Tatalaksana Dismenore 1.Tatalaksana Non-Farmakologi

Universitas Sumatera Utara b. Inspeksi apakah ada vaginal discharge, darah ataupun benda asing. c. Inspeksi pada serviks, apakah ada massa atau benda asing. d. Pemeriksaan palpasi bimanual, apakah ada nyeri tekan atau adanya massa pada pelvik. Pada kebanyakan pasien dengan nyeri menstruasi, terapi empiris diberikan dengan presumpsi diagnosis dismenore primer, berdasarkan riwayat adanya nyeri pelvik anterior bagian bawah yang dimulai pada masa remaja dan berhubungan secara spesifik dengan periode menstruasi. Riwayat yang inkonsisten dan atau adanya penemuan massa di pelvik pada pemeriksaan fisik, keluarnya cairan vagina yang abnormal, atau kaku pelvik yang tidak terbatas pada periode menstruasi mengarahkan diagnosis kepada dismenore sekunder French, 2005. 2.1.9. Tatalaksana Dismenore 2.1.9.1.Tatalaksana Non-Farmakologi Penanganan nyeri menstruasi non obat menurut Wylio 2011 adalah : a. Tempelkan bantal pemanas ke perut bagian bawah di bawah pusar. Jika tidak memiliki bantal pemanas, penderita dapat memasukkan air panas ke dalam botol dan membungkus botol tersebut dengan kain sebelum menempelkan ke perut. Pendapat senada dikemukakan Hembing 2011 bahwa untuk mengurangi nyeri menstruasi dapat dilakukan dengan kompres hangat bagian perut yang terasa nyeri dengan handuk kecil. Jika ingin panas lebih lama, penderita dapat menggunakan botol atau hot water bag yang telah diisi air panas dan diletakkan di bagian perut bawah atau pinggang. Rasa hangat yang diberikan akan menstimulus untuk merasa jauh lebih nyaman. b. Letakkan kaki lebih tinggi dari jantung dan perut saat anda berbaring, atau berbaring miring dengan lutut menekuk. Berbaring telentang sambil mengganjal bagian bawah lutut dengan bantal adalah cara yang tepat untuk merelaksasi perut. Tarik napas panjang dan hembuskan dengan Universitas Sumatera Utara perlahan. Minum minuman hangat juga dapat digunakan untuk meminimalkan sensasi nyeri yang dirasakan Hembing, 2011. c. Pijatlah perut bagian bawah dengan pijatan melingkar yang ringan. Cara lain untuk mengurangi nyeri menstruasi adalah dengan pijat dengan lembut daerah perut secara perlahan. Pijatan-pijatan kecil akan melonggarkan sedikit ketegangan otot yang ditimbulkan dari reaksi hormonal dalam rahim Hembing, 2011. d. Minumlah minuman yang hangat. e. Bila penderita merasa mual sehingga selera makannya terganggu, penderita dapat mengganti makan besar dengan makanan ringan yang lebih sering. f. Pilih diet kaya karbohidrat kompleks seperti biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran yang rendah garam, gula, dan tanpa kafein. g. Perbanyak asupan vitamin B6, kalsium dan magnesium. h. Mandi dengan air hangat. i. Turunkan berat badan jika penderita kelebihan berat badan. j. Berolahraga dapat mengurangi nyeri menstruasi. Olahraga ringan seperti senam, jalan kaki, atau bersepeda yang dilakukan sebelum dan saat menstruasi sangat penting dilakukan untuk melancarkan aliran darah pada otot di sekitar rahim Okparasta, 2003. 2.1.9.2.Tatalaksana Farmakologi Beberapa obat yang dapat digunakan untuk menangani dismenore adalah: a. Obat antiinflamasi nonsteroid NSAID NSAID adalah terapi awal yang sering digunakan untuk dismenore. NSAID mempunyai efek analgetika yang secara langsung menghambat sintesis prostaglandin dan menekan jumlah darah haid yang keluar Prawihardjo, 2011. Seperti diketahui sintesis prostaglandin diatur oleh dua isoform siklooksigenase COX yang berbeda, yaitu COX-1 dan COX-2. Sebagian besar NSAID bekerja menghambat COX-2 Lethaby, 2007. Universitas Sumatera Utara b. Pil Kontrasepsi Kombinasi Bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan pertumbuhan jaringan endometrium sehingga mengurangi jumlah darah haid dan sekresi prostaglandin serta kram uterus. Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi sangat efektif untuk mengatasi dismenore dan sekaligus akan membuat siklus haid teratur. Progestin dapat juga dipakai untuk pengobatan dismenore, misalnya medroksi progesteron asetat MPA 5 mg atau didrogestron 2x10 mg mulai haid hari ke-5 sampai 25. Bila penggunaan obat tersebut gagal mengatasi nyeri haid sebaiknya dipertimbangkan untuk mencari penyebab dismenore sekunder Prawihardjo, 2011. c. Gonadotropin-Releasing Hormone Agonists dan Androgen Efek penurunan estrogen yang dimilik obat ini menyebabkan atrofi dari endometrium dan penurunan kadar prostaglandin Schorge, 2008. 2.2.Menstruasi 2.2.1. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi Ganong, 2003. Menstruasi ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan deskuamasi endometrium Prawirohardjo, 2007. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh perempuan yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini bisa terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause Fitria, 2007. Universitas Sumatera Utara 2.2.2. Fisiologi Menstruasi Haid normal merupakan hasil akhir suatu siklus ovulasi. Siklus ovulasi diawali dari pertumbuhan beberapa folikel antral pada awal siklus, diikuti ovulasi dari satu folikel dominan, yang terjadi pada pertengahan siklus. Kurang lebih lebih 14 hari pascaovulasi, bila tidak terjadi pembuahan akan diikuti dengan haid Sherwood, 2011. Gonadotropin-releasing hormone GnRH yang disekresi hipotalamus mengontrol siklus baik pada ovarium dan uterus. GnRH merangsang dilepaskannya follicle-stimulating hormone FSH dan luteinizing hormone LH oleh pituitari anterior. FSH berperan dalam pertumbuhan folikel, sedangkan LH berperan dalam perkembangan dari folikel tersebut. FSH dan LH menstimulasi folikel-folikel untuk mensekresikan estrogen. Selain itu, LH juga berperan untuk merangsang theca cells dari suatu folikel yang sedang berkembang untuk mensekresi androgen. Androgen yang dihasilkan ini nantinya akan dikonversi menjadi estrogen karena adanya pengaruh dari FSH. LH akan memicu terjadinya ovulasi dan pembentukan corpus luteum, corpus luteum akan menghasilkan estrogen, progesterone, relaxin dan inhibin. Estrogen yang disekresi oleh folikel memiliki beberapa fungsi yang penting : 1 Perkembangan dari struktur reproduksi wanita dan karakteristik seks sekunder. 2 Meningkatkan anabolisme protein, termasuk pertumbuhan tulang bekerja bersama dengan Growth Hormone. 3 Menurunkan level kolesterol darah. 4 Inhibisi pelepasan GnRH oleh hipotalamus dan sekresi LH serta FSH oleh pituitari anterior. Progesteron, disekresi oleh sel yang terdapat pada corpus luteum, bersama dengan estrogen untuk mempertahankan endometrium agar dapat terjadi implantasi jika terjadi pembuahan dan mempersiapkan kelenjar mamae untuk sekresi air susu. Relaksin diproduksi untuk menginhibisi kontraksi uterus yang berlebihan. Sedangkan, Inhibin disekresi oleh sel granulosa dan juga oleh corpus Universitas Sumatera Utara luteum setelah ovulasi, fungsinya untuk mencegah sekresi FSH dan mengurangi kadar LH Tortora Derrickson, 2011. Siklus haid pada wanita umumnya antara 24-36 hari. Fase-fasenya terbagi empat antara lain Tortora Derrickson, 2011: 1 Fase menstrual Fase ini terjadi pada 5 hari pertama dari suatu siklus. Pada ovarium, fase ini adalah fase ketika terjadi perkembangan folikel primordial menjadi folikel sekunder sedangkan di uterus terjadi peluruhan 50-150 ml yang berupa darah, jaringan serta mukus. Peluruhan ini terjadi karena penurunan kadar progesteron dan estrogen yang memicu sekresi prostaglandin sehingga menyebabkan arteriol uterus menjadi vasokonstriksi. 2 Fase pre-ovulatori Fase pre-ovulatori merupakan waktu antara hari terakhir menstruasi dengan ovulasi. Fase ini terjadi pada hari ke-6 hingga hari ke-13. Di ovarium, folikel sekunder mulai mensekresikan estrogen dan inhibin. Pada hari ke-6, folikel sekunder akan menyebabkan folikel lainnya menjadi folikel dominan. Sedangkan pada uterus, estrogen yang dibebaskan ke dalam darah oleh folikel ovarium menstimulasi regenerasi dari endometrium sehingga ketebalan endometrium menjadi lebih kurang 4 - 10 mm. Fase preovulatori juga disebut juga fase proliferatif karena endometrium sedang berproliferasi. 3 Fase ovulasi Fase ini merupakan fase rupturnya folikel matur graafian dan dilepaskannya oosit sekunder ke rongga pelvik, pada umumnya terjadi pada hari ke-14. 4 Fase post-ovulatori Fase post ovulatori terjadi antara ovulasi dengan onset dari menstruasi berikutnya. Fase ini terjadi pada hari ke-15 sampai hari ke- 28. Di ovarium, folikel matur mengalami degenerasi menjadi corpus hemorrhagicum. Sel Theca internal dengan sel granulosa akan Universitas Sumatera Utara ditransformasi menjadi corpus luteum karena pengaruh LH. Fase ini disebut juga dengan fase luteal. Pada uterus, progesteron dan esterogen yang dihasilkan oleh corpus luteum menyebabkan perkembangan kelenjar endometrial, vaskularisasi dari endometrium dan penebalan endometrium. Fase ini disebut juga dengan fase sekretori. Apabila tidak terjadi fertilisasi, maka kadar hormon akan turun karena degenerasi corpus luteum.

2.2.3. Usia Menarche

Dokumen yang terkait

Hubungan Usia Menarche, Lama Menstruasi, dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dismenore pada Siswi SMK Negeri 8 Medan Tahun 2015

2 24 66

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Usia Menarche, Lama Menstruasi Dan Riwayat Keluarga Dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi Di SMP N 2 Kartasura Kabupaten S

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Usia Menarche, Lama Menstruasi Dan Riwayat Keluarga Dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi Di SMP N 2 Kartasura Kabupaten

0 2 12

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Usia Menarche, Lama Menstruasi Dan Riwayat Keluarga Dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi Di SMP N 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 7

Hubungan Usia Menarche, Menstruasi, dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dismenore pada Siswi SMK Negeri 8 Medan Tahun 2015

0 0 13

Hubungan Usia Menarche, Menstruasi, dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dismenore pada Siswi SMK Negeri 8 Medan Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Usia Menarche, Menstruasi, dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dismenore pada Siswi SMK Negeri 8 Medan Tahun 2015

0 0 4

Hubungan Usia Menarche, Menstruasi, dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dismenore pada Siswi SMK Negeri 8 Medan Tahun 2015

0 2 15

Hubungan Usia Menarche, Menstruasi, dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dismenore pada Siswi SMK Negeri 8 Medan Tahun 2015

0 1 5

Hubungan Usia Menarche, Menstruasi, dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dismenore pada Siswi SMK Negeri 8 Medan Tahun 2015

0 0 12