BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam suatu Negara, Pengaturan merupakan suatu keharusan agar tercipta kedamaian dan ketertiban dalam Negara tersebut sehingga
dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai kepentingan, dan hukum mengatur hubungan hukum. Hubungan hukum itu terdiri dari
ikatan-ikatan antara individu dan masyarakat dan antara individu itu sendiri. Ikatan-ikatan itu tercermin pada hak dan kewajiban dalam
suatu hubungan hukum atas peristiwa-peristiwa tertentu.
1
Salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan perlindungan
pengayoman kepada masyarakat.
2
Begitu juga dengan Hukum Perlindungan konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Dalam
kegiatan bisnis yang sehat terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. Tidak adanya perlindungan yang
seimbang menyebabkan konsumen berada pada posisi yang lemah.
3
1
Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen, cetkn-I 2008 hal 1
2
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Jkt, 2004, hal 11
3
Ahmad Miru, Perlindungan Hukum bagi konsumen, Jkt 2013, hal 1
Karena posisi konsumen yang lemah maka ia harus dilindungi oleh hukum.
Dalam kedua negara Timor Leste dan Indonesia, Hukum perlindungan konsumen merupakan konsekuensi dan bagian dari
kemajuan teknologi dan industri.
4
Dalam perkembangan masyarakat yang berkaitan dengan cara memproduksi barang kebutuhan konsumen
dan pola hubungan antara konsumen dan pelaku usaha, ada dua perbedaan pokok antara masyarakat tradisional dan modern. Dalam
masyarakat tradisional, barang-barang kebutuhan konsumen diproduksi melalui proses yang sederhana. Sementara dalam masyarakat modern,
barang-barang tersebut diproduksi secara missal sehingga melahirkan masyarakat yang mengkonsumsi produk barang dan jasa secara missal
pula mass consumer consuption.
5
Dimata dunia Timor Leste merupakan negara yang relatif baru di dunia internasional. Oleh karena itu, peran perdagangannya juga masih
terbatas. Untuk kondisi saat ini, Timor Leste masih cenderung pasif dalam perdagangan dunia. Komoditasnya masih digunakan untuk
memenuhi kebutuhan negara sendiri, bahkan masih mengimport beberapa barang dalam pemenuhan kebutuhan dalam negerinya.
4
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, cetakan ke-I 2013, hal 2
5
Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, cetkn 1 Maret 2010, hal 7
Bentuk perdagangan yang masih berkembang adalah perdagangan tradisional dengan para pelintas batas dari Indonesia.
Dalam konteks Timor Leste dan Indonesia untuk melihat perbedaan pengaturan perlindungan konsumen tersebut, tentunya harus melalui
suatu studi perbandingan hukum..Ruang lingkup studi perbandingan yang dimaksudkan adalah perbandingan hukum perlindungan
konsumen di Timor Leste dan perlindungan konsumen di Indonesia. Studi ini berawal dari analisis terhadap Undang-Undang Perlindungan
Konsumen dari masing-masing Negara. Negara Timor Leste belum memiliki Undang-Undang secara
khusus yang mengatur tentang Perlindungan Konsumen, hal ini berbeda dengan Negara Indonesia dimana sudah memiliki Undang-
undang Khusus tentang Perlindungan Konsumen yaitu Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang yang secara khusus mengatur masalah-
masalah perlindungan konsumen dan juga lembaga-lembaga yang terkait dengan masalah perlindungan bagi konsumen.
Di Timor Leste hanya ada beberapaperaturan perundang- undang yang secara khusus mengatur tentang Perlindungan Konsumen namun
yang terkait dengan permasalahan perlindungan konsumen jika terjadi pelanggaran maka pada sanksi yang diberikan
adalah “Resolucões do Parlamento Numero 6III3
o
2016.
Artigo 24
o
As infrações às normas de proteção e defesa dos consumidores ficam sujeitas, conforme o caso e sem prejuízo das sanções de natureza
civil, penal e das definidas em normas específicas, às seguintes sanções administrativas:
a Multa;
b Apreensão do bem;
c Inutilização do bem;
d Proibição de produção do bem;
e Suspensão de fornecimento de bens ou serviços;
f Suspensão temporária de atividade;
g Revogação de autorização de exercício de atividade;
h Interdição, total ou parcial, de estabelecimento, de obra ou de
atividade. Terjemahannya ;
Pelanggaran standar perlindungan dan perlindungan konsumen tunduk, yang sesuai dan tanpa mengurangi hukuman perdata, pidana dan ditetapkan
dalam aturan tertentu, sanksi administrasi berupa ;
a. Denda
b. Penyitaan baik;
c. Melumpuhkan menghancurkan barang yanda secara baik;
d. Dan larangan bagi produksi;
e. Suspensi dari penyediaan barang atau jasa;
f. Penghentian sementara kegiatan;
g. Pencabutan aktivitas otorisasi latihan;
h. Larangan bagi semua atau bagian dari pembentukan, pekerjaan
atau kegiatan yang ada Dengan aturan hukum yang adadiTimor Leste maka bisa
melindungi konsumen dari kegiatan terlarang dari pelaku usaha dan beberapa peraturan-peraturan lain yang terkait seperti ;
Constituicão Republica Democratica de Timor Leste 2002 Konstitusi Republik
Demokrasi Timor Leste tahun 2002,dan juga Undang-undang khusus
yang terkait ; Decreitos lei do GovernoRegulamantu da Industria e
Comercializacão dos Generos Alimentos, lei nemoro 28 de 2011 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011Perindustrian Dan
Perdagangan., Resulocões do Parlemento Nacional Lei Protecão do
Consumidores Numero 6III3
o
de 2016Resolusi Parlamen Nomor 6III3
o
tahun 2016. Dengan demikian dalam persamaan yang ada antara Hukum
perlindungan konsumen di Timor leste dan di Indonesia, dapat dilihat dalam Pasal 53 UUD Konstitusi Republic Demokratik Timor Leste
CRDTL yang menentukan bahwa ;
Konsumen berhak atas kualitas barang dan jasa yang bermutu baik, atas informasi yang benar dan perlindungan atas kesehatan, atas keamanan dan atas
kepentingan-kepentingan ekonominya, demikian juga hak untuk mendapatkan ganti-rugi atas kerugian-kerugian, sedangkan dalam Decreito do Lei
Perindustrian dan Perdagangan Pasal 6 bagian ke-2 menyatakan bahwa harus memberikan kemanfaatan dan kepastian hukum bagi
para konsumen”.
Namun disadari bahwa peraturan perundang-undangan yang adadi Timor Leste belum berjalan sesuai dengan keinginan masyarakat untuk
dipergunakan dalam melindungi para konsumen dari aktivitas-aktivitas para pelaku usaha. Peraturan perundang-undangan yang ada di Timor
Leste yang secara khusus melindindungi konsumen atau memberikan hak-hak pada konsumen tersebut sudah tertulis sejak adanya Konstitusi
Timor Leste tahun 2002, pasal
53 UUD Timor Leste ;
6
bahwa ; Pada
Pasal 1 bagian kedua 2 Setiap orang mempunyai hak untuk mengkonsumsi bahan makan dan air minum yang sehat.
7
Decreito Lei Numero 28 de 2011 Peraturan no 28 tahun 2011 tentnag Perdagangan
Perindustrian menerangkan juga bahwa bagi pelaku usaha mempunyai hak atas pembayaran dari konsumen, pasal 2 bagian satu 1.
Danbagi pelaku usaha bukan hanya mempunyai hak dalam meneriman pembayaran dari konsumen saja, tetapi bagi pelaku usaha
juga mempunyai tangggung jawab jika terjadi suatu pelangaran hukum.
6
Uundang-Undang Dasar Republic Demokratik Timor Leste CRDTL tahun 2002 , pasal 53
7
Decreito Lei No. 28 Tahun 2011 , Regulamento da Indústria e Comercialização dos
Géneros Alimentares atau Perindustrian Perdagangan dan bahan Makanan
Di Indonesia Perlindungan konsumen selanjutnya disebut Undang- undang Perlindungan Konsumen UUPK tersebut cukup memadai karena
menjamin kepastian hukum. Dengan begitu kita mengetahui bahwa dalam kepustakaan ekonomi dikenal konsumen akhir dan konsumen
antara. Konsumen akhir merupakan pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk, sedangkan konsumen antara merupakan konsumen yang
menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya, dimana konsumen mempunyai hak hak atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa.
8
B. Perumusan Masalah