PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perdebatan antara Islam dan hak asasi manusia HAM setidaknya melibatkan  dua pendapat arus utama,   yaitu   pandangan   antagonis   dan   akomodatif   negosiatif.   Pandangan   antagonis   merupakan
pandangan yang berkaitan erat dengan politik HAM itu sendiri pada masa-masa pasca perang dingin. Dengan   segala   kritik   yang   disampaikan   kepadanyatesis   yang   diajukan   oleh   Samuel   P.   Huntington
nampaknya relevan untuk menggambarkan corak antagonis ini, karena Islam dan Barat dipandang saling mencurigai satu sama lain.
Dalam hal ini, HAM seringkali dianggap sebagai salah satu alat kolonialisasi dan upaya Barat untuk menghancurkan peradaban Timur, secara khusus peradaban umat Islam. Prasangka ini mendorong
hubungan antara dua peradaban ini tidak harmonis, dalam beberapa hal juga cenderung menafikan aspek positif di antara keduanya. Wacana HAM merupakan korban dari konflik peradaban ini, sehingga dalam
perkembangannya wacana HAM cukup sulit diterima oleh negara-negara Timur dan umat Islam secara umum. Pendapat kedua merupakan perspektif yang lebih bersifat akomodatif atau negosiatif, dengan
mengedepankan negosiasi antara syariat Islam dan konteks kekinian, termasuk wacana HAM.
1
Pandangan ini berkeyakinan, hanya dengan mengkompromikan dua pandangan yang seringkali diasumsikan bertentangan inilah justru yang dapat memajukan dan melindungi HAM di negara-negara
Muslim, yang pada akhirnya mengarah kepada suatu kesatuan pandangan tentang pentingnya HAM itu sendiri, tanpa melupakan tradisi hukum Islam yang telah lama tumbuh dan berkembang. Dengan dua
sumber   nilai   dan   moral   tersebut   pula   kemudian   HAM   mendapatkan   momentumnya   untuk   semakin ditegakkan dan didesakkan pada tataran praktik di setiap negara karena didukung oleh dua pondasi moral
dan peradaban penting di dunia. Berpedoman pada pandangan yang kritis-konstruktif, artikel ini mencoba untuk meninjau perkembangan HAM di negara-negara Muslim dan mengunakan perspektif yang kedua,
yaitu lebih mengarah pada  menegosiasikan dua sumber  standar  nilai HAM tersebut untuk kemudian memberikan kontribusi dalam pembangunan dan perlindungan HAM yang lebih konkret.
B. Rumusan masalah