9
BAB II
ASAS DEMOKRASI SEBAGAI PERLINDUNGAN MINORITAS
Dalam bab ini, penulis hendak memaparkan mengenai asas demokrasi sebagai perlindungan minoritas. Asas ini merupakan suatu asas yang lama dan
terbilang krusial karena menyangkut kebebasan setiap warga negara. Asas ini merupakan asas yang diturunkan langsung oleh negara melalui UUD NRI 1945
sehingga dapat dilihat bahwa asas demokrasi merupakan satu kesatuan dengan konstitusi. Oleh karena itu, yang menjadi pembahasan utama dalam bab ini adalah
perlindungan minoritas sebagai salah satu unsur dari asas demokrasi. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pembahasan dalam bab ini, maka
sistematika pembahasan dalam bab ini adalah sebagai berikut. Pertama, mengenai penyelenggaraan negara berlandaskan asas demokrasi infra Sub-judul A. Kedua,
menguraikan mengenai pengertian asas demokrasi, yaitu demokrasi sebagai asas
hukum. infra Sub-judul B. Ketiga, menguraikan mengenai perlindungan
minoritas sebagai salah satu unsur dari asas demokrasi infra Sub-judul C.
A. Penyelenggaraan Negara Berlandaskan Asas Demokrasi
Negara harus diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi. Artinya negara tidak boleh diselenggarakan berdasarkan asas otoriterianisme atau bahkan
totaliterianisme. Asas otoriterianisme dijalankan berdasarkan kehendak penguasa yang berakibat pada tidak tercerminnya kehendak rakyat dalam kebijakan yang
diambil penguasa untuk penyelenggaraan negara. Dalam asas otoriterianisme, negara berperan besar menentukan kehidupan setiap warga negara dalam semua
aspek kehidupan. Asas otoriterianisme sangat bertolak belakang dengan negara yang diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi karena negara yang
diselenggarakan berdasarkan asas otoriterianisme dalam proses penentuan organ negara hanya berlaku sistem pengangkatan
13
yang biasanya dilakukan berdasarkan sistem kekeluargaan.
14
Sedangkan negara yang diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi penentuan organ negara selalu dilakukan melalui proses yang
demokratis yaitu sistem pemilihan.
15
Penyelenggaraan negara berdasarkan asas otoriterianisme selalu akan mengalami benturan dengan penyelenggaraan negara berdasarkan asas demokrasi.
Perbedaan yang mendasar antara kedua asas tersebut adalah ide kebebasan berpolitik.
16
Idealnya dalam negara yang diselenggarakan berdasarkan asas
13
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, terjemahan oleh Raisul Muttaqien, Cetakan VII, Penerbit Nusa Media, Bandung, 2011, h. 421. Pengangkatan oleh sebuah
organ yang dipilih oleh rakyat dengan sendirinya merupakan sesuatu yang memperlemah prinsip demokrasi sebab pengangkatan adalah metode otokratis.
14
Munir Fuady, Konsep Negara Demokrasi, Op.Cit., h. 112. Dalam sistem negara otokratis, berlaku sistem primordial berdasarkan kepada agama, ras, suku bangsa, dan berbagai
model strata sosial, sehingga kurang memperhatikan asas persamaan di antara warga negara. Unsur hak dan kebebasan individu diabaikan tetapi yang diberlakukan adalah unsur kolektivisme,
dengan kekuasaan yang otokrasi dan oligarki yang bertumpu pada sistem kekerabatan dan kekeluargaan.
15
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Op.Cit., h. 413. Dalam demokrasi perwakilan dimana prinsip demokrasi dikonkretkan menjadi pemilihan organ-organ
pembuat hukum, sistem pemilihan adalah menentukan derajat perwujudan ide demokrasi. Tindakan memilih seorang individu, yakni pemilihan, terdiri atas tindakan-tindakan bagian dari
para pemilih, yakni tindakan pemungutan-pemungutan suara.
16
Ibid., h. 404. Seseorang memiliki kebebasan politik sepanjang kehendak pribadinya sesuai dengan kehendak umum yang dinyatakan dalam tatanan sosial. Kebebasan politik, yakni
kebebasan di bawah tatanan sosial, adalah penentuan kehendak sendiri dengan jalan turut serta dalam pembentukan tatanan sosial. Kebebasan politik adalah kemerdekaan, dan kemerdekaan
adalah kemandirian. Maka prinsip mayoritaslah yang menjamin kebebasan politik tertinggi yang mungkin diperoleh di masyarakat.
demokrasi ide kebebasan berpolitik menjadi hak setiap individu tetapi negara hanya mengatur mengenai batasan-batasan perwujudan ide kebebasan berpolitik
tersebut. Kondisi ini bertolak belakang dengan negara yang diselenggarakan berdasarkan asas otoriterianisme. Dalam negara yang diselenggarakan
berdasarkan asas otoriterianisme, ide kebebasan politik bukan lagi menjadi hak bagi warga negara akan tetapi ide kebebasan politik diambilalih oleh negara
sebagai bentuk pelaksanaan ide kebebasan berpolitik warga negara. Perbedaan lain yang terlihat dari kedua asas tersebut adalah proses dan
sistem pengambilan keputusan menyangkut masyarakat umum. Dalam negara yang diselenggarakan berdasarkan asas otoriterianisme, keputusan diambil oleh
penguasa yang bersifat mutlak sehingga warga negara tidak dapat melakukan perlawanan terhadap keputusan penguasa dan tidak ikut andil dalam pengambilan
keputusan yang menyangkut kehidupan mereka. Sifat dan tata cara pengambilan keputusan ini berbeda dengan negara yang diselenggarakan berdasarkan asas
demokrasi. Negara yang diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi akan melibatkan warga negara untuk menentukan keputusan dengan sistem
musyawarah mufakat sehingga keputusan yang diambil mempresentasikan keinginan warga negara. Apabila keputusan yang diambil pemerintah tidak sesuai
dengan keinginan warga negara maka mereka dapat melakukan perlawanan terhadap keputusan tersebut kepada pengadilan sebagai tempat perlindungan hak
warga negara. Berdasarkan penjelasan sebelumnya mengenai tidak dikehendakinya asas
otoriterianisme dijadikan sebagai landasan dalam penyelenggaraan negara dapat dilihat pada kasus negara-negara di dunia yang sebelumnya menerapkan asas
otoriterianisme sebagai penyelenggaraan negara beralih menjadi asas demokrasi dalam penyelenggaraan negaranya. Contohnya tumbangnya rezim otoriter pada
pemerintahan militer Amerika Latin, rezim satu partai di Taiwan, diktator Spanyol, Filipina, Rumania.
17
Setelah tumbangnya rezim otoriter di negara-negara eropa tersebut yang bertransisi menuju negara yang diselenggarakan berdasarkan
asas demokrasi, kondisi tersebut diikuti oleh negara-negara di Asia seperti Korea Selatan, Thailand, Myanmar, dan Indonesia.
18
Indonesia yang menghendaki penyelenggaraan negara berdasarkan asas demokrasi dapat dibuktikan dengan fakta bahwa dua rezim otoriter ditumbangkan
rakyat pada masa orde lama dan orde baru. Artinya, tumbangnya rezim otoriter membuktikan
bahwa rakyat
tidak menginginkan
negara Indonesia
diselenggarakan berdasarkan
asas otoriterianisme
melainkan harus
diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi. Indonesia adalah negara demokratis bukan otokratis atau bahkan totaliter.
Demokrasi merupakan sebuah cita-cita bangsa Indonesia dalam kehidupan bernegara. Cita-cita menuju negara demokrasi dapat terwujud apabila dalam
penyelenggaraan negaranya mengikutsertakan rakyat dalam penentuan kebijakan negara. Kehendak rakyat dapat terlihat dari diterapkannya prinsip pembagian
kekuasaan dalam negara Indonesia. Prinsip pembagian kekuasaan diterapkan dengan tujuan untuk mencegah kecenderungan kekuasaan pada satu tangan yaitu
17
Erfandi, Parliamentary Threshold dan HAM Dalam Hukum Tata Negara Indonesia, Op.Cit., h. 92. Dalam berbagai kasus di rezim militer ini, kelompok reformis menguat di internal
otoriter untuk mendorong menuju pemerintahan yang lebih demokratis. Namun perubahan ini dapat timbul diakibatkan lengsernya rezim otoriter.
18
Ibid., h. 94. Transisi negara-negara di Asia menuju demokrasi dipicu oleh munculnya gelombang demokrasi ketiga sejak tahun 1974, yaitu dengan munculnya gelombang gerakan pro
demokrasi di Eropa Selatan seperti Yunani, Spanyol, dan Portugal yang kemudian berlanjut pada negara-negara Amerika Latin seperti Brazil dan Argentina.
eksekutif sebagai bentuk besarnya kehendak penguasa. Pernyataan di atas diperkuat oleh pendapat Hans Kelsen bahwa
“prinsip pembagian kekuasaan berfungsi menentang suatu pemusatan kekuasaan, bukannya berfungsi sebagai
pemisahan kekuasaan. ”
19
Besarnya kehendak penguasa ini merupakan ciri negara otokratis sehingga bertolak belakang dengan negara demokrasi yang
mengedepankan kehendak rakyat. Prinsip pembagian kekuasaan penting sebagai perlindungan terhadap kehendak rakyat dalam negara demokrasi. Negara
demokrasi tanpa prinsip pembagian kekuasaan adalah kesalahan fatal. Prinsip pemisahan kekuasaan akan sempurna apabila fungsi eksekutif, legislatif, maupun
eksekutif berjalan secara seimbang tanpa adanya satu fungsi yang super power, seimbangnya ketiga fungsi tersebut harus dibarengi dengan adanya check and
balances. Apabila melihat kembali definisi dari demokrasi itu sendiri maka yang
menjadi aspek fundamental dari demokrasi adalah keikutsertaan warga negara dalam penyelenggaraan negara dan pengawasan terhadap keputusan-keputusan
yang diambil pemerintah. Menurut Sri Soemantri Martosoewignjo “demokrasi
adalah pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. ”
20
Negara demokrasi sesungguhnya tidak akan ada tetapi yang ada adalah penyelenggaraan
negara harus dijalankan atas dasar asas demokrasi. Pernyataan di atas dipertegas oleh pendapat Jean-Jacques Rousseau sebagai berikut:
Kalau dipegang arti kata seperti diartikan umum, maka demokrasi yang sungguh-sungguh tidak pernah ada dan ia tidak
akan ada. Adalah berlawanan dengan kodrat alam, bahwa yang
19
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Op.Cit., h. 399.
20
Sri Soemantri Martosoewignjo, Pengantar Perbandingan Antar Hukum Tata Negara, Penerbit CV. Rajawali, Jakarta, 1981, h. 25.
berjumlah terbesar memerintah, sedang yang paling sedikit jumlahnya harus diperintah.
21
Negara harus diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi karena asas demokrasi mencerminkan perlindungan kebebasan warga negara. Dalam
melakukan perlindungan terhadap kebebasan warga negara, negara demokrasi tidak hanya sebatas melakukan perlindungan terhadap kelompok mayoritas tetapi
juga melakukan perlindungan terhadap kelompok minoritas
22
sekalipun hanya seorang warga negara. Pernyataan di atas mengandung arti dalam negara yang
diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi berlaku ide persamaan
23
dalam perlindungan kebebasan setiap warga negara sehingga mereka mempunyai
tuntutan yang sama atas kebebasan yang mereka miliki.
B. Pengertian Asas Demokrasi