Respons Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq.) Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun terhadap Pemupukan Kalsium.

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMANKELAPA SAWIT
(Elaeis guineensisJacq.) BELUMMENGHASILKAN UMUR
DUA TAHUN TERHADAP PEMUPUKAN KALSIUM

LARASATI DENA MARDHIKA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respons Pertumbuhan
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq.) BelumMenghasilkan Umur Dua
Tahun terhadap Pemupukan Kalsium adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor

Bogor, Agustus 2015

Larasati Dena Mardhika
NIM A24110124

ABSTRAK
LARASATI DENA MARDHIKA. Respons Pertumbuhan Tanaman Kelapa
Sawit (Elaeis guineensisJacq.) Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun terhadap
Pemupukan Kalsium. Dibimbing oleh SUDRADJAT
Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang dapat berproduksi secara
ekonomis sampai dengan umur 25–30 tahun sehingga diperlukan pemeliharaan
pertumbuhan vegetatif untuk menunjang produksi.Pemupukan akan memperbaiki
kesuburan tanah melalui penyediaan unsur hara. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mempelajari respons pertumbuhan vegetatif TBM-2 kelapa sawit terhadap
pemberian pupuk kalsium (Ca). Penelitian dilaksanakan pada Maret 2014 sampai
dengan Februari 2015 di Kebun Percobaan dan Penelitian IPB-Cargill, Kecamatan
Jonggol, Bogor. Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak

(RKLT) satu faktor yaitu dosis pemupukan Ca dengan 4 taraf perlakuan yakni: 1)
tanpa Ca (Ca0) sebagai kontrol, 2) Ca 600 g tanaman-1 (Ca1), 3) Ca 1 200 g
tanaman-1 (Ca2), dan 4) Ca 2 400 g tanaman-1 (Ca3). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kalsium meningkatkan laju pertumbuhan tinggi tanaman,
namun tidak berpengaruh terhadap lingkar batang, jumlah pelepah tumbuh,
panjang pelepah daun kesembilan, luas daun, serta peubah fisiologi.
Kata kunci: fisiologi,ketersediaan hara tanah, laju pertumbuhan

ABSTRACT
LARASATI DENA MARDHIKA. Influence of Calcium Fertilizer
Application on Growth of Two-year-old Immature Oil Palm(Elaeis
guineensisJacq.) Supervised by SUDRADJAT.
Oil palm is an annual plant which can produce Fresh Fruit Bunch (FFB)
economically up to age 25years, it does necessary to maintenance vegetative
growth to support generative phase. Fertilizing will improve soil fertility by
provides essential nutrients. The objective of this experiment was to study
response of Ca fertilizer of immature oil palm in age two year. The experiment
was conducted from March 2014 to February 2015 at IPB-Cargill Teaching Farm
of Oil Palm, Jonggol, Bogor, West Java, Indonesia. The experiment was arranged
in randomized complete block design with one factor and replicated three times.

The treatments were four rates of fertilizer as followed: without Ca as a control
(Ca0), 600 g Ca plant-1 (Ca1), 1 200 g Ca plant-1 (Ca2), 2 400 g Ca plant-1 (Ca3).
The results showed that application of Ca fertilizer increased the growth rate of
plant height, but not had significant affect on stem girth, fronds production,frond
length, leaf area, and physiological parameters.
Keywords: growth rate, physiology, soil nutrient availibility

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMANKELAPA SAWIT
(Elaeis guineensisJacq.) BELUMMENGHASILKAN UMUR
DUA TAHUN TERHADAP PEMUPUKAN KALSIUM

LARASATI DENA MARDHIKA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta
alam atas segala rahmat-Nya sehingga karya ilmiahini berhasil diselesaikan.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Sudradjat, MS selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan karya
ilmiah ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Slamet
Susanto, MSc selaku dosen pembimbing akademik serta kepada Bapak Dr. Ir.
Supijatno, MSi. dan Bapak Dr. Herdhata Agusta selaku dosen penguji dalam ujian
skripsi. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Ni Made Armini
Wiendi, MSc. atas waktu, optimisme, serta bimbingannya selama ini serta kepada
Bapak/Ibu seluruh jajaran dosen dan staf pengajar di Departemen Agronomi dan
Hortikultura. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Mohammad
Djoni selaku manager kebun beserta seluruh staf Kebun Percobaan dan Penelitian
Kelapa Sawit IPB-Cargill, Jonggol.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Basuki Widodo Wahyuni
Sambodo, Ibunda Corryanti Tri Wahyu Ningsih, dan Sabitta Tara Archyanti atas
doa dan seluruh bentuk dukungannya. Terima kasih penulis sampaikan kepada
rekan-rekan, Mentari Amanda Putri, Faradila Median Rini, Laras Rasyadani Hassri,
Geubrina Maghfirah, Renaya Azima Sani, Bimo Hariokusumo, serta Albertus
Setya Prihantara.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya bidang pemupukan pada kelapa sawit.

Bogor, Agustus 2015

Larasati Dena Mardhika

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan

TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Perakaran Kelapa Sawit
Unsur Kalsium
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat Penelitian
Prosedur Percobaan
Pemberian pupuk dasar
Pemberian perlakuan
Pengamatantanggap morfologi
Luas daun
Pengamatan tanggap fisiologi
Analisis kandungan hara tanah
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Respons Peubah Morfologi
Tinggi tanaman
Lingkar batang

Jumlah pelepah dan panjang pelepah daun kesembilan
Luas daun pelepah kesembilan
Laju pertumbuhan
Respons Peubah Fisiologi
Kandungan klorofil
Kandungan hara jaringan
Kandungan hara tanah
SIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2
2

2
2
3
3
3
4
4
4
4
4
5
5
5
5
6
6
6
6
8
8

10
11
12
12
14
14
16
16
17
19
24

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

8
9
10

Kondisi beberapa unsur iklimselama penelitian berlangsung (Maret
2014–Februari2015)
Tinggi TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf pemupukan kalsium
Lingkar batang TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf pemupukan
kalsium
Jumlah pelepah kumulatif TBM-2 kelapa sawit padaberbagai
tarafpemupukan kalsium
Panjang pelepah kesembilan TBM-2 kelapa sawit pada berbagai
tarafpemupukan unsur kalsium
Luas daun pelepah kesembilan TBM-2 kelapa sawit pada berbagai
tarafpemupukan unsur kalsium
Laju pertumbuhan tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah
pelepah,panjangpelepah kesembilan, dan luas daun TBM-2 kelapa sawit
Kandungan klorofil TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf
pemupukanunsur kalsium
Rata-rata kandungan hara jaringan daun pada berbagai taraf

pemupukanunsur kalsium
Rata-rata kandungan hara tanah setiap perlakuan pemupukan unsur
kalsium

7
7
8
9
10
11
12
13
14
15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Tinggi tanaman pada 15, 18, 21, 24, dan 26 BST
Lingkar batang pada 15, 18, 21, 24, dan 26 BST
Jumlah pelepah pada 15, 18, 21, 24, dan 26 BST
Panjang pelepah kesembilan 15, 18, 21, 24, dan 26 BST

9
9
10
10

5

Luas daun pelepah kesembilan pada 15, 18, 21, 24, dan 26 BST

12

6
7

Kandungan klorofil daun pada 19, 23, dan 26 BST
Rata-rata laju pertumbuhan tinggi

12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Rekapitulasi hasil penelitian peubah tanggap morfologi
Pertumbuhan tinggi TBM-2 kelapa sawit pada berbagai
tarafpemupukan unsur Ca
Pertumbuhan lingkar batang TBM-2 kelapa sawit padaberbagai taraf
pemupukan unsur Ca
Jumlah pelepah kumulatif TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf
pemupukan unsur Ca
Panjang pelepah kesembilan tinggi TBM-2 kelapa sawit padaberbagai
taraf pemupukan unsur Ca
Luas daun TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf pemupukan unsur
Ca
Kriteria sifat kimia tanah
Kriteria konsentrasi beberapa unsur hara pada daun kelapa sawit

19
20
20
21
21
22
22
23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia berdasarkan pengusahaannya terdiri
atas perkebunan rakyat, negara, dan swasta.Luas areal perkebunan kelapa sawit di
Indonesia pada tahun 2009 adalah perkebunan rakyat seluas 3 061 413 ha,
perkebunan negara seluas 630 512 ha, dan perkebunan swasta seluas 4 181 369 ha.
Areal tersebut terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2013 perkebunan
rakyat mencapai luas 4 356087ha, perkebunan negara seluas 727767 ha, dan
perkebunan swasta seluas 5 381166 ha (Ditjenbun 2014).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah dengan beragam karakteristik
(Koedadiri et al. 2007) namun demikian lahan potensial untuk budi daya kelapa
sawit dibatasi faktor lingkungan, sifat fisik, dan sifat kimia tanah (Pahan 2013).
Perkebunan kelapa sawit tersebar di 23 provinsi (Ditjenbun 2014) dengan tingkat
kesesuaian lahan yang beragam. Salah satu faktor penentu tingkat kesesuaian lahan
adalah sifat fisik dan kimia tanah.Faktor tersebut berperan menentukan kesuburan
tanah, yaitu adalah kondisi kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara
dalam jumlah cukup dan berimbang sehingga menunjang pertumbuhan dan
produksi tanaman sesuai potensinya (Munawar 2011).Kesuburan tanah dapat
diupayakan melalui pemupukan yang berperan dalam penyediaan unsur hara dan
ameliorasi tanah.Pemupukan di perkebunan kelapa sawit dilaksanakan berdasarkan
rekomendasi yang bersifat spesifik lokasi (Rahutomo dan Sutarta 2007).
Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang dapat berproduksi secara
ekonomis sampai dengan umur 25–30 tahun, untuk menunjang potensi tersebut
pemeliharaan pertumbuhan vegetatif penting dilakukan.Penelitian ini merupakan
penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Widodo (2014) dengan judul penelitian
Peranan Pupuk Kalsium pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)Belum
Menghasilkan Umur 1 Tahun (TBM 1).Penelitian dilakukan pada tanah dengan pH
4.2 yang dikategorikan sangat masam (Pusat Penelitian Tanah 2008).Perlakuan
pupuk kalsium (Ca) pada berbagai taraf pada TBM 1 menunjukkan respons tidak
nyata terhadap laju pertumbuhan dan fisiologi tanaman dan kandungan hara daun
kalsium pada kondisi kritis (Widodo 2014).
Pupuk kalsium umumnya digunakan untuk pengapuran pada tanah masam
untuk memperbaiki kesuburan tanah melalui penyediaan unsur hara makro dan
meningkatkan aktivitas mikroorganisme (Sarief 1985).Kalsium diperlukan
tanaman untuk pertumbuhan daun dan rambut akar beserta seluruh sistem
perakarannya (Millar 1955). Kalsium diserap melalui aliran massa (Tisdale et al.
1990) dan bersifat immobiledi dalam jaringan tanaman sehingga gejala defisiensi
dapat diidentifikasi pada jaringan meristematis yang aktif membelah atau pada
jaringan muda (Munawar 2011).
Penelitian lanjutan diperlukan dengan waktu yang lebih lama guna melihat
respons pupuk kalsium terhadap pertumbuhan vegetatif. Defisiensi kalsiumakan
menyebabkan pemendekan, penyempitan, dan nekrosis pada daun (Hartley 1977)
serta pertumbuhan memendek dan menebal pada akar (Munawar 2011). Gejala

2

defisiensi lainnya adalah penurunan kandungan karbohidrat pada batang dan akar
yang akan menghambat fungsi akar (Munawar 2011) sehingga menyebabkan
pertumbuhan abnormal buah dan jaringan penyimpanan (Tisdale et al. 1990 dan
Munawar 2011).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan respons pertumbuhan vegetatif
TBM-2 kelapa sawitterhadap pupuk kalsium.

TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam famili
Monocotyledonae, famili Arecaceae, dan subfamili Cocoideae (Pahan 2013) yang
berasal dari hutan hujan tropis Afrika Barat (PPIC 1999). Kelapa sawit dapat
tumbuh pada suhu 22–33 °C dan tumbuh optimal pada suhu 27 °C. Curah hujan
untuk pertumbuhan optimal berkisar pada 1 750–2 500 mm tahun-1 yang tersebar
merata namun dapat menoleransi curah hujan >3 000 mm tahun-1 (PPKS 2003).
Kelapa sawit sensitif terhadap drainase buruk dan kekeringan sehingga bulan
kering yang terjadi lebih dari 3 bulan berturut-turut merupakan faktor pembatas
berat dan akan menurunkan potensial hasil (PPKS 2003 dan PPIC 1999). Lama
penyinaran matahari optimal yang dibutuhkan selama 6 jam per hari dengan
kelembaban nisbi 80% serta dapat tumbuh pada ketinggian kurang dari 400 m di
atas permukaan laut (dpl) (PPKS 2003).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah dengan beragam karakteristik, seperti
histosol, andisol, entisol, inceptisol, dan ultisol (Koedadiri et al. 2007). Lahan
potensial untuk budi daya kelapa sawit dibatasi faktor lingkungan, sifat fisik, dan
sifat kimia tanah (Pahan 2013). Kondisi yang berbeda dari faktor-faktor tersebut
dirumuskan dalam tingkat kesesuaian lahan yang terdiri atas kriteria baik, kurang
baik, dan tidak baik. Kriteria tersebut terdiri atas penilaian kondisi lereng,
kedalaman solum tanah, ketinggian muka air tanah, tekstur, struktur, konsistensi,
permeabilitas, kemasaman tanah, dan ketebalan gambut (Pahan 2013). PPKS
(2003) menyatakan kedalaman efektif tanah yang ideal >1 m dan kemasaman
optimal tanah berkisar antara 5.0–6.0.
Perakaran Kelapa Sawit
Akar berperan dalam mendukung struktur batang, menyerap unsur hara dan
air, serta sebagai organ respirasi (Pahan 2013). Kemampuan akar menyediakan air
dan hara bergantung pada ketersediaan hara di dalam tanah, pelapukan bahan
organik, LCC (legume cover crop), dan pemupukan(Winarna et al. 2007). Kelapa
sawit memiliki perakaran tipe serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder,
tersier, dan kuartener. Diameter keempat akar tersebut secara berturut-turut adalah
5–10 mm, 1–4 mm, 0.5–1.5 mm, dan 0.2–0.5 mm. Akar primer tumbuh dari dasar

3

batang ke bawah tanah dan radial dengan percabangan berupa akar sekunder yang
tumbuh vertikal ke bawah serta ke atas menuju permukaan tanah. Akar sekunder
bercabang membentuk akar tersier yang bercabang kembali berupa akar kuartener.
Akar kuartener tidak terlignifikasi dan tidak dilengkapi dengan rambut akar
sehingga mendukung fungsi utamanya untuk menyerap unsur hara (Hartley 1979).
Kerapatan terbanyak akar ditemukan pada kedalaman tanah kurang dari 15–
30 cm pada radius 3.5–4.5 m dari pangkal batang (Hartley 1979). Kerapatan
perakaran kelapa sawit beradaptasi dengan konsentrasi unsur hara di tanah.
Konsentrasi yang tinggi menyebabkan kerapatan perakaran yang tinggi.
Pemupukan yang diaplikasikan pada piringan kelapa sawit menimbulkan
penurunan bertahap kepadatan akar seiring dengan bertambahnya jarak dari batang
(Marwanto et al. [tahun terbit tidak diketahui]).
Unsur Kalsium
Kalsium (Ca) di tanah berasal dari batuan induk pembentuk tanah. Mineral
sumber kalsium antara lain anortit (CaAl2Si2O8), kalsit (CaCO3), dolomit
[(Ca,Mg(CO3)2], dan gipsum (CaSO4·2H2O). Pupuk Ca umumnya digunakan
sebagai material penyedia unsur hara lainnya terutama fosfor (P) (Tisdale et al.
1990). Tanaman pada umumnya akan berproduksi dengan baik pada pH tanah
netral. Pengapuran pada tanah masam akan memperbaiki kesuburan tanah melalui
penyediaan unsur hara makro dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme (Sarief
1985). Kalsium diserap tanaman melalui aliran massa (Tisdale et al. 1990) yaitu
pergerakan unsur hara di dalam tanah menuju permukaan akar akibat transpirasi
tanaman (Munawar 2011). Kalsium diperlukan untuk pertumbuhan daun dan
rambut akar beserta seluruh sistem perakarannya (Millar 1955). Defisiensi akan
menyebabkan pemendekan, penyempitan, dan nekrosis pada daun (Hartley 1977)
serta pertumbuhan memendek dan menebal pada akar (Munawar 2011).
Respons tanaman jika terjadi defisiensi kalsium adalah menurunnya
kandungan karbohidrat pada batang dan akar yang akan menghambat fungsi akar
(Munawar 2011) sehingga menyebabkan pertumbuhan abnormal buah dan
jaringan penyimpanan (Tisdale et al. 1990 dan Munawar 2011).

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di blok IV, Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit
IPB, Kecamatan Jonggol, Bogor. Lokasi terletak pada ketinggian 209 m
dpl.Analisis jaringan daun dilaksanakan di laboratorium pascapanen Departemen
Agronomi dan Hortikultura dan analisis tanah dilaksanakan di laboratorium Balai
Penelitian Tanah.Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan
bulan Februari 2015.

4

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah TBM-2 varietas Tenera
Damimas, pupuk dasarterdiri atas urea (45% N), SP-36 (36% P2O5), dan KCl (60%
K2O), dan kaptan. Alat yang digunakan terdiri atas neraca digital, oven, dan
chlorophyll meter SPAD-502 merk Konica Minolta, alat pengukur curah hujan,
dan alat pengukur Relative humidity (RH).
Prosedur Percobaan
Pemberian pupuk dasar
Aplikasi pemupukan terdiri atas pemupukan saat pembuatan lubang tanam
(TBM-0), perlakuan pemupukan unsur Ca (TBM-1), dan pemupukan dasar (TBM2).Pemupukan saat TBM 0 berupa pemberian pupuk kandang 50 kg lubang tanam1
, dolomit 1 kg lubang tanam-1, dan rock phosphate 1 kg lubang tanam-1.
Pemupukan saat TBM-1 dan 2 dilaksanakan dengan cara ditebar di permukaan
tanah pada radius 1 m dari batang. Perlakuan pemupukan unsur Ca dilaksanakan
pada tanggal 30 Maret 2013 atau 3 bulan setelah tanam (BST) menggunakan
kaptan. Pemupukan dasar dilaksanakan dua kali yaitu pada 16 BST (April 2014)
dengan dosis urea 500 g pohon-1, SP-36 250 g pohon-1, KCl 350 g pohon-1, dan
kieserit 250 g pohon-1dan pada 24 BST (Desember 2014) dengan dosis urea 500 g
pohon-1, SP-36 250 g pohon-1, KCl 350 g pohon-1, dan kieserit 250 g pohon-1, dan
HGF-B 20 g pohon-1.
Pemberian perlakuan
Perlakuan kalsium terdiri atas empat taraf yakni dengan notasi: 1) tanpa
kalsium (Ca0) sebagai kontrol; 2) kalsium 6 000 g tanaman-1 (Ca1); 3) kalsium 1
200 g tanaman-1 (Ca2); dan 4) kalsium 2 400 g tanaman-1 (Ca3).
Pengamatantanggap morfologi
Pengamatan tanggap morfologi tanaman dilakukan pada 15–26 BST yaitu
pada bulan Maret 2014–Februari 2015, dilaksanakan satu kali setiap satu bulan
meliputi pengamatan:
a. tinggi tanaman, diukur dari pangkal pokok sampai ujung daun pertama,
b. diameter pangkal batang, dihitung dengan cara mengukur lingkar batang
pangkal sampai dengan pelepah terbawah.
c. jumlah pelepah,
d. panjang pelepah daun (rachis)kesembilan, diukur dari titik terdekat
pangkal pelepah atau petiole dengan batang,
e. panjang anak daun kesembilan, diukur pada anak daun di pangkal, tengah,
dan tepi rachis,
f. lebar anak daun, diukur pada anak daun di pangkal, tengah, dan tepi
rachis,
g. jumlah anak daun kesembilan.

5

Luas daun
Luas daun dihitung melalui pengolahan data rata-rata panjang dan lebar
pelepah daun kesembilan dan menggunakan rumus Hardon et al. (1969):

p
l
n
k

: panjang anak daun pelepah kesembilan
: lebar anak daun pelepah kesembilan
: jumlah anak daun pelepah kesembilan
: konstanta, untuk TBM senilai 0.57.
Pembagian dengan nilai 6 ditujukan untuk mendapatkan hasil rerata dari
pengamatan panjang, lebar, dan jumlah anak daun yang dilakukan sebanyak enam
kali pada pelepah kesembilan di setiap pohon amatan.

Pengamatan tanggap fisiologi
Pengamatan fisiologi terdiri atas dua peubah yaitu kandungan klorofil daun
dan analisis jaringan daun.Kandungan klorofil daun diukur menggunakan alat
bantu SPAD-502 merk Konica Minolta. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali
pada 19, 23, dan 26 BST (Juli dan November 2014 serta Februari 2015). Kadar
klorofil diketahui dengan menggunakan rumus (Farhana et al.2007) Y = 0.0007 ᵡ -

0.0059 dengan Y = kandungan klorofil dan ᵡ = hasil pengukuran menggunakan
SPAD-502.
Analisis jaringan daun dilakukan satu kali pada 27 BST (Maret 2015)
dengan mengambil contoh anak daun pelepah kesembilan sebanyak tiga kali untuk
setiap kombinasi perlakuan dan ulangan.Contoh anak daun dibersihkan,
dipisahkan dari tulang daunnya, dan dioven sebelum dianalisis kandungan haranya.
Analisis kandungan hara tanah
Pengambilan contoh tanah terganggu dilakukan pada 27 BST dengan
metode komposit pada perlakuan dan ulangan. Sampel tanah diambil pada
kedalaman 20 cm di bawah permukaan piringan dengan bobot 500 g. Analisis
meliputi unsur hara N, P, K, Ca, Mg. Contoh tanah dikeringudarakan, dihaluskan,
dan diayak menggunakan saringan.
Analisis Data
Penelitian dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak
(RKLT) satu faktor yaitu dosis pemupukan kalsium dengan empat taraf
perlakuan.Setiap taraf percobaan terdiri atas tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri
atas lima satuan amatan sehingga keseluruhan penelitian dilakukan menggunakan
60 satuan amatan. Kontur lahan di lokasi penelitian mengalami kemiringan,
sehingga pengelompokan ulangan dilakukan tegak lurus terhadap kemiringan
kontur. Model aditif linier yang digunakan adalah:
ij

i

j

ij

Yij
: nilai pengamatan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
µ : nilai tengah populasi
: pengaruh perlakuan ke-i
i

6

βj
:pengaruh kelompok ke-j
εij
: pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Data dianalisis dengan sidik ragam uji F pada taraf α = 5%. Perhitungan dan
analisis dilakukan menggunakan Microsoft Excel dan Minitab.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Total curah hujan (CH) pada bulan Maret 2014–Februari 2015 adalah 2
699 mm dengan rata-rata 224.9 mm bulan-1. CH terendah terjadi pada bulan
Oktober (5 mm) dan tertinggi pada bulan April (472 mm) yang sesuai dengan
jumlah hari hujan terendah pada bulan September dan Oktober sebanyak 1 hari
sedangkan jumlah hari hujan tertinggi pada bulan Januari sebanyak 18 hari.
Jumlah hari hujan selama penelitian sebanyak 127 hari. Suhu rata-rata 29.1 ˚C
dengan suhu terendah, 27.1 ˚C terjadi pada bulan Februari dan tertinggi, 31.1 ˚C
terjadi pada bulan Oktober. RH rata-rata 73.9% dengan RH terendah, 59.1%
terjadi pada bulan Oktober dan tertinggi, 81.3% terjadi pada bulan Maret. Bulan
basah (BB) terjadi sebanyak sembilan bulan, bulan lembab satu bulan pada
Agustus 2014, dan bulan kering (BK) sebanyak dua bulan pada September dan
Oktober 2014.
Hasil analisis terhadap beberapa sifat kimia pada sampel tanah awal yang
diperoleh dibandingkan dengan indikator (Pusat Penelitian Tanah 2008) sehingga
diperoleh pH senilai 4.2 yang tergolong sangat masam; N 0.13% yang tergolong
rendah; P tersedia 2.1 ppm yang tergolong sangat rendah; K 0.13 me 100 g-1 yang
tergolong rendah; Ca 7.66 me 100 g-1 yang tergolong sedang; dan Mg 1.88 me 100
g-1 yang tergolong sedang. Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah 26.86% yang
tergolong tinggi dengan kejenuhan basa 37% yang tergolong sedang.Organisme
pengganggu tanaman (OPT) pada lokasi penelitian terdiri atas gulma dan hama.
Gulma antara lain terdiri atas Melastoma malabatricum, Mikania micranta, dan
Cyperus sp. Pengendalian dilakukan dengan cara manual dan kimiawi
menggunakan herbisida sistemik dan parakuat. Sedangkan hama antara lain ulat
api, ulat kantong, dan Oryctes rhinoceros. Data cuaca selama penelitian tertera
pada Tabel 1.
Respons Peubah Morfologi
Tinggi tanaman
Perlakuan pemupukan unsur Ca menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh
nyata terhadap tinggi TBM-2 kelapa sawit pada 15–26 BST. Rata-rata tinggi
tanaman ditunjukkan pada Tabel 2.Perlakuan Ca 600 g tanaman-1 pada 17–26 BST
menghasilkan pertumbuhan tertinggi daripada perlakuan lainnya (Gambar
1).Kelapa sawit diukur tingginya berdasarkan letak ujung daun tombak, yaitu
pelepah termuda yang telah terbentuk sempurna, tampak melalui anak daun telah
membuka. Pertumbuhan tinggi merupakan titik tumbuh primer.Pertumbuhan tidak

7

terbatas (indeterminate growth) batang tumbuhan disebabkan aktivitas meristem
apikal yang terletak pada ujung pucuk tunas. Meristem disusun oleh sel inisial
yang berperan membentuk sel baru serta sel derivatif yang akan terspesialisasi
menjadi jaringan tertentu (Campbell et al. 2008).
Tabel 1Kondisi beberapa unsur iklimselama penelitian berlangsung (Maret 2014–
Februari2015)
CH
Hari Maks Min
Suhu rataRH
BST
Bulan
(mm) hujan (˚C)
(˚C)
rata (˚C)
(%)
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Maret 2014
April 2014
Mei 2014
Juni 2014
Juli 2014
Agustus 2014
September 2014
Oktober 2014
November 2014
Desember 2014
Januari 2015
Februari 2015
Total

397
472
154.5
250
177
75
27
5
282
297.5
318
244
2699

14
17
13
7
10
4
1
1
15
11
18
16
127

33.8 24.4
34.1 25.4
34.4 21.8
35.1 21.7
34.1 25.1
33.6
26
35.6 25.6
36.3 23.4
35.5 25.8
34
24
34
24
33
24
413.5 291.2

28.3
29.5
29.8
29.3
28.6
29.6
30.1
31.1
30.2
28.6
27.4
27.1
349.6

81.3
76.5
77.0
77.8
75.8
71.1
63.9
59.1
67.2
69.1
83.0
84.9
886.8

Sumber: Stasiun pengamatan iklim KP Jonggol. Keterangan: BST: bulan
setelah tanam, CH: curah hujan (mm); Maks: suhu tertinggi bulan
tersebut (˚C); Min: suhu terendah bulan tersebut (˚C); RH:relative
humidity (%), bulan basah: > 100 mm bulan-1, bulan lembab: 60
100 mm bulan-1, bulan kering: < 60 mm bulan-1
Tabel 2Tinggi TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf pemupukan kalsium
Dosis Ca
(g tanaman-1)
0
600
1 200
2 400
KK (%)
Pr
Notasi

15 BST
227.00
213.13
246.20
230.07
9.91
0.49
tn

Tinggi tanaman (cm)
18 BST
21 BST
24 BST
299.28
321.95
296.13
296.77
8.34
0.69
tn

356.80
372.77
346.37
363.85
5.78
0.51
tn

381.07
393.13
372.93
389.07
5.18
0.72
tn

26 BST
415.12
433.27
393.40
411.73
7.55
0.61
tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam,
Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman

8

Lingkar batang
Perlakuan pemupukan unsur Ca menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh
nyata terhadap lingkar batang TBM-2 kelapa sawit pada 15–26 BST. Rata-rata
lingkar batang ditunjukkan pada Tabel 3.Perlakuan Ca 600 g tanaman-1 pada 15–
23 BST menghasilkan pertumbuhan tertinggi daripada perlakuan lainnya (Gambar
2). Ketiak pelepah yang menempel pada batang kelapa sawit merupakan letak
bunga sebagai bakal tandan buah segar (TBS). Sukmawan (2014) menyatakan,
lingkar batang yang diharapkan adalah yang berukuran besar sehingga akan
terdapat lebih banyak bakal TBS. Pertambahan ukuran lingkar batang yang
optimal dapat diupayakan melalui ketersediaan unsur N, P, dan K yang terjadi
dalam waktu bersamaan. Ketersediaan hara jaringan yang menunjukkan unsur K
optimum dibatasi oleh unsur N dan P dalam keadaan defisiensi.
Tabel 3Lingkar batang TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf
pemupukankalsium
Lingkar batang (cm)
Dosis Ca
-1
(g tanaman )
15 BST
18 BST
21 BST
24 BST
0
600
1 200
2 400
KK (%)
Pr
Notasi

76.48
79.47
76.33
78.93
5.47
0.72
tn

84.57
89.08
87.43
85.97
4.24
0.51
tn

91.96
97.52
96.46
94.16
3.85
0.26
tn

100.85
103.47
103.73
102.37
3.56
0.81
tn

26 BST
106.23
106.07
106.44
105.20
3.35
0.96
tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam,
Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman
Jumlah pelepah dan panjang pelepah daun kesembilan
Pemupukan unsur Ca menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah pelepah TBM-2 kelapa sawit pada 15–26 BST. Rata-rata jumlah
pelepah ditunjukkan pada Tabel 4.Perlakuan Ca 600 g tanaman-1 pada 15–17 BST
dan 21–24 BST menghasilkan pertumbuhan tertinggi daripada perlakuan lainnya
(Gambar 3). Jumlah pelepah berkaitan dengan potensi produksi TBS, semakin
banyak pelepah akan meningkatkan produktivitas TBS. Produksi pelepah akan
semakin banyak seiring meningkatnya CH, pada TBM-1 peningkatan CH dapat
menyebabkan produksi 2.5 pelepah bulan-1 (Sudradjat et al. 2014).
Perlakuan pemupukan unsur Ca menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh
nyata terhadap panjang pelepah kesembilan TBM-2 kelapa sawit pada 15–26
BST.Rata-rata panjang pelepah kesembilan ditunjukkan pada Tabel 5.Perlakuan
Ca 600 gtanaman-1 pada 17–24 BST menghasilkan pertumbuhan tertinggi daripada
perlakuan lainnya (Gambar 4). Panjang pelepah kesembilan menunjukkan luasan
permukaan daun akan menangkap radiasi matahari sebagai bahan fotosintat untuk
menunjang pertumbuhan dan produksi. Pelepah selama fase TBM dapat bertambah
sebanyak 1–3 pelepah setiap bulan sampai mencapai jumlah optimum.Jika

9

tanaman telah memasuki fase tanaman menghasilkan (TM) maka diperlukan
pengelolaan tajuk melalui penunasan, sehingga memungkinkan radiasi matahari
yang diterima dapat termanfaatkan sebagai bahan fotosintesis tanaman (Pahan
2013).
120

500

100

400
350
300

0

250

600

200

1200

150

2400

Lingkar batang (cm)

Tinggi tanaman (cm)

450

100

80
0
60

600
1200

40

2400
20

50
0

0
15
18
21
24
26
Bulan setelah tanam (BST)

15
18
21
24
26
Bulan setelah tanam (BST)

Gambar 2 Lingkar batang pada 15, 18,
21, 24, dan 26 BST

Gambar 1 Tinggi tanaman pada 15,
18,21, 24, dan 26 BST

Tabel 4Jumlah pelepah kumulatif TBM-2 kelapa sawit padaberbagai
tarafpemupukan kalsium
Dosis Ca
(g tanaman-1)
0
600
1 200
2 400
KK (%)
Pr
Notasi

15 BST
2.62
2.60
2.47
2.47
12.09
0.812
tn

18 BST
13.00
12.87
12.60
13.07
4.16
0.749
tn

Jumlah pelepah
21 BST
24 BST
23.17
22.47
22.53
23.07
3.62
0.56
tn

30.47
30.07
29.87
30.73
3.78
0.79
tn

26 BST
36.68
36.27
35.80
36.73
4.42
0.87
tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam,
Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman

Jumlah pelepah (pelepah)

40
35
30
25

0

20

600

15

1200

10

2400

5
0

15
18
21
24
26
Bulan setelah tanam (BST)

Panjang pelepah kesembilan (cm)

10

350
300
250
200

0

150

600

100

1200

50

2400

0
15

18

21

24

26

Bulan setelah tanam (BST)

Gambar 3Jumlah pelepah pada 15,18, Gambar 4Panjang pelepah kesembilan 15,
18, 21, 24, dan 26 BST
21, 24, dan 26 BST

Tabel 5Panjang pelepah kesembilan TBM-2 kelapa sawit pada berbagai
tarafpemupukan unsur kalsium
Dosis Ca
(g tanaman-1)
0
600
1 200
2 400
KK (%)
Pr
Notasi

15 BST
160.58
165.57
152.53
150.37
7.97
0.56
tn

Panjang pelepah kesembilan (cm)
18 BST
21 BST
24 BST
26 BST
201.75
226.90
213.41
210.37
7.84
0.46
tn

258.40
272.13
252.09
254.13
6.27
0.60
tn

279.80
296.87
270.27
283.33
6.68
0.52
tn

289.60
310.67
284.20
321.33
9.27
0.44
tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam,
Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman
Luas daun pelepah kesembilan
perlakuan pemupukan unsur Ca menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh
nyata terhadap luas daun TBM-2 kelapa sawit pada 15–26 BST. Rata-rata luas
daun ditunjukkan pada Tabel 6.Perlakuan Ca 600 g tanaman-1 pada 19–24 BST
menghasilkan pertumbuhan tertinggi daripada perlakuan lainnya (Gambar 5).Luas
daun menunjukkan penurunan pada pengamatan dari umur 21 BST ke 24
BST.Penurunan luas daun diduga merupakan respons cekaman kekeringan berupa
CH rendah.

11

Tabel 6Luas daun pelepah kesembilan TBM-2 kelapa sawit pada berbagai
tarafpemupukan unsur kalsium
Dosis Ca
(g tanaman-1)
0
600
1 200
2 400
KK (%)
Pr
Notasi

15 BST
3644.75
3537.52
3582.00
3260.94
24.17
0.91
tn

18 BST
5190.63
4815.95
4741.12
3950.89
17.36
0.43
tn

Luas daun (cm2)
21 BST
24 BST
6924.92
5832.35
7483.21
5956.48
6366.42
5485.55
7131.54
5903.60
11.59
11.03
0.55
0.89
tn
tn

26 BST
6258.81
6183.62
6316.68
6618.42
18.88
0.96
tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam,
Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman
Luas daun yang diamati pada 18, 21, 24, dan 26 BST merupakan respons
akumulasi CH pada bulan sebelum pengamatan. CH pada 15–17 BST adalah 1
023.5 mm, pada 18–20 BST 502 mm, pada 21–23 BST 314 mm, pada 24–25 BST
318 mm, sehingga penurunan CH terjadi di antara pengamatan 21 dan 24 BST,
yang menyebabkan penurunan luas daun pada seluruh perlakuan. Respons
tanaman terhadap kekeringan ditujukan untuk menekan kehilangan air (Mathius et
al. 2001), dapat berupa penyempitan daun (Setiawan et al. 2013).
Laju pertumbuhan
Laju pertumbuhan tinggi pada TBM–1 adalah 7.4 cm bulan-1(Widodo 2014)
meningkat menjadi 15.36 cm bulan-1 sedangkan pertumbuhan lingkar batang 4.8
cm bulan-1 menurun menjadi 2.35 cm bulan-1, hal ini sesuai dengan Pahan (2013)
yang menyatakan umur 1–2 tahun pertumbuhan cenderung pada pembesaran
pangkal dilanjutkan pertumbuhan setelahnya cenderung kepada pertambahan
tinggi yang lebih cepat. Laju pertumbuhan memberikan respons nyata terhadap
tinggi tanaman, tertera pada Tabel 7 dengan laju tertinggi terdapat pada perlakuan
600 g tanaman-1 serta angka yang diikuti dengan huruf tidak berbeda nyata pada
taraf 5% yang sama pada Gambar 6. Perlakuan 1 200 g tanaman-1 yang memiliki
laju pertumbuhan tinggi tanaman terendah yaitu 12.27 cm bulan-1 berbeda nyata
dengan 2 400 g tanaman-1.

12

7000
6000
5000
0

4000

600

3000

1200

2000

2400

1000

Laju pertumbuhan tinggi (cm bulan-1)

Luas daun pelepah kesembilan (cm2)

25
8000

18.34a
20

15.68ab

15.14ab
12.27b

15
10

0

5
0

15

18

21

24

26

Ca1

Bulan setelah tanam (BST)

Gambar 5 Luas daun pelepah
kesembilan pada 15, 18,
21,24, dan 26 BST

Gambar

Ca2
Ca3
Perlakuan

Ca4

6
Rata - rata
pertumbuhantinggi

laju

Tabel 7Laju pertumbuhan tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah
pelepah,panjangpelepah kesembilan, dan luas daun TBM-2 kelapa sawit
Laju pertumbuhan (bulan-1)

Dosis
(g tanaman-1)
0
600
1 200
2 400
KK (%)
Pr
Notasi

TT (cm)

LB (cm)

PP (cm)

LD (cm2)

15.68
18.35
12.27
15.14

2.48
2.22
2.51
2.19

10.75
12.09
10.97
14.25

217.84
220.51
227.89
279.79

17.31
0.03
*

13.75
0.64
tn

17.28
0.18
tn

27.72
0.74
tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam,
Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman
Respons Peubah Fisiologi
Kandungan klorofil
Perlakuan pemupukan unsur Ca menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh
nyata terhadap kandungan klorofil TBM-2 kelapa sawit pada 15–26 BST, hal ini
sesuai dengan pemberian pupuk Ca pada bibit kelapa sawit yang tidak berpengaruh
nyata, sedangkan pemberian pupuk Mg berpengaruh nyata pada kandungan

13

Kandungan klorofil
(mg cm-2)

klorofil karena berperan sebagai penyusun klorofil (Ningsih 2013). Kandungan
klorofil ditunjukkan pada Tabel 8 dan Gambar 7.Menurut Ai dan Banyo (2011)
konsentrasi klorofil pada daun dapat menjadi indikator cekaman kekeringan pada
tumbuhan.Kandungan klorofil berkaitan dengan aktivitas fotosintesis sebagai
ketersediaan pigmen yang berperan menangkap gelombang cahaya (Campbell et al.
2012). Unsur penyusun klorofil adalah Magnesium (Mg) yang diserap tanaman
melalui aliran masa dalam bentuk larutan tanah ion Mg2+ (Munawar 2011).
Perlakuan 0 g tanaman-1 pada 23 BST menunjukkan kandungan klorofil
yang menurun drastis (0.0037) dan lebih rendah daripada perlakuan lain, sebagai
respons CH rendah pada 19–22 BST (284 mm) sedangkan CH pada 15–19 BST
mencapai 1 273.5 mm dan pada 23-25 BST 844 mm. Tanah di lokasi penelitian
memiliki pH 4.2 (sangat masam) bertekstur liat sehingga diduga pertumbuhan
tanaman merupakan respons atas cekaman kekeringan dan tanah masam. Ca
berperan membantu mengatur respons tanaman terhadap lingkungan (Munawar
2011). Tanah masam dan liat menyebabkan kemampuan akar menyerap Ca2+
digantikan dengan kompetitor Aluminium (Al) sehingga pertumbuhan akar
terhambat (Sopandie 2014) berimplikasi pada serapan Mg2+ rendah dan
menghambat pembentukan klorofil.
Tabel 8Kandungan klorofil TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf
pemupukanunsur kalsium
Kandungan Klorofil (mg cm-2)
Dosis Ca (g tanaman-1)
19 BST
23 BST
26 BST
0
0.057
0.004
0.037
600
0.057
0.037
0.031
1 200
0.058
0.036
0.038
2 400
0.057
0.036
0.038
KK (%)
3.85
6.54
17.26
Pr
0.740
0.758
0.060
Notasi
tn
tn
tn
Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam,
Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0

19 BST
23 BST
26 BST
0

600
1200
Dosis Ca (g tanaman-1)

2400

Gambar 7 Kandungan klorofil daun pada 19, 23, dan 26 BST

14

Kandungan hara jaringan
Menurut Uexkull (1992), tanaman kelapa sawit muda (kurang dari 6 tahun)
memiliki tingkat defisiensi hara pada daun apabila kurang dari 2.5% N, kurang
dari 0.15% P, kurang dari 1.00% K, dan kurang dari 0.30% Ca. Hasil pengamatan
rata-rata kandungan hara jaringan tertera pada Tabel 9. Berdasarkan hasil analisis
kandungan hara pada 26 BST maka diperoleh rataan persentase N (1.75%) dan P
(0.14%) pada kondisi defisiensi.Hal tersebut diduga disebabkan ketersediaan unsur
N, P, dan K yang tidak seimbang serta sifat fisik dan kimia tanah yang
menyebabkan kondisi tidak tersedianya hara bagi tanaman.Defisiensi N yang
terjadi dapat disebabkan pembatasan oleh Ca atau pelindian. Unsur kalsium akan
membatasi penyerapan N dan meningkatkan K, N yang berlebih akan
menyebabkan tertundanya kemasakan buah (Munawar 2011) sementara tanaman
pada fase vegetatif umumnya mengurangi hara pada daun untuk dialokasikan pada
pembentukan buah. Kehilangan unsur N dapat disebabkan pelindian akibat
terjadinya CH bulan basah (BB) berturut-turut pada November–Februari.
Unsur K (1.24%) berada pada kondisi optimum (1.10–1.30%) dan kalsium
(0.85%) pada kondisi menuju luxury (berlebihan) yaitu disebabkan nilai rataan
yang berada pada rentang kondisi optimum (0.50–0.70%) dan kondisi berlebih
(lebih dari 1.00%). Ca pada setiap perlakuan menunjukkan peningkatan daripada
kondisi sebelum diberikannya perlakuan, yaitu perlakuan 0 g tanaman-1 0.31%
menjadi 0.83%, perlakuan 600 g tanaman-1 dari 0.29% menjadi 0.84%, perlakuan
1 200 g tanaman-1 dari 0.31% menjadi 0.85%, perlakuan 2 400 g tanaman-1 dari
0.31% menjadi 0.87%. Peningkatan kandungan kalsium pada TBM-2
dibandingkan TBM-1 diduga disebabkan ketersediaan air yang lebih banyak
dengan sembilan BB dan dan dua bulan kering (BK) pada bulan September dan
Oktober 2014. Penyerapan kalsium akanmeningkat seiring banyaknya tanaman
menyerap air.
Tabel

9Rata-rata kandungan hara jaringan daun pada berbagai taraf
pemupukanunsur kalsium
Dosis Ca (g tanaman-1) N total (%) P total (%) K total (%) Ca total (%)
0
1.78
0.15
1.22
0.83
600
1.76
0.14
1.22
0.84
1 200
1.75
0.14
1.25
0.85
2 400
1.71
0.14
1.26
0.87
Rata-rata
1.75
0.14
1.24
0.85
KK (%)
7.47
8.81
6.83
3.99
Pr
0.93
0.18
0.40
0.07
Notasi
tn
tn
tn
tn
Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam,
Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman
Kandungan hara tanah
Hasil analisis kandungan hara tanah diklasifikasikan berdasarkan kelas
nilai yang mengacu pada Balittan 2008 dan PPKS 1992.Hasil pengamatan

15

kandungan hara tanah tertera pada Tabel 10.Kandungan hara rataan unsur C yaitu
2.06% menunjukkan hasil pada kelas sedang (2–3%).Rataan C menunjukkan
ketersediaan yang meningkat dibandingkan dengan sebelum diberikannya
perlakuan (1.41%). Perlakuan dosis 0 g tanaman-1 dan 2400 g tanaman-1 mampu
memberikan ketersediaan C pada kelas sedang sedangkan dosis 600 g tanaman-1
dan 1200 g tanaman-1 menunjukkan kandungan C pada kelas rendah (1–2%).
Rataan kandungan unsur N yaitu 0.21% menunjukkan hasil pada kelas
sedang (0.21–0.5%) seperti yang terjadi pada perlakuan dosis 0, 1 200, dan 2 400 g
tanaman-1 namun dosis 600 g tanaman-1 menunjukkan kandungan N pada kelas
rendah (0.1–0.2%). Ketersediaan N menunjukkan peningkatan daripada sebelum
perlakuan yaitu 0.13%.Berdasarkan kandungan C dan N maka diperoleh rasio ratarata (10.08%) tergolong kelas rendah (5–10).
Kandungan hara dipengaruhi oleh sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Analisis terhadap tekstur tanah tiga fraksi menunjukkan hasil 16% pasir, 36% debu,
dan 48% liat, berdasarkan segitiga tekstur maka tanah di lokasi penelitian
tergolong tanah liat. Nilai pH tanah (4.2) yang tergolong sangat masam
menyebabkan unsur Aluminium (Al) berpotensi tersedia dalam bentuk kation yang
mudah teradsopsi oleh larutan tanah. Kondisi tersebut menghasilkan reaksi yang
akan meningkatkan ion H+ sehingga menurunkan pH tanah. Hal tersebut ditambah
dengan aktivitas mikroorganisme yang menghasilkan asam di dalam tanah, yang
terjadi lebih tinggi pada musim panas (Buckman dan Brady 1982).Perbaikan sifat
tanah dapat dicapai melalui pemupukan bahan organik sebagai pembenah sifat
biologi.Terhadap TBM-1 kelapa sawit, diketahui pemberian pupuk organik dan
NPK majemuk dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman (Siallagan et
al. 2014).
Tabel 10Rata-rata kandungan hara tanah setiap perlakuan pemupukan
unsurkalsium
Dosis Ca
C organik
N
P total K total
C/N
-1
(g tanaman )
(%)
(%)
(%)
(%)
0
2.15
0.21
10.33
0.23
0.20
600
1.99
0.19
10.67
0.26
0.20
1 200
1.96
0.22
9.00
0.19
0.16
2 400
2.13
0.21
10.33
0.18
0.17
Rata-rata
2.06
0.21
10.08
0.22
0.18
KK (%)
8.77
10.79
10.75 37.25
35.27
Pr
0.40
0.23
0.37
0.52
0.12
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn

Ca total Mg total
(%)
(%)
0.15
0.27
0.14
0.26
0.15
0.25
0.11
0.23
0.14
0.25
37.23
17.80
0.76
0.23
tn
tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam,
Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman

16

SIMPULAN
Pemupukan unsur Ca pada TBM-2 dosis 600 g tanaman-1 memberikan laju
pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi, namun tidak memberikan pengaruh nyata
pada lingkar batang, jumlah pelepah tumbuh, panjang pelepah daun kesembilan,
dan luas daun.

SARAN
Defisiensi unsur hara pada jaringan dapat menghambat pertumbuhan pada
fase menghasilkan sehingga diperlukan upaya pembenahan tanah melalui analisis
terhadap sifat kimia tanah khususnya hara toksik aluminium pada lokasi penelitian.
Pemberian bahan organik dapat diaplikasikan bersama dengan pemupukan dasar
selanjutnya sehingga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi guna
meningkatkan efektivitas pemupukan dasar

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia. Statistical Pocketbook of
Indonesia 2011. (ID): BPS.
Buckman HO, Brady NC. 1982. Ilmu Tanah.Soegiman, penerjemah. Jakarta (ID):
Bhratara Karya Aksara. Terjemahan dari The Nature and Properties of
Soils.
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2008.Biologi.Wulandari DT, penerjemah;
Hardani W, editor.Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
Biology.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistic Perkebunan Indonesia
Kelapa Sawit 2010–2012.Jakarta (ID): Ditjen Perkebunan.
Farhana MA, Yusop MR, Harun MH, Din AK. 2007. Performance of Tenera
Population for TheChlorophyll Contens and Yield Component. Palm
Oil Congress (Agriculture, Biotechnology & Sustainability).(2007 08 26
30); Malaysia.
Hartley CWS. 1977. The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). New York (US):
Longman Group Limited London.
Koedadiri AD, Darmosarkoro W, Sutarta ES. 2007. Potensi dan pengelolaan tanah
ultisol pada beberapa wilayah perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Di
dalam: Darmosarkoro W, Sutarta ES, Winarna, editor. Lahan & Pemupukan
Kelapa Sawit. Edisi I. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. hlm. 124.
Marwanto S, Sabiham S, Sudadi U, Agus F. [tahun terbit tidak diketahui].
Distribusi unsur hara dan perakaran pada pola pemupukan kelapa sawit di
dalam piringan di kabupaten Muaro Jambi, provinsi Jambi. Balit Tanah
Litbang Deptan. 213-224.
Mathius, NT, Wijana G, Guharja E, Aswidinnoor A, Yahya S, Subronto. 2001.
Responstanaman kelapa sawit(Elaeis guineensis Jacq.) terhadap cekaman
kekeringan.Menara Perkebunan 69(2): 29–45.
Millar CE. 1955. Soil Fertility. New York (US): John Wiley & Sons, Inc.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman.Bogor (ID): IPB
Press.
Ningsih EP. 2013. Optimasi pemupukan kalsium dan magnesium pada bibit
kelapa sawit (Elaeis guineensisJacq.) di pembibitan utama [tesis]. Bogor
(ID):Institut Pertanian Bogor.
Pahan, I. 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Poeloengan Z, Fadli ML, Winarna, Rahutomo S, Sutarta ES. 2007. Permasalahan
pemupukan pada perkebunan kelapa sawit. Di dalam: Darmosarkoro W,
Sutarta ES, Winarna, editor. Lahan & PemupukanKelapa Sawit. Edisi I.
Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. hlm. 65-78.
[PPIC] Potash & Phosphate Institute of Canada. 1999. Better Crop International.
Volume 13, No. 1. Saskatchewan: PPIC.

18

[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Medan
(ID): PPKS.
[Puslittanak] Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2008. Kriteria Sifat Kimia
Tanah. Bogor (ID): Puslittanak.
Rahutomo S, Sutarta ES. 2007. Kendala budidaya kelapa sawit pada tanah sulfat
masam. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta ES, Winarna, editor. Lahan &
PemupukanKelapa Sawit. Edisi I. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. hlm. 35-43.
Sarief ES. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung (ID):
Pustaka Buana.
Setiawan, Tohari, Shiddieq D. 2013.Pengaruh cekaman kurang air terhadap
beberapa karakter tanamannilam (Pogostemon cablin Benth).J.Littri.
19 (3):108-116.
Siallagan I, Sudradjat, Hariyadi. Optimasi Dosis Pupuk Organik dan NPK
Majemuk pada Tanaman KelapaSawit Belum Menghasilkan. 2014.
JAI.42(2):166–172.
Sopandie D. 2014.Fisiologi Adaptasi Tanaman terhadap Cekaman Abiotik pada
Agroekosistem Tropika.Bogor (ID): IPB Press.
Sudradjat, Sukmawan Y, Sugiyanta. Influence of Manure, Nitrogen, Phosphorus
and Potassium FertilizerApplication onGrowth of One-year-old Oil Palms
on Marginal Soil in Jonggol, Bogor, Indonesia.2014. Journal
of
Tropical
Crop Science 1(2).
Sukmawan Y. 2014. Peranan pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur satu tahun pada tanah
marginal [tesis].Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.
Sutarta ES, Rahutomo S, Darmosarkoro W, Winarna. 2007. Peranan unsur hara
dan sumber unsur hara pada pemupukan tanaman kelapa sawit. Di dalam:
Darmosarkoro W, Sutarta ES, Winarna, editor. Lahan & Pemupuka
Kelapa Sawit. Edisi I. Medan (ID): Pusat Penelitian KelapaSawit. hlm.
79-80.
Tisdale SL, Nelson WL, Beaton JD. 1990. Soil Fertility and Fertilizer Fourth
Edition. New York (US): Macmillan Publishing Company.
Von Uexkull HR, Fairhurst TH, Mutert E. Fertilizing for high yield and quality
the oil palm dalamFairhurstTH dan Mutert E: Interpretation and
management of oil palm leaf analysis data. 1999.Better Crops
International.13(1).
Widodo HH. 2014. peranan pupuk kalsium pada kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) belummenghasilkan umur 1tahun (TBM 1) [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Winarna, Sutarta ES, Purba P. 2007. Pengelolaan tanah berliat aktivitas rendah
(LAR) di perkebunan kelapa sawit. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta
ES,Winarna, editor. Lahan & PemupukanKelapaSawit. Edisi I. Medan
(ID):Pusat Penelitian KelapaSawit. hlm. 25-30.

19

LAMPIRAN
Lampiran 1Rekapitulasi hasil penelitian peubah tanggap morfologi
Waktu
pengamatan
(BST)
15

16

17

18

19

20

Dosis
(g)

TT

LB

PP

JP

LD

0
600
1200
2400
0
600
1200
2400
0
600
1200
2400
0
600
1200
2400
0
600
1200
2400
0
600
1200
2400

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

Waktu
pengamatan
(BST)
21

22

23

24

25

26

Dosis
(g)

TT

LB

PP

JP

LD

0
600
1200
2400
0
600
1200
2400
0
600
1200
2400
0
600
1200
2400
0
600
1200
2400
0
600
1200
2400

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam, TT: tinggi tanaman,
LB: lingkar batang, PP: panjang pelepah, JP: jumlah pelepah, LD: luas daun.

20

Lampiran 2Pertumbuhan tinggi TBM-2 kelapa sawit pada berbagai
tarafpemupukan unsur Ca
Tinggi tanaman (cm)
15 BST 16 BST 17 BST 18 BST 19 BST 20 BST
0 227.00 255.05 279.46 299.28 334.63 348.78
600 213.13 270.09 299.13 321.95 346.89 364.13
1200 246.20 269.47 281.47 296.13 316.67 338.33
2400 230.07 276.67 287.13 296.77 333.53 353.72
Pr
0.49
0.72
0.69
0.69
0.58
0.56
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Tinggi tanaman (cm)
Dosis Ca
(g tanaman-1)
21 BST 22 BST 23 BST 24 BST 25 BST 26 BST
0 356.80 364.27 372.12 381.07 390.49 415.12
600 372.77 381.13 387.67 393.13 407.05 433.27
1200 346.37 357.47 361.60 372.93 379.27 393.40
2400 363.85 369.93 380.95 389.07 397.93 411.73
Pr
0.51
0.52
0.53
0.72
0.58
0.61
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam.
Lampiran 3Pertumbuhan lingkar batang TBM-2 kelapa sawit padaberbagai taraf
pemupukan unsur Ca
DosisCa
(g tanaman-1)

Lingkar batang (cm)
17 BST
18 BST 19 BST 20 BST
0
81.98
84.57
87.81
89.25
600
85.61
89.08
91.49
94.16
1200
83.28
87.43
90.11
93.29
2400
83.58
85.97
88.98
90.86
Pr
0.75
0.51
0.63
0.31
Notasi
tn
tn
tn
tn
Lingkar batang (cm)
Dosis Ca
-1
(g tanaman )
21 BST 22 BST 23 BST
24 BST 25 BST 26 BST
0 91.96
95.75
97.75
100.85 105.70 106.23
600 97.52
99.63
101.96
103.47 105.50 106.07
1200 96.46
99.11
101.26
103.73 105.60 106.44
2400 94.16
97.08
99.81
102.37 104.87 105.20
Pr
0.26
0.44
0.55
0.81
0.98
0.96
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam.
Dosis Ca
(g tanaman-1)

15BST
76.48
79.47
76.33
78.93
0.72
tn

16BST
79.58
83.08
80.01
81.10
0.71
tn

21

Lampiran 4Jumlah pelepah kumulatif TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf
pemupukan unsur Ca
Jumlah pelepah
15 BST 16 BST 17 BST 18 BST 19 BST 20 BST
0 2.62
6.28
9.50
13.00
16.60
19.67
600 2.60
6.27
9.47
12.87
16.27
19.27
1200 2.47
6.00
9.20
12.60
16.07
19.20
2400 2.47
6.20
9.33
13.07
16.73
19.87
Pr
0.812
0.855
0.867
0.749
0.783
0.704
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Jumlah pelepah
Dosis Ca
(g tanaman-1)
21 BST 22 BST 23 BST 24 BST 25 BST 26 BST
0 23.17
24.08
27.42
30.47
33.80
36.68
600 22.47
23.07
26.40
30.07
33.27
36.27
1200 22.53
23.20
26.33
29.87
33.00
35.80
2400 23.07
23.67
27.20
30.73
33.93
36.73
Pr
0.56
0.43
0.55
0.79
0.82
0.87
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam.
Lampiran 5Panjang pelepah kesembilan tinggi TBM-2 kelapa sawit padaberbagai
taraf pemupukan unsur Ca
Dosis Ca
(g tanaman-1)

Panjang pelepah kesembilan (cm)
16 BST 17 BST 18 BST 19 BST 20 BST
0
172.48 205.68 201.75 228.53 246.43
600
137.33 216.05 226.90 260.07 260.87
1200
185.80 201.87 213.41 195.06 228.93
2400
192.17 207.41 210.37 230.53 235.33
P