Subyek dan Obyek Gadai

finansial, barang tanggungan bisa dikenal dengan jaminan collateral atau objek pegadaian. b. Hadist Nabi Muhammad SAW Dasar hukum yang kedua untuk dijadikan rujukan dalam membuat rumusan gadai syariah adalah hadis Nabi Muhammad SAW, yang antara lain diungkapkan sebagai berikut : 1 Hadist Aisyah ra, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang berbunyi : “Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam pernah membeli makanan dari orang Yahudi dengan tempo kredit dan beliau mengagunkan baju besinya.” HR Bukhari dan Muslim. 2 Hadist dari Anas bin Malik ra, yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang berbunyi : “Sesungguhnya Nabi Shalallahu alaihi wasalam pernah mengagunkan baju besinya di Madinah kepada orang Yahudi, sementara Beliau mengambil gandum dari orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga Beliau.” HR al-Bukhari. 3 Hadist dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, yang berbunyi : “Nabi Muhammad SAW bersabda : kendaraan dapat digunakan dan hewan ternak dapat pula diambil manfaatnya apabila digadaikan. Penggadai wajib memberikan nafkah dan penerima gadai boleh mendapatkan manfaatnya.” 4 Hadist riwayat Abu Hurairah ra, yang berbunyi : “Barang agunan tidak boleh disembunyikan dari pemilih yang mengagunkan, baginya risiko dan hasilnya. c. Ijma Ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai. Hal dimaksud berdasarkan pada kisah Nabi Muhammad SAW, yang menggadaikan baju besinya untuk mendapatkan makanan dari seorang yahudi. Para ulama juga mengambil indikasi dari contoh Nabi Muhammad SAW tersebut, ketika beliau beralih dari yang biasanya bertransaksi kepada para sahabat yang kaya kepada seorang yahudi bahwa hal itu tidak lebih sebagai sikap Nabi Muhammad SAW yang tidak mau memberatkan para sahabat yang biasanya enggan mengambil ganti ataupun harga yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada mereka. 25 d. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Fatwa DSN-MUI Fatwa DSN-MUI menjadi salah satu rujukan yang berkenaan dengan gadai syariah, diantaranya dikemukakan sebagai berikut : 1 Fatwa DSN-MUI No: 25DSNMUIIII2002 tentang Rahn; 2 Fatwa DSN-MUI No: 26DSNMUIIII2002 tentang Rahn Emas; 3 Fatwa DSN-MUI No: 09DSNMUIIV2000 tentang Pembiayaan Ijarah; 4 Fatwa DSN-MUI No: 10DSNMUIIV2000 tentang Wakalah; dan 5 Fatwa DSN-MUI No: 43DSNMUIVIII2004 tentang Ganti Rugi.

3. Rukun Rahn

Dalam menjalankan pegadaian syariah, pegadaian harus memennuhi rukun gadai syariah. Rukun rahn tersebut antara lain: 26 a. Aqid, adalah piihak-pihak yang melakukan perjanjian shigat. Aqid terdiri dari dua pihak yaitu: pertama, rahin yang menggadaikan yaitu orang yang 25 Ibid, hlm. 8 26 Fathurrahman Djamil, Op.Cit, hlm. 234