PENGARUH PEMBERIAN PRE -TES T DAN RESITASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012-2013

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PRE-TEST DAN RESITASI TERHADAP PRESTASI
BELAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SEMESTER
GENAP SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2012-2013

Oleh

UJANG SOLIHIN

Kemampuan siswa di SMA Bina Mulya dalam mata pelajaran geografi secara
umum tergolong rendah karena sebagian besar siswa yaitu sebanyak 42 (56,96%)
masih memiliki nilai yang rendah. Hal inilah masalah yang perlu dikaji dan
diperhatikan. Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar dapat dilakukan dengan
memberikan pembelajaran resitasi dan pre-test untuk mengoptimalkan prestasi
belajar.
Metode dan jenis penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen untuk
mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yaitu
pengaruh pemberian pre-test dan resitasi terhadap prestasi belajar mata pelajaran
geografi siswa kelas X semester genap SMA Bina Mulya Bandar Lampung tahun

pelajaran 2012-2013 sebanyak 70 siswa. Analisis data yang digunakan adalah chi
square.
Hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa: Ada pengaruh pemberian pretest dan resitasi terhadap prestasi belajar geografi siswa Kelas X SMA Bina
Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013. Besarnya pengaruh
pemberian pre-test dan resitasi terhadap prestasi belajar geografi siswa Kelas X
SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013 dalam kategori
erat karena nilai Q berada antara 0,50-0,69.
Kata Kunci: Pre-test, Resitasi, Prestasi Belajar

DAFTAR ISI

Halaman
I.

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

F.
G.

Latar Belakang Masalah ..........................................................
Identifikasi Masalah ..................................................................
Batasan Masalah ......................................................................
Rumusan Masalah ....................................................................
Tujuan Penelitian .....................................................................
Kegunaan Penelitian ................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ........................................................

1
11
11
11
12
12
13

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................
1. Pengertian Belajar .............................................................
2. Pengertian Metode Belajar ................................................
3. Metode Tugas ...................................................................
4. Pre-Tes/Tes Pendahuluan .................................................
5. Resitasi ...............................................................................
6. Prestasi Belajar .................................................................
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ..........
8. Mata Pelajaran Geografi ....................................................
9. Teori Belajar ......................................................................
10. Penelitian yang Relevan.....................................................
B. Kerangka Pikir .........................................................................
C. Hipotesis ..................................................................................

14
14
16
17
21
23

25
26
27
28
29
30
31

III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ....................................................................
B. Desain Penelitian ......................................................................
C. Populasi dan Sampel .................................................................
1. Populasi ..............................................................................
2. Sampel ..............................................................................
D. Variabel Penelitian ...................................................................
E. Definisi Operasional Variabel ..................................................
F. Pengukuran Variabel .................................................................

32
32

34
34
34
34
35
35

G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
H. Uji Persyaratan Instrumen ........................................................
I. Teknik Analisa Data ................................................................

36
38
45

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................
1. Lokasi SMA Bina Mulya Bandar Lampung .....................
2. Sejarah Berdirinya SMA Bina Mulya Bandar Lampung ...
3. Keadaan Guru Tenaga Administrasi dan Penjaga Sekolah

4. Keadaan Siswa ...................................................................
5. Sarana dan Prasarana Sekolah ...........................................
6. Peta Lokasi Sekolah ...........................................................
7. Denah Ruang Belajar .........................................................
B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................
1. Pengumpulan data .............................................................
2. Keadaan Responden Berdasarkan pre-test ........................
3. Keadaan Responden Berdasarkan Resitasi ........................
C. Pengujian Hipotesis .................................................................
D. Pembahasan...............................................................................

48
48
48
51
52
52
54
55
56

56
56
58
60
63

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..............................................................................
B. Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

70
71

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan dalam bidang pendidikan mempunyai peranan penting bagi

kehidupan bermasyarakat, oleh karena itu setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Sesuai dengan salah satu tujuan negara
Indonesia yaitu ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, karena itu
pemerintah berusaha seoptimal mungkin mengadakan peningkatan dalam sektor
pendidikan.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2001:22) bahwa hakikat pendidikan adalah “Salah
satu proses yang berlandaskan usaha yang sadar tujuan, yang kegiatannya
diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, proses pendidikan
itu berwawasan kepentingan anak didik sebagai individu dan sekaligus sebagai
anggota masyarakat”.

Menurut Titin Trimunarsih (1997:1), usaha perbaikan mutu pendidikan memang
harus selalu diupayakan oleh semua pihak yang terlibat di dalam proses
pendidikan, baik pemerintah, guru, siswa, maupun pihak-pihak yang berkompeten
di dalamnya. Setiap individu atau lembaga yang terkait dituntut untuk bekerja

2

keras secara maksimal dan penuh rasa tanggung jawab dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan.


Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah melalui departemen
pendidikan dan kebudayaan (DEPDIKBUD) telah berupaya melakukan perbaikan
dan penyempurnaan terhadap sistem pengajaran yang ada, diantaranya adalah
penyempurnaan kurikulum. Melalui penyempurnaan kurikulum tersebut diharapkan
agar proses pembelajaran yang efektif dan efisien dapat berlangsung sesuai dengan
tujuan yang telah digariskan.

Dalam proses pembelajaran kurikulum merupakan salah satu faktor yang ikut
menentukan keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Faktor lain yang tidak kalah
pentingnya terhadap keberhasilan proses pembelajaran adalah guru. Guru
merupakan unsur pokok untuk melaksanakan proses pembelajaran, oleh karena itu
guru sangat berperan sekali dalam membantu keberhasilan siswa dalam belajar.
Keberhasilan itu tidak terlepas dari berbagai faktor yang berpengaruh, seperti
keadaan sosial ekonomi keluarga, motivasi, fasilitas belajar, lingkungan sekolah,
lingkungan tempat tinggal, aktivitas belajar dan sebagainya.

Menurut Edwin B. Flippo dalam Malayu S.P Hasibuan (2000:142), Motivasi
adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau
bekerja secara berhasil sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi

sekalipun tercapai. Sedangkan menurut G.R Terry dalam malayu S.P Hasibuan
(2000:142), motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seorang individu
yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Dengan usaha yang
tekun dan tidak mudah menyerah dan dilandasi oleh motivasi yang kuat, maka

3

siswa yang belajar akan menghasilkan prestasi yang baik. Intensitas seorang siswa
akan menentukan tingkat pencapaian belajar.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. sebagai tindakan,
maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya
atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi untuk siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagne dalam
Dimyati (1994:10), belajar merupakan “kegiatan yang kompleks, hasil belajar
berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan,
sikap dan nilai”.
Timbulnya motivasi karena adanya tujuan yang hendak dicapai. Jadi tanpa adanya
tujuan, orang tidak dapat termotivasi untuk berbuat sesuatu. Dalam kegiatan
belajar, siswa tentu mempunyai tujuan akhir mengapa ia mengikuti kegiatan

pembelajaran. Tujuan tersebut menimbulkan motivasi belajar.

Motivasi belajar juga dapat menimbulkan semangat dalam kegiatan belajar
sehingga siswa yang memiliki motivasi untuk belajar yang tinggi akan mendorong
mereka untuk melakukan kegiatan belajar dalam skala yang lebih tinggi pula.
Motivasi belajar disini ialah “kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat
memberikan dorongan kepada kegiatan belajar murid”.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada

4

peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala
kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak
didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah
satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah
satu yang paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang
guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang
menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode pembelajaran yang
berbeda dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan
berbagai metode pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran.

Mengukur kemampuan siswa, guru dapat melakukan berbagai macam tes sesuai
dengan tujuan yang diinginkan khususnya sebelum memulai pelajaran sebaiknya
guru melakukan pre-test kepada siswanya, karena pre-test sangat baik untuk
membantu ingatan para siswa dalam mengingat pelajaran yang diberikan oleh
guru pada pertemuan sebelumnya. Pre-test juga merupakan tes pengukuran.
keberhasilan, untuk mengukur seberapa jauh siswa telah memiliki keterampilan
mengenai hal yang akan dipelajari.

Pemberian tugas ini merupakan bagian dari tugas yang dilakukan guru kepada

5

siswa. Dimana pemberian tugas ini menuntut siswa untuk memecahkan setiap
persoalan yang diberikan dalam jangka waktu yang telah disepakati antara guru
dan siswa. Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana
guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

Pemberian tugas ini merupakan bagian dari tugas yang dilakukan guru kepada
siswa. Dimana pemberian tugas ini menuntut siswa untuk memecahkan setiap
persoalan yang diberikan dalam jangka waktu yang telah disepakati antara guru
dan siswa. Pada hakekatnya, prestasi belajar siswa yang dapat diketahui dari
perubahan tingkah laku, pengetahuan serta dilihat dari hasil belajar itu sendiri.
Seperti yang dikemukakan Hendrawati (2004:125) bahwa pengertian prestasi
belajar dan kharakteristik prestasi belajar adalah suatu perubahan yang mearsurable
(dapat diukur). Untuk mengukur perubahan perilaku tersebut dapat dilakukan tes
prestasi belajar (achievement).

Faktor-faktor di atas secara teoritis memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
prestasi belaiar siswa terutama dipengaruhi oleh prestasi belajar siswa itu sendiri.
Adapun prestasi yang pernah dicapai siswa-siswi SMA Bina Mulya Bandar
Lampung dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:

6

Tabel 1.1 Prestasi-Prestasi yang Pernah dicapai siswa-siswi SMA Bina Mulya
Bandar Lampung.
No
Prestasi yang dicapai
Tahun
1 Juara 1 Lempar Lembing Putri PORSENI SMA/SMK/MA Se2007
Kota Bandar Lampung
2 Juara Umum Klasemen SLTA PIALA WALIKOTA Lomba
2007
Drum Band Pelajar Se-Provinsi Lampung
3 Juara 1 Komite Putri < 48 kg Kejuaraan Karate Pekan Olah Raga
2007
Pelajar SMA/SMK/MA Kota Bandar Lampung
4 Juara 1 lari 400 m Putra Pekan Olah Raga Pelajar SMA/SMK/MA 2007
Se-Kota Bandar Lampung
5 Juara 2 Media terbaik Jambore Jurnalistik Lampost SMAN 7
2011
Bandar Lampung
Sumber: SMA Bina Mulya.

Dari Tabel 1.1 di atas dapat diketahui prestasi yang pernah dicapai siswa-siswi
SMA Bina Mulya Bandar Lampung pernah mendapat juara umum 1 kali piala
walikota lomba drum band se-Provinsi Lampung, 3 kali juara 1 lomba lempar
lembing, karate, dan lari 400 m se-Kota Bandar Lampung dan 1 kali mendapat
juara 2 lomba jambore jurnalistik lampost SMAN 7 Bandar Lampung.

Kegiatan belajar mengajar (KBM) di SMA Bina Mulya untuk mata pelajaran
geografi, pada setiap awal kegiatan belajar mengajar (KBM) guru memerintahkan
ketua kelas menyiapkan teman-temannya untuk berdo’a sebelum memulai
pelajaran. Selanjutnya guru menyapa siswa dan mengabsen selama 10 menit.
Setelah itu guru mengkaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari selama 10 menit. Kemudian gurumenjelaskan materiselama 45 menit.
Setelah menyampaikan materi, guru memberikan waktu kepada siswa untuk
bertanya mengenai materi yang belum dimengerti selama 10 menit. Selanjutnya
guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari selama 15
menit. Kemudian guru menutup kegiatan belajar. Terakhir guru menyuruh siswa

7

untuk berdo’a. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa di SMA Bina Mulya
dalam mata pelajaran geografi masih sangat rendah. Kondisi ini terlihat bahwa
pada semester ganjil pencapaian prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
geografi belum sesuai dengan yang diharapkan. Tingkat pencapaian prestasi
dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2. Perolehan Nilai Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X Semester
GanjilSMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013.
Jumlah
NO
Prestasi
f (orang)
Persentase %
1.
9,010


2.
8,08,9
6
7,59
3.
6,57,9
12
18,98
4.
5,56,4
42
56,96
5.
0,05,4
10
16,46
Jumlah
70
100,00
Sumber:Data guru mata pelajaran geografi SMA Bina Mulya

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas terlihat bahwa prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran geografi bervariasi dari nilai tinggi hingga nilai rendah. Kriteria yang
dijadikan pedoman dalam menentukan tingkat prestasi yang dicapai siswa tersebut
berdasarkan pendapat Wayan Nurkencana dan PPN Sumartana, (1993:182) yang
secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 1.3 Kriteria Prestasi Belajar Siswa
No.

Rentang Nilai

Kategori

1.
9,0 – 10
Baik Sekali
2.
8,0 − 8,9
Baik
3.
6,5 − 7,9
Cukup
4.
5,5 − 6,4
Kurang
5.
0,0−5,4
Sangat Kurang
Sumber: Wayan Nurkencana dan PPN Sumartana (1993:182).

8

Untuk mengetahui tingkat keterampilan dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
biasanya diukur dengan pencapaian prestasi belajar. Semakin tinggi tingkat
keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki siswa maka semakin tinggi pula
prestasi belajar yang dapat dicapai siswa. Dengan demikian maka timbulnya
prestasi belajar yang belum memuaskan, seperti terlihat pada Tabel 1.2 merupakan
masalah yang perlu dikaji dan diperhatikan karena sebagian besar siswa yaitu
sebanyak 42 (56,96%) masih memiliki nilai yang rendah. Guru selaku pihak yang
terkait secara langsung dalam pembelajaran dituntut agar senantiasa berusaha
meningkatkan profesionalismenya. Hal ini dimaksudkan agar dapat membantu
dan memberi kemudahan siswa dalam memahami serta dapat menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan khususnya untuk pelajaran geografi.

Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, hendaknya setiap guru selalu
melakukan tes awal (pre-test) kepada siswa. Pre-test sangat berguna bagi guru
sebagai alat untuk mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan yang telah
dimiliki siswa. Selain itu pre-test berguna juga untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa terhadap materi yang akan dipelajari.

Pada setiap awal pertemuan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran geografi
kelas X SMA Bina Mulya, sebelum menyampaikan materi guru selalu
memberikan soal pre-test kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa tentang materi yang akan disampaikan. Kemudian di
akhir pertemuan guru kembali melakukan resitasi, yaitu guru memberikan soalsoal kembali kepada siswa tentang materi yang telah disampaikan. Hal ini
dilakukan untuk mengukur besarnya tingkat kepemahaman siswa setelah materi

9

disampaikan. Pelaksanaan proses pembelajaran untuk mata pelajaran geografi,
guru hendaknya tidak hanya menggunakan satu metode mengajar, tetapi
menggunakan metode mengajar yang dikombinasikan sesuai dengan materi yang
disajikan. Sehingga hal ini dapat mempermudah dalam membantu siswa untuk
mengerti tentang apa yang dipelajari dan proses pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif.

Jenis metode yang digunakan disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai dalam
kegiatan pembelajaran. Guru dalam memilih suatu metode, hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran yang
dilaksanakan, diantaranya adalah kondisi siswa, situasi belajar, tujuan, fasilitas
belajar dan tingkat kemampuan pengajar atau guru.

Menurut hasil wawancara guru mata pelajaran geografi Drs. Rezuliansyah pada
penelitian pendahuluan tanggal 23 Juli 2012, selama ini pelaksanaan proses
pembelajaran yang ada di SMA Bina Mulya, khususnya untuk pelajaran geografi,
guru tidak melakukan pre-test. Menurut pendapat Mas’ud Yusuf (1985:55), bahwa:
“Pre-test atau tes awal merupakan tes pengukuran keberhasilan untuk mengukur
seberapa jauh siswa telah memiliki keterampilan mengenai hal yang akan
dipelajari”. Sehingga proses pembelajaran dilaksanakan tanpa mengetahui
kemampuan awal siswa, dalam hal ini siswa dianggap selalu mempunyai
pengetahuan dan tingkat keterampilan yang sama. Anggapan yang demikian
tentu saja akan menimbulkan kesulitan bagi siswa yang memiliki pengetahuan dan
tingkat keterampilan yang rendah untuk mengikuti pelajaran yang akan dilaksanakan.

Demikian juga dalam menggunakan metode mengajar yang tidak bervariasi atau

10

bersifat monoton, akan menimbulkan kejenuhan dan motivasi belajar siswa
rendah. Kondisi tersebut di atas, baik yang disebabkan oleh kesulitan belajar,
kejenuhan dan motivasi yang rendah pada gilirannya akan mengakibatkan prestasi
belajar yang dicapai siswa pada mata pelajaran geografi di bawah rata-rata.
Pada proses pembelajaran sebaiknya metode pemberian tugas perlu ditingkatkan
karena sangat efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Menurut
pendapat yang dikemukakan oleh Yusuf Djayadisastra (1985:87), bahwa metode
tugas adalah “suatu metode cara mengajar yang dicirikan oleh kegiatan perencanaan
antara murid dengan guru mengenai suatu persoalan yang harus diselesaikan oleh
murid dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama antara murid dengan
guru”.
Pemberian tugas di sini dalam arti memberikan latihan soal-soal yang dapat
dikerjakan di rumah. Pemberian tugas dapat dijadikan sebagai penguat dari
pengetahuan yang telah diterima siswa, selain itu juga dapat membiasakan siswa
untuk berpikir kritis, bertanggung jawab, dan lebih aktif belajar di rumah.

Berdasarkan pembahasandan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian yang mengangkat judul: “Pengaruh Pemberian Pre-Test
dan Resitasi Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran GeografiSiswa Kelas
X Semester Genap SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2012-2013”.

11

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Motivasi belajar
2) Metode belajar
3) Fasilitas belajar
4) Pemberian pre-test dan resitasi
5) Pemberian pre-test terhadap prestasi belajar siswa
6) Pemberian resitasi terhadap prestasi belajar siswa
7) Pemberian pre-test dan resitasi terhadap prestasi belajar siswa

C. Batasan Masalah

Karena terbatasnya waktu dan kemampuan serta untuk mempermudah penelitian
ini, maka penulis membatasi masalah pada pemberian pre-test dan resitasi
terhadap prestasi belajar siswa.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh pemberian
pre-test dan resitasi terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Geografi
Siswa Kelas X Semester Genap SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2012-2013?

12

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian pre-test dan resitasi terhadap prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran Geografi Siswa Kelas X Semester Genap SMA Bina
Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1) Sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Studi
Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2) Secara

teoritis,

penelitian ini

diharapkan

dapat

memperkaya ilmu

pengetahuan mengenai variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu,
pemberian pre-test, pemberian resitasi, aktivitas dan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran Geografi.
3) Secara praktis, penelitian ini sebagai sumbangaan pemikiran tentang
penggunaan metode mengajar pada proses pembelajaran mata pelajaran
Geografi.
4) Sebagai kajian yang perlu dikembangkan lebih lanjut bagi peneliti berikutnya.
5) Sebagai suplemen bagi siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung
pada mata pelajaran Geografi kompetensi dasar siswa mampu menganalisis
dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer serta dampak
kehidupan di muka bumi.

13

G. Ruang Lingkup Penelitian
1) Ruang Lingkup Subjek
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung
Tahun 2012-2013.
2) Ruang Lingkup Objek
Objek penelitian ini pemberian pre-test, pemberian resitasi, dan prestasi
Belajar siswa pada mata pelajaran Geografi kelas X SMA Bina Mulya Bandar
Lampung.
3) Ruang Lingkup Tempat
Ruang Lingkup Tempat penelitian adalah kelas X SMA Bina Mulya Bandar
Lampung.
4) Ruang Lingkup Waktu
Ruang Lingkup Waktu adalah Tahun 2012-2013.
5) Ruang lingkup ilmu
Pembelajaran geografi adalah pembelajaran yang memberikan pengetahuan
tentang

aspek-aspek

keruangan

permukaan

bumi

yang

merupakan

keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi
kewilayahannya, yang diajarkan di sekolah dan disesuaikan dengan tingkat
perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing (Nursid
Sumaatmadja, 2001:12).

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Belajar

Pada hakekatnya belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan. Artinya, tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap
aspek organisme atau pribadi. Proses belajar merupakan suatu dasar yang
fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan
berkembang pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian. Sebagaian
besar respon dan ciri kepribadian lebih banyak yang diperoleh dari proses belajar
daripada yang diperoleh secara diwariskan. Proses belajar ini akan berlangsung
sepanjang hayat.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. sebagai tindakan,
maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya
atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi untuk siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Belajar (learning) adalah
suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur
hidup, sejak masih bayi sampai ke liang lahat nanti (Sadiman, dkk., 1986 dalam

15

Warsita, 2008:62). Belajar dapat terjadi di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di
tempat ibadah, dan di masyarakat, serta berlangsung dengan cara apa saja,
dari apa, dan siapa saja. Bahkan kemampuan orang untuk belajar ini
merupakan salah satu ciri penting yang membedakan manusia dengan makhluk
yang lain (Warsita, 2008:62).
Menurut Skinner dalam Dimyati (2009:9), belajar adalah “suatu perilaku. Pada
saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak
belajar maka responnya menurun”. Sedangkan menurut Gagne dalam Dimyati
(2009:10), belajar merupakan “kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa
kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan
nilai”. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.
Menurut Piaget dalam Dimyati (2009:14) “belajar meliputi tiga fase, fase-fase itu
adalah fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase
eksplorasi, siswa mempelajari dengan gejala bimbingan. Dalam fase pengenalan
konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase
aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih
lanjut”. Dalam belajar ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar,
b. Respon si pembelajar, dan
c. Konsekuensi yang bersifat yang menguatkan respon tersebut. Pemerkuat terjadi
pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi,
perilaku respon si pembelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku
respon yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

16

Skinner dalam Damyati (1994:9)
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulah bahwa belajar
adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.

2. Pengertian Metode Belajar

Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa
dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan
pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak
didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar
di kelas. Salah satu yang paling penting adalah performance guru di kelas.
Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta
suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Tiap-tiap
kelas bisa kemungkinan menggunakan metode belajar yang berbeda dengan kelas
lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode
pembelajaran.

Dalam membina tingkah laku siswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah
digariskan, guru dapat memakai berbagai metode belajar mengajar. Mengenai hal
metode Sudirdjo (1974:31), mengemukakan metode adalah “cara, yang dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi
guru (metode mengajar) maupun bagi murid (metode belajar). Semakin baik metode
yang dipakai semakin efektif pula pencapaian tujuan”.

17

Menurut Oemar Hamalik (2011:26), metode adalah “cara yang digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum”. suatu
metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa
dalam proses pembelajaran.
Belajar menurut Oemar Hamalik (2011:36), adalah “modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. (learning is defined as the modification or streng
thening of behavior through experiencing)”. Berdasarkan pengertian pengertian di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode belajar adalah cara yang digunakan
untuk menyampaikan materi dalam suatu proses atau kegiatan untuk penguasaan
dalam hasil latihan, dalam perubahan kelakuan tentang belajar.

3. Metode Tugas

Penugasan atau metode tugas adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta
didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas.
penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok. penugasan
dapat berupa pekerjaan rumah atau proyek. Pekerjaan rumah adalah tugas
menyelesaikan soal-soal dan latihan yang dilakukan peserta didik di luar kegiatan
kelas. Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dan waktu tertentu dan
umumnya menggunakan data lapangan.

Dalam percakapan sehari-hari metode tugas dikenal dengan sebutan pekerjaan
rumah. Hal ini sejalan dengan pendapat W.S Winkel (1983:181), bahwa “kegiatan

18

yang ditugaskan oleh guru yang harus dikerjakan di rumah untuk itu digunakan
istilah tugas rumah”.
Pemberian tugas ini merupakan bagian dari tugas yang dilakukan guru kepada
siswa. Di mana pemberian tugas ini menuntut siswa untuk memecahkan setiap
persoalan yang diberikan dalam jangka waktu yang telah disepakati antara guru
dan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yusuf
Djayadisastra (1985:87), bahwa metode tugas adalah “suatu metode/cara mengajar
yang dicirikan oleh kegiatan perencanaan antara murid dengan guru mengenai
suatu persoalan yang harus diselesaikan oleh murid dalam jangka waktu yang telah
disepakati bersama antara murid dengan guru”.
Winarno Surakhmad (1980:35), menyatakan bahwa salah satu metode mengajar
yaitu “metode pemberian tugas belajar, yang dalam istilah sehari-hari dikenal
dengan sebutan pekerjaan rumah. Metode pemberian tugas mempunyai tiga fase,
pertama guru memberi tugas, kedua siswa melaksanakan tugas (belajar) dan fase
Ketiga siswa mempertanggungjawabkan kepada guru apa yang telah mereka
pelajari”.
Guru dalam memberikan tugas rumah kepada siswa, guru harus menempuh langkahlangkah seperti tersebut di atas. Guru memberikan tugas kepada siswa, setelah itu
setiap tugas yang diselesaikan diserahkan kembali kepada guru pada pertemuan
berikutnya dan guru mengadakan penilaian terhadap tugas yang telah
dikumpulkan dan dikembalikan kepada siswa sebelum tugas berikutnya diberikan.
Dengan menggunakan metode pemberian tugas akan lebih baik karena hal-hal
sebagai berikut:

19

1. Mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri sesuatu masalah dengan jalan.
membaca sendiri, mengerjakan sendiri, mencoba sendiri.
2. Membiasakan anak berpikir membandingkan dan mencari hukum dan
menerapkan rumus.
3. Melatih anak berhadapan dengan persoalan, tidak hanya hafalan.
4. Mengembangkan inisiatif serta tanggung jawab dari siswa terhadap
pengetahuan dalam menghadapi masalah aktual dalam penyerapan informasi.
Roestiyah N.K (1994:82).

Lebih lanjut dinyatakan bahwa agar hasil belajar memuaskan guru perlu
merumuskan tujuan yang hendak dicapai oleh murid dengan maksud:
1. Merangsang agar siswa berusaha lebih baik, memupuk inisiatif, tanggung
jawab dan mandiri.
2. Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat siswa yang
terluang.
3. Memperkaya pengalaman-pengalaman sekolah dengan memulai kegiatan di
luar sekolah.
4. Memperkuat hasil belajar di sekolah dengan menyelenggarakan latihan-latihan
yang perlu integrasi dan penggunaannya.
Roestiyah N.K (1994:83).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa dengan memberikan tugas
rumah akan lebih baik karena akan membiasakan siswa untuk berpikir kritis,
tekun dan rajin belajar. Hal yang lebih penting dalam proses belajar mengaiar
dengan dengan menggunakan metode tugas, selain guru banyak mendapat masukan tentang kelebihan dan kelemahan siswa juga akan meningkatkan motivasi
belajar siswa. Di samping itu akan melatih siswa untuk mengembangkan berbagai
macam kemampuan yang ada dalam dirinya.

Namun demikian, setiap metode yang dipakai dalam proses belajar mengajar
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada sifat-sifat umum yang
terdapat pada metode yang satu tidak terdapat pada metode yang lain. Metode tugas
mempunyai kelemahan sebagai berikut:

20

1. Seringkali siswa melakukan penipuan di mana siswa hanya meniru atau
menyalin pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar.
2. Ada kalanya tugas dikerjakan orang lain tanpa pengawasan secara langsung.
3. Apabila tugas terlalu banyak diberikan, apalagi bila tugas-tu6as itu sukar
dilaksanakan oleh siswa, maka ketenangan mental mereka dapat terpengaruh.
4. Sukar memberikan tugas yang dapat memenuhi perbedaan individu.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut di atas, yang perlu diperhatikan oleh
guru adalah mengupayakan agar metode tugas yang diberikan dalam proses belajar
lebih efektif sehingga dapat mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada. Oleh
sebab itu metode tugas hendaknya dilaksanakan sebagai berikut:
1. Tugas-tugas yang diberikan terbatas, apa yang menjadi masalah atau yang perlu
pemecahan.
2. Tugas-tugas disadari oleh anak-anak sehingga menjadikannya suatu yang harus
dikerjakan, karena menyangkut kehidupan.
3. Adanya fasilitas-fasilitas misalnya buku-buku untuk menyelesaikan tugas.
4. Diperhitungkan taraf kesukaran atau berat tidaknya tugas dengan kemampuan
siswa.
Roestiyah N.K (1994:63).

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa pada pokoknya
metode tugas akan tetap mempunyai banyak kelebinan jika dapat dilaksanakan secara
efektif, terutama untuk pelajaran geografi yang memerlukan banyak latihan untuk
meningkatkan pengetahuan dan tingkat keterampilan siswa. Sehingga hasil belajar
yang dapat dicapai siswa akan maksimal.

21

4. Pre-Test/Tes Pendahuluan
Dalam bukunya yang berjudul “Metode Pengajaran IPS” Nursid Sumaatmadja
(2001:127), mengemukakan bahwa “sesuai dengan tujuan tes untuk mengukur
kecakapan siswa berdasarkan materi yang telah dipelajari atau hasil, kita dapat
membedakan tes menjadi beberapa macam, yakni tes pendahuluan (pre-test), tes
formatif', tes akhir (post-test) dan tes sumatif”.
Pre-test merupakan tes yang pertama kali dilaksanakan ketika siswa akan
memulai pelajaran yang diberikan oleh guru, yang di mana seorang guru
memberikan penilaian hasil belajar mereka yang kemudian diukur dari nilai hasil
pre-test tersebut. (http://www.Pusat Bahasa.htm).

Selanjutnya Norman E. Gronlund (1995:8) menyatakan bahwa tes pada umumnya
digunakan dalam pengajaran dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengukur keterampilan dan pengetahuan awal yang diperlukan dalam
memulai suatu pengajaran (pre-test).
2. Untuk mengukur kemajuan dalam perkembangan pengetahuan dan keterampilan
selama suatu pengajaran berlangsung (tes formatif).
3. Untuk menemukan kesulitan belajar dan menjelaskan sifat kesulitan belajar
selama pelajaran berlangsung (tes diagnostik) .
4. Untuk mengukur hasil belajar suatu program pengajaran (tes sumatif).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jika ingin mengukur
kemampuan siswa, guru dapat melakukan berbagai macam tes sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Khusus mengenai pre-test, Dick dan Carrey
mengemukakan sesuai dengan yang dikutip oleh Mas’ud Yusuf (1985:55), bahwa:
“Pre-test atau tes awal merupakan tes pengukuran keberhasilan, untuk mengukur
seberapa jauh siswa telah memiliki keterampilan mengenai hal yang akan
dipelajari”.

22

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan tes
awal (pre-test) guru akan dapat mengetahui kelemahan-kelemahan siswa,
sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut guru dapat memberikan
perlakuan yang tepat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
siswa mengenai hal yang akan dipelajari.

Oleh karena itu, pre-test sangat perlu dilaksanakan khususnya apabila guru ingin
membagi-bagi pengajaran sesuai dengan kemampuan setiap siswa atau
memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk belajar mandiri. Hal ini sesuai
dengan pendapat Jerrol E. Kemp (1984:97) bahwa tes awal perlu dilaksanakan
karena sejumlah alasan berikut:
1) Untuk menentukan kesiapan siswa dalam mengikuti program dengan
mengingatkan mereka tentang apa yang mereka ketahui dan tidak ketahui
tentang suatu pokok bahasan.
2) Menunjukan baik kepada siswa maupun pengajar dari mana pelajaran akan
dimulai, atau pelajaran perbaikan yang harus dilaksanakan sebelum memulai
program.
3) Mendorong siswa untuk mempelajari pokok bahasan karena ketika mereka
membaca pertanyaan tes awal atau mengalami apa yang akan mereka pelajari.
4) Memberitahukan kepada siswa tentang apa yang akan diajarkan selama
mereka mempelajari pokok bahasan itu, sehingga mereka sadar tentang apa
yang dituntut dari diri mereka.
5) Memberikan data dasar untuk menentukan kemajuan belajar siswa dengan
membandingkan nilai uji awal (pre-test) dengan uji akhir.
6) Memberikan informasi yang berguna bagi pengajar bila ia mengubah bagian
pengajaran atau kegiatan, sehingga program dapat dimulai pada saat siswa
telah siap; apabila ini tidak tepat, tes awal memungkinkan diadakannya
perbaikan program dilaksanakan di waktu mendatang.
Berdasarkan uraian di atas, jelas terlihat bahwa pre-test memiliki berbagai macam
kebaikan jika dilaksanakan, sehingga dari berbagai kebaikan tersebut guru lebih
mudah untuk menilai kemampuan awal yang telah ada dalam diri siswa tentang
materi yang akan dipelajari, yang pada akhirnya dengan dilaksanakannya pre-test

23

guru dapat memberikan perlakuan yang tepat serta menentukan bagian-bagian
mana perlu penekanan materi pelajaran yang akan disampaikan. Dengan
perlakuan yang tepat diharapkan guru dapat membantu siswa dalam mencapai
prestasi belajar yang maksimal.

5. Resitasi

Metode

Pembelajaran

Resitasi adalah

suatu

metode

pengajaran

dengan

mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri. Menurut Slameto
(2010:15) metode pemberian tugas dan resitasi adalah “cara penyajian bahan
pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar
jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus
dipertanggungjawabkan (dilaporkan) kepada guru”. Sedangkan Nana Sudjana
(1989:81), “resitasi atau tugas tidak sama dengan pelajaran rumah, tetapi jauh
lebih luas dari itu, yang berarti bahwa tugas dapat merangsang anak untuk lebih
aktif belajar secara individu atau kelompok”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa resitasi adalah cara
penyajian bahan pelajaran yang diberikan guru kepada siswa di luar sekolah.
a. Kelebihan Metode penugasan/resitasi:
1) Tugas lebih merangsang siswa untuk untuk belajar lebih banyak, baik pada
waktu di kelas maupun di luar kelas.
2) Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa yang diperlukan
kehidupan kelak.

24

3) Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih
memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang
dipelajari.
4) Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah
sendiri imformasi dan komunikasi.
5) Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan
belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.
b. Kekurangan dari Metode Resitasi
1) Siswa sulit dikontrol, apa benar mengerjakan tugas ataukah orang lain.
2) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu
siswa.
3) Sering memberikan tugas yang monoton, sehingga membosankan.
Dalam memberikan tugas yang baik, guru hendaklah memperhatikan dan
menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a.

Materi tugas yang diberikan atau pekerjaan yang perlu diselesaikan oleh
siswa haraus jelas.

b.

Tujuan tugas yang diberikan akan lebih baik apabila dijelaskan kepada siswa.

c.

Apabila tugas kelompok, seyogyanya ada ketua dan anggota kelompok sesuai
dengan kebutuhan agar ada yang bertanggung jawab.

d.

Tempat dan lama waktu penyelesaian tugas hendaknya jelas.

6. Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa belanda “prestatie” kemudian dalam bahasa
Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha. Kata ini banyak digunakan

25

dalam berbagai bidang kegiatan antara lain: olah raga, kesenian, dan pendidikan.
Di dalam lingkup pendidikan setiap jangka waktu tertentu, diadakan suatu tes
untuk mengetahui tingkat penyerapan mahasiswa terhadap bahan mata kuliah
yang telah diberikan”.
Menurut Abu Ahmadi (1994:21), mengemukakan prestasi belajar adalah “hasil
yang dicapai oleh seseorang dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha kegiatan
belajar dan perwujudan prestasinya dapat dilihat dari nilai yang diperolehnya”.
Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2012:141), prestasi belajar adalah “hasil
interaksi dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses belajar secara
keseluruhan”. Uzer Usman dan Lilis (1993: 10), “prestasi belajar siswa yang
dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
yaitu faktor yang berasal dari dirinya (faktor internal) dan faktor dari luar dirinya
(faktor eksternal)”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
hasil belajar atau pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti
kegiatan belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka.
Menurut Muhibbin Syah (2012:117), frekuensi belajar merupakan “suatu hal yang
penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya dalam mata
pelajaran, dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya keaktifan anak belajar
tidak akan mencapai hasil yang maksimal”.Berdasarkan pengertian-pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi prestasi belajar merupakan salah satu
unsur masukan yang pokok dalam proses prestasi dan memberikan sikap bertahan
dan maju terus dalam mewujudkan ide atau gagasan-gagasan yang kreatif.

26

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang
harus dicapai perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1) Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri. Seperti
kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya.
2) Faktor eksternal, ialah faktor yang berasal dari luar diri si anak. Seperti
kebersihan, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya.
(Roestiyah N.K, 1994:159).
Selanjutnya Abu Ahmadi (1994:32), mengklasifikasikan faktor-faktor

yang

mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut::
1) Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri yang
sifatnya:
a. Psikologis seperti intelegensia, kemauan, minat, sikap dan perhatian.
b. Faktor pisikis yaitu keadaan lelah (aktivitas kurang), cacat badan, kurang
pendengaran, mengalami gangguan penglihatan dan lain-lain.
2) Faktor ekstern yaitu faktor yang timbul dari luar diri anak, seperti berasal dari:
a. Lingkungan sekolah yang meliputi interaksi guru dan murid, cara
penyajian bahan pelajaran, kurikulum, keadaan gedung, waktu sekolah,
metode mengajar, den tugas pokok.
b. Lingkungan keluarga meliputi cara mendidik anak, suasana keluarga,
pengertian orang tua, keadaan sosial ekonomi keluarga, latar belakang
budaya den lain-lain.
c. Lingkungan masyarakat meliputi mas media, teman bergaul, kegiatan
lain, cara hidup di lingkungan dan lain-lain.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh berbagai faktor, akan tetapi secara garis besar dapat dibedakan
menjadi dua, yakni faktor dari luar diri siswa (faktor eksternal) dan faktor dari
dalam diri siswa (faktor internal).

27

8. Mata Pelajaran Geografi
Menurut Nursid Sumaatmadja (2001:11) pengertian geografi adalah “Ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan”. Sedangkan menurut
Nursid

Sumaatmadja

(2001:12)

pengajaran

geografi

hakikatnya

adalah

“Pengajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan
keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi
kewilayahannya”.
Pembelajaran geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang aspek-aspek
keruangan permukaan bumi yang merupahkan keseluruhan gejala alam dan
kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya menurut Nursid
Sumaatmadja (2001:35), pembelajaran geografi merupakan “proses dan interaksi
antara guru dan murid dalam menelaah interaksi, interelasi, dan integrasi gejalagejala di permukaan bumi yang dapat di ungkapkan dengan pertanyaan apa, di
mana, mengapa dan bagaimana”.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan. Geografi merupahkan ilmu
yang mempelajari tentang gejala-gejala di permukaan bumi, baik persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dari sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan
dalam konteks keruangan. Penelitian ini pada kelas X semester genap Standar
Kompetensi 3. Siswa mampu menganalisis unsur-unsur geosfer. Kompetensi
Dasar 3.1 Siswa mampu menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan
litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.

28

9. Teori Belajar

a. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di
dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan
member kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi
siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi
dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut
(Trianto, 2010:74).

b. Teori belajar pengolahan informasi
Menurut Yatim Riyanto (2009:20) teori belajar sibernetika adalah teori belajar
yang dianggap paling baru. Teori berkembang sejalan dengan perkembangan
ilmu informasi. Menurut teori itu belajar adalah pengelolaan informasi.
Sekilas teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang
mementingkan proses. Namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi
yang diproses itu.

Asumsi lain dari teori sibernetika adalah tidak ada satu proses belajar pun
yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Maka, sebuah
informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses

29

belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain
melalui proses belajar yang berbeda.

Teori ini lebih mementingkan sistem informasi dari pesan tersebut. Teori
sebernetik beramsumsi bahwa tidak ada satu jenis pun cara belajar yang ideal
untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem
informasi.

Teori ini telah dikembangkan oleh para penganutnya, antara lain seperti
pendekatan – pendekatan yang berorientasi pada pemprosesan informasi yang
dikembangkan oleh Gage dan Berliner, Biehler dan Snowman, Baine, serta
Tennyson.

Bahwa proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses
penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi
(storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi
yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).

10. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian terdahulu yang yang dianggap relevan dengan penelitian ini:
1. Berdasarkan hasil penelitian Titin Trimunarsih, berjudul Pengaruh Pemberian
Pre-test dan Tugas Rumah Terhadap Prestasi Belajar Akutansi Biaya Siswa
Kelas II Akutansi Caturwulan VI SMK Mutiara Natar Lampung Selatan
Tahun Pelajaran 1996-1997, dari hasil penelitian disimpulkan bahwa prestasi
belajar siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan metode
pemberian pre-test dan tugas rumah.

30

2. Berdasarkan hasil penelitan Restu Hidayatullah, berjudul Pengaruh Metode
Pemberian Tugas Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Semester Genap
Pada Mata Pelajaran Geografi di MAN Cilegon Provinsi Banten Tahun Ajaran
2006-2007. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa
kelas X MAN Cilegon pada mata pelajaran geografi mengalami peningkatan
setelah menggunakan metode pemberian tugas.

B. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini penulis membedakan dua macam variabel yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah pelaksanaan pemberiaan
pre-test dan pemberian resitasi (X) serta sebagai variabel terikatnya adalah
prestasi belajar siswa (Y).

Seperti diketahui bahwa setiap siswa yang melaksanakan kegiatan belajar 2 selalu
mempunyai harapan untuk mendapatkan hasil yang baik. Prestasi belajar
merupakan tingkat penguasaan materi pelajaran yang dinyatakan dengan simbol,
angka atau. skor. Tinggi rendahnya pencapaian hasil belajar siswa pada mata
pelajaran geografi, mencerminkan penguasaan atas materi yang dipelajari akibat
dari pencapaian hasil belajar geografi yang dipengaruhi banyak faktor diantaranya
adalah

penggunaan

metode

pengajaran

yang

disajikan

guru.

Dalam

menyampaikan materi pelajaran pada anak didik guru dapat menggunakan
berbagai macam metode mengajar, metode mengajar yang digunakan tentu akan
mempengaruhi belajar anak didik tersebut.

31

Untuk memberikan penjelasan dapat digambarkan dalam kerangka pikir sebagai
berikut:
Pelaksanaan Pemberian
Pre-Test dan Resitasi
(X)

Prestasi Belajar
Siswa
(Y)

Gambar 2.1. Diagram Alur Kerangka Pikir

C. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:71), hipotesis adalah “suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap perma

Dokumen yang terkait

PENGARUH TINGKAT INTELEGENSI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMAN 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 25 62

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

5 63 29

PENGARUH MINAT DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 85

ABSTRAK PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

0 40 74

PENGARUH CARA BELAJAR, MINAT BACA DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 66

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PEROLEHAN KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS X1 SEMESTER GANJIL SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 20 76

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR GEOGRAFI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA UTAMA WACANA METRO TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

1 2 39

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

0 11 87

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

0 16 13

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI KELAS X SMA SWASTA METHODIST 8 MEDAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

2 4 23