Prevalensi dan Risiko Infeksi Cacing Jantung pada Anjing yang Diimpor melalui Bandara Soekarno-Hatta

PREVALENSI DAN RISIKO INFEKSI
CACING JANTUNG PADA ANJING YANG DIIMPOR
MELALUI BANDARA SOEKARNO-HATTA

ESMIRALDA EKA FITRI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Prevalensi dan Risiko Infeksi Cacing
Jantung pada Anjing yang Diimpor melalui Bandara Soekarno-Hatta adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.


Bogor, Januari 2009
Esmiralda Eka Fitri
NRP. B251064014

ABSTRACT
ESMIRALDA EKA FITRI. Prevalence and Risk of Heartworm Infection in
Imported Dog through Soekarno-Hatta International Airport. Under direction of
FADJAR SATRIJA and HADI WARDOKO.
The present study determined prevalence and risk factors associated with
D. immitis infection in pet dogs imported through Soekarno-Hatta International
Airport in period of January-November 2008. Eleven (8.2%) of 134 samples
tested with antigen detecting ELISA kits showed positive reaction for D. immitis
antigen. Prevalence of D. immitis infection in dogs imported from countries in
Europe, Asia, Australia and America were 6.5, 10.6, 11.1, and 3.6% respectively.
Chi2 analysis showed no significant association between prevalence and origin of
importation area. No infected dogs were found in the period of January – June,
whereas prevalence of D. immitis infection among the imported dogs was 15% in
July-November. Chi2 analysis revealed a significant association between
prevalence of heartworm infection and period of importation. More male (9.4%)
than female (8.6%) dogs were affected in this study, although there was no

significant difference between both groups. The seroprevalence was 7.9% in 6-year-old group. Age
group of dogs was no associated with seroprevalence of D. immitis. Despite more
dogs with short hair (11.9%) was higher than longhair (6.5%) exhibited positive
reaction to D. immitis antigens, no association was found between seroprevalence
and the length of dog hair. This study revealed that importation of dogs posses
risk for spreading of heartworm infection in dogs in Indonesia.
Comparative study between serological CHD diagnosis method and
modified knott, has been done. From 11 samples, only 1 sample showed
positive reaction for D. immitis with serologic test, while using knott detection
method showed negative result for samples taken at 10.00 am and 22.00 pm. This
study revealed that serologic method is more effective to detect CHD and
recommended to diagnostic method in quarantine station laboratory.
Key Words: D. immitis, anjing, Bandara Soekarno-Hatta

RINGKASAN
ESMIRALDA EKA FITRI. Prevalensi dan Risiko Infeksi Cacing Jantung pada
Anjing yang diimpor melalui Bandara Soekarno-Hatta. Di bawah bimbingan
FADJAR SATRIJA dan HADI WARDOKO).
Studi dirofilariosis pada anjing impor telah dilakukan secara lintas
seksional untuk: (1) Mengetahui prevalensi infeksi D. immitis pada anjing yang

diimpor melalui Bandar Udara Soekarno-Hatta, (2) Mengkaji faktor-faktor risiko
timbulnya Canine Heartworm Disease (CHD) pada anjing impor dan
(3) Mengetahui teknik dan metoda yang akurat dan efisien sebagai bahan validasi
metoda pemeriksaan dirofilariosis.
Sebanyak 134 sampel serum anjing impor berumur minimal enam bulan (≥
6 bulan) yang dilalulintaskan melalui Balai Besar Karantina Pertanian SoekarnoHatta, diambil pada periode bulan Januari sampai dengan Nopember 2008.
Jumlah sampel serum yang diambil dari setiap negara pengekspor anjing
dilakukan secara proporsional dengan metoda Probability Proportional to Size
(McGinn 2004). Infeksi D. immitis pada anjing tersebut dideteksi secara serologis
dengan metode ELISA menggunakan Kit ELISA komersial (DiroCHEK® Canine
Heartworm Antigen Test Kit; Synbiotics Corporation, San Diego, CA). Data-data
tentang berbagai faktor yang dapat menjadi faktor risiko infeksi seperti umur,
jenis kelamin, ras dan asal negara diperoleh dari keterangan pada Surat Kesehatan
Hewan (Animal Health Certificate). Studi kasus dengan metoda serologis ini
menghasilkan data prevalensi infeksi anjing yang diimpor melalui BBKP SH pada
bulan Januari – Nopember 2008.
Untuk mengetahui efektifitas metoda pemeriksaan terhadap CHD
dilakukan pengujian terhadap 11 sampel darah dengan 2 metoda yang akan
dibandingkan, yaitu menggunakan metode konsentrasi/uji Knott (konvensional)
dan menggunakan kit komersial untuk mendeteksi antigen D immitis. Sampel

darah diambil dari 7 ekor anjing impor dan empat ekor anjing milik BBKP SH.
Pengujian dengan metoda Knott dilakukan pada dua waktu yaitu pada pukul 10.00
(pagi) dan 22.00 (malam). Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan
periodisitas mikrofilaria dalam peredaran darah anjing yang mencapai puncaknya
pada pukul 23.00 – 24.00 (Karmil 2002), sedangkan untuk metode serologi
sampel diambil pada saat jam kerja (08.00 – 16.00).
Prevalensi CHD pada anjing yang diimpor melalui Bandar Udara
Soekarno-Hatta selama bulan Januari – Nopember 2008 didapatkan sebesar 8,2%.
Ditinjau dari wilayah asal impor yaitu Eropa, Asia, Australia dan Amerika,
didapatkan prevalensi masing-masing sebesar 6,5%, 10,6%, 11,1% dan 3,6%.
Analisis chi square menunjukkan tidak ada asosiasi antara prevalensi dan wilayah
asal impor. Pada periode impor Januari – Juni tidak didapatkan anjing yang
terdeteksi positif CHD sedangkan periode Juli – Nopember dideteksi sebesar 15%
anjing dideteksi CHD. Chi square menyatakan adanya asosiasi nyata antara
prevalensi dan periode impor (P6 tahun
mempunyai prevalensi paling tinggi (12,5%) dibanding kelompok umur