Rikha Sarah : Pemeriksaan Ketersediaan Hayati Dari Tablet Ibuprofen Pada Hewan Kelinci, 2009.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kurva Absorbsi Ibuprofen dalam Plasma
Panjang gelombang serapan maksimum larutan ibuprofen dalam plasma diperoleh melalui grafik absorbsi vs panjang gelombang yang merupakan hasil
pengukuran 100 mcgml larutan ibuprofen dalam plasma pada panjang gelombang 200-400 nm yang dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:
Gambar 4.1 Kurva absorpsi ibuprofen dalam plasma
Rikha Sarah : Pemeriksaan Ketersediaan Hayati Dari Tablet Ibuprofen Pada Hewan Kelinci, 2009.
Dari kurva absorpsi diketahui bahwa panjang gelombang maksimum Ibuprofen dalam plasma berada pada 230 nm. Hal ini berbeda dengan yang
tercantum pada Sultan, dkk 2005 dimana panjang gelombang maksimum ibuprofen menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik
sistem gradien dengan fase gerak amonium asetat pH 3,7 dan asetonitril adalah 227 nm. Ini kemungkinan terjadi karena adanya perbedaan metode pengukuran
yang digunakan. Selanjutnya pengukuran kalibrasi dan penentuan kadar dilakukan pada panjang gelombang tersebut.
4.2 Kurva Kalibrasi Ibuprofen dalam Plasma
Gambar kurva kalibrasi dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini:
y = 0.0025x + 0.0984 r = 0.9479
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7
50 100
150 200
250
Konsentrasi mcgml A
b s
o rb
a n
s i
Gambar 4.2 Kurva kalibrasi ibuprofen dalam plasma
Dari grafik absorbansi vs konsentrasi dari ibuprofen dalam plasma diperoleh harga persamaan regresi y = 0,0025 x + 0,0984 dan nilai r = 0,9479. Hal
ini terjadi karena pengukuran dilakukan dalam plasma yang memiliki komponen yang kompleks, sehingga nilai r tidak dapat mencapai korelasi linier yang
Rikha Sarah : Pemeriksaan Ketersediaan Hayati Dari Tablet Ibuprofen Pada Hewan Kelinci, 2009.
sempurna mendekati 1. Namun masih menunjukkan korelasi yang dapat diterima antara konsentrasi dan absorbansi karena r yang didapatkan adalah
0,9479 0,95 Shargel dan Yu, 2005.
4.3 Hasil Penentuan Kadar Ibuprofen dalam Plasma
Pengukuran tablet ibuprofen dalam plasma menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang 230 nm dapat dilihat pada
gambar 4.3 berikut ini:
50 100
150 200
250 300
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Waktu jam K
o n
sen tr
asi m
cg m
l
Ibuprofen Generik Ibuprofen Merek Dagang
Gambar 4.3 Kurva kadar Ibuprofen Generik dan Ibuprofen Merek Dagang
Mean ± SEM
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pada 2 jam pertama sediaan ibuprofen generik dan ibuprofen merek dagang
memiliki pola absorbsi yang sama, dimana absorbsi mulai meningkat pada jam ke-0,5 dan mencapai puncak
pada jam ke-1, lalu menurun pada jam ke-2, namun pada sediaan generik kurva mulai meningkat kembali dan turun hingga jam ke-8. Pada sediaan ibuprofen
merek dagang kurva menurun dan kembali naik hingga mencapai puncaknya pada
Rikha Sarah : Pemeriksaan Ketersediaan Hayati Dari Tablet Ibuprofen Pada Hewan Kelinci, 2009.
jam ke-8. Menurut Anonim, 2006 pada manusia puncak plasma ibuprofen dicapai antara 1-2 jam. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena adanya
perbedaan pada bahan tambahan pada sampel yang digunakan. Pengaruh dari metode pengukuran yang digunakan juga memungkinkan terjadinya perbedaan.
Hal ini seperti yang disebutkan oleh Rohman 2007 penggunaan kromatografi cair kinerja tinggi akan memberikan hasil yang lebih baik karena kromatografi
cair kinerja tinggi merupakan metode yang memberikan sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi.
Hal ini juga mungkin terjadi karena adanya pengaruh dari sediaan itu sendiri dimana ibuprofen adalah suatu campuran rasemik, yaitu suatu campuran
yang mengandung sepasang enantiomer dalam jumlah sama, yaitu enantiomer R dan enantiomer S Melissa dan Tanujaya, 2009.
Ibuprofen memiliki struktur molekuler yang relatif sederhana, tanpa adanya kelompok ester atau amida yang terhidrolisa. Namun metabolisme lintas
pertama hampir bisa dipastikan merubah zat ini menjadi teroksigenasi. Penelitian- penelitian awal mengenai metabolisme ibuprofen mengungkapkan bahwa terdapat
dua metabolit utama yaitu hidroksilbuprofen dan karboksilbuprofen. Ibuprofen memiliki proses metabolik unik yang disebut inversi kiral. Pada proses ini,
enantiomer R yang sebagian besar tidak aktif dikonversikan secara enzimatis menjadi bentuk enantiomer S yang aktif dengan cara yang searah. Rute
metabolisme ini meningkatkan beberapa pertimbangan menarik, tidak hanya mengenai analisa dan penafsiran data farmakokinetik, tetapi juga hubungan antara
konsentrasi plasma dan aktivitas farmakologis atau efek samping Rainsford,
Rikha Sarah : Pemeriksaan Ketersediaan Hayati Dari Tablet Ibuprofen Pada Hewan Kelinci, 2009.
2005. Namun secara statistik kurva kadar ibuprofen generik dan ibuprofen merek dagang tidak berbeda.
4.4 Penentuan Ketersediaan Hayati