U T
S S
T O
R P
U P
a g
e 2
sektor publik, akuntansi publik pun ikut berkembang dengan pesat. Hal ini tampak pada dua dasawarsa terakhir, istilah “akuntabilitas publik, value for money, reformasi
sektor publik, privatisasi, good publik governance.” yang begitu cepat masuk ke kamus sektor publik.
Isu-isu sektor publik masih terus bermunculan misalnya isu perlunya dilakukan reformasi akuntansi, auditing, sistem manajemen keuangan pubik,
privatisasi perusahaan-perusahaan publik, dan tuntutan dibuatnya laporan laporan keungan eksternal.
1.2 Maksud Tujuan
Maksud dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui Akutansi Keuangan Sektor Publik serta bertujuan untuk pengembangan ilmu bagi para mahasiswai :
1. Mahasiswai mengetahui tujuan pembuatan laporan keuangan.
2. Mahasiswai mengetahui tingkat teori akutansi.
3. Mahasiswai mengetahui metodologi akutansi
1.3 Ruang Lingkup Materi
Pembahasan dalam makalah ini untuk mengetahui interpretasi akuntansi
keuangan sektor publik pada perkembangan “Tentang Profesi Akuntan Indonesia Menuju Tahun 2020”.
U T
S S
T O
R P
U P
a g
e 3
BAB II TEORI DASAR
2.1 Sistem Akutansi Sektor Publik
2.1.1 Definisi Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi, Haward F. Slettler dalam Baridwan, 1971 adalah formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur,dan alat-alat yang digunakan
untuk mengolah data mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan oleh
manajemen untuk mengawasi usahanya, dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur, dan lembaga-lembaga pemerintah
untuk menilai hasil operasi.
2.1.2 Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi untuk mencatat transaksi- transaksi yang terdapat pada anggaran mulai dari saat anggaran disahkan,
dialokasikan, dilaksanakan direalisasikan sampai ditutup pada akhir tahun anggaran serta pertanggungjawaban dan pengendalian manajemen yang digunakan untuk
membantu pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan
2.1.3 Akutansi Dana
Akuntansi Dana merupakan sistem akuntansi yang sering digunakan oleh organisasi-organisasi nirlaba dan institusi sektor publik. Sistem tersebut merupakan
metode pencatatan dan penampilan entitas dalam akuntansi seperti aset, dan kewajiban yang dikelompokkan menurut kegunaannya masing-masing. Akuntansi
U T
S S
T O
R P
U
+
P a
g e
4
dana umumnya digunakan pada organisasi-organisasi nirlaba dan sektor publik yang umumnya membutuhkan metode pelaporan khusus neraca akhir yang dapat
menunjukkan arus pengeluaran keuangan organisasi tersebut secara jelas. Metode pelaporan tersebut berbeda dengan laporan neraca akhir yang biasa digunakan oleh
sektor bisnis yang menekankan pada nilai keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh organisasi tersebut dalam suatu periode akuntansi tertentu. Terdapat dua
jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor public yaitu : a.
Dana yang dapat dibelanjakan expendable fund digunakan untuk mencatat nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo yang dapat
dibelanjakan untuk kegiatan yang bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi ini digunakan pada organisasi pemerintah governmental funds.
b. Dana yang tidak dapat dibelanjakan nonexpendable untuk mencatat
pendapat biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifatnya mencari laba. Jenis akuntansi ini digunakan pada organisasi bisnis
proprietary.
2.1.4 Akuntansi Komitmen
System akuntansi komitmen adalah system akuntansi yang dijadikan dasar pengambilan keputusan komitmen manajemen oprasional. Sitem akuntansi
komitmen dipergunakan untuk pengendalian anggaran belanja organisasi. Akibatnya system akuntansi komitmen comiment accounting sering diimplementasikan
sebagai sub system. Fungsi utama pada system ini adalah pengendalian anggaran, oleh sebab itu fokusnya pada pesanan yang dikirimkan.
, - .-
- 0 - .
U
1
T
- 1
S
2 .
34 - 1 5-
1
S
3 .
T O
R P
U
6 2 .
P a
g e
5
2.1.5 Akuntansi Akrual – Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Adaptasi
Ipsas
System akrual merupakan system yang paling modets. Keberhasilan new Zealand menerapakan akuntansi akrual telah menyebabkan berbagai perubahan
manajemen sektor public. Salah satu usaha untuk menerapkan akuntansi akrual diindonesia adalah penerbitan manual akuntansi keuangan pemerintah daerah
MAKUDA – 2001 bastian 2001. Orientasi basis akrual telah dinyatakan secara tegas dibagian tujuan manual sebagai berukut ;
a. Sebagai pedoman, agar terdapat suatu pedoman, penafsiran atau
panduan yang jelas bagi aparat yang berkecimbung keuangan daerah dalam menerapkan SAK dan SKAP.
b. Fungsi manajemen, agar fungsi manajemen keuangan daerah dapat
diselenggarakan dengan baik, transparan dan lebil akuntabel. c.
Penyajian laporan keuangan, agar tahapan dalam penyajian laporan keuangan dapat diselenggarakan dengan baik oleh pemerintah daerah.
d. Keseimbangan transparansi dan akuntabilitas.
e. Sebagai alat pengendalian pengawasan dan pemeriksaan
2.2. Penerapan Sistem Akuntansi Di Indonesia
Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sangat lamban dalam merespons tuntutan perkembangan zaman. Akuntansi pemerintahan di Indonesia juga
belum berperan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja birokrasi. pemerintah dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Pada periode lama, output yang
dihasilkan oleh akuntansi pemerintahan di Indonesia sering tidak akurat, terlambat, dan tidak informatif, sehingga tidak diandalkan dalam pengambilan keputusan.
7 8 98 :
8 ; 8 9
U T
8
S
= 9
? 8 8
S
9
T O
R P
U
A : = 9
P a
g e
6
Malah, segala kekurangan ada dalam akuntansi pemerintahan pada periode tersebut sering menjadi ladang yang subur untuk tumbuhnya praktek-praktek KKN.
Namun demikian,
pada dasawarsa
terakhir yang
berkulminasi diundangkannya tiga paket keuangan negara, terdapat dorongan yang kuat untuk
memperbaharui akuntansi pemerintahan di Indonesia. Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah sudah beberapa kali dilakukan
perubahan dan penyempurnaan dengan heberapa kali dikeluarkannya peraturan- peraturan pemerintah khususnya Keputusan Menteri Keuangan. Pengembangan dan
implementasi Sistem Akuntansi Pemerintah dapat kita telusuri sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan RI Nomar 476 KMK.011991 pada tanggal 21 Mei
1991 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, sampai pada tahun 2005, Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor 59PMK.062005 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Sejarah teori dan praktek akuntansi di Indonesia menunjukkan bahwa
sebelum pendidikan akuntansi diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1950¬an, pada masa itu hanya dikenal tata buku warisan Belanda yang disebut sistem continental.
Akibat perubahan hubungan politik dengan Belanda, banyak guru besar berkebangsaan Belanda kembali ke negerinya. Hal ini berakibat adanya perubahan
kurikulum pendidikan akuntansi dan sistem continental ke sistem Anglo Saxis sistem Amerika. Perkembangan selanjutnya, ternyata akuntansi keuangan untuk
sektor swasta maju pesat, sedangkan akuntansi di sektor pemerintah masih mengikuti konsep-konsep yang diterapkan sejak zaman Belanda.
Meskipun ada perbaikan dalam akuntansi pemerintah di atas, penyempurnaan yang bersifat mendasar belum pernah dilakukan, sedangkan sistem
tersebut mempunyai kelemahan yaitu :
B C DC E
C F C D
U
G
T
C G
S
H D
IJ C G KC
G
S
I D
T O
R P
U
L E H D
P a
g e
7
1. Pada Pemerintah, sebagian aktivitasnya dibiayai melalui anggaran yang setiap tahun ditetapkan dengan undang-undang. Pencatatan pelaksanaan
anggaran tersebut terpisah-pisah dan tidak terpadu karena berdasarkan sistem tata buku tunggal single entry bookeping. Akuntansi yang terpisah-
pisah tersebut semakin mengakibatkan pelaporannya menjadi tidak bersesuaian satu dengan yang lain karena tidak menggunakan bagan
perkiraan yang standar. 2.
Pengelompokan perkiraan yang digunakan pemerintah dirancang hanya untuk memantau dan melaporkan realisasi penerimaan dan pengeluaran
anggaran saja; tidak dirancang untuk menganalisis efektivitas pembia¬yaan suatu program atau memberikan informasi yang cukup untuk pe¬ngendalian
pengeluaran suatu program. 3.
Pada akuntansi aset tetap, kelemahannya selain tidak terintegrasi dengan keuangannya juga dalam perencanaan maupun pelaksanaan anggaran tidak
dibedakan secara tegas antara belanja modal dan belanja operasional. 4.
Penyusunan pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan APBN yang dituangkan dalam bentuk Perhitungan Anggaran Negara PAN semula
berdasarkan Sumbangan
Perhitungan AnggaranSPA
dari seluruh
Departemen atau Lembaga. 5.
Tidak ada standar dan prinsip akuntansi pemerintah untuk menjaga kewajaran dan keseragarnan perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan
pernerintah. 6.
Khusus dalam pengelolaan keuangan Negara, semakin tahun jumlah APBN yang harus dikelola semakin besar dan masalah yang harus ditangani
pemerintah semakin kompleks dan beragam, sedangkan dalam sistem
M N ON P
N Q N O
U
R
T
N R
S
S O
TU N R VN
R
S
T O
T O
R P
U
W P S O
P a
g e
8
akuntansi pemerintah yang lama tersebut terdapat banyak kelemahan. Hal ini berakibat pada praktek akuntasi pemerintah yang belum mampu memberikan
informasi yang sesuai dengan peningkatan transaksi keuangan negara yang semakin kompleks. Praktek akuntansi pemerintah hanya dapat memenuhi
tujuan pertanggungjawaban, namun tidak menyediakan informasi yang cukup untuk kepentingan manajerial.
2.2.1 Manual Akuntansi Keuangan Daerah
Tahun 1981, pemerintah daerah telah melakukan pelaporan keuangan yang disebut perhitungan anggaran dan nota perhitungan anggaran. Berjalannya waktu dan
jaman terdapat pertentangan akuntabilitas publik. Berbasis kas dan berdasarkan budgetary accounting, sistem ini mengakomodasi kepentingan manjemen
pemerintahan daerah namun gagal memenuhi akuntabilitas public. Dalam sistem MAKUDA 1981 dijelaskan bahwa proses pencatatan dan
pelaporan keuangan sebenarnya telah dilakukan. Transaksi keuangan harus disertai bukti
dan dipertanggungjawabkan
pertransaksi melalui
SPJ Surat
Pertanggungjawaban. Perhitungan anggaran dilakukan di bagian keuangan pemerintah daerah biasanya ditandatangani oleh kepala sub bagian pembukuan.
Kondisi menyebabkan pelaporan keuangan daerah dianggap sebagai laporannya bagian keuangan daripada laporan keuangan pemerintah daerah.
Pelaksanaan anggaran belanja daerah secara garis besar sebagai berikut : a. .
Penyusunan dan penetapan DIKDA dan DIPDA Daftar Isi Proyek Daerah.
b. Penetapan pejabat yang member wewenang menandatangani Surat Keputusan Otorisasi SKO.
c. Surat Permintaan Pembayaran SPP diajukan oleh bendaharawan kepada kepala
daerah lewat
biro bagian
keuangan berdasarkan
X Y ZY [
Y \ Y Z
U
]
T
Y ]
S
Z _` Y
] aY ]
S
_ Z
T O
R P
U
b [ Z
P a
g e
9
SKODIKDADIPDA yang telah diterima untuk kepentingan pengendalian dan pelaksanaan APBD.
d. Surat Perintah MembayarUang SPMU diajukan untuk menjaga keamanan uang dengan menerbitkan SPMU yang ditandatangani pejabat atas nama
kepala daerah yang ditunjuk dengan Surat Keputusan. e. Surat
Pertanggungjawaban SPJ
pengelola keuangan
daerah mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengurusan keuangan daerah
melalui SPJ
2.2.2 Kontroversi Sistem Akuntansi
Pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat SAPPdan Sistem Akuntansi Pengendalian Anggaran SAPA dan Sistem Akuntansi Pengendalian
Anggaran SAPA menghadapi permasalahan-permasalahan sebagai berikut : a. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Untuk memperoleh laporan yang handal dan tepat waktu transaksi dilakukan secara sentralisasi di BAKUN. Pemprosesan dilakukan dengan computer
maka diperlukan konsistensi dalam pemberian kode perkiraan dan perlakuan akuntansinya. Namun adapun kendala – kendala yang dihadapi seperti :
Tidak konsistensinya dalam pemberian kode-kode rekening dan perlakuan akuntansi
• Klasifikasi dan kodifikasi yang tidak sesuai dengan system akuntansi.
• Perlu waktu dalam menyempurnaan sub-sub sistem yang menghasilkan input
data dalam sistem akuntansi pemerintah. •
Masalah langkanya kemampuan SDM yang menguasai akuntansi dan computer.
• Adanya beberapa instansi masih belum welcome dengan adanya sistem
akuntansi pemerintah, karena selama ini tidak pernah dilibatkan dalam penyusunan pertanggungjawaban keuangan
b. Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah Adapun kendala yang dihadapi meliputi :
• Sistem Akuntansi dan Pengendalian Anggaran SAPA yang disusun oleh
rezim lama untuk pemerintah daerah, tidak applicable •
Peraturan pemerintah yang memuat ketentuan-ketentuan yang mendukung kebijakan fiscal, baru terbit tanggal 15 nopember 2000 sehingga tidak cukup
c d ed f
d g d e
U
h
T
d h
S
i e
jk d h ld
h
S
j e
T O
R P
U
m f i e
P a
g e
10
waktu untuk melaksanakan sosialisasi yang efektif kepada Pemerintah Daerah yang dapat dilaksanakan dalam tahun anggaran 2001
2.3 Metodologi Akuntansi
2.3.1 Penalaran Deduktif
Metode penalaran deduktif dalam akuntansi adalah proses yang bermula dengan tujuan dan postulat, yang dari sini diturunkan prinsip-prinsip logis yang
memberikan landasan bagi penerapan yang konkret dan praktis. Jadi, aturan atau penerapan praktis berasal dari penalaran logis, postulat dan prinsip yang ditarik
secara logis seharusnya tidak hanya mendukung atau berusaha menjelaskan kelaziman akuntansi atau praktek yang sekarang telah diterima.
2.3.2 Pendekatan Induktif
Proses induktif meliputi penarikan kesimpulan umum dari pengamatan dan pengukuran yang terinci. Pendekatan induktif tidak dapat dipisahkan dari pendekatan
deduktif, karena pendekatan deduktif memberikan petunjuk pemilihan data yang akan ditelaah.
Dalam akuntansi, proses induktif melibatkan pengamatan data keuangan perusahaan. Jika terdapat hubungan yang berulang-ulang, maka generalisasi dan
prinsip dapat dirumuskan, sehingga ide dan prinsip yang baru dapat ditemukan, khususnya bila pengamatan tidak dipengaruhi oleh prinsip dan praktek yang berlaku.
Misalnya pengamatan
terhadap sejumlah
perusahaan dapat
dibuktikan kecenderungan historis dari penjualan masa lalu merupakan alat ramal yang lebih
baik untuk kas yang akan diterima dari pelanggan pada masa yang akan datang ketimbang catatan kas yang sesungguhnya diterima pada masa lalu karena adanya
tenggang waktu dalam proses penagihannya. Keunggulan pendekatan induktif adalah tidak perlu dibatasi oleh model atau
struktur yang ditetapkan terlebih dahulu. Para peneliti bebas mengadakan pengamatan yang dianggap relevan, generalisasi atau prinsip yang telah dirumuskan
harus ditegaskan dengan proses logis pendekatan deduktif dan pembuktian kesimpulan.
Kelemahan utama prosesi induktif adalah bahan pengamat mungkin dipengaruhi oleh ide-ide di bawah sadar mengenai hubungan apa yang relevan dan data apa yang harus
diamati.
n o po q
o r o p
U
s
T
o s
S
t p
uv o s wo
s
S
u p
T O
R P
U
x q t p
P a
g e
11
Kesulitan pendekatan induktif dalam akuntansi adalah data mentah mungkin berbeda bagi setiap perusahaan, yang mungkin hubungannya berbeda sehingga sulit
menarik generalisasi dan prinsip-prinsip dasar. Misalnya hubungan antara total pendapatan dan harga pokok penjualan mungkin konstan terus untuk beberapa
perusahaan, tetapi hal ini bukan berarti konsep laba kotor historis merupakan pengukuran yang baik untuk meramalkan operasi suatu perusahaan pada masa datang
dalam seluruh kasus.
y z {z |
z } z {
U
~
T
z ~
S
{
z ~ z
~
S
{
T O
R P
U
| {
P a
g e
12
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Tantangan Profesi Akuntan Indonesia Menuju Tahun 2020
Akuntan Indonesia kini menghadapi berbagai tantangan baru, baik tantangan yang datang dari dalam profesi maupun dari luar profesi. Dari dalam
profesi tantangannya berupa banyaknya standar-standar baru yang harus diterapkan. Sejalan dengan konvergensi IFRS dan ISA, serta pronouncement lainnya yang
diterbitkan IFAC, maka organisasi akuntan Indonesia terus menerus melakukan adopsi standar-standar tersebut, melakukan pendidikan kepada akuntan, serta .
melakukan sosialisasi kepada masyarakat, perguruan tinggi, industri, dsb. Tantangan dari luar profesi datang dari berbagai pihak, mencakup tantangan
meningkatnya tuntutan governance dari pihak pemakai jasa akuntan, regulasi yang lebih ketat oleh pemerintah, serta tantangan menjaga kepercayaan pemerintah
ditengah-tengah masih sedikitnya jumlah akuntan publik di Indonesia. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini, semakin banyak
investasi ditempatkan di Indonesia, baik oleh investor dalam negeri maupun luar negeri. Demikian juga kredit perbankan tumbuh secara positif. Pada saat investasi
dan kredit perbankan bergerak positif maka semakin tinggi tuntutan kepada akuntan untuk menegakkan governance. Akuntan dipadang sebagai salah satu pihak yang
sangat kompeten untuk menjaga risiko investasi dan perkreditan dari investor atau kreditur. Kemudian, masih sejalan dengan tuntutan governance tersebut, pemerintah
Indonesia kini aktif membuat peraturan untuk profesi akuntan publik. Pembatasan rangkap jabatan dan pemberian jasa, aturan quality control dan independensi sengaja
U
T
S
S
T O
R P
U
P a
g e
13
dibuat untuk memenuhi tuntutan governance di satu sisi, namun disisi lain menjadikan profesi akuntan penuh dengan aturan.
Di sisi lain, tantangan juga timbul dari kepercayaan pemerintah pada akuntan publik yang merencanakan pada masa datang laporan audit diakui sebagai
dasar perhitungan pajak oleh dirjen pajak. Tentu saja jika wacana ini dilaksanakan maka akan semakin besar peluang pasar jasa akuntan publik di Indonesia. Tantangan
dari wacana pemerintah ini adalah jumlah akuntan publik masih sedikit. Saat ini jumlah akuntan publik baru 1100 orang dan jumlah KAP baru 400 kantor. Tentu
jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah perusahaan sebanyak 16.000 dan penduduk Indonesia 240 Juta jiwa.
Per 31 Juli 2010, menurut data Ikatan Akuntan Indonesia IAI, ada 8.832 anggota perorangan organisasi tersebut, 1.407 di antaranya adalah akuntan publik
sementara 3.680 adalah akuntan yang bekerja di sektor publik. Saat ini Indonesia sedang mempersiapkan sistem laporan keuangan perusahaan yang
berkiblat pada standar internasional atau International Financial Reporting Standards IFRS yang akan diberlakukan mulai Januari 2012.
Pertama, pemerintah perlu memperhatikan dan mengusahakan pendidikan bagi akuntan dan menambah jumlah akuntan secara berkelanjutan demi menjaga
sistem akuntansi yang ditetapkan. “Pendidikan yang diberikan perlu disesuaikan dengan perkembangan sistem akuntansi, termasuk bagaimana meningkatkan
kemampuan para akuntan yang sudah bekerja saat ini mengingat standar akuntasi dan pemeriksaan keuangan terus berubah,” kata Samia.Kedua, menerapkan aturan
akuntansi, sesuai dengan Undang-undang yang disahkan, khususnya bagi perusahaan publik dan perusahaan yang tercatat dalam pasar modal. Rekomendasi ketiga adalah
pengawasan implementasi aturan, mengingat proses konvergensi sistem laporan
U
T
S
S
T O
R P
U
P a
g e
14
keuangan lama menjadi sistem IFRS perlu dipahami oleh manajemen perusahaan dan badan pengawas laporan keuangan yaitu Bank Indonesia dan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan Bapepam-LK.
3.2 Standar Akuntansi Internasional Pacu Investasi RI