Dalam dunia pertanian, penggunaan hormon tumbuhan atau dikenal juga dengan istilah ZPT merupakan
faktor pendukung yang dapat memberikan kontribusi besar dalam
keberhasilan usaha budidaya pertanian. Namun, penggunaan hormon ini harus dilakukan dengat tepat. Pemahaman mengenai
fungsi dan peran hormon terhadap laju pertumbuhan maupun perkembangan tanaman sangat penting. Oleh karena itu, pada
artikel ini akan kami uraikan mengenai ZPT Zat Pengatur Tumbuh dengan harapan bisa memberikan kontribusi dalam
usaha agribisnis pertanian.
Beberapa fungsi Hormon yang bisa diterapkan dalam dunia pertanian diantaranya ialah:
1. AUKSIN
Hormon Auksin banyak ditemukan pada akar, ujung batang, dan bunga. Fungsi hormon auksin dalam petumbuhan tanaman adalah
sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang ujung meristem. Auksin berperan penting
dalam pertumbuhan, sehingga dapat digunakan untuk memacu kecepatan pertumbuhan tanaman pada budidaya yang dilakukan
secara intensif.
Dengan fungsi dan peran penting hormon auksin tersebut, maka dalam dunia pertanian sering digunakan seperti dalam membantu
proses pertumbuhan baik pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, untuk memecah masa dormansi sehingga
dapat mempercepat perkecambahan pada biji, membantu proses pembelahan sel sehingga dapat digunakan untuk mempercepat
pembesaran jaringan tumbuhan, mempercepat pemasakan buah,
serta untuk mengurangi jumlah biji dalam buah. Hormon auksin akan bekerja secara sinergis dengan dua hormon lain, yaitu
sitokinin dan giberelin.
Tumbuhan yang mengalami etiolase atau kekurangan cahaya matahari dan hanya pada salah satu sisinya saja yang mendapat
sinar mata hari, maka pertumbuhan sisi yang terkena sinar matahari akan lebih lambat dibanding dengan sisi yang tidak
terkena sinar matahari. Hal ini disebabkan kerja hormon auksin terhambat oleh cahaya matahari. Sementara pada sisi tumbuhan
yang tidak terkena sinar matahari biasanya akan tumbuh lebih cepat dan lebih panjang, karena hormon ini bekerja dengan
optimal dan tidak terhambat oleh pengaruh cahaya matahari. Produksi hormon auksin yang berlebihan tersebut akan cenderung
mengarahkan pertumbuhan pada ujung tumbuhan yang tidak terkena matahari menuju ke arah cahaya atau disebut proses
fototropisme, sehingga produksi hormon ini dapat dikendalikan oleh individu tumbuhan tersebut.
Dengan pemahaman tersebut, maka dapat dibuat analogi secara sederhana mengenai tumbuhan yang kelebihan hormon auksin.
Jika suatu tumbuhan ditempatkan di tempat yang kekurangan sinar matahari, maka pertumbuhannya akan lebih cepat
dibanding dengan di tempat terbuka. Bekerjanya hormon auksin pada tumbuhan yang tumbuh dengan kekurangan sinar matahari
mengakibatkan pertumbuahan batang yang lebih besar dan panjang dengan warna daun agak kekuningan, dan struktur
batang tampak lebih lemah atau lemas. Sedangkan tumbuhan di tempat terbuka, produksi hormon auksin terhambat oleh sinar
matahari sehingga pertumbuhannya sedikit terhambat, tetapi memiliki struktur batang yang kokoh dan warna hijau daun yang
lebih gelap.
Secara umum, sistem kerja hormon auksin adalah menginisiasi
pemanjangan dan pembesaran sel serta memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel untuk memompa ion H+ ke
dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen dengan rantai
molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis melalui
dinding sel. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa auksin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang banyak
mempengaruhi proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein.
Menurut Gardner, dkk., 1991, tumbuhan memproduksi hormon auksin dalam jaringan meristem aktif, yaitu jaringan tumbuhan
yang memiliki sel aktif yang dapat membelah dengan cepat. Jaringan meristem pada tumbuhan, misalnya tunas di ketiak
daun, pucuk tanaman, daun muda, dan buah. Setelah diproduksi dalam jaringan tersebut, auksin akan menyebar ke seluruh bagian
tumbuhan dengan arah penyebaran dari bagian atas tumbuhan ke bagian bawah hingga mencapai titik tumbuh akar. Penyebaran
auksin tersebut melalui jaringan pembuluh tapis floem atau jaringan parenkhim. Auksin merupakan hormon yang juga dikenal
dengan istilah Indole Acetic Acid IAA, atau asam indolasetat, sebagai auksin utama pada tanaman, yang mengalami proses
biosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin
analog tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN Indolaseto nitril, TpyA Asam Indolpiruvat dan IAAld
Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase.
IAA atau C10H9O2N, sebagai rumus kimia auksin, merupakan hasil isolasi yang dilakukan pada tahun 1928, dengan
menggunakan tepung sari bunga yang tidak aktif. Dengan ditemukannya IAA, maka untuk perkembangan selanjutnya
seiring dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat diciptakan auksin sintesis, seperti Amiben
atau Kloramben Asam3-amino2, 5–diklorobenzoat, Hidrazil atau 2,4-D asam-Nattalenasetat, Bonvel Da2, 4-Diklorofenolsiasetat,
PikloramTordon asam4–amino–3,5,6–trikloro–pikonat, dan NAA asam asam 3,6-Dikloro-O-anisatdikambo.
Fungsi auksin dalam pertumbuhan tanaman
Pemberian auksin pada biji atau benih akan memecah
dormansi dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman bijibenih dengan auksin juga dapat
meningkatkan kuantitas hasil panen.
Memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar
dengan lebih baik.
Auksin akan merangsang dan mempertinggi prosentase
timbulnya bunga dan buah.
Merangsang terjadinya proses Partenokarpi. Partenokarpi
adalah suatu kondisi dimana tumbuhan mampu membentuk buah tanpa proses fertilisasi atau penyerbukan, sehingga
dengan pemberian hormon auksin dapat menghasilkan buah tanpa biji.
Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
Memecah dormansi pucukapikal, yaitu suatu kondisi dimana
pucuk tumbuhan atau akar tidak mau berkembang.
2. SITOKININ