Optimasi Berbagai Taraf Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun

OPTIMASI BERBAGAI TARAF PEMUPUKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT BELUM
MENGHASILKAN UMUR DUA TAHUN

RATIH RAHHUTAMI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Optimasi Berbagai
Taraf Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit Belum
Menghasilkan Umur Dua Tahun adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Ratih Rahhutami
NIM A252130051

RINGKASAN
RATIH RAHHUTAMI. Optimasi Berbagai Taraf Pemupukan terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun.
Dibimbing oleh SUDRADJAT dan SUDIRMAN YAHYA.
Penentuan jenis dan dosis pupuk menjadi hal penting yang harus
diperhatikan dalam budidaya kelapa sawit. Penggunaan jenis dan dosis pupuk
yang tepat dapat menunjang pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari respons morfologi dan fisiologi tanaman kelapa
sawit TBM II terhadap pemberian pupuk tunggal, pupuk majemuk, pupuk
organik, dan pupuk mikro serta menentukan dosis optimum pupuk tunggal dan
pupuk majemuk untuk tanaman kelapa sawit TBM II.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai Maret 2015 di
Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit IPB-Cargil Jonggol, Bogor, Jawa
Barat. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok lengkap
(RAKL) faktor tunggal dengan tiga ulangan. Terdapat sebelas perlakuan yang

terbagi dalam kelompok jenis pupuk: pupuk tunggal (0, ½, 1, dan 2 kali dosis
rekomendasi; kontrol, 1125 g urea + 975 g SP-36 + 1125 g KCl + 50 g borat + 50
g CuSO4.5H2O, 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat + 50 g
CuSO4.5H2O, 4500 g urea + 3900 g SP-36 + 4500 g KCl + 50 g borat + 50 g
CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1), pupuk majemuk (0, ½, 1, dan 2 kali dosis
rekomendasi; kontrol, NPK 1800 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, NPK 3600 g
+ 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, NPK 7200 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O
tanaman-1 tahun-1), pupuk organik (0, 1, dan 2 kali dosis rekomendasi; kontrol
(2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl), 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250
g KCl + 30 kg pupuk organik, 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 60 kg
pupuk organik tanaman-1 tahun-1), dan pupuk mikro (dengan dan tanpa pupuk
mikro; 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat + 50 g
CuSO4.5H2O dan NPK 3600 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O; 2250 g urea +
1950 g SP-36 + 2250 g KCl dan NPK 3600 g tanaman-1 tahun-1). Data yang
diperoleh dianalisis ragam pada taraf α = 0.05, apabila terdapat pengaruh nyata,
dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal dan kontras ortogonal untuk masingmasing kelompok perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk tunggal dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman secara kuadratik terhadap jumlah pelepah
daun, dan secara linier terhadap tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah
daun, dan panjang pelepah ke-9, namun tidak berpengaruh nyata terhadap peubah

lainnya. Pemberian pupuk majemuk dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman
secara kuadratik terhadap tinggi tanaman, dan secara linier terhadap lingkar
batang, jumlah pelepah daun, panjang pelepah ke-9, dan laju fotosintesis, namun
tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya. Pemberian pupuk organik
hanya meningkatkan kadar hara P daun umur 24 bulan. Pemberian pupuk mikro
hanya meningkatkan kadar hara B daun umur 18 bulan. Hasil penelitian ini hanya
dapat menentukan dosis optimum pupuk tunggal, yaitu: 3667.5 g urea + 3178.5 g
SP-36 + 3667.5 g KCl tanaman-1 tahun-1.
Kata kunci: pertumbuhan vegetatif, pupuk anorganik, titik kritis hara

SUMMARY
RATIH RAHHUTAMI. Optimization of Some Fertilizer Dosage on Growth of
Two Years Old Immature Oil Palm. Supervised by SUDRADJAT and
SUDIRMAN YAHYA.
Determining the kind and rate of oil palm fertilizing is considered very
important. The use of the right kind and rate of a fertilizer should support the
growth and the production of oil palm. The objectives of this research were to
study the response of morphology and physiology on two years old immature oil
palm and to determine the optimum rate of the single fertilizer dosage, compound
fertilizer dosage, organic fertilizer dosage, and micro fertilizer.

This research was conducted from April 2014 to march 2015 at IPB-Cargill
Teaching of Oil Palm, Jonggol, Bogor, West Java, Indonesia. The experiment was
arranged in a randomized block design with one factor and three replications.
There are eleven treatments that divided into groups of kind of fertilizers: single
fertilizer (0, ½, 1, and 2 times recommendation dosage; control, 1125 g urea + 975
g SP-36 + 1125 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, 2250 g urea + 1950 g
SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, 4500 g urea + 3900 g SP36 + 4500 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O plant-1 year-1), compound
fertilizer (0, ½, 1, and 2 times recommendation dosage; control, NPK 1800 g + 50
g borat + 50 g CuSO4.5H2O, NPK 3600 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, NPK
7200 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O plant-1 year-1), organic fertilizer (0, 1,
and 2 times recommendation dosage; control (2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250
g KCl), 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 30 kg organic fertilizer, and
2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 60 kg organic fertilizer plant-1 year1
), and micro fertilizer (with and without micro fertilizer; 2250 g urea + 1950 g
SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O and NPK 3600 g + 50 g
borat + 50 g CuSO4.5H2O; 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl and NPK
3600 g plant-1 year-1). Data were analized with analysis of variance, If there is a
significant treatment effect, the further analysis using orthogonal polynomial and
contrast orthoganal were conducted for each group of kind of fertilizer.
The result showed that the single fertilizer significantly and quadraticly

increased the leaf number, and linearly increased plant height, trunk girth, length
of leaf frond number nine. However, it did not significantly affect other variables.
The compound fertilizer significantly and quadraticly increased the plant height,
and linierly increased trunk girth, leaf number, length of leaf frond number nine,
and net assimilation rate. However, it did not significantly affect other variables.
The organic fertilizer only significantly increased the P content of the leaf at the
24 month. The micro fertilizer only significantly increased the B content of the
leaf at the 18 month. This experiment showed that only the optimum rate of single
fertilzer was able to determine, there was 3667.5 g urea + 3178.5 g SP-36 +
3667.5 g KCl plant-1 year-1.
Keywords: critical nutrient level, inorganic fertilizer, vegetative growth

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

OPTIMASI BERBAGAI TARAF PEMUPUKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT BELUM
MENGHASILKAN UMUR DUA TAHUN

RATIH RAHHUTAMI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji luar komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Didy Sopandie, MAgr


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam tesis ini adalah pemupukan tanaman kelapa sawit dengan judul Optimasi
Berbagai Taraf Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit Belum
Menghasilkan Umur Dua Tahun.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Sudradjat, MS dan Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc selaku komisi
pembimbing atas segala bimbingan dan saran selama penelitian hingga
tersusunnya tesis ini.
2. Dr Ir Maya Melati, MS, MSc selaku Ketua Program Studi Agronomi dan
Hortikultura atas arahan selama menyelesaikan studi.
3. Prof Dr Ir Didy Sopandie, MAgr selaku penguji luar komisi atas masukan dan
saran yang telah diberikan.
4. Ayahanda Indarto (alm) dan Ibunda Sulistyowati serta kakak Haryo Parisunu
dan adik Tunjung Andarwangi atas segala doa, perhatian, dan bantuan selama
ini.
5. Ega Faustina, Adinda Nurul Huda, dan Putri Irene Kanny atas segala bantuan,
diskusi, dan motivasinya selama penelitian hingga tersusunnya tesis ini.

6. Manager dan seluruh staf pegawai kebun Penelitian dan Pendidikan IPBCargill Jonggol yang telah banyak membantu selama penelitian.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan saran
yang diberikan.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, September 2015
Ratih Rahhutami

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

1
1
2

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pemupukan Kelapa Sawit
Kebutuhan Hara Tanaman Kelapa Sawit
Optimasi Berbagai Taraf Pemupukan terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun
Penentuan Dosis Optimum

2
2
4
5

5

3 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan
Alat
Metode Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Pengamatan
Prosedur Analisis Data

6
6
6
6
6
8
8
10


4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Respons terhadap Taraf Pupuk Tunggal
Penentuan Dosis Optimum Pupuk Tunggal
Respons terhadap Taraf Pupuk Majemuk
Respons terhadap Taraf Pupuk Organik
Respons terhadap Pemberian Pupuk Mikro
Pembahasan Umum

11
11
12
17
18
24
28
31

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

32
32
32

DAFTAR PUSTAKA

33

LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

39

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Perlakuan berbagai taraf pemupukan
Hasil analisis tanah awal di lokasi penelitian
Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian taraf pupuk tunggal
Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap tinggi tanaman
Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap lingkar batang
Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap jumlah pelepah daun
Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap panjang pelepah ke-9
Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap luas daun pelepah ke-9
Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap kehijauan daun,
kerapatan stomata, dan laju fotosintesis
Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap kadar hara N, P,
dan K daun
Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap kadar hara B dan Cu daun
Persamaan regresi dosis optimum pupuk tunggal
Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian taraf pupuk majemuk
Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap tinggi tanaman
Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap lingkar batang
Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap jumlah pelepah daun
Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap panjang pelepah ke-9
Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap luas daun pelepah ke-9
Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap kehijauan daun,
kerapatan stomata, dan laju fotosintes
Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap kadar hara N, P,
dan K daun
Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap kadar hara B dan
Cu daun
Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian taraf pupuk organik
Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap peubah morfologi
Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap kehijauan daun,
kerapatan stomata, dan laju fotosintesis
Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap kadar hara N, P,
dan K daun
Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap kadar hara B dan Cu daun
Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian pupuk mikro
Pengaruh pemberian pupuk mikro terhadap peubah morfologi
Pengaruh pemberian pupuk mikro terhadap kadar kehijauan daun,
kerapatan stomata, dan laju fotosintesis
Pengaruh pemberian pupuk mikro terhadap kadar hara N, P,
dan K daun
Pengaruh pemberian pupuk mikro terhadap kadar hara B dan Cu daun
Rekapitulasi pengaruh taraf pupuk terbaik dari masing-masing
kelompok pemupukan terhadap rata-rata jumlah pelepah daun pada
umur 24 bulan

7
11
12
13
13
14
14
15
16
16
17
18
19
19
20
20
21
21
23
24
24
25
26
26
27
27
28
29
30
30
30

32

DAFTAR GAMBAR
1 Kurva dan persamaan regresi respons tinggi tanaman dan jumlah
pelepah daun pada berbagai taraf pupuk tunggal umur 24 bulan
2 Kurva dan persamaan regresi respons lingkar batang dan jumlah
pelepah daun pada berbagai taraf pupuk majemuk umur 24 bulan

 

1
2
3
4
5
6
7
8

18
22

DAFTAR LAMPIRAN
Batas kritis kadar hara makro pada daun kelapa sawit
Batas kritis kadar hara mikro pada daun kelapa sawit
Uptake hara oleh tanaman kelapa sawit
Hasil analisis pupuk organik yang digunakan
Hasil analisis pupuk anorganik yang digunakan
Hasil uji korelasi antarpeubah pupuk tunggal umur 24 bulan
Hasil uji korelasi antarpeubah pupuk majemuk umur 24 bulan
Data rata-rata curah hujan, hari hujan, suhu, dan kelembaban udara

36 
36 
36 
37 
37 
37 
38 
38 

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan andalan Indonesia yang dapat menghasilkan minyak untuk tujuan
komersil, seperti minyak goreng, margarin, sabun, dan lilin. Produksi minyak
kelapa sawit sangat ditentukan oleh pemeliharaan kelapa sawit terutama pada fase
tanaman belum menghasilkan (TBM). Salah satu faktor yang berperan dalam
pemeliharaan tanaman adalah kegiatan pemupukan. Pemupukan merupakan salah
satu aspek pemeliharaan tanaman yang harus diperhatikan dengan baik mengingat
biayanya yang cukup tinggi.
Pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna
mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan memaksimalkan
produksi tandan buah segar atau TBS. Unsur hara yang diberikan melalui
pemupukan harus memperhatikan prinsip pemupukan berimbang yaitu
memberikan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk dengan
dosis yang lebih rendah dari kebutuhan tanaman tidak akan memberi pengaruh
optimal bagi pertumbuhan dan produksi tanaman baik kualitas maupun kuantitas,
sedangkan pemberian pupuk secara terus menerus melebihi kebutuhan tanaman
akan menurunkan kualitas lingkungan dan penurunan pertumbuhan serta produksi
tanaman (Safuan et al. 2013). Pupuk yang diberikan untuk mencukupi kebutuhan
akan unsur hara bagi tanaman dapat berupa pupuk anorganik dan pupuk organik.
Pupuk anorganik pada umumnya berada dalam bentuk pupuk tunggal dan
pupuk majemuk yang mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan
tanaman seperti pupuk tunggal urea, KCl, SP-36, B, dan Cu serta pupuk majemuk
NPK. Pemberian pupuk anorganik dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan hara
yang tidak dapat disediakan oleh tanah. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah
diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Penelitian
Siallagan et al. (2014) menunjukkan bahwa kombinasi pemberian pupuk
anorganik dan organik menghasilkan tinggi tanaman dan lingkar batang yang baik
pada tanaman kelapa sawit TBM I. Pemberian pupuk anorganik dan pupuk
organik juga dapat meningkatkan pertumbuhan fisiologi pada tanaman kelapa
sawit. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Manurung et al. (2015) yang
menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK sampai dosis 4.8 kg
tanaman-1 tahun-1 memberikan pengaruh nyata terhadap laju fotosintesis, kadar
hara N dan P pada daun kelapa sawit TBM II. Begitu juga dengan hasil penelitian
Kanny et al. (2015) yang menunjukkan bahwa kadar hara P daun kelapa sawit
TBM II terbaik yaitu pada pemberian pupuk organik dengan dosis 90 kg tanaman1
tahun-1.
Penetapan dosis optimum dalam pemupukan ditujukan untuk meningkatkan
produktivitas dengan kualitas yang baik dan meningkatkan efisiensi. Analisis
jaringan tanaman dan tanah merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk
menetapkan dosis optimum pemupukan. Webb (2009) menyatakan bahwa fungsi
kuadratik dapat dijadikan teori dalam menetapkan dosis optimum, karena dari
fungsi tersebut akan diketahui keadaan status hara pada tanaman (kahat, cukup,
atau berlebihan).

2
Berdasarkan hasil penelitian Sudradjat et al. (2015) pada TBM I
menunjukkan bahwa taraf pupuk yang diujikan yaitu ½ dosis, sesuai dosis, dan
1½ kali dosis PPKS, belum memberikan pengaruh nyata secara kuadratik
sehingga dosis optimum belum dapat ditentukan. Dengan demikian pada
penelitian lanjutan ini yaitu pada TBM II digunakan taraf pemupukan yang
berbeda dari penelitian sebelumnya untuk pupuk urea, SP-36, KCl, dan NPK
menggunakan taraf ½ dosis, sesuai dosis, dan 2 kali dosis rekomendasi. Ketepatan
jenis dan dosis pemupukan akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi
dan keefektifan pemupukan di suatu daerah.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mempelajari respons morfologi dan fisiologi tanaman kelapa sawit TBM II
terhadap pemberian pupuk tunggal, majemuk, organik, dan mikro.
2. Menentukan dosis optimum pupuk tunggal dan pupuk majemuk pada tanaman
kelapa sawit TBM II.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pemupukan Kelapa Sawit
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam budidaya
tanaman kelapa sawit untuk mencapai produksi maksimal. Unsur hara utama yang
memerlukan perhatian dalam pemupukan kelapa sawit yaitu N, P, K, Mg, B, dan
Cu. Tanaman memperoleh unsur hara dari berbagai sumber seperti dari tanah,
pupuk organik, maupun pupuk anorganik.
Pupuk anorganik dan organik
Pupuk anorganik yang dapat ditambahkan pada tanaman kelapa sawit dapat
berupa pupuk tunggal atau pupuk majemuk. Pupuk tunggal merupakan pupuk
yang mengandung satu jenis hara saja. Pupuk tunggal yang umum digunakan
untuk tanaman kelapa sawit adalah Urea dan ZA sebagai sumber hara N. Triple
Superfosfat (TSP), SP-36 dan Rock Phosphate (RP) sebagai sumber hara P.
Muriate of Potash (MOP) sebagai sumber hara K. Kieserit dan Dolomit sebagai
sumber hara Mg.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara
dalam satu jenis pupuk. Pupuk majemuk merupakan salah satu pupuk anorganik
yang dapat digunakan dalam meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara
secara bersamaan. Keunggulan dari pupuk majemuk dibandingkan dengan pupuk
tunggal diantaranya adalah lebih praktis dalam aplikasinya di lapangan karena
satu jenis pupuk majemuk mengandung sebagian besar hara yang dibutuhkan
tanaman. Salah satu produk pupuk NPK yang telah banyak beredar di pasaran

3
adalah pupuk NPK Phonska (15:15:15) dengan kandungan nitrogen (N) 15%,
Fosfor (P2O5) 15%, dan Kalium (K2O) 15%.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa (serasah) tanaman,
kotoran hewan atau bagian hewan dan atau limbah organik lainnya yang telah
melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, misalnya pupuk kandang,
pupuk hijau, dan kompos. Pemberian pupuk organik berfungsi untuk memperbaiki
sifat fisika tanah seperti struktur tanah dan kapasitas menahan air, sifat kimia
tanah seperti kapasitas tukar kation, dan sifat biologi tanah dalam menambah
energi yang diperlukan mikroorganisme tanah. Selain itu pemberian pupuk
organik dapat menambah kandungan hara dalam tanah, meskipun kandungan hara
dalam pupuk organik relatif rendah (Uwumarongie et al. 2012).
Pupuk organik yang sering digunakan dalam budidaya tanaman adalah
pupuk kandang. Pupuk kandang dari kotoran sapi merupakan jenis pupuk kandang
yang sering diaplikasikan untuk tanaman kelapa sawit. Pupuk kandang sapi
mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, memudahkan pertumbuhan
akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada tanah, memperbaiki tekstur dan
struktur tanah, meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme
tanah. Untuk mendapatkan hasil maksimal, pupuk organik kotoran sapi ini harus
dikomposkon terlebih dahulu sebelum digunakan dengan C/N rasio di bawah 20.
Jika belum dikomposkan pupuk organik dari kotoran hewan memiliki C/N rasio
yang masih sangat tinggi sehingga akan kurang efektif karena sulit diserap
tanaman dan mudah terbawa air hujan (Hartatik dan Widowati 2010).
Unsur hara makro
Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah
yang besar seperti N, P, dan K karena berperan dalam penyusun protoplasma sel.
Peran nitrogen bagi pertumbuhan kelapa sawit diantaranya adalah sebagai
penyusun protein, klorofil, dan berperan pada proses fotosintesis karena unsur ini
terkandung dalam klorofil. Kekurangan N pada kelapa sawit menyebabkan daun
menjadi klorosis, pelepah pertama berwarna hijau pucat kemudian menjadi
kuning, anak daun yang baru muncul berukuran sempit (Ng 1972). Namun jika N
diberikan secara berlebih, akan berakibat sangat merugikan bagi tanaman. Selain
itu, pemberian N yang berlebih juga dapat merugikan secara ekonomis karena
pada waktu-waktu tertentu N mudah larut dan hilang dalam air drainase, serta
mudah menguap, sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Soepardi 1979). Tanaman
menyerap nitrogen terutama dalam bentuk nitrat NO3- namun bentuk lain yang
juga dapat diserap adalah amonium (NH4+) (Munawar 2011).
Fosfor terdapat dalam setiap tanah, walaupun jumlahnya tidak sebanyak N
dan K. Menurut Soepardi (1979) fungsi-fungsi utama pupuk P adalah : sebagai
penyusun metabolit dan senyawa kompleks, sebagai aktivator, kofaktor, atau
pengatur enzim, dan berperan dalam proses fisiologi seperti dalam pembentukan
ATP. Masalah terpenting dari P adalah bahwa sebagian P tidak tersedia bagi
tanaman. Bila P larut ditambahkan ke dalam tanah, sebagian daripadanya diikat
atau dibuat menjadi tidak tersedia bagi tanaman sekalipun keadaan tanah sangat
baik. Adapun masalah umum unsur P adalah jumlah di dalam tanah sedikit dan
adanya fiksasi fosfor yang tinggi. Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4dan HPO42-. Tanaman juga menyerap P dalam bentuk fosfat organik, yaitu asam
nukleat dan phytin (Munawar 2011).

4
Peran utama K bagi tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim,
berperan pada aktifitas stomata, menjamin vigor tanaman, tanaman lebih tahan
terhadap penyakit, dan merangsang pertumbuhan akar. Namun, pada saat tertentu
sebagian besar dari unsur ini tidak tersedia bagi tanaman karena K peka terhadap
pencucian (Soepardi 1979). Kekurangan K menyebabkan klorosis pada daun tua
kemudian tepi daun memperlihatkan gejala nekrosis. Tanaman yang kekurangan
unsur ini akan lebih peka terhadap penyakit dan kekeringan. Kalium diserap
tanaman dalam bentuk ion K+, kalium dapat ditambahkan ke dalam tanah dalam
bentuk garam-garam mudah larut seperti KCl, K2SO4, dan KNO3 (Munawar
2011).
Unsur hara mikro
Unsur mikro dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit meskipun dalam
jumlah yang sedikit. Salah satu unsur mikro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman kelapa sawit adalah Boron (B) dan Tembaga (Cu).
Boron pada tanaman kelapa sawit berperan untuk membantu proses
pembelahan, pemanjangan, dan diferensiasi sel serta pembentukan serbuk sari.
Unsur B juga membantu translokasi gula melalui floem. Kekurangan boron dapat
menyebabkan ujung daun menjadi tidak normal dan tumbuh membengkok, rapuh,
berwarna hijau gelap, serta daun yang baru tumbuh memendek (Ng 1972). Di
dalam tanaman B merupakan salah satu unsur mikro yang tidak mobil, namun
mobil di dalam tanah. Boron larut dalam bentuk H3BO3 atau B(OH)4.
Ketersediaan B sensitif terhadap pH dengan kadar maksimum pada pH 5-7
(Munawar 2011).
Tembaga (Cu) merupakan bagian dari enzim polifenol oxidase yang
berperan dalam sintesis lignin yang juga dibutuhkan dalam metabolisme
karbohidrat, lipid, dan nitrogen (Munawar 2011). Tembaga (Cu) berperan dalam
membantu pembentukan klorofil (zat hijau daun) dan katalisator proses fisiologi
tanaman. Selain itu tembaga juga berperan dalam metabolisme karbohidat dan
protein, juga berperan dalam terbentuknya bunga (akhir masa vegetatif).
Kekurangan Cu pada tanaman kelapa sawit yang masih muda mengakibatkan
tanaman menjadi kerdil dan daun tampak kekuningan, hal ini dikarenakan
pembentukan zat hijau daun (klorofil) terhambat yang juga dapat mengakibatkan
fotosintesis tanaman terganggu, sehingga mengurangi pembentukan karbohidrat
dan zat tepung sebagai bahan makan tanaman (Stephanus et al. 2013).

Kebutuhan Hara Tanaman Kelapa Sawit
Kebutuhan hara pada tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh jenis
tanah, iklim, dan umur tanaman. Kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat
ditentukan melalui analisis daun. Analisis daun menggambarkan kadar hara
tanaman pada kondisi kahat, cukup, atau berlebih (Lampiran 1 dan 2). Kandungan
hara K dan Mg umumnya lebih bervariasi daripada N dan P, karena K dan Mg
sangat sensitif terhadap iklim. Selain melaui analisis daun, kebutuhan hara pada
tanaman kelapa sawit juga dapat ditentukan dengan mengetahui jumlah hara yang
ter-uptake oleh tanaman (terangkut saat panen, hara yang bersifat immobil dalam
jaringan, dan hara yang kembali ke dalam tanah) (Lampiran 3) (IFA 1992).

5
Pada Lampiran 3 terlihat bahwa hara K lebih banyak ter-uptake menyusul
kemudian hara N, Mg, dan P. Hal tersebut menunjukkan bahwa hara yang paling
dibutuhkan oleh kelapa sawit berturut-turut adalah K, N, Mg, dan P. Pada kelapa
sawit, uptake hara selama tahun pertama tergolong rendah, tetapi meningkat
secara bertahap antara tahun pertama sampai tahun ketiga ketika panen dimulai
dan mulai stabil pada tahun kelima sampai keenam (IFA 1992).

Optimasi Berbagai Taraf Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun
Penentuan dosis optimum berbagai taraf pemupukan pada tanaman kelapa
sawit TBM I adalah penelitian pendahuluan sebelum dilakukannya penelitian
pada kelapa sawit TBM II ini. Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2014) ini
menggunakan 11 perlakuan yang terbagi dalam taraf pupuk tunggal, majemuk,
organik, dan mikro seperti halnya pada penelitian TBM II namun menggunakan
dosis yang berbeda dengan TBM II.
Hasil penelitian pada TBM I menunjukkan bahwa untuk pemberian pupuk
tunggal nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman, lingkar
batang, luas daun, kadar klorofil, kadar P daun, dan jumlah pelepah daun pada
akhir pengamatan, namun tidak berpengaruh nyata terhadap panjang pelepah ke-9,
kerapatan stomata, kadar N, dan K daun. Sementara pemberian pupuk majemuk
nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah pelepah
daun, luas daun pelepah ke-9, kadar klorofil, kadar N, dan P daun, namun tidak
berpengaruh nyata terhadap lingkar batang, panjang pelepah ke-9, kerapatan
stomata, dan kadar K daun. Pemberian pupuk organik dan mikro tidak
berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati. Dosis optimum pupuk
tunggal dan majemuk untuk tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur satu
tahun belum dapat ditentukan pada rentang dosis yang digunakan.
Kadar hara daun untuk pupuk tunggal sampai dosis tertinggi menunjukkan
bahwa kadar P daun lebih tinggi dari titik kritis hara, sementara kadar N dan K
daun belum mencapai titik kritis hara. Untuk pupuk majemuk, kadar N dan P daun
lebih tinggi dari titik kritis hara, sementara kadar hara K daun belum mencapai
titik kritis hara. Belum tercapainya dosis optimum untuk pupuk tunggal dan
majemuk pada TBM I diduga karena kadar hara N dan K daun masih di bawah
nilai titik kritis hara, sehingga respons pertumbuhan terhadap pemupukan masih
terus meningkat secara linier untuk mencapai keseimbangan kadar hara dalam
tanaman (Saputra 2014).

Penentuan Dosis Optimum
Dosis optimum dapat ditentukan dengan melakukan percobaan pemupukan
menggunakan rancangan percobaan faktor tunggal atau faktorial. Rancangan
faktor tunggal atau faktorial yang akan dipilih erat kaitannya dengan jumlah
pupuk yang akan diberikan pada tanaman. Rancangan faktorial dapat digunakan
untuk melihat interaksi antar hara yang terjadi. Percobaan faktorial dua faktor

6
merupakan rancangan yang umum digunakan dibandingkan dengan rancangan
faktorial tiga atau empat faktor (Corley dan Tinker 2003).
Data dari hasil percobaan dapat digunakan untuk menentukan respons
tanaman (linier dan atau kuadratik) terhadap aplikasi pemupukan. Persamaan
linier menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan,
pertumbuhan tanaman masih menunjukkan peningkatan yang nyata atau dengan
kata lain dosis optimum masih belum tercapai sampai rentang dosis pupuk yang
diberikan. Sementara persamaan kuadratik menunjukkan bahwa dengan semakin
tingginya dosis pupuk yang diberikan maka pertumbuhan tanaman pun akan
meningkat yang kemudian akan terjadi penurunan pertumbuhan, sehingga dosis
optimum sudah dapat ditentukan. Webb (2009) menyatakan bahwa dengan
diketahuinya dosis optimum, maka dampak negatif dari pupuk berlebih dapat
diminimalkan. Dosis optimum dapat digunakan sebagai pedoman dalam
menentukan dosis dasar pemupukan.

3 METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian
Percobaan dilaksanakan di Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit
IPB-Cargill Jonggol, Bogor, Jawa Barat yang terletak pada ketinggian 113 m di
atas permukaan laut, pada bulan April 2014 sampai dengan Maret 2015.
Analisis tanah, pupuk, dan jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia
dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas
Pertanian IPB.

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman kelapa sawit TBM II varietas
Damimas berumur 16 bulan, pupuk organik (Lampiran 4), pupuk Urea, SP-36,
KCl, pupuk NPK Phonska, terusi (CuSO4.5H2O), dan pupuk Borat (Lampiran 5),
serta cat kuku bening.

Alat
Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, meteran, SPAD-502
plus chlorophyll meter, licor 6400, mikroskop, oven, dan preparat.

Metode Penelitian
Rancangan perlakuan menggunakan rancangan faktor tunggal dalam
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) pengelompokan berdasarkan
kemiringan lahan. Perlakuan yang diterapkan terdiri dari 11 perlakuan yaitu satu

7
perlakuan kontrol (pupuk dasar) dan 10 perlakuan dari kombinasi jenis dan dosis
pupuk (Tabel 1). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali dan setiap satuan
percobaan terdiri atas lima tanaman kelapa sawit sehingga total satuan
percobaan sebanyak 165 tanaman. Dosis pupuk yang diterapkan terdiri atas 4
taraf untuk perlakuan pupuk urea, SP-36, KCl, dan NPK yaitu kontrol, ½ dosis,
sesuai dosis, dan 2 kali dosis rekomendasi. Sementara untuk pupuk organik terdiri
atas 3 taraf yaitu kontrol, sesuai dosis, dan 2 kali dosis rekomendasi. Perlakuan
dosis yang digunakan berdasarkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) dengan
mempertimbangkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saputra
(2014).
Tabel 1 Perlakuan berbagai taraf pemupukan
Perlakuan

Taraf pupuk
(kali dosis rekomendasi)
Kontrol
½

Pupuk
tunggal

1
2
Kontrol
½

Pupuk
majemuk*

1
2
Kontrol

Pupuk
organik

1
2

Pupuk
mikro

pupuk tunggal dengan
pupuk mikro (M1a)
pupuk majemuk dengan
pupuk mikro (M1b)
pupuk tunggal tanpa
pupuk mikro (M0a)
pupuk majemuk tanpa
pupuk mikro (M0b)

Keterangan : *: Pupuk majemuk NPK (15:15:15)

Kombinasi dan jenis pupuk
(tanaman-1 tahun-1)
60 kg pupuk kandang sapi + 500 g
Rock phospate + 500 g dolomit
1125 g urea + 975 g SP-36 + 1125 g
KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O
2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g
KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O
4500 g urea + 3900 g SP-36 + 4500 g
KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O
60 kg pupuk kandang sapi + 500 g
Rock phospate + 500 g dolomit
1800 g NPK + 50 g borat + 50 g
CuSO4.5H2O
3600 g NPK + 50 g borat + 50 g
CuSO4.5H2O
7200 g NPK + 50 g borat + 50 g
CuSO4.5H2O
2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g
KCl
2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g
KCl + 30 kg pupuk kandang sapi
2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g
KCl + 60 kg pupuk kandang sapi
2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g
KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O
3600 g NPK + 50 g borat + 50 g
CuSO4.5H2O
2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g
KCl
3600 g NPK

8
Model linier aditif dari rancangan yang digunakan sebagai berikut:
Yij = μ + αi + βj + εij
Keterangan:
i
= 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
j
= 1, 2, 3
Yij = respons pengamatan pada unit percobaan yang mendapat
perlakuan pemupukan ke-i pada kelompok ke-j
μ
= rataan umum
αi
= pengaruh pemupukan ke-i
βj
= pengaruh kelompok ke-j
εij = pengaruh acak dari pemupukan ke-i dan kelompok ke-j

Pelaksanaan Penelitian
Pemupukan
Tanaman kelapa sawit telah dipupuk dasar dengan pupuk kandang
kotoran sapi sebanyak 60 kg, Rock Phospate 500 g, dan dolomit sebanyak 500 g
tanaman-1 sebelum diberi perlakuan. Penerapan perlakuan dilakukan dua kali
yaitu setiap enam bulan sekali pada 16 dan 22 bulan setelah pindah tanam dengan
dosis pemupukan masing-masing setengah dari total dosis perlakuan.
Piringan dibersihkan dari gulma yang tumbuh sebelum aplikasi pemupukan
dilakukan. Pupuk diberikan dengan cara disebar merata di atas piringan kelapa
sawit.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi kastrasi yang dilakukan sampai tanaman
berumur 18 bulan dan pengendalian gulma pada piringan secara manual dan
kimiawi menggunakan herbisida.

Pengamatan
Pengamatan Morfologi Tanaman
Pengamatan morfologi tanaman dilakukan setiap bulan kecuali peubah
tinggi tanaman yang diamati setiap dua bulan sekali selama 12 bulan. Adapun
peubah-peubah morfologi yang diamati adalah:
1. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur dari batas pangkal batang
hingga pelepah termuda yang telah membuka sempurna yang ditegakkan
menggunakan meteran kain yang dimodifikasi.
2. Jumlah pelepah daun. Pelepah daun yang dihitung merupakan pelepahpelepah daun yang telah membuka sempurna.
3. Lingkar batang (cm). Lingkar batang yang diukur adalah kumpulan pelepah
daun yang masih terbungkus serabut menggunakan meteran kain.
4. Panjang daun pelepah ke-9 (cm). Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal
yang berduri hingga ujung pelepah menggunakan meteran kain.

9
5. Luas daun (m2). Pengukuran luas daun dilakukan pada daun-daun tanaman
contoh yaitu pada pelepah daun ke-9, dengan mengukur panjang, lebar, dan
jumlah anak daun kemudian luas daun dihitung menggunakan rumus Sutarta
dan Darmokusumo (2007) dalam Sudradjat et al. (2015) :

Keterangan: p
l
n
k

= panjang anak daun (cm)
= lebar anak daun
= jumlah helai anak daun sebelah kiri atau kanan
= konstanta (0.57 untuk TBM)

Pengamatan Fisiologi Tanaman
Pengamatan fisiologi tanaman dilakukan terhadap peubah-peubah sebagai
berikut:
1. Kerapatan stomata (∑ mm-2). Pengamatan dilakukan setiap 6 bulan saat
umur tanaman 18 dan 24 bulan. Sampel daun yang diamati adalah daun
pelepah ke-9 dilakukan dengan cara mengoleskan cat kuku bening pada
permukaan bawah anak daun seluas 2 cm x 2 cm dan dibiarkan mengering,
kemudian ditempelkan selotip bening pada permukaan daun yang telah
dioleskan cat kuku bening. Selotip dilepaskan dan ditempelkan pada preparat.
Stomata dapat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40. Kerapatan
stomata dapat dihitung dengan rumus :

Luas bidang pandang dihitung dengan rumus:
A = π r2
= 3.14 x (0.25)2
= 0.19625 mm2
2. Kehijauan daun. Pengamatan dilakukan setiap 6 bulan saat umur tanaman
18 dan 24 bulan dilakukan pada daun pelepah ke-9 menggunakan SPAD-502
plus chlorophyll meter. Penghitungan dilakukan pada tiga titik (pangkal,
tengah dan ujung).
3. Laju fotosintesis (μmol CO2 m-2 s-1). Pengamatan laju fotosintesis dilakukan
sebanyak satu kali selama penelitian saat umur tanaman 18 bulan
menggunakan licor 6400.
Analisis Jaringan Daun (N, P, K, B dan Cu)
Sampel daun yang digunakan merupakan anak daun pada pelepah ke-9
bagian tengah yang berjumlah 3 helai sebelah kanan dan kiri kemudian
dikomposit. Analisis dilakukan setiap 6 bulan sekali selama 12 bulan. Bahan
dikeringkan dan dioven pada suhu 700C sampai mencapai bobot konstan.
Bahan dicampur, kemudian diambil ± 10 gram untuk dihaluskan sampai dapat
lolos mata saring 0.5 mm untuk kemudian dianalisis di laboratorium.

10
Analisis Tanah
Analisis tanah yang dilakukan yaitu:
Analisis tanah awal diambil secara komposit dari beberapa titik dalam
setiap kelompok. Sampel tanah diambil sedalam 20 cm dan dibersihkan dari
sisa-sisa akar, diayak, dikeringkan, kemudian diambil sampel seberat 250 g
untuk dianalisis. Analisis tanah dilakukan terhadap tekstur tanah, kadar C-organik,
N total, P tersedia, K, B, Cu, pH, KTK, KB, Al-dd, H-dd, dan Fe-bebas.

Prosedur Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf α = 0.05, a p a b i l a
terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal dan
kontras ortogonal untuk masing-masing kelompok perlakuan, analisis data
dilakukan dengan program SAS (Statistical Analysis System). Pengelompokan
perlakuan bertujuan untuk memperoleh informasi berbagai respons pertumbuhan
tanaman terhadap beberapa taraf pemupukan pada masing-masing kelompok
menurut jenis pupuk.
Adapun pengelompokan perlakuan tersebut sebagai berikut:
a. Kelompok polinomial ortogonal untuk melihat pengaruh peningkatan taraf
pupuk tunggal:
1. 0 kali dosis rekomendasi: Kontrol
2. ½ kali dosis rekomendasi: Pupuk 1125 g urea + 975 g SP-36 + 1125 g KCl
+ 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1
3. 1 kali dosis rekomendasi: Pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl
+ 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1
4. 2 kali dosis rekomendasi: Pupuk 4500 g urea + 3900 g SP-36 + 4500 g KCl
+ 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1
b. Kelompok polinomial ortogonal untuk melihat pengaruh peningkatan taraf
pupuk majemuk:
1. 0 kali dosis rekomendasi: Kontrol
2. ½ kali dosis rekomendasi: NPK 1800 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O
tanaman-1 tahun-1
3. 1 kali dosis rekomendasi: NPK 3600 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O
tanaman-1 tahun-1
4. 2 kali dosis rekomendasi: NPK 7200 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O
tanaman-1 tahun-1
c. Kelompok polinomial ortogonal untuk melihat pengaruh peningkatan taraf
pupuk organik:
1. 0 kali dosis rekomendasi (kontrol): Pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 +
2250 g KCl tanaman-1 tahun-1
2. 1 kali dosis rekomendasi: Pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl
+ 30 kg pupuk kandang sapi tanaman-1 tahun-1
3. 2 kali dosis rekomendasi: Pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl
+ 60 kg pupuk kandang sapi tanaman-1 tahun-1
d. Kelompok kontras ortogonal untuk membandingkan pengaruh pemberian
pupuk mikro B dan Cu:

11
1. Pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat + 50 g
CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1 (M1a) dan NPK 3600 g + 50 g borat + 50 g
CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1 (M1b)
2. Pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl tanaman-1 tahun-1 (M0a)
dan NPK 3600 g tanaman-1 tahun-1 (M0b)
Pada perlakuan pupuk tunggal dan majemuk digunakan polinomial
ortogonal dengan taraf yang tidak sama (unequally spaced intervals) yaitu: 0, ½,
1, dan 2 kali dosis rekomendasi sehingga nilai koefisien polinomial yang
digunakan adalah : Linier : -7 -3 1 9 dan Kuadratik : 7 -4 -8 5

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa tekstur tanah yang diambil dalam piringan
terdiri dari 17.04% pasir, 38.22% debu, dan 44.74% liat. Berdasarkan kriteria
Pusat Penelitian Tanah (2005), tanah dalam piringan tergolong masam dengan pH
(H2O) 4.70, kandungan C-organik rendah (1.83), unsur Ca rendah (4.04 me 100
g-), N rendah (0.17), P (Bray I) tersedia rendah (7.04 ppm), K sedang (0.42 me
100 g-1), Cu rendah (0.18 ppm), dan B rendah (0.96 ppm). Kapasitas tukar kation
tergolong tinggi (29.58 me 100 g-1) dan kejenuhan basa rendah (23.73%).
Tabel 2 Hasil analisis tanah awal di lokasi penelitian
Parameter
pH: H2O
KCl
C-org (%)
N-total (%)
C/N
P-Bray (ppm)
Ca (me 100 g-1)
Mg (me 100 g-1)
K (me 100 g-1)
Na (me 100 g-1)
Cu (ppm)
B (ppm)
KTK (me 100 g-1)
KB (%)
Al-dd (me 100 g-1)
H-dd (me 100 g-1)
Tekstur: Pasir
Debu
Liat

Sampel tanah di piringan
4.70
4.00
1.83
0.17
10.76
7.04
4.04
2.30
0.42
0.26
0.18
0.96
29.58
23.73
9.59
1.59
17.04
38.22
44.74

Sumber: Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan IPB

Kriteria
Masam
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Sangat tinggi

12
Data iklim selama penelitian (April 2014-Maret 2015) menunjukkan bahwa
curah hujan berkisar antara 5-472 mm bulan-1, dengan curah hujan tertinggi pada
April 2014 dan terendah pada Oktober 2014, rata-rata curah hujan 224.67 mm
bulan-1. Jumlah hari hujan berkisar antara 1-19 hari dengan jumlah hari tertinggi
pada Maret 2015 dan terendah pada September serta Oktober 2014, rata-rata
jumlah hari hujan 11 hari bulan-1. Jumlah bulan basah sebanyak 7 bulan,
sedangkan bulan kering sebanyak 3 bulan. Suhu bulanan berkisar antara 25-350C
dengan suhu tertinggi pada Oktober 2014 dan terendah Januari-Maret 2015, ratarata suhu 26-320C. Kelembaban berkisar antara 59-85% dengan kelembaban
tertinggi pada Februari 2015 dan terendah pada Oktober 2014, rata-rata
kelembaban 73.92% (Lampiran 8).

Respons terhadap Taraf Pupuk Tunggal
Pemberian pupuk tunggal meningkatkan peubah tinggi tanaman, lingkar
batang, jumlah pelepah, dan panjang pelepah daun ke-9, tetapi tidak untuk peubah
luas daun pelepah ke-9, kadar hara N, P, K, B, dan Cu, kehijauan daun, kerapatan
stomata, dan laju fotosintesis (Tabel 3). Data peubah morfologi yang disajikan
hanya pada umur 14, 16, 18, 20, 22, dan 24 bulan.
Tabel 3 Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian taraf pupuk tunggal
Waktu
pengamatan TT
13 bulan
14 bulan
tn
15 bulan
16 bulan
tn
17 bulan
18 bulan
tn
19 bulan
20 bulan
tn
21 bulan
22 bulan
tn
23 bulan
24 bulan
*

Respons morfologi dan fisiologi tanaman
LB
JP
PP
LD
KS
KD
tn
**
**
tn
tn
**
tn
tn
tn
**
tn
tn
tn
**
tn
tn
tn
**
tn
tn
*
**
tn
tn
tn
tn
*
**
tn
tn
*
**
tn
tn
tn
**
tn
tn
tn
**
*
tn
tn
**
tn
tn
tn
**
tn
tn
tn
tn

LF
tn
-

KH
tn
tn

Keterangan: *: nyata pada α = 5% , **: nyata pada α = 1% , tn: tidak nyata pada α = 5%, -: tidak
diamati, TT: tinggi tanaman, LB: lingkar batang, JP: jumlah pelepah, PP: panjang
pelepah ke-9, LD: luas daun pelepah ke-9, KS: kerapatan stomata, KD: kehijauan
daun, LF : laju fotosintesi, KH: kadar hara daun

Respons Morfologi Tanaman terhadap Pemberian Taraf Pupuk Tunggal
Tinggi Tanaman. Pemberian pupuk tunggal meningkatkan secara linier
tinggi tanaman kelapa sawit umur 24 bulan (Tabel 4). Pemberian pupuk tunggal
dengan dosis tertinggi, yaitu 4500 g urea + 3900 g SP-36 + 4500 g KCl + 50 g
borat + 50 g CuSO4.5H2O g tanaman-1 tahun-1 masih menunjukkan adanya
peningkatan tinggi tanaman. Pemberian pupuk sampai dosis tertinggi

13
meningkatkan tinggi tanaman sebesar 6.87% dibandingkan dengan kontrol pada
umur 24 bulan.
Tabel 4 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap tinggi tanaman
Taraf pupuk
tunggal
kontrol
½x
x
2x
Pola respons¢

14
bulan
362.47
362.13
379.27
381.73
tn

16
bulan
392.53
390.53
418.00
406.33
tn

Tinggi tanaman (cm)
18
20
bulan
bulan
417.47 429.67
418.93 431.33
441.73 455.07
438.40 452.73
tn
tn

22
bulan
455.93
472.33
477.55
489.60
tn

24
bulan
477.13
501.07
503.33
509.93
*L

Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, tn: tidak nyata, *: nyata pada taraf 5%, x: dosis
rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g
CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar

Lingkar Batang. Pemberian pupuk tunggal meningkatkan secara linier
lingkar batang kelapa sawit umur 18-20 bulan (Tabel 5). Pemberian taraf pupuk
tunggal dengan dosis tertinggi masih menunjukkan adanya peningkatan lingkar
batang. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sudradjat et al. (2014)
yang menunjukkan bahwa lingkar batang bibit kelapa sawit TBM I dapat
meningkat karena aplikasi pupuk N, P, dan K. Hara P dan K sangat berperan
dalam meningkatkan lingkar batang tanaman, karena hara P dan K berfungsi
sebagai pembentuk karbohidrat yang sangat berguna untuk pertumbuhan lingkar
batang yang baik. Bonggol atau lingkar batang adalah daerah akumulasi
pertumbuhan tanaman khususnya tanaman yang masih muda (Gusmawartati dan
Wardati 2012).
Tabel 5 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap lingkar batang
Taraf pupuk
tunggal
kontrol
½x
x
2x
Pola respons¢

14
bulan
85.20
85.53
89.20
91.60
tn

16
bulan
96.60
98.60
102.60
105.40
tn

Lingkar batang (cm)
18
20
bulan
bulan
107.87
115.60
111.00
120.00
116.20
123.47
117.60
126.60
*L
*L

22
bulan
124.93
129.87
122.80
133.13
tn

24
bulan
131.80
139.60
140.52
140.53
tn

Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, tn: tidak nyata, *: nyata pada taraf 5%, x: dosis
rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g
CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar

Jumlah Pelepah Daun. Pemberian pupuk tunggal meningkatkan secara
linier jumlah pelepah daun umur 14 bulan dan meningkatkan secara kuadratik
pada umur 13, 15-24 bulan (Tabel 6). Pemberian pupuk sampai dosis tertinggi
meningkatkan jumlah pelepah daun sebesar 8.94% dibandingkan dengan kontrol
pada umur 24 bulan. Faktor lingkungan seperti pemupukan sangat memengaruhi
terbentuknya pelepah pada kelapa sawit.

14
Tabel 6 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap jumlah pelepah daun
Taraf pupuk
tunggal
kontrol
½x
x
2x
Pola respons¢

14
bulan
47.07
49.40
51.60
52.33
**L

16
bulan
52.33
54.93
57.53
57.60
**Q

Jumlah pelepah daun
18
20
bulan
bulan
58.20
62.60
61.00
66.07
63.47
68.93
64.13
69.27
**Q
**Q

22
bulan
68.60
72.07
74.71
75.27
**Q

24
bulan
74.60
78.07
80.71
81.27
**Q

Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, Q: Kuadratik, **: nyata pada taraf 1%, x: dosis
rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g
CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar

Panjang Pelepah ke-9. Pemberian pupuk tunggal meningkatkan secara
linier panjang pelepah ke-9 umur 13 dan 22 bulan (Tabel 7). Pemberian pupuk
tunggal dengan dosis tertinggi, masih menunjukkan adanya peningkatan panjang
pelepah ke-9. Gusmawartati et al. (2013) menyatakan bahwa panjang rachis
kelapa sawit disebabkan oleh faktor genetik dari tiap genotipe tanaman kelapa
sawit. Rachis sendiri merupakan tempat tumbuhnya anak daun.
Tabel 7 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap panjang pelepah daun ke-9
Taraf pupuk
tunggal
kontrol
½x
x
2x
Pola respons¢

14
bulan
264.67
257.27
266.93
276.47
tn

Panjang pelepah ke-9 (cm)
16
18
20
22
bulan
bulan
bulan
bulan
276.73 305.07 322.13 355.80
282.33 319.93 332.80 360.00
286.67 311.93 333.07 364.08
305.33 321.93 346.13 378.40
tn
tn
tn
*L

24
bulan
365.47
364.20
366.33
382.20
tn

Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, tn: tidak nyata, *: nyata pada taraf 5%, x: dosis
rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g
CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar

Luas Daun Pelepah ke-9. Pemberian pupuk tunggal tidak berpengaruh
nyata terhadap luas daun pelepah ke-9 dari awal sampai akhir pengamatan (13-24
bulan) (Tabel 8). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sudradjat et
al. (2014) yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk N, P, dan K tidak
memengaruhi luas daun pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur
satu tahun.

15
Tabel 8 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap luas daun pelepah ke-9
Taraf pupuk
tunggal
kontrol
½x
x
2x
Pola respons¢

14
bulan
1.99
2.29
2.32
2.46
tn

Luas daun pelepah ke-9 (m2)
16
18
20
22
bulan
bulan
bulan
bulan
2.61
2.32
2.64
3.36
2.58
2.34
3.09
3.38
2.52
2.33
2.95
3.39
2.52
2.29
2.95
3.67
tn
tn
tn
tn

24
bulan
3.19
3.27
3.10
3.42
tn

Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; tn: tidak nyata, x: dosis rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 +
2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar

Peningkatan pertumbuhan tertinggi terjadi pada peubah jumlah pelepah
daun sebesar 8.94%, sementara untuk tinggi tanaman peningkatan pertumbuhan
sebesar 6.87% lebih banyak dibandingkan dengan kontrol pada umur 24 bulan.
Nilai korelasi menunjukkan bahwa jumlah pelepah daun berkorelasi secara nyata
positif terhadap tinggi tanaman (0.676) (Lampiran 6). Nilai korelasi tersebut
menjelaskan bahwa jika jumlah pelepah daun semakin banyak maka tanaman pun
akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Hal ini diduga karena jika jumlah
pelepah semakin banyak, proses fotosintesis akan meningkat. Asimilat yang
dihasilkan dari proses fotosintesis berguna untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perpanjangan sel.
Respons Fisiologi Tanaman terhadap Taraf Pupuk Tunggal
Kehijauan Daun. Pemberian pupuk tunggal tidak berpengaruh nyata
terhadap kehijauan daun pada umur 18 dan 24 bulan (Tabel 9). Tingkat kehijauan
daun erat kaitannya dengan kecukupan hara N. Dari hasil analisis jaringan
diketahui kadar N jaringan daun cukup tinggi yaitu berkisar antara 2.83-3.07%.
Menurut Ochs dan Olivin (1977) nilai titik kritis N pada daun ke-9 adalah 2.52.75%. Warna daun digunakan untuk menentukan secara visual gejala kekurangan
atau kelebihan N, dimana jika terjadi kahat N maka daun akan berwarna hijau
pucat kemudian akan menjadi kuning pucat atau kuning cerah (klorosis).
Kerapatan Stomata. Pemberian pupuk tunggal tidak berpengaruh nyata
terhadap kerapatan stomata baik pada umur 18 dan 24 bulan (Tabel 9). Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan tidak dapat memengaruhi kerapatan
stomata. Kerapatan stomata pada penelitian ini berkisar antara 182-220 mm-2.
Laju Fotosintesis. Pemberian pupuk tunggal tidak berpengaruh nyata
terhadap laju fotosintesis pada 18 bulan (Tabel 9). Hasil tersebut sejalan dengan
hasil penelitian Kanny et al. (2015) yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk
tunggal N, P, dan K sampai dosis 1.88 kg N, 1.34 kg P2O5, dan 2.28 kg K2O tidak
memengaruhi laju fotosintesis pada kelapa sawit TBM II. Laju fotosintesis lebih
banyak dipengaruhi oleh cahaya, konsentrasi karbondioksida, dan persediaan air.

16
Tabel 9 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap kehijauan daun, kerapatan
stomata, dan laju fotosintesis

Taraf pupuk
tunggal
kontrol
½x
x
2x
Pola respon¢

Kehijauan
daun
18
bulan
72.02
71.38
66.77
70.08
tn

24
bulan
70.47
70.65
70.03
67.63
tn

Kerapatan
stomata
(∑ mm-2)
18
24
bulan
bulan
205.80 214.86
190.52 211.46
182.31 217.41
193.35 220.81
tn
tn

L