Universitas Sumatera Utara
menstruasi pertama dan berlangsung sebelum atau sesudah menstruasi selama 2-3 hari.
b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder pada umumnya terjadi akibat dari kelainan struktural serviks atau uterus, benda asing seperti alat kontrasepsi dalam rahim IUD,
endometriosis atau endometritis. Endometriosis merupakan suatu kondisi dimana implantasi jaringan endometrium ditemukan pada lokasi ektopik dalam rongga
peritonium Hamilton, 2009. Menurut Prawihardjo 2011, dismenore sekunder adalah nyeri haid yang
berhubungan dengan berbagai keadaan patologis di organ genitalia, misalnya endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang
panggul, perlekatan panggul atau irritable bowel syndrome.
2.1.7. Manifestasi Klinis Dismenore
Gejala dismenore primer biasanya dimulai 6-12 bulan setelah menarche, pada saat ovulasi mulai terjadi. Nyeri digambarkan sebagai nyeri kram, rasa tidak
nyaman pada abdomen bagian bawah, yang mulai beberapa jam setelah menstruasi. Nyeri biasanya berlangsung selama 1 atau 2 hari. Gejala yang
menyertainya berupa sakit kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri punggung Corwin, 2009.
Gejala dismenore sekunder cenderung terjadi tidak berhubungan dengan menarche. Penyebab yang sering terjadi adalah endometriosis.
Selain itu, dapat juga disebabkan oleh infeksi pelvis, kehamilan intrauteri atau ekstrauteri, dan
pemakaian IUD. Gejala khas dari dismenore sekunder adalah nyeri hebat saat menstruasi, lokasi spesifiknya tergantung pada tempat implantasi August, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Perbedaan gambaran klinis dismenorea primer dan sekunder
Dismenorea primer Dismenorea sekunder
Onset singkat setelah menarche Onset dapat terjadi kapan saja setelah
menarche Nyeri kram di perut bawah atau pelvis
dengan awal keluarnya darah selama 8-72 jam
Waktu dari
nyeri berubah-ubah
sepanjang siklus menstruasi Pola nyeri sama setiap siklus
Memburuk setiap
waktu, dapat
unilateral, dapat memburuk pada waktu berkemih
Nyeri pada paha dan pinggang, sakit kepala, diare, mual dan muntah dapat
dijumpai Dijumpai
gejala ginekologi:
dispareunia dan menorragia Tidak dijumpai kelainan patologis
pelvis Dijumpai
abnormalitas pelvis
patologis Sumber: Diagnosis and management of dysmenorrhea Proctor dan Farquhar,
2006
2.1.8. Penegakan Diagnosa Dismenore
Menurut Calis 2013, anamnese yang perlu ditanyakan kepada pasien dengan keluhan dismenore adalah sebagai berikut :
a. Usia menarche. b. Frekuensi menstruasi tiap bulan, durasi menstruasi, banyak darah yang
keluar. c. Onset, durasi, ciri khas, dan derajat nyeri yang dirasakan.
d. Adanya faktor eksternal yang menyebabkan nyeri e. Pengaruh terhadap aktivitas sehari-hari.
f. Adanya riwayat keluarga.
Selain anamnese, perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap, terutama untuk dewasa muda yang baru menstruasi. Pemeriksaan dapat berupa
Calis, 2013 : a. Inspeksi pada genitalia eksterna, untuk melihat apakah ada rash,
pembengkakan dan perubahan warna kulit.
Universitas Sumatera Utara
b. Inspeksi apakah ada vaginal discharge, darah ataupun benda asing. c. Inspeksi pada serviks, apakah ada massa atau benda asing.
d. Pemeriksaan palpasi bimanual, apakah ada nyeri tekan atau adanya massa pada pelvik.
Pada kebanyakan pasien dengan nyeri menstruasi, terapi empiris diberikan dengan presumpsi diagnosis dismenore primer, berdasarkan riwayat adanya nyeri
pelvik anterior bagian bawah yang dimulai pada masa remaja dan berhubungan secara spesifik dengan periode menstruasi. Riwayat yang inkonsisten dan atau
adanya penemuan massa di pelvik pada pemeriksaan fisik, keluarnya cairan vagina yang abnormal, atau kaku pelvik yang tidak terbatas pada periode
menstruasi mengarahkan diagnosis kepada dismenore sekunder French, 2005.
2.1.9. Tatalaksana Dismenore 2.1.9.1.Tatalaksana Non-Farmakologi