Optimasi dan Pengaruh Berbagai Paket Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun

OPTIMASI DAN PENGARUH BERBAGAI PAKET
PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
BELUM MENGHASILKAN UMUR SATU TAHUN

HIDAYAT SAPUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Optimasi dan
Pengaruh Berbagai Paket Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit Belum
Menghasilkan Umur Satu Tahun adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Hidayat Saputra
NIM A252120141 

RINGKASAN
HIDAYAT SAPUTRA. Optimasi dan Pengaruh Berbagai Paket Pemupukan pada
Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun. Dibimbing oleh
SUDRADJAT dan SUDIRMAN YAHYA.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu komoditas
perkebunan yang berperan penting dalam penghasil devisa negara. Produktivitas
buah kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor yang berperan
penting yaitu pemupukan. Biaya pemupukan berkisar antara 40–60% dari biaya
pemeliharan tanaman, sehingga diperlukan informasi mengenai jenis dosis pupuk
yang tepat. Adanya informasi jenis dan dosis pemupukan yang tepat akan
meningkatkan efisiensi dan keefektifan pemupukan serta bermanfaat dalam
mendukung perkebunan kelapa sawit di suatu daerah. Penelitian ini bertujuan
menentukan pola respons pertumbuhan tanaman terhadap pemberian paket pupuk
tunggal, pupuk majemuk NPK, pupuk organik dan pupuk mikro dan menentukan

dosis optimum paket pupuk tunggal, pupuk majemuk NPK, pupuk organik dan
pupuk mikro untuk tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur satu tahun.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Pendidikan dan Percobaan IPB-Cargill
Kecamatan Jonggol, Bogor dari Maret 2012 sampai Februari 2013. Rancangan
perlakuan faktor tunggal dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga
ulangan. Terdapat sebelas perlakuan yang terbagi dalam empat kelompok
perlakuan, yaitu kelompok paket pupuk tunggal, majemuk, organik dan mikro.
Adapun kesebelas perlakuan tersebut yaitu kontrol (P0), 300 g urea + 375 g SP-36
+ 350 g KCl + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O (P1), 600 g urea + 750 g SP-36 +
700 g KCl + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O (P2), 900 g urea + 1 125 g SP-36 + 1
050 g KCl + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O (P3), NPK 650 g + 25 g borat + 25 g
CuSO4.5H2O (P4), NPK 1 300 g + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O (P5), NPK 2
600 g + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O (P6), Pupuk 600 g urea + 750 g SP-36 +
700 g KCl (P7), NPK 1 300 g (P8), Pupuk 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl
+ 15 kg pupuk organik (P9) dan Pupuk 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl +
30 kg pupuk organik tanaman-1 (P10)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian paket pupuk tunggal
berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman secara linier melalui
tinggi tanaman, lingkar batang, luas daun, kadar klorofil dan kadar P daun dan
secara kuadratik terhadap jumlah pelepah daun pada akhir pengamatan, namun

tidak berpengaruh nyata pada panjang pelepah ke-9, kerapatan stomata, kadar N
dan K daun. Pemberian paket pupuk majemuk NPK berpengaruh nyata
meningkatkan pertumbuhan tanaman secara linier melalui tinggi tanaman, jumlah
pelepah daun, luas daun pelepah ke-9, kadar klorofil, kadar N dan P daun, namun
tidak berpengaruh nyata pada lingkar batang, panjang pelepah ke-9, kerapatan
stomata dan kadar K daun. Sementara pemberian paket pupuk organik dan mikro
tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati. Dosis optimum paket
pupuk tunggal dan majemuk NPK untuk tanaman kelapa sawit belum
menghasilkan umur satu tahun belum dapat ditentukan pada penelitian ini, karena
respons pertumbuhan tanaman terhadap pemberian pupuk masih berpola linier.
Kata kunci: anorganik, dosis optimum, lingkar batang, pelepah ke-9, respons

SUMMARY
HIDAYAT SAPUTRA. Optimization and Effect of Some Fertilizer Package on
One Year Old Oil Palm Trees. Dibimbing oleh SUDRADJAT dan SUDIRMAN
YAHYA.
Oil palm is the main estate crop that play a role in producing the country's
foreign exchange. Palm fruit productivity is influenced by many factors, one of
them that important is fertilization. Fertilization costs ranged between 40-60% of
the cost of maintenance, so that the precise information of type and rate fertilizer

are required. The precise information of types and rate fertilizer will increase the
efficiency and effectiveness of fertilization, as well as beneficial in supporting oil
palm plantations in an area. The objective of this research were to study the
response patterns and to determine optimum rate of single fertilizer package, NPK
compound fertilizer package, organic fertilizer package and micro fertilizer
package related to the growth of one year old oil palm trees.
The experiment was conducted from March 2013 to February 2014 at IPBCargill Teaching and Research Farm of Oil Palm, Jonggol Bogor. The experiment
was arranged in randomized block design with one factor and replicated three
times. The treatments were eleven fertilizer package as followed: control (P0),
300 g urea + 375 g SP-36 + 350 g KCl + 25 g boric acid + 25 g CuSO4.5H2O
(P1), 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl + 25 g boric acid + 25 g
CuSO4.5H2O (P2), 900 g urea + 1 125 g SP-36 + 1 050 g KCl + 25 g boric acid +
25 g CuSO4.5H2O (P3), NPK 650 g + 25 g boric acid + 25 g CuSO4.5H2O (P4),
NPK 1 300 g + 25 g boric acid + 25 g CuSO4.5H2O (P5), NPK 2 600 g + 25 g
boric acid + 25 g CuSO4.5H2O (P6), 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl (P7),
NPK 1 300 g (P8), 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl + 15 kg organic
fertilizer (P9) dan 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl + 30 kg organic fertilizer
plant-1 (P10).
The result showed that application of single fertilizer package significantly
increased the growth of young oil palm linearly as shown by plant height, stem

girth, leaf area of frond number 9, chlorophyll and P content of the leaves except
quadraticly on leaf number at the last observation. Application of NPK compound
fertilizer package significantly increased the growth linearly as shown by plant
height, leaf number, leaf area of frond number 9, chlorophyll, N and P content of
the leaves. Application of organic and micro fertilizer package were not affect the
growth of young oil palm. Optimum rate of single fertilizer and NPK compound
fertilizer package for one year old oil palm trees has not been attained at this
research because the plant growth response to fertilization has been linearly.
Keywords: inorganic, leaf frond number 9, optimum rate, response, stem girth

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


OPTIMASI DAN PENGARUH BERBAGAI PAKET
PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
BELUM MENGHASILKAN UMUR SATU TAHUN

HIDAYAT SAPUTRA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji luar komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Hariyadi MS

Judul Tesis : Optimasi dan Pengaruh Berbagai Paket Pemupukan pada Tanaman

Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun
Nama
: Hidayat Saputra
NIM
: A252120141

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Sudradjat, MS
Ketua

Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Maya Melati, MS MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 10 Juli 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam tesis ini adalah Optimasi dan Pengaruh Berbagai Paket Pemupukan pada
Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun. Sebagian dari
tesis ini dipublikasikan ke Jurnal Agronomi Indonesia (JAI) pada tahun 2014,
dengan judul artikel Optimasi Paket Pupuk Tunggal pada Tanaman Kelapa Sawit
Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun.
Penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr
Ir Sudradjat, MS dan Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc selaku pembimbing atas

segala bantuan, bimbingan dan saran selama penelitian dan penulisan tesis ini. Di
samping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada ketua Departemen
Agronomi dan Hortikultura Dr Ir Agus Purwito MS dan ketua program studi
Agronomi dan Hortikultura Dr Ir Maya Melati, MS MSc serta semua staf
departemen yang telah membantu.
Ungkapan rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda
Syamsudin, Ibunda Siti Mrehati, Adik Nuni Anggraini, Desi Setiawati, Susi
Wulan Sari dan Koharrudin atas doa, kasih sayang, perhatian dan dukungannya
selama berlangsungnya penelitian dan penulisan tesis ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan tim sepenelitian Yan Sukmawan, Irwan
Siallagan dan Feni Shintarika, Bapak H. Ir. Mochamad Djoni Priantono selaku
manajer kebun Penelitian dan Pendidikan IPB-Cargill Jonggol beserta seluruh staf
pegawai dan teman-teman Pascasarjana program studi Agronomi dan Hortikultura
2012 IPB, serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
semua bantuan dan saran yang diberikan.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Bogor, Juli 2014
Hidayat Saputra


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

1
1
2


2 TINJAUAN PUSTAKA

2

3 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Pengamatan
Prosedur Analisis Data

7
7
7
7
8
9
11

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Respon Tanaman terhadap Paket Pupuk Tunggal N, P dan K
Respon Tanaman terhadap Paket Pupuk Majemuk NPK
Dinamika Hara Pupuk
Neraca Hara Pupuk
Respon Tanaman terhadap Paket Pupuk Organik
Respon Tanaman terhadap Paket Pupuk Mikro
Pembahasan Umum

12
13
21
29
30
31
34
37

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

38
38
39

DAFTAR PUSTAKA

39

LAMPIRAN

44

RIWAYAT HIDUP

47

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Rekapitulasi sidik ragam data paket pupuk tunggal
Pengaruh dosis paket pupuk tunggal pada tinggi tanaman
Pengaruh dosis paket pupuk tunggal pada lingkar batang
Pengaruh dosis paket pupuk tunggal pada jumlah pelepah daun
Pengaruh dosis paket pupuk tunggal pada luas daun pelepah ke-9
Pengaruh dosis paket pupuk tunggal pada panjang pelepah ke-9
Pengaruh dosis paket pupuk tunggal pada kadar klorofil dan
kerapatan stomata daun
Pengaruh dosis paket pupuk tunggal pada kadar hara daun
Rekapitulasi sidik ragam data paket pupuk majemuk NPK
Pengaruh dosis paket pupuk majemuk pada tinggi tanaman
Pengaruh dosis paket pupuk majemuk pada lingkar batang
Pengaruh dosis paket pupuk majemuk pada jumlah pelepah daun
Pengaruh dosis paket pupuk majemuk pada luas daun pelepah ke-9
Pengaruh dosis paket pupuk majemuk pada panjang pelepah ke-9
Pengaruh dosis paket pupuk majemuk pada kadar klorofil dan
kerapatan stomata
Pengaruh dosis paket pupuk majemuk pada kadar hara daun
Neraca hara paket pupuk tunggal dosis tertinggi
Neraca hara paket pupuk majemuk NPK dosis tertinggi
Rekapitulasi sidik ragam data paket pupuk organik
Pengaruh dosis paket pupuk organik pada peubah morfologi
Pengaruh dosis paket pupuk organik pada kadar klorofil dan
kerapatan stomata daun
Pengaruh dosis paket pupuk organik pada kadar hara daun
Rekapitulasi hasil sidik ragam data penelitian paket pupuk mikro
Pengaruh paket pupuk mikro pada peubah morfologi
Pengaruh paket pupuk mikro pada kadar klorofil dan kerapatan
stomata daun
Pengaruh paket pupuk mikro pada kadar hara daun
Rekapitulasi pengaruh paket pupuk terbaik dari masing-masing
kelompok paket pemupukan terhadap rata-rata lingkar batang dan
luas daun pelepah kesembilan pada 12 bulan setelah perlakuan

13
14
14
15
15
16
19
20
21
22
22
23
23
24
27
27
31
31
32
33
33
34
35
36
37
37

38

DAFTAR GAMBAR
1 Pengaruh paket pupuk tunggal pada persentase berbunga
2 Kurva dan persamaan regresi respons tinggi tanaman, jumlah pelepah,
diameter batang dan luas daun ke-9 terhadap paket pupuk tunggal
3 Kurva dan persamaan regresi respons kadar klorofil dan P daun
terhadap taraf dosis paket pupuk tunggal
4 Pengaruh paket pupuk majemuk pada persentase berbunga
5 Kurva dan persamaan regresi respons tinggi tanaman, jumlah pelepah
dan luas daun ke-9 terhadap taraf dosis paket pupuk majemuk
6 Kurva dan persamaan regresi respons kadar klorofil, N dan P daun

16
18
20
24
25

7
8
9
10

terhadap taraf dosis paket pupuk majemuk
Dinamika hara paket pupuk tunggal dosis tertinggi
Dinamika hara paket pupuk majemuk dosis tertinggi
Pengaruh paket pupuk organik pada persentase berbunga
Pengaruh paket pupuk mikro pada persentase berbunga

28
29
30
34
36

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Dosis rekomendasi pemupukan PPKS untuk Kelapa Sawit TBM 1
Hasil analisis pupuk organik yang digunakan
Hasil analisis pupuk anorganik yang digunakan
Hasil analisis tanah awal
Hasil uji korelasi antarpeubah paket pupuk tunggal pada 12 BSP
Hasil uji korelasi antarpeubah paket pupuk majemuk pada 12 BSP
Data rata-rata curah hujan, hari hujan, suhu dan kelembaban udara

44
44
44
45
45
46
46

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu komoditi
perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam
penghasil devisa negara. Produktivitas buah kelapa sawit dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti iklim, tanah, curah hujan, potensi genetik tanaman dan
pemeliharaan tanaman (Adam et al. 2005; Wigena et al. 2009; Zuraidah et al.
2012). Salah satu faktor yang berperan penting yaitu pemeliharaan tanaman dalam
hal ini pemupukan. Biaya pemupukan berkisar antara 40–60% dari biaya
pemeliharan tanaman atau sekitar 30% dari total biaya produksi (Goh dan
Hardter 2003). Tujuan dari pemupukan adalah untuk menyediakan hara yang
cukup bagi tanaman (Tarmizi dan Tayeb 2006; Prasetyo dan Suriadikarta 2006).
Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur hara esensial untuk proses
pertumbuhan dan perkembangannya baik unsur hara makro maupun mikro. Unsur
hara makro berperan utama dalam penyusun protoplasma sel sehingga dibutuhkan
dalam jumlah yang banyak dalam tanam. Unsur hara makro meliputi C, H, O, N,
P, K Ca, Mg dan S, sedangkan unsur hara mikro diperlukan tanaman dalam
jumlah yang sangat kecil. Apabila terdapat dalam jumlah yang berlebihan dapat
menjadi racun bagi tanaman. Unsur hara mikro meliputi Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn,
Cl dan Co (Hardjowigeno 2010).
Unsur-unsur hara tersebut dapat diperoleh dari pupuk anorganik dan
organik. Pupuk anorganik mengandung hara-hara makro dan mikro yang pada
umumnya berada dalam pupuk mineral tunggal seperti urea, KCl, SP-36, dan
borat serta pupuk majemuk seperti pupuk NPK. Pupuk anorganik mengandung
unsur hara yang tinggi dan segera tersedia bagi tanaman, sementara pupuk
organik lebih banyak berperan dalam memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi
tanah. Pupuk organik juga mengandung unsur hara makro maupun mikro, namun
dalam kadar yang rendah (Winarna dan Darmosarkoro 2007).
Pupuk tunggal merupakan jenis pupuk yang sering digunakan dalam
pemupukan tanaman kelapa sawit pada fase Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM). Kelebihan penggunaan pupuk tunggal
yaitu kadar hara yang tinggi dan jumlah hara yang akan diberikan dapat
ditentukan sesuai kebutuhan tanaman, namun penggunaan pupuk tunggal
memerlukan biaya yang tinggi dalam kegiatan aplikasi di lapang (Winarna dan
Darmosarkoro 2007). Pupuk majemuk NPK saat ini telah umum digunakan pada
perkebunan kelapa sawit. Primanti dan Haridjaja (2005) menyatakan bahwa
pupuk majemuk dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, mudah dalam aplikasi
dan bersifat slow release. Sulitnya mempertahankan ketersediaan beberapa pupuk
tunggal tepat pada waktunya merupakan alasan utama penggunaan pupuk
majemuk agar terdapat keseimbangan hara di dalam tanah.
Pertumbuhan dan produksi tanaman terutama ditunjang oleh kemampuan
tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pertumbuhan tanaman yang
normal memerlukan jumlah unsur hara yang berada dalam jumlah dan konsentrasi
yang optimum serta berada dalam keseimbangan dalam tanah (Poeloengan et al.
2007). Poeloengan et al. (2007) menyatakan bahwa pemupukan yang efektif

2
dan efisien dipengaruhi oleh jenis dan dosis pupuk, cara pemberian pupuk,
waktu pemupukan, tempat aplikasi dan pengawasan dalam pelaksanaan
pemupukan. Pemupukan yang berlebihan dan tidak tepat (jenis dan dosis) dapat
mengakibatkan toksisitas pada tanaman, untuk itu diperlukan informasi mengenai
jenis dan dosis pupuk anorganik baik pupuk tunggal maupun majemuk (makro
dan mikro) dan organik yang tepat untuk tanaman kelapa sawit belum
menghasilkan umur satu tahun (TBM1). Adanya informasi jenis dan dosis paket
pemupukan yang tepat akan bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi dan
keefektifan pemupukan dan mendukung perkebunan kelapa sawit di suatu daerah
(Tarmizi dan Tayeb 2006).

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka tujuan penelitian ini
sebgai berikut:
1. menentukan pola respons pertumbuhan tanaman kelapa sawit TBM1 terhadap
pemberian paket pupuk tunggal,
2. menentukan dosis optimum paket pupuk tunggal pada tanaman kelapa sawit
TBM1,
3. menentukan pola respons pertumbuhan tanaman kelapa sawit TBM1 terhadap
pemberian paket pupuk majemuk NPK,
4. menentukan dosis optimum paket pupuk majemuk NPK pada tanaman kelapa
sawit TBM1,
5. menentukan pola respons pertumbuhan tanaman kelapa sawit TBM1 terhadap
pemberian paket pupuk organik,
6. menentukan dosis optimum paket pupuk organik pada tanaman kelapa sawit
TBM1,
7. membandingkan pengaruh perlakuan yang lebih baik antara paket pupuk
anorganik tunggal dan majemuk plus pupuk mikro dengan paket pupuk
anorganik tunggal dan majemuk tanpa pupuk mikro.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut. Sistem perakaran kelapa
sawit terdiri atas: akar primer, yaitu akar yang keluar dari bagian bawah batang
(bulb), tumbuh secara vertikal atau mendatar, berdiameter 5-10 mm, akar
sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer yang arah tumbuhnya
mendatar ataupun ke bawah dan berdiameter 1–4 mm, akar tersier, yaitu akar
yang tumbuh dari akar sekunder, yang arah tumbuhnya mendatar, panjangnya
mencapai 15 cm dengan diameter 0.5–1.5 mm, akar kuarter, yaitu akar-akar
cabang dari akar tersier yang berdiameter 0.2–0.5 mm dan panjangnya rata-rata 3
cm (Corley dan Tinker 2003).

3
Akar tersier dan kuarter adalah akar yang paling aktif menyerap hara dan
air dari dalam tanah. Akar-akar tersebut terutama berada 2.0–2.5 m dari pokok
dan terbanyak dijumpai pada kedalaman 0-20 cm dari permukaan tanah serta
dapat tumbuh memanjang ke samping hingga mencapai 6 m dengan pola
penyebaran yang berbeda-beda. Zona perakaran kebanyakan terletak pada
kedalaman 1.5 m dengan jumlah perakaran terbesar berada pada kedalaman
antara 15–30 cm (Corley dan Tinker 2003).
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan berdiameter 25–75 cm, tetapi
pada pangkalnya membesar dan tidak bercabang. Pangkal pelepah daun kelapa
sawit melekat kuat dan tidak mudah terlepas. Pelepah dapat dihasilkan sebanyak
20-25 per tahun pada fase tanaman menghasilkan. Jumlah pelepah akan sangat
menentukan jumlah bunga dan buah karena bunga akan tumbuh di pangkal daun
(Corley dan Tinker 2003).
Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip. Pangkal pelepah daun
adalah bagian daun yang mendukung helaian daun. Daun kelapa sawit bersirip
genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m. Helai
anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang terpanjang dan
panjangnya dapat mencapai 1.20 m. Jumlah anak daun dalam satu pelepah
berkisar antara 120–160 pasang (Corley dan Tinker 2003).
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu namun sering
dijumpai bunga hermaprodit. Bunga betina seludangnya lebih bulat dan lebih
besar dibanding bunga jantan. Bunga betina mekar dalam kondisi reseptif
(masa subur) 30–33 bulan sejak dari primordia. Waktu penyerbukan hingga
buah masak membutuhkan waktu 5–6 bulan (PTPN VII 2006).
Buah kelapa sawit terdiri atas perikarp yang terbungkus eksokarp, mesokarp
dan endokarp yang membungkus inti (kernel). Inti mempunyai testa (kulit),
endosperm yang padat dan embrio. Lamanya proses terbentuknya buah dari
penyerbukan hingga matang sekitar 5–6 bulan. Perbedaan varietas dan umur akan
menentukan warna buah. Panen umumnya mulai dilakukan pada umur 3 tahun
setelah tanam di lapangan (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005).

Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU−15° LS).
Tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian 0–500 m dari permukaan laut dengan
kelembaban 80–90 %. Kelapa sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan
stabil, 2 000–2 500 mm tahun-1, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan
dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi
perilaku pembungaan dan produksi buah kelapa sawit (PTPN VII 2006). Kelapa
sawit dapat tumbuh pada bermacam jenis tanah, asalkan tanah tersebut gembur,
aerasi dan drainase baik, kaya akan humus dan tidak memiliki lapisan padas.
Tanaman kelapa sawit cocok dibudidayakan pada pH 5.5–7.0. Tekstur tanah yang
ideal adalah lempung liat berpasir yang mengandung fraksi pasir ± 45% dan fraksi
liat 20–35%. Kedalaman efektif >100 cm. Drainase yang baik dibutuhkan untuk
menunjang pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit yang tinggi (PTPN VII
2006).

4
Lamanya penyinaran yang baik untuk kelapa sawit adalah 5–7 jam hari-1
dan lama penyinaran minimum 1 600 jam tahun-1. Kurangnya penyinaran dapat
menyebabkan pertumbuhan melambat, produksi bunga betina menurun, dan
gangguan hama serta penyakit meningkat (Corley dan Tinker 2003). Kelapa sawit
memerlukan suhu optimum yang berkisar antara 27–29 0C, suhu yang terlalu
rendah dapat membuat tandan bunga mengalami aborsi dan tidak meratanya
pembungaan sepanjang tahun (Corley dan Tinker 2003).
Hara Makro dan Mikro Esensial Kelapa Sawit
Suatu unsur hara dapat dikatakan esensial apabila memenuhi beberapa
kriteria, yaitu tanaman tidak mampu melengkapi siklus hidupnya tanpa
keberadaan unsur mineral tersebut, fungsi unsur tersebut tidak dapat digantikan
oleh unsur mineral lainnya dan unsur tersebut harus secara langsung terlibat dalam
metabolisme tanaman (Goh dan Hardter 2003). Unsur hara utama yang
memerlukan perhatian dalam pemupukan kelapa sawit yaitu N, P, K, Mg, B, dan
Cu. Setiap unsur hara tersebut harus tersedia cukup dalam tanah, ketersediaan yang
rendah dapat berakibat tanaman mengalami defisiensi hara. Tanaman memperoleh
unsur hara dari berbagai sumber seperti tanah, residu bahan organik dan pupuk
buatan (Goh dan Hardter 2003).
Nitrogen merupakan unsur penting untuk pertumbuhan tanaman dan banyak
ditemukan dalam berbagai senyawa seperti klorofil, asam-asam amino, protein,
asam nukleat dan asam-asam organik. Nitrogen bila diberikan berlebihan akan
berakibat merugikan bagi tanaman. Tanaman akan berwarna hijau gelap, lemas,
daun tebal berair dan berkurangnya buah jadi. Kekahatan N mengakibatkan laju
pertumbuhan yang terhambat yang ditandai dengan klorosis pada daun, kecepatan
produksi daun menurun, anak daun berukuran sempit dan menggulung kearah lidi.
Gejala kekurangan N secara umum adalah terjadinya klorosis pada daun (Sutarta
et al. 2007).
Fosfor sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Hal ini karena P banyak terdapat di dalam sel tanaman berupa unit nukleotida.
Nukleotida berperan sebagai penyusun RNA dan DNA. Beberapa peran P di
dalam tanaman yaitu dalam pembelahan sel dan pembentukan lemak dan albumin,
pembentukan buah, bunga dan biji, kematangan tanaman, merangsang
perkembangan akar halus dan rambut akar, kualitas hasil tanaman dan ketahanan
terhadap penyakit. Gejala kekahatan P tidak nampak jelas, hanya pertumbuhan
tanaman terhambat, agak kerdil dan pelepah memendek (Sutarta et al. 2007).
Kekurangan P dapat diperbaiki dengan pemberian pupuk Rock Phosphate (RP),
TSP, atau SP-36.
Fungsi unsur hara K bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah meningkatkan
aktivitas pembukaan stomata, aktivitas enzim dan sintesa minyak, serta jumlah
dan ukuran tandan. Kekurangan hara K menyebabkan bercak kuning atau
transparan, white stripe, daun tua menjadi kering dan mati. Gejala kahat K pada
daun yaitu klorosis pada daun tua kemudian tepi daun memperlihatkan gejala
nekrotik (Sutarta et al. 2007). Kekurangan K berasosiasi dengan munculnya
penyakit seperti ganoderma (Suluhkarso 2010).

5
Jumlah K dalam tanah jauh lebih banyak dari unsur hara utama lainnya,
namun jumlah ion kalium yang dapat ditukarkan berjumlah sedikit. Kekahatan K
umum dijumpai pada tanaman yang ditanam pada lahan gambut, berpasir dan
tanah mineral masam dengan KTK rendah. Kekahatan K sering muncul pada
persilangan yang berproduksi tinggi pada saat tanaman berproduksi penuh jika
pupuk tidak cukup pada masa TBM. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kekahatan K yaitu aplikasi K yang cukup pada pinggir piringan dan
perbaikan KTK tanah (Sutarta et al. 2007).
Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya
berkisar antara 7–8 ppm. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5%
dari kadar total tanah. Boron diserap oleh akar tanaman dalam bentuk BO32melalui aliran massa dan difusi. Tanah yang kadar bahan organiknya tinggi
umumnya kadar hara boronnya juga tinggi. Boron diperlukan untuk sintesis gula
dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein serta penting untuk proses
meristematik tanaman (Sutarta et al. 2007).
Defisiensi boron merupakan defisiensi hara mikro yang utama pada
tanaman kelapa sawit. Terutama pada kondisi curah hujan yang sangat tinggi dan
pada tanah berpasir dan gambut akibat laju pencucian yang tinggi. Defisiensi
boron terjadi pada pH tanah kurang dari 4.5 dan lebih dari 7.5. Defisiensi B dapat
pula terjadi bila aplikasi pupuk N dan K yang berlebih (Goh dan Hardter 2003;
Sutarta et al. 2007).
Gejala defisiensi B pada tanaman kelapa sawit seperti pertumbuhan tajuk
mengeriting dan membelok, ujung pelepah melingkar dan membuka, daun yang
baru muncul bentuknya kerdil dan berkerut dan kuncup daun muda sulit
membuka dan pelayuannya cepat (Sutarta et al. 2007). Defisiensi B diatasi
dengan aplikasi pupuk borat umumnya dilakukan melalui ketiak pelepah daun
dalam frekuensi dua kali setahun, dengan dosis 25–30 g tanaman-1 tahun-1
untuk TBM1 atau 50-100 g tanaman-1 untuk gejala kekahatan B yang berat (Goh
dan Hardter 2003; Sutarta et al. 2007).
Hara mikro lain yang berperan penting bagi tanaman kelapa sawit adalah
tembaga (Cu). Unsur hara Cu merupakan bagaian penting dalam protein dan
enzim (contohnya cytochrome-oxidase) dan merupakan bagian penting dalam
transfer elektron dalam reaksi fotosistem I pada proses fotosintesis. Cu merupakan
bagian dari enzim polifenol oxidase yang berperan dalam sintesis lignin dan juga
dibutuhkan dalam metabolisme karbohidrat, lipid dan nitrogen (Sutarta et al.
2007).
Gejala defisiensi Cu pada kelapa sawit ditandai dengan pertumbuhan
tanaman yang kerdil dan pada tahap awal defisiensi ditandai dengan bercak
klorosis persegi pada daun pelepah termuda yang baru terbuka. Kekurangan Cu
pada tanah mineral dapat diatasi dengan aplikasi tunggal CuSO4 sebanyak 10–25
g tanaman-1 tahun-1. Aplikasi Cu dalam Cu sulfat umumnya jauh lebih efisien
daripada Cu dalam khelat untuk kelapa sawit (Goh dan Hardter 2003).

Pupuk Anorganik dan Organik
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat di pabrik dengan jenis dan
kadar unsur hara yang sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut dalam jumlah

6
tertentu. Pupuk anorganik umumnya dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan
pupuk majemuk (Hardjowigeno 2010).
Pupuk tunggal merupakan kelompok pupuk yang hanya mengandung satu
jenis unsur hara utama. Namun pupuk tunggal juga mengandung hara lainnya
tetapi biasanya dalam jumlah yang rendah. Pupuk tunggal adalah pupuk yang
paling umum digunakan dalam pemupukan tanaman kelapa sawit, terutama untuk
tanaman menghasilkan. Pupuk tunggal dari segi harga umumnya tidak terlalu
mahal per kg haranya, tetapi dalam pengaplikasiannya di lapang memerlukan
tenaga kerja yang cukup besar karena hanya satu hara yang diaplikasikan pada
setiap aplikasi pupuk. Pupuk tunggal memiliki kelebihan bahwa adanya pupuk
tunggal memungkinkan aplikasi setiap unsur hara sesuai dosis yang diinginkan
dan dibutuhkan tanaman (Sutarta et al. 2007). Beberapa sumber hara pupuk
tunggal antara lain urea dan ZA sebagai sumber hara N, SP-36 dan rock
phosphate sebagai sumber hara P, serta KCl atau MOP sebagai sumber hara K
(Winarna et al. 2007).
Pupuk majemuk merupakan kelompok pupuk yang mengandung beberapa
unsur hara yang dikombinasikan dalam satu formulasi. Setiap butiran pupuk
majemuk dapat mengandung hara yang sama. Sulitnya mempertahankan
ketersediaan beberapa pupuk tunggal tepat pada waktunya merupakan alasan
utama penggunaan pupuk majemuk (Winarna et al. 2007). Pupuk majemuk yang
sering digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah pupuk majemuk NPK,
pupuk ini umum nya digunakan pada pembibitan dan tanaman belum
menghasilkan kelapa sawit. Keuntungan penggunaan pupuk majemuk adalah
bahwa semua unsur hara utama diaplikasikan dalam satu rotasi pemupukan.
Namun demikian biaya untuk setiap unit hara mungkin lebih tinggi bila
dibandingkan pupuk tunggal dan juga perbandingan hara yang diperlukan sudah
tertentu serta tidak dapat terpenuhi sesuai kebutuhan tanaman (Winarna et al.
2007). Satu hal yang perlu diperhatikan adalah dosis aplikasi pupuk majemuk
harus selalu memperhatikan jumlah hara yang diperlukan tanaman (Sutarta et al.
2005).
Pupuk organik merupakan nama kolektif untuk semua jenis bahan organik
baik yang berasal dari tanaman maupun hewan yang dapat dirombak menjadi hara
tersedia bagi tanaman. Pupuk organik dalam tanah berfungsi untuk memperbaiki
sifat fisika tanah seperti struktur tanah, kapasitas menahan air dan sifat kimia
tanah seperti kapasitas tukar kation, sedangkan pengaruh pupuk organik pada
sifat biologi tanah adalah menambah energi yang diperlukan kehidupan
mikroorganisme tanah. Pupuk organik juga mengandung unsur hara sehingga
aplikasi pupuk organik juga berfungsi memperkaya hara tanah termasuk hara
mikro (Winarna dan Darmosarkoro 2007).
Kotoran sapi banyak digunakan sebagai bahan dasar pupuk organik dalam
budidaya tanaman karena ketersediaannya yang lebih banyak dibandingkan
kotoran hewan lainnya. Pupuk kandang sapi mempunyai kadar serat yang tinggi
seperti selulosa, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang
lebih lama pada tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan
porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah. Sugito (1995) menyatakan
bahwa dalam 1 ton pupuk organik kotoran sapi terdapat 1.5 kg N, 2.0 kg P2O5,
4.0 kg K2O, dan 0.8 kg Mg. Selain unsur-unsur tersebut pupuk kandang juga
mengandung karbon dan belerang.

7

3 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Percobaan dilaksanakan dari Maret 2013 hingga Februari 2014 di Kebun
Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit IPB-Cargill, Jonggol Bogor yang terletak
pada ketinggian tempat 113 m di atas permukaan laut. Analisis tanah, pupuk dan
jaringan dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: tanaman belum menghasilkan
kelapa sawit jenis Tenera berumur 3 bulan setelah pindah tanam varietas
Damimas, pupuk organik kotoran sapi, pupuk urea (42% N), SP-36 (34% P2O5),
KCl (56% K2O), pupuk majemuk NPK Phonska (13% N, 14% P2O5, 17% K2O)
terusi (24% CuSO4.5H2O), pupuk borat (12% B) dan cat kuku. Alat-alat yang
digunakan adalah timbangan analitik, meteran kain, jangka sorong, SPAD-502
plus chlorophyll meter, mikroskop dan grinder.

Metode Penelitian
Rancangan perlakuan disusun secara faktor tunggal yang terdiri dari 11
perlakuan pemupukan yaitu satu perlakuan kontrol (pupuk dasar) dan 10
perlakuan merupakan kombinasi jenis dan dosis pupuk berdasarkan rekomendasi
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) 2007. Adapun perlakuan yang digunakan
sebagai berikut:
1. Kontrol: pupuk organik kotoran sapi 60 kg, Rock Phospate 500 g, dan
dolomit sebanyak 500 g lubang-1 (P0)
2. Pupuk 300 g urea (123 g N) + 375 g SP-36 (121 g P2O5) + 350 g KCl
(191 g K2O) + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O tanaman-1 + P0 (P1)
3. Pupuk 600 g urea (246 g N) + 750 g SP-36 (242 g P2O5) + 700 g KCl
(382 g K2O) + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O tanaman-1 + P0 (P2)
4. Pupuk 900 g urea (369 g N) + 1 125 g SP-36 (363 g P2O5) + 1 050 g KCl
(573 g K2O) + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O tanaman-1 + P0 (P3)
5. NPK 650 g (80 g N, 86 g P2O5, 104 g K2O) + 25 g borat + 25 g
CuSO4.5H2O tanaman-1 + P0 (P4)
6. NPK 1 300 g (160 g N, 172 g P2O5, 208 g K2O) + 25 g borat + 25 g
CuSO4.5H2O tanaman-1 + P0 (P5)
7. NPK 2 600 g (320 g N, 344 g P2O5, 416 g K2O) + 25 g borat + 25 g
CuSO4.5H2O tanaman-1 + P0 (P6)
8. Pupuk 600 g urea (246 g N) + 750 g SP-36 (242 g P2O5) + 700 g KCl
(382 g K2O) + P0 (P7)
9. NPK 1 300 g (160 g N, 172 g P2O5, 208 g K2O) + P0 (P8)
10. Pupuk 600 g urea (246 g N) + 750 g SP-36 (242 g P2O5) + 700 g

8
KCl (382 g K2O) + 15 kg pupuk organik tanaman-1 + P0 (P9)
11. Pupuk 600 g urea (246 g N) + 750 g SP-36 (242 g P2O5) + 700 g KCl
(382 g K2O) + 30 kg pupuk organik tanaman-1 + P0 (P10)
Tiap perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam rancangan acak
kelompok lengkap (RAKL). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali dan
setiap satuan percobaan terdiri atas lima tanaman kelapa sawit sehingga total
satuan percobaan sebanyak 165 tanaman. Model linier aditif dari rancangan yang
digunakan sebagai berikut:
Yij = μ + αi + βj + εij
Keterangan:
i
Yij
μ

αi
βj

εij

= 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,11
j = 1, 2, 3
= respons pengamatan pada unit percobaan yang
mendapat perlakuan pemupukan ke-i pada kelompok ke-j
= rataan umum
= pengaruh pemupukan ke-i
= pengaruh kelompok ke-j
= pengaruh acak dari pemupukan ke-i dan kelompok ke-j

Pelaksanaan Penelitian
Pemupukan
Seluruh tanaman kelapa sawit sebelumnya telah dipupuk dengan pupuk
organik kotoran sapi sebanyak 60 kg lubang-1, Rock Phospate 500 g lubang-1 dan
dolomit sebanyak 500 g lubang-1(pupuk dasar). Aplikasi perlakuan atau pemberian
pupuk dilakukan sebanyak tiga kali yaitu setiap empat bulan dengan curah hujan
minimal 60 mm bulan-1 (pada Maret, Juli dan Desember 2013). Dosis pemupukan
masing-masing sepertiga dari total dosis perlakuan.
Aplikasi pupuk urea, SP-36 KCl, NPK majemuk dan pupuk organik
dilakukan pada pagi atau sore hari dengan cara menaburkan pupuk pada larikan
dan piringan kelapa sawit (Soon dan Hoong 2002) kecuali aplikasi pupuk borat
yang ditebar pada ketiak- ketiak pelepah daun (Goh dan Hardter 2003).
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi pengendalian gulma pada piringan secara
manual dan pengendalian hama dan penyakit menggunakan insektisida dan
fungisida. Insektisida yang digunakan adalah delthametrin dan fungisida
mancozeb tiap bulannya. Konsentrasi yang digunakan adalah 2 ml l-1 dan 2 g l-1
air.

9
Pengamatan
Pengamatan Morfologi
Pengamatan morfologi tanaman dilakukan pada setiap tanaman unit
percobaan setiap bulan selama 12 bulan dengan mengamati:
1. Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur dari batas pangkal batang yang
telah diberi tanda hingga daun termuda yang membuka sempurna yang
ditegakkan dengan menggunakan meteran kain yang dimodifikasi
2. Jumlah pelepah daun. Jumlah pelepah daun yang dihitung merupakan
pelepah- pelepah daun yang telah membuka
3. Lingkar batang. Lingkar batang merupakan kumpulan pelepah daun yang
masih terbungkus serabut. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
meteran kain dan diukur 5 cm dari permukaan tanah
4. Panjang pelepah daun ke-9. Pengukuran dilakukan dengan meteran kain,
mulai pangkal pelepah hingga ujung pelepah
5. Luas daun. Pengukuran luas daun dilakukan pada daun pelepah ke-9, dengan
mengukur beberapa helai panjang dan lebar anak daun dan dihitung dengan
rumus Sutarta et al. (2007):

Keterangan: p
l
n
k

= panjang anak daun (cm)
= lebar anak daun (cm)
= jumlah helai anak daun sebelah kiri atau kanan
= konstanta (0.57 untuk TBM)

6. Persentase berbunga. Mengamati waktu munculnya bunga tanaman yaitu
pada awal, 50% berbunga dan 100% berbunga. Tanaman dikastrasi sampai
umur 18 bulan setelah pindah tanam.

Pengamatan Fisiologi Tanaman
Pengamatan tanggap fisiologi akan dilakukan terhadap peubah sebagai
berikut:
1. Kerapatan stomata. Pengamatan kerapatan stomata daun dilakukan sebanyak
dua kali yaitu pada 6 dan 12 Bulan Setelah Perlakuan di Laboratorium
Mikroteknik Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Pengamatan sampel
stomata dilakukan dengan cara mengoleskan cat kuku transparan pada
permukaan bawah pelepah daun ke-9, sekitar 2 cm x 2 cm pada pagi hari dan
dibiarkan mengering. Selanjutnya pada permukaan daun yang telah diolesi cat
kuku ditempelkan selotip transparan kemudian ditekan agar cat kuku
menempel sempurna. Setelah itu selotip dilepaskan dan ditempelkan pada gelas
objek. Stomata diamati di bawah mikroskop elektron pada tingkat perbesaran
40. Kerapatan stomata dihitung dengan rumus:

10

Luas bidang pandang dihitung dengan rumus:
A = π r2
= 3.14 x (0.25)2
= 0.19625 mm2
2. Kadar klorofil daun. Kadar klorofil diukur melalui pengamatan tingkat
kehijauan daun dengan alat SPAD-502 plus chloropyll meter setiap 4 bulan
selama 12 bulan pada daun pelepah ke-9 bulan. Alat ini secara digital
mengukur kehijauan dan jumlah relatif molekul klorofil yang terdapat di
dalam daun dalam satu nilai berdasarkan jumlah cahaya yang ditransmisikan
oleh daun. Sampel daun diletakkan pada titik alat pembaca, kemudian tombol
pembaca tersebut ditekan. Pengukuran dilakukan pada tiga titik (pangkal,
tengah dan ujung) yang berjarak 5 cm dari tepi leaflet. Nilai real kandungan
klorofil dihitung menggunakan rumus Farhana et al. (2007): Y = 0.0007x–
0.0059, dimana: Y = kadar klorofil dan X = nilai hasil pengukuran SPAD-502.
Analisis Jaringan Daun (N, P, K, B dan Cu)
Sampel daun yang digunakan merupakan anak daun bagian tengah yang
berjumlah 3 helai sebelah kanan dan kiri dari pelepah daun ke-9 kemudian
dikomposit. Analisis dilakukan setiap 6 bulan sekali selama 12 bulan. Selain itu
pada akhir pengamatan dilakukan analisis jaringan pelepah kelapa sawit pada
perlakuan terbaik. Bahan dikeringkan dan dioven pada suhu 80 0C sampai
mencapai berat konstan. Bahan dipotong kasar dan dicampur, kemudian diambil ±
10 g untuk digiling halus dengan grinder sampai dapat lolos mata saring 0.5
mm dan dianalisis kadar hara N, P, K, B dan Cu di laboratorium (Pusat Penelitian
Tanah 2005).
Analisis Tanah dan Dinamika Hara Pupuk
Analisis tanah dilakukan beberapa tahap, analisis tanah awal dilakukan
untuk melihat kondisi status hara tanah, sampel diambil secara komposit dari
beberapa titik dalam setiap kelompok. Sampel tanah terdiri dari sampel tanah
dari piringan dan gawangan. Sampel tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm
dan dibersihkan dari sisa-sisa akar, kemudian diambil sampel seberat 250 g
untuk dianalisis. Analisis tanah dilakukan terhadap tekstur tanah, kadar Corganik, N total, P tersedia (HCl 25% dan Bray 1), K, B, Cu, pH, KTK, KB,
Al-dd, H-dd, dan Fe-bebas.
Saat akhir penelitian juga diamati dinamika hara N, P dan K total pada tiga
kedalaman tanah (0-20 cm, 20-40 cm dan 40-60 cm) pada perlakuan terbaik
untuk melihat pergerakan hara dalam tanah. Pengamatan dinamika hara dilakukan
pada perlakuan kontrol dan perlakuan pupuk yang menghasilkan respons
pertumbuhan tanaman terbaik. Sampel tanah diambil dari masing-masing
kedalaman dan dianalisis kadar hara N, P dan K total.

11
Neraca Hara Pupuk
Perhitungan neraca hara dilakukan di akhir penelitian pada perlakuan
kontrol dan pupuk terbaik. Perhitungan meliputi sumber hara (kandungan hara
tanah awal dan pupuk), recovery nutrient (kandungan hara tanah akhir dan
serapan tanaman):
1. Tanah awal (g). Kadar hara total tanah awal dihitung = kadar hara analisis tanah
awal x bobot kering tanah awal (g). Bobot tanah diukur dari volume tanah pada
piringan dengan diameter ± 2 m dan kedalaman 60 cm. Kadar air tanah dan
bulk density tanah juga dilakukan pengamatan pada kedalaman 0-60 cm.
2. Pupuk (g) = kadar hara pupuk (%) x bobot pupuk sesuai perlakuan (g)
3. Tanah akhir (g) = kadar hara analisis tanah akhir x bobot kering tanah akhir (g)
4. Serapan tanaman (g), serapan tanaman hanya dihitung pada jaringan pelepah
dan leaflet (anak daun). Serapan tanaman dihitung = kadar hara jaringan
(pelepah dan leaflet) (%) x bobot kering jaringan (g). Bobot kering pelepah
diduga dengan rumus Aholoukpe et al. (2013): DWfrond = 1.147 + 2.135*
DWrachis dan dikalikan dengan rata-rata jumlah pelepah daun tanaman-1.
5. Efisiensi pemupukan (%) = (serapan tanaman (g) : hara pupuk (g))
6. Pupuk yang tidak terserap (%) = ((hara pupuk (g) – serapan tanaman (g)): hara
pupuk
Prosedur Analisis Data
Analisis dilakukan dengan program SAS (Statistical Analysis System).
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam. Apabila hasil sidik
ragam pada uji F taraf α 0.05 terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji
polynomial orthogonal dan kontras orthogonal pada taraf α 0.05 untuk masingmasing kelompok perlakuan. Masing-masing pengelompokan ditujukan untuk
memperoleh informasi berbagai respons pertumbuhan tanaman terhadap beberapa
paket pemupukan. Adapun pengelompokan perlakuan tersebut sebagai berikut:
Kelompok polynomial orthogonal pertama untuk melihat pengaruh peningkatan
dosis paket pupuk tunggal:
1. Kontrol (P0)
2. Pupuk 300 g urea + 375 g SP-36 + 350 g KCl + 25 g borat + 25 g
CuSO4.5H2O tanaman-1 (P1)
3. Pupuk 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl + 25 g borat + 25 g
CuSO4.5H2O tanaman-1 (P2)
4. Pupuk 900 g urea + 1 125 g SP-36 + 1 050 g KCl + 25 g borat + 25 g
CuSO4.5H2O tanaman-1 (P3)
Kelompok polynomial orthogonal kedua untuk melihat pengaruh peningkatan
dosis paket pupuk majemuk NPK:
1. Kontrol (P0)
2. NPK 650 g + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O tanaman-1 (P4)
3. NPK 1 300 g + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O tanaman-1 (P5)
4. NPK 2 600 g + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O tanaman-1 (P6)

12
Kelompok polynomial orthogonal ketiga untuk melihat pengaruh peningkatan
dosis paket pupuk organik:
1. Pupuk 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl tanaman-1 (P7)
2. Pupuk 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl + 15 kg pupuk organik tanaman-1
(P9)
3. Pupuk 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl + 30 kg pupuk organik tanaman-1
(P10)
Kelompok kontras orthogonal untuk membandingkan pengaruh pemberian pupuk
mikro B dan Cu:
1. Pupuk 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O
tanaman-1 (P2) dan NPK 1300 g + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O tanaman-1
(P5)
2. Pupuk 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl (P7) dan NPK 1300 g tanaman-1
(P8).

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Hasil analisis tanah awal menunjukkan bahwa tekstur tanah terdiri dari ratarata pasir 22.21%, debu 36.63% dan liat 41.13%. Reaksi tanah tergolong masam
dengan pH (H2O) 4.70, kandungan C organik sedang (2.23 %), N total sedang
(0.21%), P (Bray 1) rendah (8.88 ppm), dan K sedang (0.41 me 100g-1).
Kandungan unsur hara lainnya yaitu Cu rendah (0.13 ppm), dan B sedang (1.78
ppm). Kapasitas tukar kation tanah tergolong tinggi (26.90 me 100 g-1) dan
kejenuhan basa tergolong rendah (23.71%). Hasil analisis tanah awal yang
digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 4.
Curah hujan di lokasi percobaan selama 12 bulan (April 2013-Maret 2014)
berkisar antara 60-606 mm bulan-1, dengan rata-rata curah hujan 302.58 mm
bulan-1. Curah hujan tertinggi pada Januari 2014 yaitu 606 mm bulan-1 dan
terendah pada September 2013 dengan rata-rata curah hujan 60 mm bulan-1.
Jumlah hari hujan berkisar antara 2-24 hari (Agustus 2013-Maret 2014) dengan
rata-rata 13 hari bulan-1.
Suhu bulanan berkisar antara 25-34 0C, dengan suhu tertinggi tercatat
sebesar 34o C pada September 2013 dan terendah 25 0C pada Desember 2013 dan
Januari 2014. Kelembaban udara berkisar antara 66-80% bulan-1, dengan RH
tertinggi 80% pada Desember 2013-Maret 2014 dan terendah 66% pada
September 2013 (Lampiran 7).
Selama penelitian tidak ditemukan adanya serangan hama dan penyakit pada
tanaman. Pertumbuhan gulma tidak mempengaruhi perlakuan penelitian karena
pengendaliannya dilakukan secara rutin (mekanis dan kimiawi) setiap 2 bulan atau
disesuaikan dengan intensitas pertumbuhan gulma yang tumbuh di dalam piringan
tanaman. Adapun jenis gulma yang dominan di pertanaman yaitu alang-alang
(Imperata cylindrica).

13

Respons Tanaman terhadap Paket Pemupukan Tunggal N, P dan K
Pemberian paket pemupukan tunggal urea, SP-36, KCl dan mikro (B dan
Cu) berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah pelepah daun, lingkar batang,
luas daun pelepah ke-9, kadar klorofil dan kadar hara K daun, tetapi tidak untuk
peubah panjang pelepah daun ke-9, persentase berbunga, kerapatan stomata dan
kadar hara N, K, B dan Cu (Tabel 1). Data peubah morfologi yang disajikan hanya
pada 0, 5, 8, 9, 10, 11 dan 12 Bulan Setelah Perlakuan (BSP).
Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian pemupukan tunggal
Waktu
Pengamatan
0 BSP
1 BSP
2 BSP
3 BSP
4 BSP
5 BSP
6 BSP
7 BSP
8 BSP
9 BSP
10 BSP
11 BSP
12 BSP

Respon morfologi dan fisiologi tanaman
TT

LB

JP

PP

LD

KS

KL

KH

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
*
**
**

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
*
*
*
*

tn
tn
tn
tn
tn
*
*
**
**
**
**
**
**

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
**

tn
tn

**
**
**

tn
*

Keterangan: *: nyata pada α = 5% , **: nyata pada α = 1% , tn: tidak nyata pada α = 5%, -: tidak diamati,
BSP:bulan setelah perlakuan, TT: tinggi tanaman, LB: lingkar batang, JP: jumlah pelepah, PP:
panjang pelepah ke-9, LD: luas daun pelepah ke-9, KS: kerapatan stomata, KL: kadar klorofil,
KH: kadar hara daun

Respons Morfologi Tanaman terhadap Paket Pemupukan Tunggal
Tinggi Tanaman
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan paket pupuk tunggal berpengaruh
nyata secara linier pada tinggi tanaman kelapa sawit pada 9-12 Bulan Setelah
Perlakuan (BSP) (Tabel 2). Pengaruh linier menunjukkan bahwa semakin tinggi
pemberian paket dosis pupuk tunggal (P1, P2 dan P3) maka tinggi tanaman akan
semakin meningkat sampai dosis tertinggi, yaitu 900 g urea + 1 125 g SP-36 + 1
050 g KCl + 25 g borat + 25 g CuSO4.5H2O g tanaman-1 (P3). Peningkatan tinggi
tanaman hingga dosis tertinggi (P3) sebesar 10.3% dibandingkan kontrol pada 12
BSP. Luz et al. (2006) melaporkan bahwa pemberian pupuk nitrogen
meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan bibit tanaman “lady palm” (Rhapis
excels) dan pemberian pupuk fosfor secara nyata meningkatkan tinggi bibit kelapa
sawit (Kasno et al. 2010).

14
Tabel 2. Pengaruh dosis paket pupuk tunggal pada tinggi tanaman
Paket Dosis
pupuk
tunggal
P0
P1
P2
P3
Pola
respon¢

Tinggi tanaman (cm)
0 BSP

5 BSP

8 BSP

9 BSP

10 BSP

11 BSP

12 BSP

166.33
159.86
151.26
160.53

230.63
220.13
225.16
226.33

278.76
273.70
282.13
283.76

286.20
286.26
293.60
300.16

291.83
296.40
298.70
309.10

294.26
304.63
308.30
321.00

303.73
316.16
322.66
335.06

tn

tn

tn

L*

L**

L**

L**

Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, Q: Kuadratik, tn: tidak nyata, *: Berbeda nyata pada taraf
5%, **: Berbeda nyata pada taraf 1%, BSP (Bulan setelah perlakuan). P0: pupuk organik 60 kg,
Rock Phospate 500 dan dolomit 500 lubang-1, P1: 300 g urea + 350 g SP-36 + 350 g KCl + 25 g
borat + 25 g CuSO4.5H2O, P2: 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl + 25 g borat +25 g
CuSO4.5H2O, P3: 900 g urea + 1 125 g SP-36 + 1 050 g KCl, P1 – P3 ditambah pupuk dasar
(P0)

Lingkar Batang
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan paket pupuk tunggal berpengaruh
nyata secara linier pada lingkar batang kelapa sawit mulai 8 BSP hingga 12 BSP
(Tabel 3). Peubah lingkar batang meningkat dengan meningkatnya dosis paket
pupuk tunggal hingga dosis tertinggi (P3). Peningkatan lingkar batang hingga
dosis tertinggi (P3) sebesar 18.5% dibandingkan kontrol pada 12 BSP.
Uwumarongie-Ilori et al. (2012) menyatakan bahwa aplikasi pupuk N, P, K
mampu menghasilkan diameter bibit kelapa sawit yang terbesar dibandingkan
pupuk organik saja dan mampu meningkatkan lingkar batang tanaman kelapa
sawit di dua afdeling kebun kelapa sawit (Poleuleng et al. 2013).
Tabel 3. Pengaruh dosis paket pupuk tunggal pada lingkar batang
Paket Dosis
pupuk
tunggal
P0
P1
P2
P3
Pola
respon¢

Lingkar batang (cm)
0 BSP

5 BSP

8 BSP

9 BSP

10 BSP

11 BSP

12 BSP

21.60
19.80
18.66
19.03

37.80
38.10
39.70
40.73

46.06
48.93
49.90
53.03

47.73
50.86
51.96
55.53

49.66
52.96
53.93
57.93

51.10
54.63
55.73
60.13

52.96
56.96
57.26
62.76

tn

tn

L**

L**

L**

L**

L**

Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, Q: Kuadratik, tn: tidak nyata, *: Berbeda nyata pada taraf
5%, **: Berbeda nyata pada taraf 1%, BSP (Bulan setelah perlakuan). P0: pupuk organik 60 kg,
Rock Phospate 500 dan dolomit 500 lubang-1, P1: 300 g urea + 350 g SP-36 + 350 g KCl + 25 g
borat + 25 g CuSO4.5H2O, P2: 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl + 25 g borat +25 g
CuSO4.5H2O, P3: 900 g urea + 1 125 g SP-36 + 1 050 g KCl, P1 – P3 ditambah pupuk dasar
(P0)

Jumlah Pelepah Daun
Jumlah pelepah daun tanaman merupakan peubah yang berhubungan dengan
bobot kering dan produksi tanaman (Boroomand dan Grouh 2012). Pemberian
paket pupuk tunggal berp