Informan Drs, Ramli Ismail

namun banyak program belum terlaksan dikarenakan belum efektifnya komunikasi dengan masyarakat yang menganggap negativ terhadap pengembangan pariwisata, maka target dari pemerintah, khusunya dinas pariwisata akan membangun komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat. “saya pertama kali di percaya dan diangkat menjadi kepala dinas pariwisata pata tahun 2007 dan banyak program kedepan yang akan laksanakan demi teciptanya pariwisata yang berbasis Islami di Kota Lhokseumawe” Dalam tugas kepala dinas, sudah banyak yang sudah di benahi terhadap beberapa tempat pariwisata yang ada di Kota Lhokseumawe, program yang sangat luar biasa yang telak di laksanakan adalah selesainya di bangun waduk raksasa di jantung Kota Lhokseumawe, yang menjadi awal perekonomian kelas menengah kebawah bertumbuh pesat, yaitu banyaknya pengunjung baik dari daerah maupun luar daerah Kota Lhokseumawe sehingga menjamurnya pedagang yang menjual dagangannya di sepanjang waduk tersebut. Pertama kali di bangunnya waduk, banyak masyarakat yang merespon negatif, tetapi sesedah beberapa tahun, berbalik anggapan tersebut dikarenakan membawa kemakmuran bagi masyrakat itu sendiri, selain meningkatnya ekonomi juga bisa jadi ikon untuk promosi kota sarat dengan budaya adat istiadat yang lebih dikenal dengan kota petro dolar.

b. Informan Drs, Ramli Ismail

Drs, Ramli Ismail. merupakan kepala Dinas sy ari’at Islam Kota Lhokseumawe, ramli mulai menjabat sebagai kepala dinas Syariat Islam mulai tahun 2011, dia berkantor di Kantor Dinas Syari’at Islam Kota Lhokseumawe dan dia berdomisili di Lhokseumawe Sebagai seorang Kepala Dinas Syari’at Islam Ramli sangat bertanggung jawab untuk menjaga pelaksanaan Syari’at Islam di wilayah kerjanya, dalam pembagunan pariwisata di Kota Lhokseumawe, dinas Syari’at Islam berperan penting serta berkewajiban mengontrol setiap kebijakan yang di buat oleh dinas Pariwisata. Bahkan dalam pelaksanaan sehari-hari Dinas Syariat Islam dengan Polisi Syariatnya ikut berpartisispasi dalam menjaga beberapa objek pariwisata di Kota Lhokseumawe, supaya pelaksanaan priwisata tidak bertentangan dengan pelaksanaan Syari’at Islam di Kota Lhokseumawe. Maka dalam melaksanakan tuga snya sebagai pengontro syari’at pak ramli selalu berkeordinasi dengan dinas pariwisata, agar setiap kebijakan yang akan di ambil untuk di ikut setakan dinas syari’at Islam. Maka hasil dari kebijakan tersebut tidak akan menjadi bu merang bagi syari’at Islam itu sendiri. “saya sangat mendukung akan kebijakan dari dinas pariwisata, untuk membangun dan mengembangkan tempat pariwisata yang ada di Kota Lhokseumawe, tetapi saya selalu mengontrol setiap kebijakan tersebut, agar pembangunan dan pengembangan tempat wisata tidak merusak s yari’at di Kota Lhokseumawe”I2, 12 April 2012. Dari apa yang sudah dilakukan kepala dinas syari’at Kota Lhokseumawe, membawa pairwisata Kota Lhokseumawe menjadi tempat wisata yang berbasis Islami dan sesuai dengan adat istiadat serta budaya masyarakat Kota Lhokseumawe, sehingga masyarakat yang ada di Kota Lhokseumawe menerimanya. Untuk melaksakan tersebut, diperlukan komunikasi yang baik, tanpa komunikasi mustahi masyarakat mengerti akan maat dari tebangunnya tempat pariwisata, dan juga harus terbangun komunikasi kearah yang Islami, sehingga masyarakat yang berkunjung ketempat-tempat wisata dita melanggar Qanu-qanun syari’at, Pada dasarnya masyarak akan mematuhi setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, yang di wakili disin oleh dinas pariwisata dan dinas syari’at Islam, akan tetapi karena kurangnya sosialisai dan tidak terbangun komunikasi antara pemerintah dengan masyarakan, maka terjadi penolakan-penolakan terhadap pembangun Tempat-tempat pariwisat yang dalam masyarakat itu adalah di identik dengan tempat maksiat.

c. Informan Armia S, Sos