Prevalensi dan faktor resiko infeksi cacing jantung (dirofilaria immitis) pada anjing peliharaan di Jawa dan Bali

Supor. Ir~donrsrs,August I 9* 22d 2

vatif
umumnya
iing-anjing mu&.
:an
cara :

Hoper. Indonesia. A U W S ~19'

~ 5

ANJING PELIHARAAN Dl JAWA DAN BALl

Fadjar satrijal, Yusuf

Replacement bellujuan

operaii Total

1


mengganti
mengandung
mernberikan

1,

iuga

caput
terbuat
belum

in;
hewan
penggantian

3stectomy
lpala tulang


rnemerlukan
hewan

hewan
sebaikn
3n

botomy (TPO)
mengubah

turun
anj~ngpenderita
menambah

tersebut
maka nilai jualnya
dijual.

caput fernoris
~mbah stabilitas


Kesimpulan

Fernoralisnya
pernbuatan foto
api
menampakkan
ignifikan.
Symphysiodesis

berumur

termasuk
penendian
cara palpasi
X'Ray,
rutin

dilatih
bulan. Bilamana


terbukti
HIP DispIasia

negara

kasus

Symphysiodesis

persyaratan.
laitu
Frsendian coxornendekatkan
noris,
3

Daftar Pustaka

Biery,


Wzer
Conditions tn

Dogs

lY

Pfirer Inc.,
Piermattei. D.L.,
Flo,
Small
Trealment WB

Myecfomy

J
Metode
rapan

Tillley, L.P.,


Consulf. 2"'
atas

2008

LENS, DAN FAKTOR RES~KO~ N F E K SCAC1NG
~
JANTUNG (Dirofilaria immitis) PADA
persendian Cox0 Femoralis oleh kontraksl
mUscUlus Pectineus.
e . O~erasi Penggantian persendjan (Total
Hip

enar,

-

Wilkins,


II

id wan'. Novi ~ulandari'.Yong

Bagian Parasitologi dan Entornologi Kesehatan, Departemen IPHK FKH IPB
'PT. Fort Dodge Indonesia
3 ~ o rDodge
t
Animal Health (Thailand) Ltd.
Kata kunci : Dirofilaria

imrnitis, anjing, Jawa dan Bali

hndahuluan
Dalam dasawarsa terakhir ini minat
masyarakat untuk memelihara anjing dan
M n g sebagai hewan kesayangan sernakin
mingkat.
Hal ini juga ter~ermin dari
pgningkatan perhatian pemilik terhadap upaya

perneliharaan kesehatan hewan.
lnfeksi
adng jantung (Difofilaria immitis) merupakan
salah satu penyakit yang dapat menyerang
anjing, rubah, serigala dan karnivora liar
hinnya. Cacing dewasa hidup di ventrikel
kanan dan arteria pulmonalis anjing. Anjing
penderita dirofilariosis memperlihatkan gejala
Minis exercise intolerance, batuk, sesak nafas,
asites dan kelainan bunyi denyut jantung.
lnfeksi cacing jantung pada rnanusia
dilaparkan terjadi
secara insidental di
beberapa
Negara
dan
menyebabkan
pembentukan nodul dan granuloma di paruparu diforilariosis (Mari et a1 2004).
lnformasi lentang tingkat kejadian serta
faktor resiko yang terkait dengan dirofilariasis

pada anjing di Indonesia masih sangat
tehatas meskipun keberadaan cacig ini telah
dicatat sejak tahun 1950-an (He and Satrija
1995).
Penelitian ini dilakukan untuk
rnengetahui tingkat kejadian infeksi cacing
jantung pada anjing peliharaan I beberapa
wilayah Pulau Jawa dan Bali, serta faktorfaktor risiko yang terkait dengannya.
Bahan dan Metode
Penelitian dilakukan dengan metade
cmss sectional dengan mengambil sample
serum dari anjing pasien rumah sakit hewan
atau klinik dokter hewan praktik hewan kecit di
beberapa kota di Pulau Jawa dan Bali. Total
jumlah sample yang diarnbil sebanyak 235
sampel yang berasal dari DKI Jakarta dan
sekitamya (n=93), Jawa Barat (n= 63), Jawa
Tengah (n=22), dan Bali (n=57). lnfeksi cacing
jantung pada anjing yang diambil sampelnya
diuji dengan teknik ELlSA menggunakan kit

E~
Hearlworm
komersial ( D ~ ~ O C HCanine

Antigen Test Kit; Synbiotics Corporation, San
Diego, CA) untuk mendeteksi antigen ca~ing
dewasa D. irnm~lis dalam serum anjing.
lnformasi lain lerkait dengan hal-ha1 yang
diduga menjadi factor resiko dari kejadian
infeksi cacing jantung dikumpulkan dengan
kuisioner dan diaoalisis dengan metode Chi
square.
Hasi\ dan Pembahasan
Delapan belas (7.7%) dari 235 sampel
yang diuji menunjukkan reaksi positif terhadap
adanya antigen D. immitis antigen dimana
seroprevalensi di wilayah OK1 Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Bali masing-masing
sebesar 2.2, 15.9. 4.5 dan 8.8%. Analisis Chi
square memperlihatkan asosiasi yang nyata

antara
seroprevalensi
dan
wilayah
pengambilan sample (x2 = 10.4 P 0.02).
Tingkat infeksi pada anjing jantan lebih tinggi
(8.8%) dibandingkan anjing betina (5.7%),
namun tidak ditemukan perbedaan nyata
diantara kedua jenis kelamin. Seroprevalensi
pada anjing kelompok umur 43-tahun adalah
4.7% serta 16.7% pada kelornpok umur 3-6tahun, dan 6.1% pada anjing usia diatas 6
tahun. Terdapat asosiasi yang nyata antara
kslompok usia anjing dengan tingkat kejadian
2
infeksi D. immitis (x = 8.11 P c 0.02).
Asosiasi yang nyata juga ditemukan antam
seroprevalensi dan ras anjing (x2 = 6.89 P c
0.05). Seroprevalensi anjing ras lokal (11.9%)
dan ras campuran (9.1%) lebih tinggi
dibandingkan anjing ras irnpor (2.2%). Tingkat
kejadian infeksi cacing jantung pada anjing
yang dipelihara di luar rumah lsbih tinggi
(9.9%) dibandingkan anjing yany dipelihara di
dalam rumah (4.3%),namun (x = 2.57 P =
0.1?).
Tingginya tingkat kejadian infeksi D.
immitis pada anjing di Jawa Barat dan Bali
dibandingkan wrlayah Jakarta dan Jawa
Tengah diduga terjadi akibat interaksi dua
faktor kunci dalam infeksi yaitu tingginya

KIVNAS Z W

Bugor, Indonesia, August I BKh 22"1ZOOS

populasi hewan ter~nfeksidan hewan rentan,
serta tingginya populasi dan keragarnan
spesies nyamuk yang dapat menjadi inang
antara D. immitis. Banyaknya anjing liar di
Pulau Bali dan Kabupaten Sukabumi - Jabar
yang menjadi wilayah pengambilan sample
diduga menjadi mmber infeksi bagi anjing
peliharaan di wilayah tersebut. Menurut Hadi
(1999) vector primer bagi infeksi D. immitis
pada anjing di wilayah Bogor Jawa Barat
adalah nyamuk Culex quinquefasciatus,
sedangkan Culex lrifaeniorrhychus bertindak
sebagat vector sekunder cacing ini. Spesies
nyamuk lain yaitu Armigeres subalbatus dan
Culex fuscocephalus dapat berperan se bagai
vector minor dari cacing janlung.

Ucapan Terirna Kasih
Penelitian ini terlaksana atas dukungan
dana dari Ford Dodge Animal Health. Penulis
mengucapkan terirna kasih kepada semua

ULTRASONOGRAPHIC
WITH

pihak yang telah berpartisipasi rnembantu
dalam pengumpulan sample dan data selarna
penelitian ini berlangsung.
Daftar Pustaka
Hadi, U.K. 1999. Telaah nyarnuk dalam
hubungannya sebagai vektor patensial
dirofilariasis pada anjing di Bogor. Maj.
Parasitol. Ind. 12; 24-38.
He, S dan F. Satrija, 1995. Dimfilaria irnmiiis
(Leidy, 1856) dalam jantung anjing yang
diseksi di Fakultas Kedokteran Hewan
lnstitut Pertanian Bogor. Hemera Zoa,
7 7:39-46.
Mori S., Y. Hirotsu, A. Mizoguchi, M.
Kawabata, F. Nakamura-Uchiyama. Y.
Nawa, and M. Osame. 2004. Pulmonary
dirofilariasis with serologic study on
famrlial infection with Dirofilaria imrnitis.
Intern Med. 43(4):327-30

Bog01

iN
DISEAS

z

Siti aanab', Deni I4ovianaz,Yoli 2ulfanedi2

I

Jalan

Clinic

Selatan

Bagian Bedah & Radlologi, Departemen
Fakultas Kedokteran Hewan lnstitut
Kata kunci

urinaria

Reproduk~i
Bogor,
ultrasonografi,

Harll
VTD) msrupakan penyakit urinari
sering terjadi

radiografik

Sebagian

oleh

intakefkonsumsi

infeksi,

enic
merupakan
teknik
ambaran
menggunakan
rnbang suara berfrekuensi sangat
sering
penun)ang
penyakit
di kedokteran
n kedckteran hewan. Menurut Widmer

(2004),
atas (ginjal

uran

/

t

Pembahar
meml

ginjal kuclng
antara
kaii
lurnbalis If,
mlalui
ginjal G i n g ~
Sementara itu
rnernperfihatkan perc
sehingga sulit
Garnbarar
1.

memperlihatkan gar
k~
terlihat lebih jelas. C
dilihal

n

dan Metode
Hewan
ialah

pasien

Kemang
klinik
berjenis kelamin jantan
bet-urnur tahun.
stud
Serta alat
iala,h alat USG

datang

r

si 3,57,5

tipe

cer,
US6
Metode pengambilan gambar
kukan
posisi hewan
uDun
recumbency. Pembaaan
rnmran USG
terhadap
letak. echoganisitas, marginasi dan
dilakukan secara
dari hasil pemeriksaan
dan darah serta
qrafiknya juga
perbadingan

I

1.
(0)

kristal

dalam

dinding vu. (C
ginjal, (0)
s
hydroureter