Optimasi Pupuk Magnesium pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun.

OPTIMASI PUPUK MAGNESIUM PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) BELUM
MENGHASILKAN UMUR DUA TAHUN

AHMAD IRFAN NURMAHDY
A24110149

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Pupuk
Magnesium pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Belum
Menghasilkan Umur Dua Tahun benar karya saya denganarahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Ahmad Irfan Nurmahdy
NIM A24110149

ABSTRAK
AHMAD IRFAN NURMAHDY. Optimasi Pupuk Magnesium pada Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun.
Dibimbing oleh SUDRADJAT.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respons pertumbuhan tanaman
kelapa sawit belum menghasilkan berumur dua tahun terhadap dosis pupuk
Kieserite dan menentukan dosis optimum pupuk Kieserite untuk tanaman kelapa
sawit pada umur dua tahun. Percobaan ini dilakukan pada bulan Maret 2014
sampai Februari 2015 di Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit IPB,
Cargill, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Percobaan ini menggunakan
rancangan acak kelompok dengan 4 taraf perlakuan yaitu tanpa penambahan dosis
pupuk Kieserite (kontrol), dosis pupuk Kieserite 625 g tanaman-1, dosis pupuk
Kieserite 1250 g tanaman-1, dan dosis pupuk Kieserite 2500 g tanaman-1, dengan 3

ulangan. Pemberian pupuk Kieserite pada tanaman kelapa sawit belum
menghasilkan berumur dua tahun secara umum tidak meningkatkan tinggi
tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah, panjang pelepah, luas daun, serta
peubah fisiologi.
.
Kata kunci: dosis optimum, kelapa sawit, magnesium, respons

ABSTRACT
AHMAD IRFAN NURMAHDY. Optimization of Magnesium Fertilizer on Oil
Palm (Elaeis guineensis) Immature Age of Two Years. Supervised by
SUDRADJAT.
The aims of this research were to study growth response of immature oil
palm age of two years and to determine optimum rate of magnesium fertilizer.
This experiment was conducted at the IPB-Cargill Palm Oil Teaching Farm,
Jonggol, Bogor from March 2014 to February 2015. The experimental design
used in this research was a randomized complete block design with 3 replications.
Kieserite fertilizer consist of four levels i.e. without Kieserite (control), 625, 1250,
2500 g of Kieserite fertilizer year-1. The result of this research showed that
Kieserite had not affected on height of oil palm, diameter of stem, number of
leaflet, length of leaflet, leaf area, and physiological parameters.

Keywords: magnesium, oil palm, optimizing fertilizer, response

OPTIMASI PUPUK MAGNESIUM PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) BELUM
MENGHASILKAN UMUR DUA TAHUN

AHMAD IRFAN NURMAHDY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
pemupukan, dengan judul Optimasi Pupuk Magnesium pada Tanaman Kelapa
Sawit Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir Sudradjat, MS selaku
pembimbing. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Supijatno,
MSi selaku dosen pembimbing akademik. Penghargaan juga penulis sampaikan
kepada Mohammad Joni selaku manager kebun dan staff yang telah membantu
penulis selama pelaksanaan penelitian. Terimakasih juga kepada rekan-rekan
penelitian S1 Larasati Dena Mahardika, Dimas Khairulya, Dupan Juliando
Imannuel, dan rekan penelitian S2 Ratih Rahhutami, Ega Faustina, Adinda Nurul
Huda, Putri Irene Kanny yang telah membantu selama pengumpulan data selaku
Tim Riset Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit Jonggol IPB-Cargill,
serta keluarga besar Agronomi dan Hortikultura khususnya untuk angkatan 48 dan
rekan-rekan Kingdom of Berlin yang terlibat membantu dalam penelitian ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Sugiyanta, ibunda
Choiriyatun Majidah, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Agustus 2015
Ahmad Irfan Nurmahdy

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Kelapa Sawit

2

Pemupukan Kelapa Sawit

2


Magnesium (Mg)

3

METODE

3

Tempat dan Waktu Penelitian

3

Bahan dan Alat Penelitian

4

Metode Percobaan

4


Prosedur Percobaan

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Keadaan Umum

6

Respons Morfologi

7

Respons Fisiologi Tanaman terhadap Pemberian Dosis Pupuk Kieserite

12


Dinamika Hara Pupuk

13

SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

14


LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10


Data analisis tanah awal dan akhir percobaan
Laju pertumbuhan kelapa sawit belum menghasilkan umur dua tahun
Respons tinggi tanaman terhadap aplikasi pupuk Kieserite
Respons lingkar batang terhadap aplikasi pupuk Kieserite
Respons jumlah pelepah terhadap aplikasi pupuk Kieserite
Respons panjang pelepah terhadap aplikasi pupuk Kieserite
Respons luas daun terhadap aplikasi pupuk Kieserite
Respons hijau daun terhadap aplikasi pupuk Kieserite
Kandungan hara Mg dalam daun setelah percobaan
Kadar Mg dalam tanah pada perlakuan kontrol dan perlakuan
penambahan dosis 625 g tanaman-1 pada kedalaman 0-60 cm, pada
akhir percobaan

6
8
8
9
10
10
11
12
13

14

DAFTAR GAMBAR
1 Kondisi curah hujan selama penelitian (Bulan Maret 2014 sd Februari
2015)

7

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah 2008)
2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh produk Kieserite terhadap tinggi
tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah, panjang pelepah, indeks luas
daun, dan tingkat kehijauan daun
3 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh produk Kieserite terhadap tinggi
tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah, panjang pelepah, indeks luas
daun, dan tingkat kehijauan daun (lanjutan)
4 Konsentrasi hara dalam daun kelapa sawit pada kondisi defisiensi dan
optimum

18

19

20
21

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah komoditi yang banyak
diminati oleh investor karena nilai ekonominya yang tinggi. Luas areal
perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang terus meningkat hingga mencapai
10 956 231 hektar pada tahun 2014 (Direktorat Jendral Perkebunan 2014).
Industri minyak kelapa sawit juga berkontribusi dalam pembangunan daerah,
sebagai sumber daya penting untuk pengentasan kemiskinan melalui budidaya
pertanian dan pengolahan selanjutnya (Yohansyah, Lubis 2014). Dari sudut
alokasi pangsa pasar minyak kelapa sawit, diperkirakan Indonesia masih
menguasai pangsa pasar Negara-negara di Eropa Barat seperti Inggris, Italia,
Belanda, dan Jerman (Susila 2004).
Tanaman yang kekurangan hara dapat diketahui dari gejala yang tampak.
Untuk rekomendasi pemupukan perlu dilakukan analisis tanah dan daun. Analisis
tanah digunakan untuk mengetahui ketersediaan hara di dalam tanah, sedangkan
analisis daun dipakai untuk melihat status hara terakhir yang ada pada tanaman,
sehingga dapat diduga hara apa yang dibutuhkan oleh tanaman. Daun ke-9 dan
daun ke-17 memiliki kolerasi terhadap produksi tanaman yang lebih baik
dibandingkan dengan daun-daun lain yang lebih muda.Daun ke-9 dan daun ke-17
telah lama digunakan untuk menganalisis kebutuhan hara daun (Pahan 2006).
Hasil pemupukan optimal diperoleh pada bulan-bulan dengan curah hujan
sedang yang berkisar antara 150-200 mm bulan-1 (Lubis 1992). Pemupukan dapat
dilakukan apabila curah hujan di areal tersebut minimal sekitar 100 mm bulan-1,
sedangkan aplikasi pemupukan yang dilakukan saat curah hujan diatas 200 mm
bulan-1 dapat menyebabkan kehilangan pupuk akibat erosi. Pemupukan lebih baik
dilakukan pada bulan kedua atau ketiga setelah musim penghujan, karena akar–
akar rambut telah pulih kembali akibat kekeringan (Hakim 2007).
Pemberian pupuk harus memperhatikan beberapa hal diantaranya daya
serap akar, cara pemberian dan penempatan pupuk, waktu pemberian, jenis dan
dosis pupuk (Fauzi et al 2002). Tanah yang kekurangan unsur hara dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan pada tanaman menghasilkan
akan menurunkan produktivitasnya. Untuk menghindari hal tersebut, maka tanah
harus dipupuk sesuai dengan kebutuhan dan secara teratur.
Tanaman memerlukan unsur hara esensial baik makro maupun mikro.
Salah satu unsur hara esensial yaitu Mg yang merupakan unsur hara makro
sekunder. Unsur Mg bagi tanaman diperlukan sebagai penyusun klorofil, pengatur
penyerapan unsur hara P dan K, sintesis lemak dan minyak, serta aktifator
berbagai enzim (Novizan 2007). Seperti tanaman yang lain, tanaman kelapa sawit
juga membutuhkan unsur Mg dalam jumlah yang banyak, dan sering menjadi
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Pemberian pupuk Mg telah menjadi
standar perkebunan kelapa sawit karena dapat meningkatkan hasil. Dosis pupuk
Mg yang tepat untuk setiap kondisi tanah dan agroklimat perlu diketahui.
Fitria (2014) telah melakukan penelitian pengaruh pupuk Mg terhadap
pertumbuhan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan berumur satu tahun.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pemberian pupuk Dolomite

2
menunjukan laju pertumbuhan yang positif pada tahun pertama. Hasil analisis
tanah pada tahun pertama juga menunjukan peningkatan kandungan hara Mg pada
tanah dalam kondisi yang sedang (1.7 me 100 g-1). Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui respons pertumbuhan morfologi dan fisiologi tanaman kelapa
sawit belum menghasilkan berumur dua tahun terhadap dosis pupuk Mg.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respons pertumbuhan tanaman
kelapa sawit belum menghasilkan umur dua tahun (TBM 2) terhadap dosis pupuk
Mg dan menentukan dosis optimum pupuk Mg untuk tanaman kelapa sawit pada
umur 2 tahun.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman asli Afrika.
Famili dari tanaman ini yaitu Aracaceae, yang dulu disebut Palmaceae. Kelapa
sawit merupakan tanaman monokotil yang memiliki akar serabut, batang silindris
yang tegak dan tidak bercabang, tulang daun sejajar, tergolong tanaman
monoecious, serta memiliki buah yang berbentuk lonjong (Buana 2000). Titik
tumbuh aktif secara terus menerus menghasilkan primordia (bakal) daun setiap
dua minggu (pada tanaman dewasa). Daun memerlukan waktu 2 tahun untuk
berkembang dari proses inisiasi sampai menjadi daun dewasa pada pusat tajuk
(pupus daun/spear leaf) dan dapat berfotosintesis secara aktif sampai dua tahun
lagi. Proses inisiasi daun sampai layu (senescens) kira-kira empat tahun. Tanaman
monokotil mempunyai system pembuluh “dalam” (xylem) dan “luar” (phloem).
Pada tanaman kelapa sawit cabang-cabang ikatan pembuluh dalam ini terbentuk
pada bagian luar untaian serabut korteks (system pembuluh luar). Berdasarkan
irisan melintang pada batang jumlah ikatan-ikatan yang ada kurang lebih sama
pada setiap ketinggian tertentu. Pada cabang, ikatan pembuluh utama sebelum
masuk ke daun terdapat struktur satelit yang mengarahkan sebagian pembuluh ke
infloresen bunga di ketiak daun tersebut atau ke infloresen lain di ketiak daun
sebelah atasnya (Sunarko 2009).
Awal perkecambahan, akar muncul dari biji yang berkecambah (radikula).
Setelah itu, radikula akan mati dan membentuk akar primer. Selanjutnya, akar
primer akan membentuk akar sekunder, tersier, dan kuartener. Akar yang paling
efektif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener yang berada
di kedalaman 0-60 cm dengan jarak 2-3 m dari pangkal pohon (Rustam, Agus
2011).
Pemupukan Kelapa Sawit
Pemupukan memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan
kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek positif yang
ditimbulkan dari pupuk yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan
tingkat produktivitas tanaman menjadi meningkat dan tanaman yang relatif tahan

3
terhadap serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan iklim yang ekstrim
(Hidayat 2012).
Kunci sukses dalam pemupukan kelapa sawit yaitu: pemupukan 4 tepat
jenis, dosis, waktu, dan cara. Pelaksanaan kultur teknis untuk meningkatkan
efektivitas pemupukan adalah penggunaan bahan tanaman yang baik, pelaksanaan
penunasan/ piringan pohon/ pengendalian hama, penyakit, dan gulma yang sesuai,
dan pengawetan tanah dan air yang baik (Darmosarkoro 2005). Unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dibagi atas unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro
adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak.
Kelompok unsur hara makro adalah Nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium
(Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Unsur mikro adalah unsur yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Namun, unsur ini harus selalu
tersedia di dalam jaringan tanaman. Kelompok unsur mikro adalah besi (Fe),
mangan (Mn), tembaga (Cu), boron (Bo), Molibdenum (Mo), klorida (Cl), dan
seng (Zn) (Pahan 2006).
Magnesium (Mg)
Peran magnesium pada tanah dan tanaman yaitu: sebagai unsur pembentuk
klorofil pada daun yang kandungannya sebesar 2.7%, regulator (pengaturan)
dalam penyerapan unsur lain seperti P dan K, merangsang pembentukan senyawa
lemak dan minyak, membantu translokasi pati dan distribusi fosfor dalam
tanaman,dan sebagai aktifator berbagai enzim tanaman (Novizan 2007).
Respons morfologi tanaman terhadap pemberian dosis pupuk dolomit
menunjukan laju pertumbuhan yang positif dimana rata-rata laju pertumbuhan
pada peubah tinggi tanaman dari umur 1 sampai 12 BST adalah 10.9 cm
bulan-1. Rata-rata laju pertumbuhan lingkar batang dari umur 1 sampai 12 BST
adalah 3.7 cm bulan-1. Rata-rata laju pertumbuhan jumlah pelepah dari umur
1 sampai 12 BST adalah 2.0 helai bulan-1. Rata-rata laju pertumbuhan panjang
pelepah dari umur 1 sampai 12 BST adalah 2.7 cm bulan-1 (Fitria 2014).
Pemberian pupuk Mg dalam bentuk Kieserite telah menjadi standar di
perkebunan, tidak hanya karena dapat meningkatkan hasil produksi, tetapi juga
efisisensi yang lebih tinggi. Pada penelitian jangka panjang di Malaysia Kieserite
dibandingkan dengan Dolomit menunjukan bahwa terdapat respons Kieserite pada
berbagai taraf Mg, Sedangkan pada dosis Dolomit yang maksimum saja yang
mempengaruhi hasil (Edi dan Witjaksana 2004).

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Percobaan dilakukan pada bulan Maret 2014 - Februari 2015 di blok I,
Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit IPB, Cargill, kecamatan Jonggol,
Kabupaten Bogor. Analisis jaringan daun dilaksanakan di laboratorium
Departemen Agronomi dan Hortikultura dan analisis tanah dilaksanakan di
laboratorium Balai Penelitian Tanah.

4
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah tanaman kelapa sawit belum menghasilkan
umur dua tahun varietas dummymas, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk Muriate of
Potash (MOP), dan pupuk Kieserite (Mg). Alat yang akan digunakan adalah
timbangan, Special Products Analysis Division (SPAD), meteran, pilok,
timbangan, dan oven.
Metode Percobaan
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang berjudul Optimasi
Pupuk Dolomit Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Belum
Menghasilkan Umur Satu Tahun (Fitria 2014). Percobaan ini menggunakan
rancangan acak kelompok faktor tunggal dengan 4 taraf perlakuan yaitu: tanpa
penambahan dosis pupuk Kieserite (kontrol), dosis pupuk Kieserite 625 g
tanaman-1, dosis pupuk Kieserite 1250 g tanaman-1, dan dosis pupuk Kieserite
2500 g tanaman-1. Pengelompokan berdasarkan pada kondisi kemiringan lahan.
Setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga didapat 12 satuan percobaan. Setiap
satuan percobaan terdapat lima tanaman contoh sehingga tanaman yang diamati
sebanyak 60 tanaman.
Model liner dalam penelitian ini adalah :
Yijk = μ + αi + κj + Ɛij dengan:
Yij = tanggap tanaman karena pengaruh perlakuan pemupukan Mg ke-i dan
ulangan ke-j
μ = nilai rata-rata umum;
αi = pengaruh perlakuan dosis pemupukan Kiserit ke-i;
κj = pengaruh kelompok ke-j
εij = pengaruh galat yang timbul dari taraf perlakuan dosis pemupukan Kiseritkei dan kelompok ke-j.
Analisis data dilakukan dengan sidik ragam, apabila nyata dilanjutkan
dengan uji kontras orthogonal polinomial
Prosedur Percobaan
Persiapan
Sebelum dilakukan pemupukan terlebih dahulu dilakukan pembersihan
piringan, atau piringan harus berada pada kondisi W0 dimana piringan harus
dalam keadaan bebas dari gulma. Pengendalian gulma dilakukan agar pupuk yang
disebar dalam piringan dapat meresap seluruhnya ke dalam tanah.
Pemupukan
Pupuk dasar yang digunakan yaitu pupuk standar kebun N, P, K dan Mg
yang secara berturut-turut meliputi pupuk Urea, SP-36, MOP, dan Kieserite. Dosis
pada masing-masing pupuk yaitu Urea 2000 g tanaman-1, pupuk SP-36 1000 g
tanaman-1, pupuk MOP 2100 g tanaman-1, dan pupuk Kieserite sesuai perlakuan.
Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk Urea pada piringan bagian
dalam sampai pada jari-jari 0.5-1.0 m. Kemudian mencampurkan pupuk SP-36,
MOP, dan Kieserite yang ditaburkan secara merata pada piringan bagian luar pada

5
jari-jari 1.0-2.0 m. Pupuk diberikan dua kali sebanyak setengah dosis selama satu
tahun pada bulan Mei dan bulan Desember 2014.
Pengamatan
Peubah yang diamati terdiri atas peubah morfologi tanaman, peubah
fisiologi tanaman, dan analisis tanah.
1. Pengamatan tanggap morfologi
Pengamatan tanggap morfologi tanaman meliputi 7 peubah yaitu:
a. Laju pertumbuhan tanaman. Dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Laju pertumbuhan=
b. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran
dari pernukaan tanah sampai daun yang tertinggi.
c. Lingkar batang (cm). Pengukuran menggunakan meteran diukur ±10 cm
diatas permukaan tanah.
d. Pertambahan Jumlah pelepah (helai). Penghitungan jumlah pelepah dengan
menghitung jumlah daun yang telah membuka.
e. Jumlah anak daun daun ke-9 (buah). Dihitung mulai dari pangkal hingga
ujung pelepah.
f. Panjang pelepah daun ke-9 (cm). Panjang pelepah diukur dari pangkal
pelepah yang berduri sampai ujung pelepah menggunakan meteran.
g. Pengamatan panjang anak daun, dan lebar anak daun diamati dari tiga anak
daun pada daun ke-9 setiap dua bulan sekali. Luas daun ke-9 (cm2) dihitung
berdasarkan rumus oleh Hardon et al (1969) dimana melalui pengolahan
data rata-rata panjang dan lebar daun ke-9 dan menggunakan rumus:

Keterangan:

p : panjang anak daun ke-9 (cm)
l : lebar anak daun ke-9 (cm)
n : jumlah anak daun (helai)
k : konstanta (untuk TBM senilai 0.57)
2. Pengamatan tanggap fisiologi
a. Tingkat kehijauan daun. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat
SPAD-502 plus chlorophyll meter. Pengukuran dilakukan pada pelepah
daun ke-9. Kadar klorofil diketahui dengan menggunakan rumus (Farhana
et al 2007)
Y = 0.0007 ᵡ - 0.0059 dimana
Keterangan: Y = kandungan klorofil
ᵡ = hasil pengukuran menggunakan SPAD-502.
b. Analisis kandungan hara jaringan daun (N, P, K, dan Mg). Daun yang
diambil sebagai sampel adalah daun ke-9. Sampel daun yang digunakan
merupakan anak daun bagian tengah sebanyak 3 helai sebelah kanan dan
kiri.
Pengamatan tingkat hijau daun yang dilakukan setiap empat bulan sekali.
Sedangkan analisis kandungan hara dan analisis tanah dilakukan pada saat akhir
setelah pengamatan morfologi di lapang.

6
3. Analisis tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada saat sebelum penanaman dan
pada saat 27 BST dengan metode komposit pada perlakuan dan ulangan. Sampel
tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm, 20-40 cm, 40-60 cm di bawah permukaan
piringan dengan bobot 500 g. Analisis meliputi pH, tekstur, total unsur hara
makro (N, P, K, Mg). Contoh tanah dikeringudarakan, dihaluskan, dan diayak
menggunakan saringan. Contoh tanah kemudian dianalisis di laboratorium Balai
Penelitian Tanah. Dinamika hara pupuk memperlihatkan bentuk pola pergerakan
kadar hara dalam tanah pada kedalaman tertentu. Pengamatan dinamika hara tanah
dilakukan pada akhir pengamatan pada perlakuan kontrol dan perlakuan dosis 625
g tanaman-1. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga titik kedalaman tanah
dalam piringan tanaman, yaitu 0-20 cm, 20-40 cm, dan 40-60 cm.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Hasil analisis sampel tanah menunjukan bahwa tekstur tanah di lokasi
percobaan tergolong bertekstur liat yang terdiri atas fraksi pasir 21 %, debu
23.72 %, dan liat 55.27%. Kondisi pH tanah setelah percobaan tergolong masam
(pH H2O 4.8) yang mengalami peningkatan dibanding sebelumnya yang tergolong
sangat masam (pH H2O 4.3). Kandungan unsur Mg dalam tanah setelah percobaan
menjadi sangat rendah (0.34 me 100 g-1) menurun dibanding sebelum percobaan
yang tergolong sedang (1.49 me 100 g-1). Kriteria masam, sangat masam, rendah,
dan sedang berdasarkan Pusat Penelitian Tanah 2008 (Lampiran 1). Data analisis
tanah awal dan akhir percobaan tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Data analisis tanah awal dan akhir percobaan
Piringan blok Mg
Sifat tanah
Satuan
Sebelum
Sesudah
Nilai
Kriteria**
Nilai
Kriteria**
pH H2O
4.3
Sangat masam
4.8
Masam
pH KCl
3.8
Masam
3.6
Masam
C-Organik %
1.69
Rendah
1.2
Rendah
N-Total
%
0.18
Rendah
0.1
Rendah
C/N Ratio
9
Rendah
10.6
Sedang
P-Tersedia Ppm
3.1
Sangat rendah
0.16
Sangat rendah
Mg
me 100 gˉ¹
1.49
Sedang
0.34
Sangat rendah
K
me 100 gˉ¹
0.19
Rendah
0.11
Rendah
Tekstur
Pasir
%
32
21
Debu
%
36
23.7
Liat
%
32
55.3
Sumber: Pusat Penelitian Tanah (2008)

7
Curah hujan di lokasi penelitian (Maret 2014 sampai Februari 2015)
berkisar antara 5 hingga 472 mm bulan-1, tertinggi pada bulan April dan terendah
pada bulan Oktober 2014, dengan rata-rata 238 mm bulan-1. Bulan kering terjadi
selama tiga bulan dari Agustus sampai Oktober 2014. Selama bulan kering
pertumbuhan tanaman terlihat melambat.
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
MARET

APRIL

MEI

JUNI

JULI

AGST

SEPT

OKT

NOV

DES

JAN

FEB

Gambar 1 Kondisi curah hujan selama penelitian (Bulan Maret 2014 sd Februari
2015)
Selama pegamatan tidak ditemukan serangan hama dan penyakit terhadap
tanaman. Gulma dominan yang terdapat pada pertanaman kelapa sawit TBM 2
yaitu alang-alang (Imperata cylindrica), rumput ekor kucing (Pennisetum
polystachion), dan harendong (Melastoma polyanthum). Namun pertumbuhan
gulma tidak terlalu mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman kelapa sawit.
Pengendalian gulma dilakukan sebanyak dua kali setahun. Kegiatan pengendalian
gulma dilakukan secara manual dan kimia. Pengendalian gulma pertama
dilakukan pada saat perubahan musim hujan kemusim kemarau kemudian yang
kedua dilakukan pada saat musim kemarau kemusim hujan. Pengendalian gulma
secara kimia menggunakan herbisida berbahan aktif glifosat untuk gulma berdaun
sempit, dan untuk gulma berdaun lebar digunakan triclopyr dan paraquat dengan
dosis yaitu 4-6 L hektar-1dan 2-3 L hektar-1.
Respons Morfologi
Pemberian pupuk Kieserite dengan dosis 625 sampai 2500 g tanaman-1
tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman. Dibandingkan dengan
perlakuan kontrol (tanpa penambahan Kieserite) tidak terdapat perbedaan laju
pertumbuhan tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah, panjang pelepah,
dan indeks luas daun. Tanaman dengan tanpa penambahan pupuk Kieserite
memiliki laju pertumbuhan tinggi tanaman sekitar 14.6 cm bulan-1, sedangkan
tanaman yang diberikan penambahan pupuk Kieserite mengalami laju
pertumbuhan tinggi tanaman sekitar 11-12 cm bulan-1 demikian pula laju
pertumbuhan lingkar batang dan jumlah pelepah antar perlakuan tidak berbeda
yaitu sekitar 11 cm bulan-1 dan 2.6 buah pelepah bulan-1. Respons laju
pertumbuhan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur dua tahun terhadap
pemupukan Kieserite disajikan pada Tabel 2.

8
Tabel 2 Laju pertumbuhan kelapa sawit belum menghasilkan umur dua tahun
Dosis
Tinggi
Lingkar
Jumlah
Panjang
Luas daun
Kieserite
tanaman
batang
pelepah
pelepah
ke-9
(g tanaman-1)

(cm bulan-1)

(cm bulan-1)

(buah bulan-1)

(cm bulan-1)

(m bulan-1)

0
625
1250
2500

14.65
11.70
2.64
11.26
0.13
12.18
11.24
2.59
11.05
0.14
11.98
11.10
2.59
12.97
0.13
11.15
10.94
2.59
9.58
0.12
CV
11.78
9.44
3.21
39.32
12.71
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan: tn: Tidak nyata, CV: Coefficient variable, BST: Bulan Setelah
Tanam
Tinggi tanaman
Pemberian pupuk Kieserite tidak berpengaruh nyata terhadap peubah
tinggi tanaman. Pemberian dosis 2500 g tanaman-1 cenderung menghasilkan tinggi
tanaman yang rendah. Respons tinggi tanaman terhadap pupuk Kieserite disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Respons tinggi tanaman terhadap aplikasi pupuk Kieserite
Dosis
Tinggi tanaman (cm)
Kieserite
13 BST 14 BST 15 BST 16 BST 17 BST 18 BST
(g tanaman-1)
0 284.50
326.20
334.13
349.60
366.73
417.33
625 298.17
342.13
353.20
369.87
383.00
402.07
1250 297.07
343.67
354.80
370.47
389.93
407.67
2500 289.53
319.67
332.80
350.40
366.47
373.60
CV
3.62
3.75
3.76
4.47
4.37
6.31
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Dosis
Tinggi tanaman (cm)
Kieserite
19 BST 20 BST 21 BST 22 BST 23 BST 24 BST
(g tanaman-1)
0 438.07
465.40
470.27
498.07
516.00
525.47
625 426.60
446.47
454.20
486.87
507.93
516.13
1250 428.60
449.27
454.20
493.73
506.00
514.27
2500 401.13
417.53
424.33
474.80
475.87
484.20
5.56
5.01
5.16
2.93
3.61
3.62
CV
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan: tn: Tidak nyata, CV: Coefficient variable, BST: Bulan Setelah Tanam
Pemupukan Kieserite (Mg) tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman
diduga karena kondisi Mg sudah optimum bahkan berlebih untuk tanaman. Hal ini
sesuai dengan penelitian Kasno dan Nurjaya (2011) bahwa pemberian pupuk Mg
tidak memberikan pengaruh terhadap peubah tinggi tanaman kelapa sawit pada
kondisi yang optimum, sehingga tanaman kelapa sawit tidak memerlukan
penambahan dosis pupuk Kieserite. Dari analisis jaringan daun (Tabel 9) yang

9
menunjukan baik tanaman yang memperoleh tambahan pupuk Kieserite maupun
tidak memiliki status Mg dalam daun yang berlebih.
Lingkar batang
Pemberian pupuk Kieserite secara umum tidak berpengaruh nyata terhadap
peubah lingkar batang tanaman. Rata-rata laju pertumbuhan lingkar batang sama
antara perlakuan kontrol dengan perlakuan penambahan pupuk Kieserite yaitu
sekitar 11 cm bulan-1 (Tabel 2) sehingga lingkar batang pada akhir pengamatan
juga tidak berbeda (210-216 cm). Respons lingkar batang tanaman kelapa sawit
terhadap perlakuan pupuk Kieserite disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Respons lingkar batang terhadap aplikasi pupuk Kieserite
Lingkar batang (cm)
Dosis Kieserite
-1
(g tanaman ) 13 BST 14 BST 15 BST 16 BST 17 BST 18 BST
0 75.47 117.40
128.93
138.60
150.47
170.07
625 80.53 115.27
130.07
139.87
150.47
161.20
1250 81.07 114.33
129.53
137.40
149.27
166.13
2500 78.27 113.27
125.53
134.07
145.53
161.73
CV
3.29
3.49
2.64
3.79
2.99
3.47
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Uji Kontras
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Lingkar
batang
(cm)
Dosis Kieserite
(g tanaman-1)
19 BST 20 BST 21 BST 22 BST
23 BST 24 BST
0 171.13
174.27 181.07
199.67
207.40
215.87
625 167.33
170.60 176.80
196.13
205.93
215.47
1250 166.27
169.13 174.67
194.87
202.00
214.27
2500 163.53
166.87 170.00
196.60
202.13
209.53
CV
2.51
2.40
2.03
5.51
5.52
6.24
Notasi
tn
tn
*
tn
tn
tn
Uji Kontras
tn
tn
L*
tn
tn
tn
Keterangan: tn: Tidak nyata, *: Nyata pada taraf 5%, L: Linier, CV: Coefficient
variable, BST: Bulan Setelah Tanam
Jumlah pelepah
Perlakuan dosis pupuk Kieserite tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
pelepah. Seperti peubah pertumbuhan yang lain jumlah pelepah tidak berbeda
antara kontrol dan perlakuan penambahan dosis pupuk Kieserite, tetapi jumlah
pelepah diduga lebih dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman kelapa sawit.
Menurut hasil penelitian Siallagan et al (2014) diperoleh bahwa peubah jumlah
pelepah tanaman kelapa sawit merupakan peubah morfologi tanaman yang lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor genetiknya dibandingkan faktor lingkungan.
Pupuk Mg yang tidak berpengaruh terhadap jumlah pelepah karena disamping
kondisi Mg yang sudah berlebih juga bukan merupakan faktor penentu
terbentuknya pelepah. Dari Tabel 5 pada akhir pengamatan, tanaman rata-rata
memiliki sekiar 71 pelepah dengan laju penambahan sekitar 2.6 pelepah perbulan
(Tabel 2).

10
Tabel 5 Respons jumlah pelepah terhadap aplikasi pupuk Kieserite
Dosis
Jumlah pelepah (helai)
Kieserite
13 BST 14 BST 15 BST 16 BST
17 BST
18 BST
(g tanaman-1)
0 39.60
42.87
45.53
49.27
52.33
55.07
625 39.87
43.00
45.47
49.20
52.27
54.93
1250 40.40
43.47
46.00
49.87
53.13
55.80
2500 40.07
43.13
45.53
49.00
52.13
55.07
CV
2.52
2.33
2.20
2.01
2.09
2.37
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Dosis
Jumlah pelepah (helai)
Kieserite
19 BST 20 BST 21 BST 22 BST 23 BST 24 BST
(g tanaman-1)
0
58.13
59.13
62.27
65.47
68.40
71.33
625
57.93
58.67
61.73
65.00
68.07
70.93
1250
58.80
59.33
62.60
65.60
68.40
71.53
2500
57.80
58.60
61.87
65.00
67.93
71.13
CV
2.42
2.59
2.69
2.53
2.34
2.24
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan: tn: Tidak nyata, CV: Coefficient variable, BST: Bulan Setelah Tanam
Panjang pelepah
Penambahan pupuk Kieserite dengan dosis 625 hingga 2500 g tanaman-1
menghasilkan panjang pelepah daun ke-9 yang tidak berbeda dengan perlakuan
kontrol (Tabel 6). Terdapat kecenderungan bahwa perlakuan penambahan dosis
pupuk Kieserite 2500 g tanaman-1 menghasilkan panjang pelepah daun ke-9 lebih
pendek dibanding perlakuan dosis rendah maupun kontrol. Pada pengamatan
terakhir perlakuan pupuk Kieserite 2500 g tanaman-1 menghasilkan panjang
pelepah daun ke-9 sekitar 302 cm sedangkan perlakuan pupuk Kieserite yang
lebih rendah menghasilkan panjang pelepah daun ke-9 sekitar 330 sampai 337 cm
(10% lebih rendah).
Tabel 6 Respons panjang pelepah terhadap aplikasi pupuk Kieserite
Dosis
Panjang pelepah ke-9 (cm)
Kieserite
13 BST
15 BST 17 BST 19 BST 21 BST 23 BST
(g tanaman-1)
0 186.37
241.23
270.00
294.40
291.20 321.53
625 204.80
254.07
288.27
315.47
311.53 337.40
1250 174.87
247.94
286.33
313.60
309.80 330.47
2500 187.53
236.91
276.27
314.87
289.27 302.47
CV
10.01
1.61
3.49
4.07
5.76
6.77
Notasi
tn
*
tn
tn
tn
tn
Uji Kontras
tn
L*
tn
tn
tn
tn
Keterangan: tn: Tidak nyata, *: Nyata pada taraf 5%, L: Linier, CV: Coefficient
variable, BST: Bulan Setelah Tanam

11
Luas daun
Luas daun perlakuan dosis pupuk Kieserite tidak berbeda dengan
perlakuan kontrol. Seperti halnya panjang pelepah daun ke-9 bahwa terdapat
kecenderungan bahwa dosis pupuk Kieserite tertinggi (2500 g tanaman-1)
menghasilkan luas daun yang lebih rendah dibanding dosis yang lebih rendah
maupun kontrol. Aplikasi dosis pupuk Kieserite 625 g tanaman-1 menghasilkan
luas daun terbesar. Kecenderungan menurunnya luas daun maupun panjang
pelepah terhadap meningkatnya dosis pupuk Kieserite diduga bahwa kandungan
Mg di dalam daun sudah berlebih (Tabel 9). Respons luas daun terhadap pupuk
Kieserite disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Respons luas daun terhadap aplikasi pupuk Kieserite
Luas daun (m2 bulan-1)
Dosis Kieserite
(g tanaman-1)

13 BST

15 BST

17 BST

19 BST

21 BST

23 BST

0
625
1250
2500

1.02
1.70
2.45
2.33
2.60
2.67
1.09
1.84
2.52
2.47
2.54
2.86
1.03
1.77
2.50
2.40
2.57
2.63
0.93
1.67
2.32
2.24
2.40
2.39
CV
9.47
8.52
9.71
8.05
9.06
10.70
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan: tn: Tidak nyata, CV: Coefficient variable, BST: Bulan Setelah Tanam

Hasil sidik ragam pada akhir percobaan menunjukan bahwa tidak terdapat
pengaruh pemupukan Kieserite terhadap peubah morfologi tanaman. Hal tersebut
diduga karena kandungan Mg tanaman sudah dalam kondisi berlebih. Dengan
demikian dosis pemupukan Mg pada percobaan ini tidak bisa ditentukan, karena
kondisi tanaman diduga sudah tidak memerlukan tambahan pupuk Mg.
Pemupukan dilakukan untuk menyuplai hara yang dibutuhkan tanaman selama
pertumbuhan serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik (Wachjar et al. 2006). Setiap
tanaman perlu mendapatkan pupuk dengan takaran yang sesuai agar terjadi
keseimbangan unsur hara di dalam tanah yang dapat menyebabkan tanaman dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik serta menghasilkan produksi yang optimal
(Katriani et al. 2011). Pada kondisi unsur hara dalam tanaman sudah berlebih,
penambahan pupuk tidak diperlukan lagi.
Kandungan Mg dalam tanah dapat hilang karena air perkolasi, diabsorpsi
oleh organisme tanah, dijerap pada KTK, dan diendapkan sebagai mineral
sekunder. Seperti terlihat pada analisis tanah (Tabel 1) Unsur Mg dalam tanah
berkurang dari 1.49 menjadi 0.34 me 100 g-1 diduga karena beberapa faktor diatas,
termasuk diserap oleh tanaman. Hal tersebut terlihat dari kandungan Mg di dalam
daun yang berlebih baik pada penambahan maupun tanpa penambahan pupuk
Kieserite.

12
Respons Fisiologi Tanaman terhadap Pemberian Dosis Pupuk Kieserite
Kandungan klorofil
Perlakuan dosis pupuk Kieserite tidak berpengaruh terhadap peubah
kandungan klorofil daun. Pengamatan pada 16 BST seluruh perlakuan memiliki
kandungan klorofil sekitar 0.06 Mg cm-2 sedangkan pada akhir pengamatan
sekitar 0.04 Mg cm-2. Pupuk Kieserite mengandung unsur Mg yang akan dilepas
untuk tanaman. Unsur Mg merupakan penyusun utama dari klorofil, dan tanpa
klorofil tanaman tidak mampu melakukan fotosintesis. Konsentrasi Mg pada
tanaman bervariasi antara 0.1-0.4% (Havlin et al 1999). Pengamatan kandungan
Mg dalam daun (Tabel 9) berkisar antara 0.49-0.62%. Hal tersebut menunjukan
kondisi yang berlebih dibanding rata-rata kandungan tanaman menurut Havlin et
al (1999). Kondisi tersebut diduga sebagai penyebab tidak berbedanya tingkat
hijau daun dari perlakuan pemupukan Kieserite. Respons kandungan klorofil daun
terhadap pupuk Kieserite disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Respons kandungan klorofil terhadap aplikasi pupuk Kieserite
Kandungan Klorofil (Mg cm-2)
Dosis Kieserite
-1
(g tanaman )
16 BST
20 BST
24 BST
0
0.06
0.04
0.04
625
0.06
0.04
0.04
1250
0.06
0.04
0.04
2500
0.06
0.04
0.04
CV
4.93
4.87
2.73
Notasi
tn
tn
tn
Keterangan: tn: Tidak nyata, CV: Coefficient variable, BST: Bulan Setelah Tanam
Magnesium merupakan bagian dari molekul klorofil dan berasosiasi
dengan fosfor (P) dalam proses pembentukan senyawa–senyawa fosfolipid yang
merupakan bagian dari minyak yang diproduksi. Kekurangan magnesium ditandai
dengan gejala klorosis (warna kekuningan) (Mangoensoekarjo dan Tojib 2005).
Analisis kandungan hara Mg pada jaringan daun
Hasil analisis jaringan daun diperoleh bahwa perlakuan kontrol maupun
penambahan pupuk Kieserite kandungan Mg dalam daun sekitar 0.49-0.62%
(Tabel 9) kondisi tersebut menunjukan status berlebih. Menurut Uexkull (1992)
(Lampiran 4) unsur Mg dalam daun dikatakan berlebih pada tanaman muda
sekitar 0.3-0.45%. Menurut Havlin et al (1999) konsentrasi Mg berkisar antara
0.1-0.4% hal tersebut menunjukan bahwa kandungan Mg dalam tanaman baik
kontrol maupun penambahan pupuk Kieserite pada kondisi berlebih. Hal ini juga
menjelaskan tidak terlihatnya pengaruh pemupukan Kieserite terhadap peubah
morfologi maupun fisiologi tanaman kelapa sawit.

13
Tabel 9 Kandungan hara Mg dalam daun setelah percobaan
Dosis Kieserite
Mg dalam daun (%)
Status Mg
(g Tanaman-1)
0
0.55
Berlebih
625
0.49
Berlebih
1250
0.57
Berlebih
2500
0.62
Berlebih
CV
10.22
Notasi
tn
Keterangan: tn: Tidak nyata, CV: Coefficient variable, BST: Bulan Setelah Tanam
Berdasarkan hasil analisis kandungan Mg dalam daun pemberian pupuk
Kieserite meningkatkan kandungan hara Mg dalam daun, namun tidak
memberikan pengaruh yang nyata. Kandungan hara Mg pada jaringan tanaman
daun dari seluruh perlakuan pada penelitian ini berada pada kondisi berlebih jika
dibandingkan dengan konsentrasi hara dalam daun tanaman kelapa sawit menurut
Uexkull (1992) yang disajikan pada (Lampiran 4). Pemupukan Kieserite dengan
dosis 625 g tanaman-1 tidak meningkakan kandungan Mg dalam daun, namun
penambahan dosis pupuk Kieserite sampai 1250 dan 2500 g tanaman-1
meningkatkan masing-masing 3 dan 12% kandungan Mg dalam daun.
Penyerapan Mg oleh tanaman tergantung pada jumlah larutan Mg2+, pH
tanah, kejenuhan, KTK (Kapasitas Tukar Kation), dan tipe dari liat.Tidak
terlihatnya pengaruh pemupukan Mg pada percobaan ini disebabkan karena
kandungan Mg dalam tanaman yang sudah berlebih. Jumlah Mg yang perlu
ditambahkan ke dalam tanah untuk menghasilkan produksi yang optimal
tergantung dari beberapa hal, yaitu jenis tanaman dan hasil yang ingin diperoleh,
besarnya KTK tanah, kejenuhan basa (dalam hal ini kandungan kalium dan
kalsium), dan kandungan Mg dalam tanaman itu sendiri (Novizan 2007).
Dinamika Hara Pupuk
Dinamika hara diamati dari penyebaran kandungan hara Mg pada kedalam
lapisan tanah tertentu. Hasil pengamatan menunjukan bahwa kadar hara Mg
tertinggi terdapat pada lapisan 0-20 cm. Pada percobaan ini terlihat bahwa kadar
Mg tanah pada lapisan 0-20 cm tidak berbeda antara perlakuan kontrol dan
penambahan 625 g tanaman-1 pupuk Kieserite. Pada lapisan 20-40 dan 40-60 cm
kadar hara Mg pada tanah perlakuan kontrol sekitar 0.34 me 100 g-1, perlakuan
625 g tanaman-1 sekitar 0.33 me 100 g-1. Kadar hara Mg pada kedalaman 0-60 cm
di dalam tanah dapat dilihat pada Tabel 10.

14
Tabel 10 Kadar Mg dalam tanah pada perlakuan kontrol dan perlakuan
penambahan dosis 625 g tanaman-1 pada kedalaman 0-60 cm, pada
akhir percobaan
Kedalaman (cm)
0-20
20-40
40-60

Kandungan Mg (me 100g-1)
0 g tanaman-1
625 g tanaman-1
0.36
0.36
0.34
0.33
0.34
0.33

.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari (Setiari et al 2012) dimana
konsentrasi sebagian besar unsur hara pada lapisan atas lebih besar dibandingkan
pada lapisan bawah. Faktor yang mempengaruhi konsentrasi unsur hara pada
lapisan 15-30 cm sama dengan faktor pada lapisan atas. Unsur Mg diperkirakan
diserap kuat oleh akar atau juga mengalami retensi kuat sehingga tidak
terdistribusi secara baik ke lapisan bawah tanah. Gao et al (2010) mengungkapkan
pada lahan basah di Delta Sungai Kuning di Cina, pemberian pupuk dan
amelioran dengan cara ditebarkan kedalam permukaan piringan tanah
menyebabkan perbedaan tingkat konsentrasi dikedua lapisan. Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan (Hidayat 2014) yang mengungkapkan bahwa kadar hara total
secara umum terakumulasi tinggi pada kedalaman 0-20 cm, kadar hara total akan
semakin menurun dengan meningkatnya lapisan kedalaman tanah. Tingginya
kadar Mg pada kedalaman 0-20 diperkirakan karena sebagian hara dari pupuk
masih belum banyak tercuci ke lapisan tanah yang lebih dalam.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian Kieserite tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi
tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah, panjang pelepah, luas daun, dan tingkat
kehijauan daun. Status hara Mg pada seluruh tanaman percobaan ini termasuk
kondisi yang berlebih.
Saran
Penambahan pupuk Kieserite tidak diperlukan lagi apabila status Mg di
dalam daun sudah berlebih.

DAFTAR PUSTAKA
Buana L. 2000. Potensi pengembangan industri hilir kelapa sawit di Indonesia.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 8(3): 145-147.
Direktorat Jendral Perkebunan. 2014. Pertumbuhan Areal Kelapa Sawit
Meningkat [Internet]. [diunduh 2015 Mar 10]. Tersedia pada:
http://ditjenbun.pertanian.go.id/berita-362-pertumbuhan-areal-kelapa-sawitmeningkat. html#.

15
Darmosarkoro W. 2005.Peningkatan Efektivitas Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan (ID): PPKS
Edi SS, Witjaksana D. 2004.Kieserite Produk Alam. Medan (ID).
Farhana MA, Yusop MR, Harun MH, Din AK. 2007. Performance of Tenera
Population for The Chlorophyll Contens and Yield Component. Palm
Oil Congress (Agriculture, Biotechnology & Sustainability). (2007 08 26
30); Malaysia.
Fauzi YY, Widyastuti I, Satyawibawa, Hartono R. 2002. Budidaya Pemanfaatan
hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit.Trubus.
Cimanggis (ID).
Fitria. 2014. Optimasi pupuk dolomit pada tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) belum menghasilkan umur satu tahun [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Gao H, Bai J, Wang Q, Huanga L, Xiao R. 2010. Profile Distribution of Soil
Nutrients in Unrestored and Restored Wetland of the Yellow River Delta,
China. Procedia Environmental Sciences 2: 1652-1661.
Hardon JJ, CN Williams, Watson I. 1969. Leaf Area and Yeild in the Oil Palm in
Malaysia. Expl. Agric. 5:25-32.
Hidayat S. 2014. Optimasi dan pengaruh berbagai paket pemupukan pada
tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur satu tahun [Tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Hidayat W. 2012.Manajemen pemupukan pada perkebunan kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di tambusai estate PT panca surya agrindo first resource ltd
kabupaten rokan hulu riau [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hakim M. 2007.Kelapa Sawit, Teknis Agronomis dan Manajemennya.Lembaga
Pupuk Indonesia. Jakarta (ID).
Havlin JL, Beaton JD, Tisdale SL, Nelson WL. 1999. Soil Fertility and Fertilizers
An Introduction to Nutrient Management. Ed ke- 6. New Jersey (USA):
Prentice Hall.
Kasno A, Nurjaya. 2011. Pengaruh pupuk kiserit terhadap pertumbuhan kelapa
sawit dan produktivitas tanah. J Littri.17(4). 133-139.
Katriani, Syam’un E, Tandipada D. 2011. Pertumbuhan dan produksi jagung
pada berbagai konsentrasi azotobacter dan paket pemupukan N P K. J
Agronomika. 1(2).65-70.
Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Marihat. Pematang Siantar (ID).
Mangoensoekarjo S, Tojib AT. 2005. Manajemen Budidaya Kelapa Sawit. hal 1318 Dalam S Mangoensoekarjo, H Semangun (Eds.). Manajemen Agrobisnis
Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press.Yogyakarta (ID).
Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta (ID).
Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta (ID).
Rustam EL, Agus W. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agro Media. Jakarta (ID).
Setiari M, Supandi S, Untung S, Fahmuddin A. 2012. Distribusi Unsur Hara dan
Perakaran pada Pola Pemupukan Kelapa Sawit di Dalam Piringan di
Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.Di dalam; Wigena et al,
editor.Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdregradasi; 2012 juni
29-30; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Kementrian Pertanian. Hlm 213-224.

16
Siallagan I, Sudradjat, Hariyadi. 2014. Optimasi pupuk organik dan NPK
majemuk pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) belum menghasilkan
berumur satu tahun. J Agron Indonesia. 42(2):166-172. (2014).
Sunarko. 2009. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan System
Kemitraan. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
Susila WR. 2004. Peluang investasi pada rehabilitasi perkebunan kelapa sawit di
indonesia. Agrimedia.9(1).54-63.
Von Uexkull HR. 1992. Oil Palm (Ealeis guineensis Jacq.).Wichmann, editor.
Berne (CH): IFA World Fertilizer Use Manual.
Wachjar A, Supijatno, Rubiana A. 2006. Pengaruh beberapa jenis pupuk hayati
terhadap pertumbuhan dua klon tanaman teh (Camellia sinensis (L) O.
Kuntze) Belum Menghasilkan.Bul Agron.34(3).160-164.
Yohansyah WM, Lubis I. 2014. Analisis produktivitas kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau.Bul
Agrohorti .2(1).125-131.

17

LAMPIRAN

18
Lampiran 1 Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah 2008)
Sifat kimia tanah
C-Organik (%)
Nitrogen
C/N
P2O5 HCL (mg/100g)
P2O5 Bray-1 (ppm)
P2O5 Olsen (ppm)
K2O HCL 25% (mg/100g)
KTK (mg/100g)
Basa-basa yang dapat
ditukar
K
Na
Mg
Ca
Kejenuhan basa (%)
Reaksi
tanah
pH (H2O)
pH (KCl)

.

Sangat
rendah
< 1.00
< 0.10
25
> 60
> 35
> 60
> 60
> 40

0.1-0.2
0.1-0.3
0.4-1.0
2-5
20-35
Masam

0.3-0.5
0.4-0.7
1.1-2.0
6-10
36-50
Agak
masam
5.6-6.5
.....

0.6-1.0
0.8-1.0
2.1-8.0
11-20
51-70
Netral

> 1.0
> 1.0
> 8.0
> 20
70
Agak Alkalin
alkalin
7.6-8.5
>8.5
6.1-6.5
>6.5

4.5-5.5
2.5-4.0

6.6-7.5
4.1-6.0

19
Lampiran 2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh produk Kieserite terhadap tinggi
tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah, panjang pelepah, indeks
luas daun, dan tingkat kehijauan daun
Perlakuan

Kieserite

Umur (BST)
Tinggi tanaman

Notasi

Koefisien ragam

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

3.622558
3.750369
3.769449
4.467429
4.373453
6.312459
5.567652
5.006963
5.16039
2.933151
3.615343
3.627909

Lingkar batang

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
tn
tn
tn

3.291789
3.497065
2.643663
3.790738
2.999522
3.470817
2.505639
2.396404
2.025951
5.517965
5.524031
6.243019
Keterangan: tn: Tidak nyata, *: Berbeda nyata pada taraf 5%, BST: Bulan Setelah
Tanam

20
Lampiran 3 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh produk Kieserite terhadap tinggi
tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah, panjang pelepah, indeks
luas daun, dan tingkat kehijauan daun (lanjutan)
Perlakuan

Umur (BST)
Jumlah pelepah

Notasi

Koefisien ragam

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

2.51904
2.329574
2.197459
2.014602
2.084986
2.374399
2.417768
2.591337
2.69009
2.52538
2.337881
2.241748

tn
*
tn
tn
tn
tn

10.00975
1.614408
3.491321
4.076575
5.755678
6.765001

tn
tn
tn
tn
tn
tn

9.46998
8.523446
9.714141
8.050955
9.059009
10.69959

Panjang pelepah

Kieserite

13
15
17
19
21
23
Indeks luas daun

13
15
17
19
21
23
Tingkat kehijauan daun

16
20
24

6.0348
tn
3.504999
tn
2.325701
tn
Keterangan: tn: Tidak nyata, *: Berbeda nyata pada taraf 5%, BST: Bulan Setelah
Tanam

21
Lampiran 4 Konsentrasi hara dalam daun kelapa sawit pada kondisi defisiensi dan
optimum
Unsur
hara
Satuan
N
P
K
Mg
Ca
S

%
%
%
%
%
%

Kondisi defisiensi
Tanaman Tanaman
muda
Tua
1.00
>0.60

Tanaman
tua
3.0
>0.25
>1.90
>0.70
>1.00
>0.60

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Mei 1993 dari ayah Sugiyanta
dan ibu Choiriyatun Majidah. Penulis adalah putera pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SDN Polisi IV Bogor, dan pada tahun 2008 penulis
lulus dari SMPN 4 Bogor. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor
dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan
diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.