Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Definisi Konsep

9 Adanya pemaparan persoalaan penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang masalah yang ada telah diuraikan dengan mengangkat judul “Protes Sosial di Perkotaan Studi Tentang Kebijakan Satu Arah Masa Pemerintahan Walikota Di Kota Malang”. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana kemunculan, perkembangan dan hasil – hasil yang dicapai dari hasil protes sosial tentang kebijakan jalan satu arah di Kota Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa bagaimana kemunculan perkembangan dan hasil – hasil yang diperoleh oleh dari protes sosial tentang kebijakan jalan satu arah di Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas maka manfaat penelitian adalah : 1. Manfaat Teoritis Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan khususnya kajian – kajian Sosiologi yang berhubungan dengan masyarakat perkotaan, khususnya dalam mengatur kebijakan yang diberlakukan di perkotaan. 2. Manfaat Praktis a. Pihak pemerintah, agar menjadikan penelitian ini rujukan atau gambaran kepada pemerintah kota dalam mengambil suatu kebijakan 10 b. Akademis, menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya dalam pembahasan masalah perkotaan yang mengangkut judul.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Protes Sosial Istilah protes menurut Poerwadarminta, mengandung pengertian sebagai pernyataan tak menyetujui, menyanggah, menyangkal, menolak, dan lain-lain.Protes dapat dilakukan secara induvidual atau kolektif dalam berbagai bentuk, misalnya aksi unjuk rasa, pembangkangan, penolakan membayar pajak, mogok kerja, petisi, dan lain-lain 5 . Menurut Lofland yang mengumpulkan istilah protes dari berbagai kamus, kata protes itu adalah kata benda dan kata kerja yang mengandung pengertian; pernyataan pendapat secara beramai-ramai dan biasanya berupa pembangkangan; keluhan, keberatan, atau ungkapan keengganan terhadap suatu gagasan atau tindakan; ekspresi penolakan secara lugas; deklarasi oleh pihak tertentu sebelum atau saat membayar pajak atau melaksanakan kewajiban yang dibebankan kepadanya yang dianggap ilegal, pengingkaran terhadap tuntutan yang dibebankan dan menuntut hak untuk melakukan klaim guna menunjukkan bahwa tindakannya tidak dilakukan secara sukarela; menyatakan sesuatu hal secara terbuka dimuka umum; 5 Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia Poerwadarminta, Jakarta: penerbit Pusat Bahasa dan Sastra Indonesia, 1976,776. http. www.google.com. Diakses tanggal 15 Februari 2016. 11 melakukan deklarasi penolakan tertulis secara formal; bersumpah; berjanji untuk melakukan penolakan secara beramai-ramai; mendudukan masalah pada proporsinya 6 . Perkembangannya kata protes itu kemudian diboboti dengan konsep, sehingga kata protes ini memiliki persamaaan dengan tindakan kolektif, sebab orang-orang atau kumpulan orang yang melakukan aksi protes itu bertindak secara kolektif dengan mengusung tujuan tertentu.Sebagaimana dikemukakan Tilly bahwa konsep protes itu memiliki persamaannya dengan konsep aksi kolektif kumpulan bertujuan. Meskipun Tilly mengakui adanya persamaan antara konsep protes dan tindakan kolektif 7 . Namun, ia menolak menggunakan konsep protes tersebut dikarenakan dua hal: Pertama, kata “protes” dan “pemberontakan,” “kekacauan,” “gangguan” atau istilah sejenisnya dari sudut pandang penguasa tampak mencerminkan adanya niat dan posisi politik si pelaku. kedua, melihat protes hampir indentik dengan kata-kata “kejahatan dan “kerusuhan” sebagai cara untuk menggambarkan perilaku kolektif berupa kekerasan massal, penjarahan dan kekacauan 8 . 6 Jhon Lofland, Protes: Suatu Studi Tentang Perilaku Kelompok dan Gerakan Sosial, terjemahan Luthfi Ashari, Yogyakarta:INSIST Press, 2003, hlm. 67 7 Louise A Tilly, dan Charles Tilly eds, Class Conflict and Collection Action. Baverly Hills: Sage. 1981 https:www.google.com Diakses Tanggal 12 januari 2014. Jam 11.10. Wib. 8 Jhon Lofland, Protes: Suatu Studi Tentang Perilaku Kelompok dan Gerakan Sosial, terjemahan Luthfi Ashari, Yogyakarta:INSIST Press, 2003, hlm. 88 12 Protes dalam konteks perilaku kolektif tersebut mencerminkan bahwa kehidupan sosial tidak selamanya berjalan sesuai dengan norma-norma sosial serta peraturan-peraturan institusional yang ada.Hal ini tercermin dalam berbagai bentuk protes yang dilakukan anggota masyarakat secara kolektif, seperti unjuk rasa atau demonstrasi. Terlebih lagi norma, peraturan dan hukum itu datang dari pemerintahan yang otoriter, dan hal tersebut hanya menguntungkan penguasa dari pada masyarakat. Dalam arti, norma, peraturan dan hukum dirancang untuk mendukung atau melanggengkan kekuasaan, sehingga ruang kebebasan masyarakat terasa dibatasi. Tentu saja kondisi ini, cepat atau lambat, akan muncul ketidakpuasan secara kolektif dalam bentuk protes 1.5.2. Kota Secara umum kota adalah tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintah dan lain-lain. Dengan kata lain, Kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya umat manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban yang lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan, karena masyarakat kota merupakan suatu kelompok teritorial di mana penduduknya menyelenggarakan kegiatan- kegiatan hidup sepenuhnya, dan juga merupakan suatu kelompok terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah tertentu dan memiliki derajat interkomuniti yang tinggi. 13 Dari segi perancangan, Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri 9 . 1.5.3. Kelurahan Menurut pasal 1 : 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 tahun 2005 mengemukakan bahwa Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat kerja KabupatenKota dalam wilayah kerja Kecamatan. Dalam kamus bahasa Indonesia yang dikemukakan oleh Poerwadaraminta 1998:615 mendefinisikan bahwa Kelurahan adalah daerah kantor,rumah Lurah. Kelurahan sebagai kesatuan wilayah terkecil didalam wilayah Kecamatan didaerah KabupatenKota, dapat berfungsi sebaga unit kerja pelayanan pada masyarakat berdasarkan pelimpahan sebagian kewenangan dari Camat kepada Lurah. Sehingga dalam tugas pokok dan fungsinya, pemerintah kelurahan menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat dalam ruang lingkup kelurahan sesuai batas-batas kewenangan yang dilimpahkan Camat. 1.5.4. Kebijakan Pemerintah dalam peningkatan pelayanan publik terdapat beberapa kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal ini biasa juga disebut sebagai 9 http:ahluldesigners.blogspot.nl201205normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html 14 kebijaksanaan. Kebijaksanaan Menurut Amara Raksasataya, adalah sebagai suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Islamy,op cit; h-17 Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Dr. SP. Siagian, MPA dalam proses pengolahan Pembangunan Nasional, bahwa : “Kebijaksanaan adalah serangkaian keputusan yang sifatya mendasar untuk dipergunaan sebagai landasan bertindak dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sebelumnya”. Siagian, op cit ., h.49 Kesimpulannya, Kebijakankebijaksanaan adalah suatu rangkaian keputusan yang telah di tetapkan dengan cara yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelum kebijakan tersebut diambil. Secara garis besar ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan, yaitu : 1. Adanya pengaruh tekanan dari luar 2. Adanya pengaruh kebiasaan lama konservatisme 3. Adanya pengaruh sifat pribadi 4. Adanya pengaruh dari kelompok luar 5. Adanya pengaruh keadaan masa lalu. Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi dalam pembuatan kebijaksanaan, yaitu : 1. Sulitnya memperoleh informasi yang cukup 2. Bukti-bukti sulit disimpulkan 15 3. Adanya berbagai macam kepentingan yang berbeda mempengaruhi pilihan tindakan yang berbeda-beda pula 4. Dampak kebijaksanaan sulit dikenali 5. Umpan balik kepututusan bersifat sporadic 6. Proses perumusan kebijkasanaan tidak mengerti dengan benar 10 .

1.6 Metode Penelitian