Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Culture Shock dan Adaptasi Budaya Mahasiswa Timor Leste di Universitas Kristen Satya Wacana T2 912013013 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Menempuh
pendidikan
tinggi
merupakan
impian banyak orang. Pandian, (2008) hasrat ini
didasari
oleh
memperoleh
sejumlah
pengalaman
tujuan,
baru,
mulai
bahkan
dari
untuk
memperoleh pendidikan pada sebuah universitas
yang berkualitas.
Universitas
Kristen
Satya
Wacana
(UKSW)
merupakan salah satu universitas kristen yang ada
di Jawa Tengah (Salatiga). Universitas Kristen Satya
Wacana (UKSW) dijuluki sebagai kampus Indonesia
mini, dikarenakan UKSW memiliki mahasiswa yang
berasal dari Sabang sampai Merauke. Dalam artian
bahwa mahasiswa UKSW tidak hanya berasal dari
Indonesia saja melainkan dari berbagai daerah,
1
pulau, kota, propinsi bahkan ada yang berasal dari
luar
Negara
Republik
Indonesia
(http://profilindonesia.com/prof-drs-john-a-titaleythd.html), diakses pada tanggal 07 Maret 2015.
Mahasiswa yang berasal dari luar Negara
Indonesia sering disebut dengan mahasiswa asing.
Sukarno, (2002) mahasiswa asing adalah mahasiswa
yang
tinggal
perbedaan
di
suatu
budaya
dari
negara
negara
yang
memiliki
asalnya
yang
tujuannya adalah untuk melanjutkan pendidikan
pada sebuah perguruan tinggi ternama. Adapun yang
dimaksudkan
dengan
mahasiswa
asing
dalam
penelitian ini adalah mahasiswa asal Timor Leste.
Berdasarkan data Biro Kemahasiswaan dan
Administrasi program Pascasarjana UKSW tahun
2014, diketahui mahasiwa asing (luar Indonesia)
yang kuliah di UKSW berjumlah lima puluh empat
orang,
lima
belas
orang
diantaranya
adalah
mahasiwa yang berasal dari Timor Leste. Dari kelima
2
belas orang tersebut, enam orang diantaranya kuliah
di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Progdi Magister
Manajemen dan Magister Akuntansi, (data di dapat
pada tanggal 09 Oktober 2014).
Kedatangan mahasiswa asing (Timor Leste) di
Indonesia
(UKSW),
secara
langgsung
akan
memberikan dampak positif. Adapun dampak positif
yang dimaksdukan adalah Indonesia (UKSW) kaya
akan kebudayaan. Namun, apabilah keberagaman
kebudayaan ini tidak
dikelola dengan baik maka
bisa berdampak pada hal yang negatif salah satunya
adalah culture shock.
Adler, (2002) mengungkapkan bahwa culture
shock adalah goncangan yang dialami oleh individu
ketika keluar dari negara asalnya. Adapun gejalagejala yang muncul saat seseorang menghadapi
culture shock diantaranya yaitu cemas, sedih, jenuh,
marah, kehilangan rasa percaya diri, dan sensitif.
Ward, dkk (2001) gejala-gejala tersebut merupakan
3
dampak dari culture shock yang dialami ketika
berpindah ke lingkungan yang baru. Dampak ini
berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama,
bisa mencapai lima tahun bagi mereka yang sulit
untuk beradaptasi.
Gajdzik (2005) menemukan bahwa mahasiswa
manapun,
baik
tingkat
sarjana
maupun
pasca
sarjana, mahasiswa domestik maupun asing, pasti
menghadapi
sejumlah
persoalan
dalam
transisi
ketika memasuki perguruan tinggi. Permasalahan
yang lazim ditemui meliputi tekanan akademik,
permasalahan finansial, rasa kesepian, konflik antar
pribadi,
kesulitan
permasalahan
menghadapin
mengembangkan
perubahan
otonomi
dan
pribadi.
Selanjutnya, Khawaja dan Dempsey (2007), sejumlah
persoalan ini akan lebih berat untuk dihadapi oleh
mahasiswa asing apabilah mahasiswa tersebut tidak
memiliki kemampuan dalam mengatasi sejumlah
persolan dalam proses penyesuaian. Hal ini sejalan
4
dengan Poyrazil, et al. (2001) menemukan bahwa
persoalan
beradaptasi
ketidakmampuan
di
individu
lingkungan
yang
ketika
baru
akan
memberikan gangguan psikologis. Untuk mengatasi
persoalan tersebut maka dibutuhkan kesiapan dari
setiap individu agar dapat melakukan tindakan
penyesuaian atau adaptasi budaya.
Gudykunst, (1990) adaptasi budaya adalah
suatu proses kognitif sosial yang mana mengurangi
ketidakpastian
mengurangi
dan
suatu
kecemasan
proses
hasil
afektif
adaptasi
yang
budaya
termasuk kesejahteraan psikologi dan kepuasaan
serta kompetensi sosial. Gudykunst dkk, (2002) teori
manajemen
kecemasan-ketidakpastian
akan
meningkatkan kemampuan individu untuk mengelola
kecemasan dan tentunya akan meningkatkan pula
kemampuan
beradaptasi
yang
dimilikinya.
Dari
berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan
adaptasi
budaya
mengandung
5
pengertian pada kecakapan (skills) yang dimiliki
seseorang yang membuatnya mampu melakukan
penyesuaian diri terhadap budaya baru.
Haryawan, (2008) budaya adalah suatu hasil
dari budi daya, cipta, karya, karsa, dan adat istiadat
manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat
diterima
sebagai
suatu
perilaku
yang
beradap.
Secara umum suatu tradisi atau kebiasaan yang
dibentuk dari cara pandang seseorang, sekelompok
orang maupun masyarakat, bahkan suatu negara
yang kemudian
budaya tersebut diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Masyarakat
Timor
Leste
pada
umumnya
memiliki watak atau karakter yang kedegarannya
bernuasa
keras,
dan
tegas
ketika
berinteraksi
(http://www.merdeka.com/politikinternasional/refer
endum
kedua-di-timor-leste-sulit
diwujudkan-7q
diakses pada tanggal 2 februari 2015 pukul 16.47).
Hal ini juga menjadi bagian yang tak terlepaskan
6
bagi mahasiswa asal Timor Leste dalam keseharian
mereka
di
Indonesia
khususnya
di
lingkungan
UKSW.
Berdasarkan hasil survey terhadap keenam
orang
mahasiswa
semuanya
menjelaskan
beradaptasi
UKSW
yang
di
bahwa
lingkungan
memiliki
membedakan
dijadikan
antara
mereka
UKSW,
beragam
daerah
informan,
dikarenakan
kebudayaan
yang
sulit
satu
yang
dengan
lainnya. Selain itu tidak ada pelatihan yang diterima
oleh mahasiswa asal Timor Leste ketika memasuki
lingkungan UKSW. Dengan perbedaan budaya seperti
ini memungkinkan mahasiswa dapat mengalami
culture
shock
ketika
beradaptasi
dilingkungan
Universitas Kristen Satya Wacana.
Mendenhall dan Oddou, (1985) menemukan
bahwa
keberhasilan
penyesuaian
pemilikan
atau
individu
adaptasi
kecakapan
(skill)
dalam
melakukan
tergantung
pada
tertentu,
yaitu:
7
kecakapan
pribadi,
kecakapan
bergaul
dan
kecakapan persepsi. Kecakapan pribadi yang dimiliki
individu
menyangkut
kematangan
mental
dan
emosional seseorang. Harris dan Moran, (1979)
menemukan
bahwa
seseorang
yang
memiliki
kemampuan individu akan lebih mudah beradaptasi
dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain,
sebaliknya
seseorang
yang
tidak
memiliki
kemampuan beradaptasi dan berinteraksi akan gagal
dalam melakukan penyesuaian.
Banyak riset yang membahas mengenai culture
shock seperti Black & Gregersen 1999, Hodgan &
Goodson 1999, Indrianie 2012 yang dikembangkan
dari berbagai pendekatan yang berbeda, namun
ternyata ditemukan adanya hasil yang konsisten
yaitu bahwa banyak mahasiswa yang gagal dalam
proses perkuliahan, kegagalan ini bukan karena
ketidakmampuan
kompetensi
teknik
namun
8
ketidakmampuan
(inability)
menyesuaikan
diri
dengan lingkungan baru.
Maka faktor terpenting kembalinya mahasiswa
sebelum waktunya (premature return) terletak pada
ketidakmampuan
mereka
sendiri
untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru Black
dan Gregersen (dalam Sirait dan Raharjo 2009).
Kegagalan adaptasi ini terjadi karena setiap negara
mempunyai kondisi lingkungan makro yang berbeda
satu dengan yang lain. Terutama negara maju
(developed country) dan negara sedang berkembang
(developing
country)
mempunyai
kondisi
yang
berbeda. Maka mahasiswa yang datang belajar di
negara maju (developed country) dan negara sedang
berkembang (developing country) mempunyai kondisi
yang berbeda pula.
Namun, beberapa penelitian tentang adaptasi
budaya
yang
telah
dilakukan
di
negara
maju
(developed country) menemukan hasil adaptasi yang
9
sama,
bahwa
saat
kedatangan
individu
ke
lingkungan yang baru, individu akan melakukan
penyesuaian terhadap tiga dimensi adaptasi yang
disebut
in-country
adjustment,
adjustment
general
diantaranya
adjustment
dan
work
interaction
adjustment (Hill, 2002; Vance and Paik, 2006;
Selmer, 2005). Selanjutnya ada penelitian lain yang
mengembangkan hasil penelitian diatas seperti yang
dilakukan oleh Oberg., 1960 (dalam Hernani 2013);
Tanggulungan,
2009
menemukan
bahwa
ketika
individu melakukan penyesuaian terhadap ke tiga
dimensi diatas maka individu akan mengalami 4
tahapan
dalam
adaptasi
yang
dimulai
dengan
tahapan honeymoon, culture shock, recovery, dan
adjusment yang disebut “the U curve theory of
adjustment.
Walaupun
demikian
penelitian
lain
yang
dilakukan oleh Marx 1999, (dalam Hernani 2013)
menemukan hasil yang berbeda bahwa, tahapan
10
adaptasi dimulai dari tahap haneymoon, culture
shock, recovery, culture shock dan breaking through.
Dari
culture
hasil
shock
penelitian
serta
terdahulu
tahapan
mengenai
adaptasi
dapat
diasumsikan bahwa masih ada kontradiktif dalam
hasil penelitian tentang culture shock dan tahapan
adaptasi (phases of adaptation). Selain itu, penelitian
ini berangkat dari adanya perbedaan budaya antara
mahasiswa
asal
Timor
Leste
dengan
Indonesia
khususnya mahasiswa yang kuliah di UKSW yang
memungkinkan peluang terjadinya culture shock,
namun minat untuk membahas mengenai culture
shock serta adaptasi budaya di kalangan mahasiswa
lebih khusus di negara Indonesia belum banyak
ditemui. Padahal, culture shock dapat terjadi kepada
setiap mahasiswa ketika memasuki lingkungan yang
baru, jalan satu-satunya adalah adaptasi budaya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
11
adalah:
Culture
Shock
dan
Adaptasi
Budaya
Mahasiswa Timor Leste Di Lingkungan Universitas
Kristen Satya Wacana.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan
dari penelitian yang dimaksudkan
adalah:
1. Apakah sebagian besar mahasiswa asal
Timor Leste mengalami culture shock ketika
beradaptasi
faktor-faktor
di
lingkungan
apa
yang
UKSW,
dan
menyebab
mahasiswa Timor Leste mengalami culture
shock?
2. Apa saja dampak negatif dari culture shock
yang dialami mahasiswa asal Timor Leste
ketika beradaptasi di lingkungan UKSW?
3. Strategi apa yang dilakukan mahasiswa
asal Timor Leste agar dapat beradaptasi di
12
lingkungan UKSW dalam rangka mengatasi
culture shock?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan
dari penelitian yang dimaksudkan
adalah:
1. Untuk
menganalisis
apakah
mahasiswa
asal Timor Leste mengalami culture shock
ketika beradaptasi di lingkungan UKSW,
dan faktor-faktor apa yang menyebabkan
mahasiswa Timor Leste mengalami culture
shock.
2. Untuk mengetahui dampak negatif
dari
culture shock yang dialami mahasiswa asal
Timor
Leste
ketika
beradaptasi
di
lingkungan UKSW?
3. Untuk menjelaskan strategi yang dilakukan
mahasiswa asal Timor Leste agar dapat
13
beradaptasi di lingkungan
UKSW dalam
rangka mengatasi culture shock.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Dari
segi
praktis,
memberikan
penelitian
masukan
bagi
ini
dapat
mahasiswa
asing, lebih khususnya mahasiwa yang
berasal
dari
Timor
Leste
untuk
dapat
beradaptasi dengan budaya yang berbeda di
lingkungan
sekitarnya
yang
tujuannya
untuk mengatasi culture shock.
2. Manfaat Teoritis
Dari
segi
teoritis,
hasil
penelitian
ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia
akademisi
untuk
dapat
memberikan
referensi dan memberikan informasi kepada
kalangan umum.
14
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Menempuh
pendidikan
tinggi
merupakan
impian banyak orang. Pandian, (2008) hasrat ini
didasari
oleh
memperoleh
sejumlah
pengalaman
tujuan,
baru,
mulai
bahkan
dari
untuk
memperoleh pendidikan pada sebuah universitas
yang berkualitas.
Universitas
Kristen
Satya
Wacana
(UKSW)
merupakan salah satu universitas kristen yang ada
di Jawa Tengah (Salatiga). Universitas Kristen Satya
Wacana (UKSW) dijuluki sebagai kampus Indonesia
mini, dikarenakan UKSW memiliki mahasiswa yang
berasal dari Sabang sampai Merauke. Dalam artian
bahwa mahasiswa UKSW tidak hanya berasal dari
Indonesia saja melainkan dari berbagai daerah,
1
pulau, kota, propinsi bahkan ada yang berasal dari
luar
Negara
Republik
Indonesia
(http://profilindonesia.com/prof-drs-john-a-titaleythd.html), diakses pada tanggal 07 Maret 2015.
Mahasiswa yang berasal dari luar Negara
Indonesia sering disebut dengan mahasiswa asing.
Sukarno, (2002) mahasiswa asing adalah mahasiswa
yang
tinggal
perbedaan
di
suatu
budaya
dari
negara
negara
yang
memiliki
asalnya
yang
tujuannya adalah untuk melanjutkan pendidikan
pada sebuah perguruan tinggi ternama. Adapun yang
dimaksudkan
dengan
mahasiswa
asing
dalam
penelitian ini adalah mahasiswa asal Timor Leste.
Berdasarkan data Biro Kemahasiswaan dan
Administrasi program Pascasarjana UKSW tahun
2014, diketahui mahasiwa asing (luar Indonesia)
yang kuliah di UKSW berjumlah lima puluh empat
orang,
lima
belas
orang
diantaranya
adalah
mahasiwa yang berasal dari Timor Leste. Dari kelima
2
belas orang tersebut, enam orang diantaranya kuliah
di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Progdi Magister
Manajemen dan Magister Akuntansi, (data di dapat
pada tanggal 09 Oktober 2014).
Kedatangan mahasiswa asing (Timor Leste) di
Indonesia
(UKSW),
secara
langgsung
akan
memberikan dampak positif. Adapun dampak positif
yang dimaksdukan adalah Indonesia (UKSW) kaya
akan kebudayaan. Namun, apabilah keberagaman
kebudayaan ini tidak
dikelola dengan baik maka
bisa berdampak pada hal yang negatif salah satunya
adalah culture shock.
Adler, (2002) mengungkapkan bahwa culture
shock adalah goncangan yang dialami oleh individu
ketika keluar dari negara asalnya. Adapun gejalagejala yang muncul saat seseorang menghadapi
culture shock diantaranya yaitu cemas, sedih, jenuh,
marah, kehilangan rasa percaya diri, dan sensitif.
Ward, dkk (2001) gejala-gejala tersebut merupakan
3
dampak dari culture shock yang dialami ketika
berpindah ke lingkungan yang baru. Dampak ini
berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama,
bisa mencapai lima tahun bagi mereka yang sulit
untuk beradaptasi.
Gajdzik (2005) menemukan bahwa mahasiswa
manapun,
baik
tingkat
sarjana
maupun
pasca
sarjana, mahasiswa domestik maupun asing, pasti
menghadapi
sejumlah
persoalan
dalam
transisi
ketika memasuki perguruan tinggi. Permasalahan
yang lazim ditemui meliputi tekanan akademik,
permasalahan finansial, rasa kesepian, konflik antar
pribadi,
kesulitan
permasalahan
menghadapin
mengembangkan
perubahan
otonomi
dan
pribadi.
Selanjutnya, Khawaja dan Dempsey (2007), sejumlah
persoalan ini akan lebih berat untuk dihadapi oleh
mahasiswa asing apabilah mahasiswa tersebut tidak
memiliki kemampuan dalam mengatasi sejumlah
persolan dalam proses penyesuaian. Hal ini sejalan
4
dengan Poyrazil, et al. (2001) menemukan bahwa
persoalan
beradaptasi
ketidakmampuan
di
individu
lingkungan
yang
ketika
baru
akan
memberikan gangguan psikologis. Untuk mengatasi
persoalan tersebut maka dibutuhkan kesiapan dari
setiap individu agar dapat melakukan tindakan
penyesuaian atau adaptasi budaya.
Gudykunst, (1990) adaptasi budaya adalah
suatu proses kognitif sosial yang mana mengurangi
ketidakpastian
mengurangi
dan
suatu
kecemasan
proses
hasil
afektif
adaptasi
yang
budaya
termasuk kesejahteraan psikologi dan kepuasaan
serta kompetensi sosial. Gudykunst dkk, (2002) teori
manajemen
kecemasan-ketidakpastian
akan
meningkatkan kemampuan individu untuk mengelola
kecemasan dan tentunya akan meningkatkan pula
kemampuan
beradaptasi
yang
dimilikinya.
Dari
berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan
adaptasi
budaya
mengandung
5
pengertian pada kecakapan (skills) yang dimiliki
seseorang yang membuatnya mampu melakukan
penyesuaian diri terhadap budaya baru.
Haryawan, (2008) budaya adalah suatu hasil
dari budi daya, cipta, karya, karsa, dan adat istiadat
manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat
diterima
sebagai
suatu
perilaku
yang
beradap.
Secara umum suatu tradisi atau kebiasaan yang
dibentuk dari cara pandang seseorang, sekelompok
orang maupun masyarakat, bahkan suatu negara
yang kemudian
budaya tersebut diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Masyarakat
Timor
Leste
pada
umumnya
memiliki watak atau karakter yang kedegarannya
bernuasa
keras,
dan
tegas
ketika
berinteraksi
(http://www.merdeka.com/politikinternasional/refer
endum
kedua-di-timor-leste-sulit
diwujudkan-7q
diakses pada tanggal 2 februari 2015 pukul 16.47).
Hal ini juga menjadi bagian yang tak terlepaskan
6
bagi mahasiswa asal Timor Leste dalam keseharian
mereka
di
Indonesia
khususnya
di
lingkungan
UKSW.
Berdasarkan hasil survey terhadap keenam
orang
mahasiswa
semuanya
menjelaskan
beradaptasi
UKSW
yang
di
bahwa
lingkungan
memiliki
membedakan
dijadikan
antara
mereka
UKSW,
beragam
daerah
informan,
dikarenakan
kebudayaan
yang
sulit
satu
yang
dengan
lainnya. Selain itu tidak ada pelatihan yang diterima
oleh mahasiswa asal Timor Leste ketika memasuki
lingkungan UKSW. Dengan perbedaan budaya seperti
ini memungkinkan mahasiswa dapat mengalami
culture
shock
ketika
beradaptasi
dilingkungan
Universitas Kristen Satya Wacana.
Mendenhall dan Oddou, (1985) menemukan
bahwa
keberhasilan
penyesuaian
pemilikan
atau
individu
adaptasi
kecakapan
(skill)
dalam
melakukan
tergantung
pada
tertentu,
yaitu:
7
kecakapan
pribadi,
kecakapan
bergaul
dan
kecakapan persepsi. Kecakapan pribadi yang dimiliki
individu
menyangkut
kematangan
mental
dan
emosional seseorang. Harris dan Moran, (1979)
menemukan
bahwa
seseorang
yang
memiliki
kemampuan individu akan lebih mudah beradaptasi
dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain,
sebaliknya
seseorang
yang
tidak
memiliki
kemampuan beradaptasi dan berinteraksi akan gagal
dalam melakukan penyesuaian.
Banyak riset yang membahas mengenai culture
shock seperti Black & Gregersen 1999, Hodgan &
Goodson 1999, Indrianie 2012 yang dikembangkan
dari berbagai pendekatan yang berbeda, namun
ternyata ditemukan adanya hasil yang konsisten
yaitu bahwa banyak mahasiswa yang gagal dalam
proses perkuliahan, kegagalan ini bukan karena
ketidakmampuan
kompetensi
teknik
namun
8
ketidakmampuan
(inability)
menyesuaikan
diri
dengan lingkungan baru.
Maka faktor terpenting kembalinya mahasiswa
sebelum waktunya (premature return) terletak pada
ketidakmampuan
mereka
sendiri
untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru Black
dan Gregersen (dalam Sirait dan Raharjo 2009).
Kegagalan adaptasi ini terjadi karena setiap negara
mempunyai kondisi lingkungan makro yang berbeda
satu dengan yang lain. Terutama negara maju
(developed country) dan negara sedang berkembang
(developing
country)
mempunyai
kondisi
yang
berbeda. Maka mahasiswa yang datang belajar di
negara maju (developed country) dan negara sedang
berkembang (developing country) mempunyai kondisi
yang berbeda pula.
Namun, beberapa penelitian tentang adaptasi
budaya
yang
telah
dilakukan
di
negara
maju
(developed country) menemukan hasil adaptasi yang
9
sama,
bahwa
saat
kedatangan
individu
ke
lingkungan yang baru, individu akan melakukan
penyesuaian terhadap tiga dimensi adaptasi yang
disebut
in-country
adjustment,
adjustment
general
diantaranya
adjustment
dan
work
interaction
adjustment (Hill, 2002; Vance and Paik, 2006;
Selmer, 2005). Selanjutnya ada penelitian lain yang
mengembangkan hasil penelitian diatas seperti yang
dilakukan oleh Oberg., 1960 (dalam Hernani 2013);
Tanggulungan,
2009
menemukan
bahwa
ketika
individu melakukan penyesuaian terhadap ke tiga
dimensi diatas maka individu akan mengalami 4
tahapan
dalam
adaptasi
yang
dimulai
dengan
tahapan honeymoon, culture shock, recovery, dan
adjusment yang disebut “the U curve theory of
adjustment.
Walaupun
demikian
penelitian
lain
yang
dilakukan oleh Marx 1999, (dalam Hernani 2013)
menemukan hasil yang berbeda bahwa, tahapan
10
adaptasi dimulai dari tahap haneymoon, culture
shock, recovery, culture shock dan breaking through.
Dari
culture
hasil
shock
penelitian
serta
terdahulu
tahapan
mengenai
adaptasi
dapat
diasumsikan bahwa masih ada kontradiktif dalam
hasil penelitian tentang culture shock dan tahapan
adaptasi (phases of adaptation). Selain itu, penelitian
ini berangkat dari adanya perbedaan budaya antara
mahasiswa
asal
Timor
Leste
dengan
Indonesia
khususnya mahasiswa yang kuliah di UKSW yang
memungkinkan peluang terjadinya culture shock,
namun minat untuk membahas mengenai culture
shock serta adaptasi budaya di kalangan mahasiswa
lebih khusus di negara Indonesia belum banyak
ditemui. Padahal, culture shock dapat terjadi kepada
setiap mahasiswa ketika memasuki lingkungan yang
baru, jalan satu-satunya adalah adaptasi budaya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
11
adalah:
Culture
Shock
dan
Adaptasi
Budaya
Mahasiswa Timor Leste Di Lingkungan Universitas
Kristen Satya Wacana.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan
dari penelitian yang dimaksudkan
adalah:
1. Apakah sebagian besar mahasiswa asal
Timor Leste mengalami culture shock ketika
beradaptasi
faktor-faktor
di
lingkungan
apa
yang
UKSW,
dan
menyebab
mahasiswa Timor Leste mengalami culture
shock?
2. Apa saja dampak negatif dari culture shock
yang dialami mahasiswa asal Timor Leste
ketika beradaptasi di lingkungan UKSW?
3. Strategi apa yang dilakukan mahasiswa
asal Timor Leste agar dapat beradaptasi di
12
lingkungan UKSW dalam rangka mengatasi
culture shock?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan
dari penelitian yang dimaksudkan
adalah:
1. Untuk
menganalisis
apakah
mahasiswa
asal Timor Leste mengalami culture shock
ketika beradaptasi di lingkungan UKSW,
dan faktor-faktor apa yang menyebabkan
mahasiswa Timor Leste mengalami culture
shock.
2. Untuk mengetahui dampak negatif
dari
culture shock yang dialami mahasiswa asal
Timor
Leste
ketika
beradaptasi
di
lingkungan UKSW?
3. Untuk menjelaskan strategi yang dilakukan
mahasiswa asal Timor Leste agar dapat
13
beradaptasi di lingkungan
UKSW dalam
rangka mengatasi culture shock.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Dari
segi
praktis,
memberikan
penelitian
masukan
bagi
ini
dapat
mahasiswa
asing, lebih khususnya mahasiwa yang
berasal
dari
Timor
Leste
untuk
dapat
beradaptasi dengan budaya yang berbeda di
lingkungan
sekitarnya
yang
tujuannya
untuk mengatasi culture shock.
2. Manfaat Teoritis
Dari
segi
teoritis,
hasil
penelitian
ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia
akademisi
untuk
dapat
memberikan
referensi dan memberikan informasi kepada
kalangan umum.
14