mengenai kebertannya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada angka (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak keputusan keberatan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan tersebut. 3) Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar

pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

4) Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya Keputusan Keberatan atau Putusan Banding.

2.3Pengurangan BPHTB

Atas permohonan Wajib Pajak, pengurangan pajak yang terutang dapat diberikan oleh Menteri karena:

1) Kondisi tertentu Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan Objek Pajak, contoh:

a. Wajib Pajak tidak mampu secara ekonomis yang memperoleh hak baru melalui program pemerintah di bidang pertanahan;


(46)

b. Wajib Pajak pribadi menerima hibah dari orang pribadi yang mempunyai hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah.

2) Kondisi Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan sebab-sebab tertentu, contoh:

a.Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah melalui pembelian dari hasil ganti rugi pemerintah yang nilai ganti ruginya di bawah Nilai Jual Objek Pajak;

b. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai pengganti atas tanah yang dibebaskan oleh pemerintah untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus;

c. Wajib Pajak yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter yang berdampak luas pada kehidupan perekonomian nasional sehingga Wajib Pajak harus melakukan restrukturisasi usaha dan atau utang usaha sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah.

3) Tanah dan atau bangunan digunakan untuk kepentingan sosial atau pendidikan yang semata-mata tidak untuk mencari keuntungan, contohnya: Tanah dan atau bangunan yang digunakan, antara lain, untuk panti asuhan, panti jompo, rumah yatim piatu, pesantren, sekolah yang tidak ditujukan mencari keuntungan, rumah sakit swasta Institusi Pelayanan Sosial Masyarakat.


(47)

3. Pembagian Hasil Penerimaan BPHTB

Pembagian hasil penerimaan BPHTB diatur dalam pasal 23 Undang-Undang BPHTB dan pelaksaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan No.519/KMK.04/2000 tanggal 14 Desember 2000 sebagai berikut: 1. Pemerintah Pusat mendapat bagian sebesar 20% dari seluruh penerimaan

BPHTB yang kemudian bagian Pemerintah Pusat ini dibagikan secara merata keseluruh daerah Kabupaten/Kota dan dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu bulan April, bulan Agustus, dan bulan November tahun anggaran berjalan. 2. Pemerintah Daerah mendapat bagian sebesar 80% yang dibagi sebagai

berikut:

a. 16% untuk Daerah Provinsi

b. 64% untuk Daerah Kabupaten/Kota

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 04/PMK.07/2008 tanggal 28 Januari 2008 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Trsnsfer ke Daerah, atas transfer Dana Bagi Hasil BPHTB untuk Daerah Direktur Jendral Perimbangan Keuangan selaku Kuasa Pengguna Anggaran melimpahkan sebagian kewenangan perintah pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah kepada Kuasa Bendahara Umum Negara.

Pelimpahan kewenangan ini dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Menerbitkan Surat Kuasa Umum (SPMSKU). Berdasarkan SPMSKU ini maka Kuasa Bendahara Umum Negara menerbitkan Surat Kuasa Umum (SKU) kepada Bank Operasional III untuk melakukan pemindahbukuan Dana Bagi Hasil BPHTB dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.


(48)

Penyaluran Dana Bagi Hasil BPHTB ini berdasarkan realisasi penerimaan BPHTB tahun anggaran berjalan dan dilaksanakan secara mingguan.

Dalam rangka penyaluran transfer ke daerah, setiap tahun anggaran selambat-lambatnya pada minggu pertama bulan Desember sebelum tahun anggaran dimulai, pemerintah daerah wajib menyampaikan nomor rekening, nama rekening dan nama bank kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan yang dilampiri dengan:

1) Asli rekening Koran dari Rekening Kas Umum Daerah;

2) Fotokopi keputusan kepala daerah mengenai penunjukan/penetapan pejabat Bendahara Umum Daerah yang disahkan oleh kepala daerah.

4. Sanksi BPHTB

Apabila WP diketahui kurang bayar BPHTB maka Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB (SKBKB) beserta denda sebesar 2% perbulan untuk jangka waktu maksimal 24 bulan dihitung mulai saat terhitung pajak sampai diterbitkan SKBKB. Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB kurang Bayar (SKBKBT) jika ditemukan data baru atau data yang sebelumnya tidak terungkap yang mengakibatkan menambahnya jumlah pajak terutang setelah SKBKB terbit, maka dapat dikenakan denda sanksi administrasi sebesar 100% dari kekurangan pajak tersebut kecuali WP melaporkan sendiri sebelum adanya tindakan pemeriksaan.

4.1 Ketentuan Bagi Pejabat

1. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) / Notaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan pada


(49)

saat Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa fotokopi Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan menunjukkan aslinya.

2. Pejabat Lelang Negara hanya dapat menandatangani Risalah Lelang perolehan hak atas tanah dan atau bangunan pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

3. Pejabat yang berwenang menandatangani dan menertibkan surat keputusan pemberian hak atas tanah hanya dapat menandatangani dan menerbitkan SK (Surat Keputusan) dimaksud pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

4. Terhadap pendaftaran peralihan hak atas tanah karena waris atau hibah wasiat hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Pertanahan Kabupaten/Kota pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat Setorsn Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

5. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Kepala Kantor Lelang Negara melaporkan pembuatan akta atau Risalah Lelang perolehan hak atas tanah kepada Direktorat Jenderal Pajak selambat-lambatnya pada tanggal 10 bulan berikutnya.

4.2 Sanksi Bagi Pejabat

Sanksi yang dikenakan kepada para pejabat terkait diatur dalam pasal 26 Undang-Undang BPHTB sebagai berikut:


(50)

1. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Pejabat Lelang Negara yang melanggar Pasal 24 ayat (1) dan (2) ketentuan kewajiban bagi pejabat sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 dikenakan sanksi administrasi dan denda sebesar Rp7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) untuk setiap pelanggaran.

2. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 5, dikenakan sanksi administrasi dan denda sebesar Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk setiap laporan.

3. Pejabat yang berwenang menandatangani dan menerbitkan surat keputusan pemberian hak atas tanah yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 3, dikenakan sanksi menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan perundang-perundang-undangan yang berlaku tersebut antara lain PP Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

4. Pejabat Pertahanan Kabupaten/Kota yang melanggar ketentuan bagi pejabat sebagaimana dimaksud dalam angka 4, dikenakan sanksi sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 (PP 30/80) tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

C. Analisa Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan pada PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari

Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan pada PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari merupakan salah satu tanggung jawab sebagai jenis kegiatan wajib perusahaan dalam rangka penerimaan yang diselenggarakan


(51)

oleh pemerintah Indonesia. Pembayaran Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan pada PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari dilakukan oleh wajib pajak. Peran perusahaan sendiri sangat besar dalam proses pembayaran pajak BPHTB karena pembayaran tersebut dilakukan oleh notaris yang dipercaya oleh perusahaan. Pembayaran pajak BPHTB pada perusahaan ini akan dihitung bersamaan dengan pembayaran penjualan rumah per unit terjadi. Maka apabila BPHTB tidak dibayarkan oleh wajib pajak, penjualan rumah atau pemindahan kepemilikan tidak akan terjadi. Apalagi PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari merupakan salah satu perusahaan BUMN, maka sangat berkewajiban bagi perusahaan untuk mematuhi peraturan pemerintah.


(52)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Dengan adanya BPHTB yang dibayarkan oleh wajib pajak di PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan berperan untuk menambah pemasukan kepada Negara yang sebagian besar diserahkan kepada pemerintahan daerah untuk meningkatkan pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi sebesar 20% dan 80% untuk Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota guna membiayai pembangunan daerah yang mana penerimaan daerah setiap tahun anggaran dicantumkan dalam APBD.

2. BPHTB mengandung sistem self assement, yaitu wajib pajak menghitung dan membayar sendiri utang pajaknya, pada PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan pajak BPHTB dibayarkan melalui notaris bersamaan dengan harga jual rumah per unit, dengan kata lain pembayaran pajak BPHTB akan dilakukan setelah proses penjualan selesai atau pemindahan kepemilikan terjadi sehingga pembayaran pajak BPHTB di PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan lebih efisien dalam pelaksanaannya. Bahwa besarnya tarif ditetapkan sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPK).

3. Pengenaan sanksi terhadap Wajib Pajak dan pejabat-pejabat umum yang melanggar ketentuan atau tidak melaksanakan kewajibannya diatur dalam


(53)

peraturan perundang-undangan. Apabila WP diketahui kurang bayar BPHTB maka Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB (SKBKB) beserta denda sebesar 2% perbulan untuk jangka waktu maksimal 24 bulan dihitung mulai saat terhitung pajak sampai diterbitkan SKBKB. Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB kurang Bayar (SKBKBT) jika ditemukan data baru atau data yang sebelumnya tidak terungkap yang mengakibatkan menambahnya jumlah pajak terutang setelah SKBKB terbit, maka dapat dikenakan denda sanksi administrasi sebesar 100% dari kekurangan pajak tersebut kecuali WP melaporkan sendiri sebelum adanya tindakan pemeriksaan. Sedangkan sanksi bagi pejabat berupa sanksi administrasi yaitu denda sebesar Rp. 7.500.000,- untuk setiap pelanggaran atau denda sebesar Rp. 250.000,- untuk setiap laporan dan sanksi lainnya tercantum dalam PP Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

B. Saran

Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat diberikan untuk kebaikan serta kemajuan PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan dan badan terkait.

1. Sebaiknya dalam perhitungan pembayaran pajak BPHTB yang dibayarkan ke kas Negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Bea (SSB) mendapat pengawasan yang lebih disiplin terhadap Wajib Pajak ataupun Pejabat terkait sehingga dalam pembayarannya tidak ditemukan ketidaksesuaian


(54)

2. Hendaknya pembayaran pajak BPHTB lebih disosialisasikan peran dan fungsinya oleh PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari sehingga kepada calon pembeli tidak merasa keberatan untuk membeli rumah dengan harga yang tinggi jika dibandingkan perusahaan properti lainnya yang tidak menyertakan pajak BPHTB dalam harga per unit.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Hadhikusuma, R.T Sutantya dan Sumantoro.(1991). Pemgertian Pokok Hukum Perusahaan (Bentuk-Bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia), Cetakan Pertama, Rajawali, Jakarta.

Resmi, Siti. (2011).Perpajakan Teori dan Kasus,Edisi 6,Buku1. Salemba Empat, Jakarta.

Siahaan, Marihot Pahala.(2010). Kompilasi Peraturan di Bidang BPHTB (Panduan Dalam Penyusunan Aturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang BPHTB), Graha Ilmu, Yogyakarta.

Soemitro, Rochmat. (1990).Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Eresco, Bandung.

Wirawan B, Ilyas dan Richard Burton. (2004).Hukum Pajak, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.

http://eprints.undip.ac.id/18266/1/SRI_ARIANTI.pdf (diakses pada : Senin 14/07/2014 jam 20.00)

http://surawireja.files.wordpress.com/2008/11/uu-bphtb.pdf (diakses pada : Selasa 08/07/2014 jam 11.00)

http://sania-lg.blogspot.com/2008/12/dasar-hukum-pengertian-penjelasan.html?=1

(diakses pada : Rabu 26/06/2014 jam 09.00)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37459 (diakses pada : Rabu 26/06/2014 jam 09.30)


(56)

Lampiran 1 : Contoh Surat Setoran Pajak Daerah Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan pada PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari


(1)

oleh pemerintah Indonesia. Pembayaran Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan pada PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari dilakukan oleh wajib pajak. Peran perusahaan sendiri sangat besar dalam proses pembayaran pajak BPHTB karena pembayaran tersebut dilakukan oleh notaris yang dipercaya oleh perusahaan. Pembayaran pajak BPHTB pada perusahaan ini akan dihitung bersamaan dengan pembayaran penjualan rumah per unit terjadi. Maka apabila BPHTB tidak dibayarkan oleh wajib pajak, penjualan rumah atau pemindahan kepemilikan tidak akan terjadi. Apalagi PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari merupakan salah satu perusahaan BUMN, maka sangat berkewajiban bagi perusahaan untuk mematuhi peraturan pemerintah.


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Dengan adanya BPHTB yang dibayarkan oleh wajib pajak di PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan berperan untuk menambah pemasukan kepada Negara yang sebagian besar diserahkan kepada pemerintahan daerah untuk meningkatkan pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi sebesar 20% dan 80% untuk Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota guna membiayai pembangunan daerah yang mana penerimaan daerah setiap tahun anggaran dicantumkan dalam APBD.

2. BPHTB mengandung sistem self assement, yaitu wajib pajak menghitung dan membayar sendiri utang pajaknya, pada PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan pajak BPHTB dibayarkan melalui notaris bersamaan dengan harga jual rumah per unit, dengan kata lain pembayaran pajak BPHTB akan dilakukan setelah proses penjualan selesai atau pemindahan kepemilikan terjadi sehingga pembayaran pajak BPHTB di PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan lebih efisien dalam pelaksanaannya. Bahwa besarnya tarif ditetapkan sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPK).

3. Pengenaan sanksi terhadap Wajib Pajak dan pejabat-pejabat umum yang melanggar ketentuan atau tidak melaksanakan kewajibannya diatur dalam


(3)

peraturan perundang-undangan. Apabila WP diketahui kurang bayar BPHTB maka Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB (SKBKB) beserta denda sebesar 2% perbulan untuk jangka waktu maksimal 24 bulan dihitung mulai saat terhitung pajak sampai diterbitkan SKBKB. Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB kurang Bayar (SKBKBT) jika ditemukan data baru atau data yang sebelumnya tidak terungkap yang mengakibatkan menambahnya jumlah pajak terutang setelah SKBKB terbit, maka dapat dikenakan denda sanksi administrasi sebesar 100% dari kekurangan pajak tersebut kecuali WP melaporkan sendiri sebelum adanya tindakan pemeriksaan. Sedangkan sanksi bagi pejabat berupa sanksi administrasi yaitu denda sebesar Rp. 7.500.000,- untuk setiap pelanggaran atau denda sebesar Rp. 250.000,- untuk setiap laporan dan sanksi lainnya tercantum dalam PP Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

B. Saran

Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat diberikan untuk kebaikan serta kemajuan PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan dan badan terkait.

1. Sebaiknya dalam perhitungan pembayaran pajak BPHTB yang dibayarkan ke kas Negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Bea (SSB) mendapat pengawasan yang lebih disiplin terhadap Wajib Pajak ataupun Pejabat terkait sehingga dalam pembayarannya tidak ditemukan ketidaksesuaian antara jumlah yang dibayar dengan jumlah yg seharusnya dibayarkan.


(4)

2. Hendaknya pembayaran pajak BPHTB lebih disosialisasikan peran dan fungsinya oleh PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari sehingga kepada calon pembeli tidak merasa keberatan untuk membeli rumah dengan harga yang tinggi jika dibandingkan perusahaan properti lainnya yang tidak menyertakan pajak BPHTB dalam harga per unit.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Hadhikusuma, R.T Sutantya dan Sumantoro.(1991). Pemgertian Pokok Hukum Perusahaan (Bentuk-Bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia), Cetakan Pertama, Rajawali, Jakarta.

Resmi, Siti. (2011).Perpajakan Teori dan Kasus,Edisi 6,Buku1. Salemba Empat, Jakarta.

Siahaan, Marihot Pahala.(2010). Kompilasi Peraturan di Bidang BPHTB (Panduan Dalam Penyusunan Aturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang BPHTB), Graha Ilmu, Yogyakarta.

Soemitro, Rochmat. (1990).Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Eresco, Bandung.

Wirawan B, Ilyas dan Richard Burton. (2004).Hukum Pajak, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.

http://eprints.undip.ac.id/18266/1/SRI_ARIANTI.pdf (diakses pada : Senin 14/07/2014 jam 20.00)

http://surawireja.files.wordpress.com/2008/11/uu-bphtb.pdf (diakses pada : Selasa 08/07/2014 jam 11.00)

http://sania-lg.blogspot.com/2008/12/dasar-hukum-pengertian-penjelasan.html?=1

(diakses pada : Rabu 26/06/2014 jam 09.00)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37459 (diakses pada : Rabu 26/06/2014 jam 09.30)


(6)

Lampiran 1 : Contoh Surat Setoran Pajak Daerah Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan pada PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari

Medan