Pariwisata Islami Batasan Istilah

kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat”. 11

2. Pariwisata Islami

Dalam bahasa Inggris wisata disebut dengan “tour” yang berarti berdarma wisata dan berjalan-jalan melihat pemandangan. Sedangkan secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu kata “pari” yang berarti halus, maksudnya mempunyai tatakra ma tinggi dan “wisata” yang berarti kunjungan atau perjalanan untuk melihat secara bertatakarama tinggi. 12 dalam UU Kepariwisataan No. 102009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Wisatawan sendiri adalah orang yang melakukan wisata. Oleh Komisi PBB disederhanakan sebagai setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan lain untuk tujuan berimigrasi dan yang tinggal paling sedikit 24 jam dan paling lama 6 bulan dalam setahun . Jadi dapat disimpulkan bahwa Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk melihat- lihat suatu keindahan alam dengan tujuan mencari suatu kesenangan dengan bertatakrama yang baik. Pariwisata Islami diartikan “perbedaan halus atau warna yang sedikit berbeda seperti biasanya” sedangkan Islami adalah “ajaran agama islam” penulis menyimpulkan bahwa masyarakat Islami adalah suatu keadaan masyarakat atau situasi berlangsung sesuai dengan ketentuan dan ajaran yang dianjurkan dalam Islam yang telah di tetapkan baik tingkah laku, perbuatan maupun perkataan. Pariwisata Islami dapat diartikan penyesuaian dengan konteks pelaksanaan syariat Islam. Konsep ini terkait dengan harapan agar daerah wisata terbebas dari alkohol, judi, diskotik, zina, makanan dijamin halal, busana Islami, pemisahan laki-laki dan perempuan pada area sort dan fitness, tersedia mushalla disetiap lokasi wisata, pengelolaan wisata yang dibiayai dengan sistem syariat, atraksi Islami, membentuk masyarakat pariwisata Islami, pusat makanan dan restoran yang memiliki kepastian halal, kerajinan cenderamata yang Islami, dan sebagainya. 13 11 Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya : 2005, h. 92. 12 Inu Kencana “yafi’I, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Mandar Maju : 2009, h. 15 13 Hasrat Efendi Samosir, Prinsip-Prinsip Komunikasi Pembangunan dalam Pandangan Islam, dalam An-Nadwah: Jurnal Dakwah dan Sosial Kemasyarakatan Vol. XII No. 2 Medan: Fakultas Dakwah IAIN-SU, 2007, h. 7

D. Tujuan Penelitian