Perilaku Usaha Koperasi Pertanian: Kasus Koperasi Di Dataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh

ss

PERILAKU USAHA KOPERASI PERTANIAN: KASUS
KOPERASI DI DATARAN TINGGI GAYO
PROVINSI ACEH

DEVI AGUSTIA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Perilaku Usaha Koperasi
Pertanian: Kasus Koperasi di Dataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis

ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016
Devi Agustia
NIM H453130011

RINGKASAN
DEVI AGUSTIA. Perilaku Usaha Koperasi Pertanian: Kasus Koperasi di
Dataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh. Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI dan
HARIANTO.
Koperasi dalam perekonomian nasional mempunyai kedudukan dan peran
yang sangat strategis dalam pertumbuhan dan pengembangann potensi ekonomi
rakyat. Pada umumnya koperasi memiliki keunggulan di bidang pertanian.
Keunggulan tersebut diantaranya memperbaiki posisi tawar (bargaining position)
petani, membuka akses pasar baru untuk produk petani, dan meningkatkan
kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi. Salah satu komoditas pertanian
yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah kopi Arabika. Provinsi Aceh
merupakan salah penghasil utama kopi Arabika dengan sentra produksi terdapat di

Dataran Tinggi Gayo.
Koperasi Pertanian di Dataran Tinggi Gayo telah berperan dalam
memberikan penyuluhan atau pelatihan teknis dan koperasi juga membeli hasil
panen kopi anggota. Meskipun tanaman kopi telah banyak diusahakan, namun
harga kopi yang tinggi di tingkat eksportir belum dirasakan oleh petani kopi di
Dataran Tinggi Gayo. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan harga kopi mulai
tahun 2006 sampai tahun 2013 yakni harga kopi di tingkat petani relatif stabil
berkisar antara Rp 8 000 sampai Rp 13 000 per kg, sedangkan harga di tingkat
eksportir mengalami perubahan relatif besar bekisar antara Rp 30 000 sampai Rp
50 000. Hal ini mengindikasikan keberadaan koperasi belum dirasakan
manfaatnya khususnya dalam peningkatan bergaining position petani.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pelu dilakukan analisis perilaku
usaha koperasi untuk mengetahui sejauh mana koperasi di Dataran Tinggi Gayo
telah menjalankan aktivitasnya sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi. Penelitian
ini bertujuan untuk 1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga
pembelian, jumlah pembelian dan harga penjualan kopi koperasi di Dataran
Tinggi Gayo, Provinsi Aceh. 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah anggota dan sisa hasil usaha koperasi di Dataran Tinggi Gayo, Provinsi
Aceh.
Penelitian ini dilakukan di sentra produksi kopi Arabika di dataran tinggi

Gayo, yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Unit analisis
dalampenelitian ini adalah koperasi yang telah melakukan Rapat Anggota
Tahunan (RAT) tahun 2014 dan telah melakukan pemasaran kopi selama tiga
tahun terakhir yaitu berjumlah 15 unit koperasi. Analisis yang digunakan adalah
analisis kualitatif dan kuantitatif. Gambaran umum koperasi dari sisi organisasi,
keuangan dan usaha menggunakan Microsoft Exel 2010. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari sisi organisasi koperasi telah berdiri dalam kurun waktu
3 hingga 16 tahun. SDM yang dimiliki koperasi cukup baik, dimana umur
pengurus dan karyawan berada pada usia produktif dengan tingkat pendidikan
yang tinggi dan berpengalaman dalam berorganisasi. Dari sisi keuangan koperasi
telah mampu menghasilkan laba yang terlihat dari rata-rata nilai ROI dan ROE
masing-masing sebesar 20.39 dan 34.46. Namun koperasi belum mampu
menjamin hutang-hutangnya. Hal ini dikarenakan besarnya modal yang
dibutuhkan koperasi sehingga koperasi masih mengandalkan pinjaman dalam

menjalankan kegiatan usahanya. Dari sisi usaha menunjukkan bahwa koperasi
telah mampu mengelola kegiatan usahanya dengan baik, dimana rata-rata volume
usaha telah mencapai 46 milyar dan rata-rata SHU dan premium fee masingmasing sebesar 338 juta dan 2 milyar.
Metode analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku usaha koperasi
menggunakan model ekonometrika dengan sistem persamaan simultan, yang

terdiri dari 5 persamaan struktural. Pendugaan model menggunakan metode Two
Stage Least Square (2SLS). Pengolahan data menggunakan program komputer
SAS 9.3. Hasil penelitian menunjukkan dalam melakukan pembelian terhadap
kopi anggota, dimana jumlah pembelian koperasi dan harga jual kopi berpengaruh
signifikan meningkatkan harga pembelian. Jumlah penjualan juga berpengaruh
dalam meningkatkan jumlah pembelian kopi. Namun jumlah pembelian, harga
jual, harga beli dan jumlah anggota tidak berpengaruh dalam meningkatkan sisa
hasil usaha koperasi. Hal ini mengindikasikan bahwa koperasi telah menjalankan
fungsi dan perannya sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi dalam melayani
kebutuhan anggota.
Kata kunci: Koperasi, Kopi, Kinerja, Perilaku usaha, Persamaan simultan.

SUMMARY
DEVI AGUSTIA. Business Behaviour of Agricultural Cooperatives: The Case of
Cooperative in Gayo Highland, Aceh Province. Supervised by NUNUNG
KUSNADI and HARIANTO.
Cooperatives have strategic role in the growth of the national economy and
the development of public economic potential. In general, cooperatives have many
advantages for agriculture. These advantages include improving the bergaining
position of farmers, opening access to new markets for the products of farmers,

and improve the ability to adopt the technology. One of the agricultural
commodities that have the potential to be developed is Arabika coffee. Aceh
province is one of the major producer of Arabica coffee with Gayo highlands as
the center of production area
Agricultural cooperatives in Gayo Highland has contributed in providing
education or technical training and the cooperatives was also buy the coffee
harvested by members. Although the coffee crop has been widely cultivated, but
the high coffee price in exporters level has not been felt by coffee farmers in Gayo
Highlands. It is shown from the development of coffee prices from 2006 to 2013,
the price of coffee at the farm level was relatively stable ranging between Rp 8000
to Rp 13 000 per kg, while the price in exporters level changed relatively large
ranged between Rp 30 000 to Rp 50 000. this indicated the existence of
cooperative benefits have not been felt particularly in improving farmers
bergaining position.
Based on these problems, the cooperative efforts behavioral analysis is
needed to determine the performance of cooperatives in performing their role in
accordance with the principles of cooperatives in the Gayo Highlands. This study
aims to 1) Analyze the factors that influence the purchase price, the purchase
amount and the number of sales of cooperatives in the Gayo Highlands, Aceh
Province, 2) Analyze the factors that influence the number of members and the

residual claims of cooperatives in the Gayo Highlands, Aceh Province.
This research was conducted in Arabica coffee production center of Gayo
highlands, the Central Aceh and Bener Meriah district. The unit of analysis was
cooperatives which has conducted the Annual Members Meeting (RAT) in 2014
and has been marketing their coffee during the last three years as many as 15
cooperative units. The analysis used was qualitative and quantitative analysis.
Analysis of the performance of the cooperative in terms of organizational,
financial and business was using Microsoft Excel 2010. The results showed that in
terms of the cooperative organization, the cooperatives has been established
within a period of 3 to 16 years. The human resource owned by cooperatives was
quite good, where the age of the board and the employees was in the productive
age with a high level of education and experience in organization. In terms of
cooperative financial, the cooperatives has been able to generate profits that can
be seen from the average value of ROI and ROE respectively by 20.39 and 34.46
but still the cooperatives has not been able to guarantee its debts. This occured
because the large amount of capital was needed by the cooperatives in running the
business so that the cooperatives still rely on loans. In terms of the business, it
showed that the cooperative has been able to manage its operations well, where

the average business volume has reached 46 billion and the average SHU and

premium fee respectively 338 million and 2 billion.
Methods used in analising the factors that influence the behavior of a
cooperative was econometric model with simultaneous equations system, which
consists of five structural equation. Model estimation was using Two Stage Least
Square (2SLS). Processing data using a computer program SAS 9.3. The results
showed in making purchase for coffee of members, where the amount of the
purchase and selling price of a coffee cooperative effect significantly increases the
purchase price. Total sales was also influential in increasing the amount of coffee
purchase. However the amount of the purchase, the selling price, the purchase
price and the number of members did not affect the increase of net income of the
cooperative. This indicates that the cooperative has been performing its functions
and its role in accordance with the principles of cooperatives in serving the needs
of members.
Keywords:

Bussiness Behaviour, Cooperative,
Simultaneous Equations.

Coffee,


Performance,

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERILAKU USAHA KOPERASI PERTANIAN: KASUS
KOPERASI DI DATARAN TINGGI GAYO
PROVINSI ACEH
INTEGRASI PASAR DAN DAYA SAING UDANG
INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

DEVI AGUSTIA


ULFIRA ASHARI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Anna Fariyanti, MSi

Judul Tesis
Nama
NIM

: Perilaku Usaha Koperasi Pertanian: Kasus Koperasi di Dataran

Tinggi Gayo Provinsi Aceh
: Devi Agustia
: H453130011

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua

Dr Ir Harianto, MS
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS


Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian : 07 Juni 2016

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikat rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dengan perkenaanNya penulis diberi kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan karya ilmiah
ini. Tesis ini merupakan hasil penelitian dengan judul Perilaku Usaha Koperasi
Pertanian: Kasus Koperasi di Dataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh.
Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr
Ir Nunung Kusnadi MS dan Bapak Dr Ir Harianto MS selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktu memberikan arahan dan bimbingan selama proses
penulisan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Ibu Anna Fariyanti MSi selaku penguji luar komisi pada ujian tesis, serta kepada
Bapak Prof Dr Ir Sri Hartoyo MS selaku ketua program studi yang juga
merupakan penguji wakil komisi program studi, yang telah memberikan kritik dan
saran untuk perbaikan tesis ini. Terima kasih kepada seluruh dosen Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian atas segala ilmu yang telah diberikan selama penulis
menempuh pendidikan dan terima kasih kepada Dirjen Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah
memberikan beasiswa BPPDN pendidikan Program Magister di IPB.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat terbaik yang telah
seperti keluarga Ihdiani Abubakar, Indah Nurhidayati, Nurul Iski, Noratun
Juliviani, Siti Yuliati Chansa Arfah, Sartika Sari Utami, Ratih Apri Utami atas
dukungannya selama ini. Terima kasih kepada Januar Arifin Ruslan dan Ahmad
Zainuddin yang banyak membantu dan bertukar pikir selama proses belajar
hingga tugas akhir ini terselesaikan. Serta terima kasih kepada seluruh rekanrekan Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) 2013 untuk kebersamaan dalam belajar dan
berdiskusi selama menempuh pendidikan di EPN. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Bapak Johan, Bapak Widi, Ibu Ina, Ibu Kokom, Bapak
Erwin, Bapak Husein selaku staff administrasi pada program studi Ilmu Ekonomi
Pertanian yang telah membantu penulis selama menempuh pendidikan.
Terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada orangtua tersayang
Ayahanda Yusman, Ibunda Suriati dan Ibu mertua Sulasni yang senantiasa
mendukung dan mendoakan keberhasilan bagi penulis. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada suami tercinta Hendry Dharmadi SP yang selalu
memahami, mengerti, memberikan semangat dan doa bagi penulis. Saudarasaudaraku Dessy, Yessi, Vera dan Teguh yang telah memberikan semangat dan
dukungan selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan tersebut. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2016
Devi Agustia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

1
1
3
5
5
5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Usahatani Kopi
Peran dan Manfaat Koperasi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Usaha Koperasi
Kerangka Teoritis
Kerangka Pemikiran Penelitian

6
6
7
8
9
16

3 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis Data
Kinerja Koperasi
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Usaha Koperasi
Definisi Operasional

18
18
18
18
19
19
25

4 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
KOPERASI
Deskripsi Wilayah
Gambaran Umum Koperasi
Kinerja Koperasi di Dataran Tinggi Gayo

27
27
27
34

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Usaha Koperasi

41
41

6 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

48
48
48

DAFTAR PUSTAKA

49

LAMPIRAN

53

RIWAYAT HIDUP

62

DAFTAR TABEL
1
2

Perkembangan koperasi di Indonesia tahun 2010-2014
Profil koperasi responden di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah
3 Rasio harga pembelian koperasi dan harga pasar kopi di Aceh Tengah
dan Bener Meriah selama tahun 2012-2014
4 Kinerja usaha koperasi kopi di Dataran Tinggi Gayo tahun 2014
5 Karakteristik pengurus koperasi di Dataran Tinggi Gayo tahun 2015
6 Karakteristik karyawan koperasi di Dataran Tinggi Gayo tahun 2015
7 Kinerja keuangan koperasi di Dataran Tinggi Gayo tahun 2014
8 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi harga
pembelian kopi koperasi
9 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
pembelian kopi koperasi
10 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
penjualan kopi koperasi
11 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
anggota koperasi
12 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi sisa hasil
usaha koperasi

1
28
30
34
37
38
39
42
44
45
46
47

DAFTAR GAMBAR
1 Luas areal dan Produksi Kopi Indonesia, tahun 2005-2014**)
2 Pergerakan harga kopi arabika gayo di tingkat petani, dan eksportir tahun
2006-2013 4
3 Alternatif penetapan harga dan jumlah penjualan pada koperasi
4 Alternatif penetapan harga dan jumlah pembelian pada koperasi
5 Alur kerangka pemikiran
6 Diagram hubungan antar variabel

2
13
14
17
23

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Rasio harga pembelian kopi koperasi dan harga pasar kopi di Dataran
Tinggi Gayo tahun 2012-2014
Editor pendugaan parameter perilaku usaha koperasi di Dataran Tinggi
Gayo dengan metode 2SLS menggunakan program SAS 9.13
Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi harga
pembelian kopi oleh koperasi di Dataran Tinggi Gayo dengan metode
2SLS menggunakan program SAS 9.13

55
56
57

4 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
pembelian kopi oleh koperasi di Dataran Tinggi Gayo dengan metode
2SLS menggunakan program SAS 9.13
5 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
penjualan kopi oleh koperasi di Dataran Tinggi Gayo dengan metode
2SLS menggunakan program SAS 9.13
6 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
anggota koperasi di Dataran Tinggi Gayo dengan metode 2SLS
menggunakan program SAS 9.13
7 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi sisa hasil
usaha koperasi di Dataran Tinggi Gayo dengan metode 2SLS
menggunakan program SAS 9.13

58
59
60
61

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang
berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi dalam perekonomian
nasional mempunyai kedudukan dan peran yang sangat strategis dalam
pertumbuhan dan pengembangann potensi ekonomi rakyat. Ketaren (2007)
menyatakan bahwa peranan koperasi dalam perekonomian secara makro adalah
meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat dan lingkungan,
meningkatkan produksi, pendapatan, kesejahteraan, dan meningkatkan
kesempatan kerja.
Peran koperasi di Indonesia diperkirakan akan tetap bahkan semakin penting
terutama dalam kaitannya untuk menjadi lembaga pengembangan ekonomi rakyat
(Krisnamurthi 1998). Koperasi harus tumbuh menjadi badan usaha dan sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang sehat, tangguh, kuat, dan mandiri yang
berfungsi sebagai wadah untuk menggalang ekonomi rakyat (Soedjono 2003).
Perkembangan koperasi di Indonesia pada periode tahun 2010 sampai tahun
2014 mengalami pertumbuhan positif yang terlihat dari peningkatan kinerja
koperasi seperti terlihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat peningkatan beberapa
variabel kinerja koperasi seperti jumlah koperasi dan jumlah anggota koperasi,
pada tahun 2010 jumlah koperasi yang ada di Indonesia adalah sebanyak 177 482
unit dan pada tahun 2014 meningkat sebesar 7.81 persen menjadi 209 488 unit.
Selain itu, jumlah anggota koperasi yang ada di Indonesia pada tahun 2014 juga
mengalami peningkatan yaitu sebesar 19.64 persen jika dibandingkan dengan
tahun 2010.
Tabel 1 Perkembangan koperasi di Indonesia tahun 2010-2014
Keterangan
Jumlah Koperasi (unit)

2010

2011

Tahun
2012

2013

2014

177 482

188 181

194 295

203 701

209 488

Jumlah Anggota (orang)

30 461 121

30 849 913

33 869 439

35 254 176

36 443 953

Modal (Rp.juta)

64 788 727

75 484 237

89 536 290

102 826 158

105 800 829

Volume Usaha (Rp.juta)

76 822 082

95 062 402

119 182 690

125 548 976

189 858 671

5 622 164

6 336 481

6 661 926

8 110 199

14 898 647

SHU (Rp.juta)

Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM 2015

Selain terjadi pertumbuhan pada jumlah koperasi dan jumlah anggota
koperasi, juga terjadi pertumbuhan pada beberapa variabel lainnya, seperti modal,
volume usaha dan Sisa Hasil Usaha (SHU). Seiring dengan peningkatan jumlah
koperasi dan jumlah anggota koperasi di Indonesia, modal koperasi juga
mengalami peningkatan yang mencapai 37.98 persen. Dilihat dari sisi usaha, pada
tahun 2014 volume usaha koperasi pun mengalami peningkatan sebesar 68.79
persen. Dengan meningkatnya volume usaha tersebut, maka terjadi kenaikan SHU
yang dihasilkan oleh koperasi. Peningkatan SHU pada tahun 2014 jika
dibandingkan dengan tahun 2010 cukup besar, yaitu mencapai 45.55 persen. Oleh

2

karena itu pengembangan koperasi dapat dijadikan sebagai sebuah organisasi
yang efektif bagi anggota untuk saling bekerjasama, membuka akses pasar,
modal, informasi, teknologi dengan mengoptimalkan potensi, dan memanfaatkan
peluang usaha yang terbuka (Nasution 2008).
Pada umumnya koperasi memiliki keunggulan di bidang pertanian, sektor
pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia sebagai
salah satu negara agraris. Salah satu subsektor pertanian yang memberikan
kontribusi signifikan terhadap GNP Indonesia adalah perkebunan. Sumbangan sub
sektor perkebunan terhadap devisa negara mencapai USD 29.5 miliar pada tahun
2013 atau setara dengan Rp 546.42 triliun (Ditjenbun 2015). Salah satu
komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan adalah kopi. Kopi menyumbang
sebesar USD 1.17 miliar yang berada diurutan ketiga setelah kelapa sawit USD
17.6 miliar dan karet USD 6.1 miliar (BPS 2014).
Perkembangan luas areal dan produksi kopi Indonesia selama sepuluh tahun
terakhir dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: Ditjenbun 2015
Gambar 1 Luas areal dan Produksi Kopi Indonesia, tahun 2005-2014**)
Pada Gambar 1 terlihat selama tahun 2005, luas areal kopi di Indonesia
sebesar 1.25 juta hektar dengan produksi sebesar 640 ribu ton. Pada tahun 2007
sempat mengalami peningkatan menjadi 1.29 juta hektar dengan produksi sebesar
676 ribu ton. Namun, beberapa tahun berikutnya luas areal kopi cenderung
menurun, hingga pada tahun 2010 luas areal menjadi 1.21 juta hektar tetapi
produksi meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 686 ton. Pada tahuntahun berikutnya luas areal tanaman kopi terus mengalami peningkatan begitu
juga dengan produksi hingga tahun 2014 luas areal menjadi 1.35 juta hektar dan
produksi sebesar 738 ribu ton. Luas areal 1.3 juta ha ini terdiri dari luas lahan
perkebunan kopi robusta mencapai 1 juta ha dan luas lahan perkebunan kopi
arabika mencapai 0.30 ha (Kemenperindag 2014).
Meskipun tanaman kopi telah banyak diusahakan namun terdapat beberapa
permasalahan terkait usahatani diantaranya produksi kopi yang rendah, mutu atau
kualitas kopi yang rendah, permodalan, selain itu juga pemasaran kopi yang
belum efisien (Adri 1999; Aradi 2008; Fatwa 2011; Putri 2013). Kelembagaan

3

diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut, kelembagaaan tersebut yaitu
koperasi dimana koperasi dinilai sebagai lembaga dalam subsistem penunjang
yang cukup sesuai untuk mengatasi permasalahan tersebut. Koperasi sebagai
lembaga ekonomi yang berwatak sosial dalam mejalankan kegiatan usahanya
memiliki dua tujuan yaitu profit oriented dan service oriented. Koperasi sebagai
suatu badan usaha bertujuan memaksimalkan keuntungan (profit oriented) dan
sebagai lembaga sosial koperasi mempunyai tujuan memaksimalkan pelayanan
(service oriented) yang ditujukan untuk anggota. Koperasi diharapkan
menjalankan kegiatan usahanya dengan baik sehingga dapat memberikan
pelayanan dan manfaat bagi anggotanya. Krishnamurthi (1999) menyatakan
dampak dari keberadaan koperasi dapat dilihat dengan mempelajari hal apa yang
dapat meningkatkan kegiatan koperasi tersebut. Dalam meningkatkan kegiatan
usahanyan salah satu aspek yang dianggap penting adalah aspek perilaku usaha.
Perilaku usaha koperasi merupakan pengambilan keputusan ekonomi yang akan
mengarahkan kegiatan koperasi sebagai suatu badan usaha disamping perilaku
koperasi sebagai lembaga sosial. Oleh karena itu, maka penting untuk
mempelajari perilaku usaha koperasi sehingga diharapkan koperasi dapat berperan
dalam meningkatkan kesejahteraan anggota maupun masyarakat pada umumnya.
Perumusan Masalah
Provinsi Aceh adalah salah satu daerah penghasil utama kopi arabika
dengan sentra produksi terdapat di Dataran Tinggi Gayo yaitu Kabupaten Aceh
Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Kopi arabika ini terkenal dengan nama
kopi Gayo. Tahun 2013 kopi jenis arabika ini hampir seluruhnya dikembangkan
oleh petani pada areal seluas 48 300 ha di Kabupaten Aceh Tengah dan 43 148 ha
di Kabupaten Bener Meriah. Pengembangan kopi arabika gayo sebagai komoditi
unggulan daerah memiliki prospek yang menjanjikan (Disbun Provinsi Aceh
2013). Sejak tahun 1992 petani kopi arabika telah terlibat dalam program
sertifikasi produk kopi. Program sertifikasi ini mampu meningkatkan nilai jual
kopi arabika gayo di pasar dunia yang biasa disebut harga premium. Namun,
tingginya harga jual kopi arabika yang dibayarkan oleh konsumen belum
dirasakan oleh petani. Di asumsikan harga pasar adalah harga petani dimana
sebagian besar petani menjual kopi melalui koperasi. Lebih jelasnya mengenai
perkembangan harga kopi arabika ditingkat petani dan tingkat eksportir dapat
dilihat pada Gambar 2.
Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa adanya disparitas harga antara petani
dengan eksportir. Harga kopi arabika di tingkat petani relatif stabil berkisar antara
Rp 8 000 per kg sampai Rp 13 000 per kg, sedangkan harga di tingkat eksportir
mengalami perubahan relatif besar bekisar antara Rp 30 000 per kg sampai Rp 50
000 per kg. Ini menunjukkan bahwa selama tahun 2006 - 2013 harga di tingkat
petani dan harga di tingkat eksportir memiliki gap yang semakin lama semakin
melebar dari waktu ke waktu. Besarnya disparitas harga dapat disebabkan oleh
dua hal yaitu jalur pemasaran yang panjang dan perbedaan bentuk kopi yang
dipasarkan akan mempengaruhi perbedaan harga jual.

4

Gambar 2 Pergerakan harga kopi arabika gayo di tingkat petani, dan eksportir
tahun 2006-2013
Sumber: Disbun Provinsi Aceh 2013; Disperindag dan UKM Provinsi Aceh 2013;
ICO 2015
Di dataran tinggi Gayo telah terbentuk beberapa koperasi dimana koperasi
merupakan salah satu lembaga yang terlibat dalam pemasaran kopi. Kegiatan
utama koperasi yaitu membeli produksi kopi anggota dan dan menjual kopi
tersebut ke pembeli/buyer (eksportir/importir). Koperasi dalam melakukan
pemasaran dapat melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait sehingga
diharapkan mampu meningkatkan harga dan menciptakan akses pasar yang besar
untuk produk anggota. Keberadaan koperasi diharapkan dapat mengatasi masalah
yang dihadapi petani terutama terkait disparitas harga seperti yang terlihat pada
Gambar 2. Selain memasarkan produk anggota, kegiatan lain koperasi dalam
melayani anggota yaitu koperasi melakukan penyuluhan atau pelatihan teknis
terkait budidaya kopi kepada anggotanya.
Namun Putri (2013) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa peran
koperasi dalam upaya meningkatkan daya tawar petani belum dirasakan
manfaatnya. Sebagai anggota koperasi, petani hanya mendapatkan penyuluhan
atau pelatihan teknis terkait program sertifikasi produk dan petani menjual hasil
panennya kepada koperasi. Hal yang sama juga dikemukankan oleh Saputra
(2012) menyatakan bahwa pada petani kopi yang mengikuti program sertifikasi
hampir 90 persen pemasaran kopi dilakukan melalui koperasi, masalah yang
paling utama dihadapi yaitu posisi tawar (bargaining position) petani lemah
dalam proses penentuan harga. Hal ini mengindikasikan bahwa koperasi belum
berperan, mengapa koperasi belum berperan? sehingga menjadi penting untuk
melihat bagaimana kegiatan koperasi di daerah penelitian.
Pada dasarnya koperasi dikelola bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan para anggota secara khususnya dan masyarakat secara umumnya.
Perilaku usaha koperasi akan mengarahkan kegiatan koperasi sebagai suatu badan
usaha disamping koperasi sebagai lembaga sosial. Keputusan koperasi dalam
melakukan pembelian dan penjualan kopi merupakan perilaku koperasi yang tidak
terlepas dari tujuan koperasi yaitu sebagai lembaga ekonomi yang bertujuan
memberikan pelayanan disamping badan usaha yang bertujuan profit. Koperasi
sebagai lembaga sosial akan meningkatkan perannya dalam memberikan
pelayanan kepada anggota terutama dalam melakukan pembelian kopi dengan
harga yang lebih tinggi dan jumlah yang lebih banyak.

5

Sebagai badan usaha, koperasi adalah sebuah perusahaan yang harus
mampu berdiri sendiri menjalankan kegiatan usahanya untuk memperoleh laba.
Laba dalam koperasi dikenal dengan istilah Sisa Hasil Usaha (SHU). Meskipun
koperasi tidak mengutamakan keuntungan, usaha-usaha yang dikelola oleh
koperasi harus memperoleh SHU yang layak sehingga koperasi dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan kemampuan usaha.
Peningkatan sisa hasil usaha dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan
yang dijalankannya yaitu dari pembelian kopi dari anggota dan penjualan kopi
tersebut. Agar koperasi dirasakan peran dan manfaatnya, maka koperasi harus
memperbaiki perilaku usahanya. Perilaku usaha koperasi harus melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi. Dari uraian tersebut diatas maka
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perilaku usaha koperasi dalam menentukan harga pembelian kopi,
jumlah pembelian kopi dan jumlah penjualan kopi sebagai lembaga yang
bertujuan memberikan pelayan kepada anggota?
2. Bagaimana perilaku usaha koperasi dalam menentukan jumlah anggota dan
sisa hasil usaha koperasi sebagai badan usaha?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,
maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga pembelian kopi, jumlah
pembelian kopi, dan jumlah penjualan kopi di Dataran Tinggi Gayo, Provinsi
Aceh.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah anggota dan sisa hasil
usaha koperasi di Dataran Tinggi Gayo, Provinsi Aceh.
Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu :
1. Bagi pengurus koperasi, hasil penelitian ini merupakan alat penunjang
keputusan dalam pengembangan usaha di dataran tinggi Gayo, Provinsi Aceh.
2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, hasil penelitian diharapkan dapat
merumuskan kebijakan yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan petani
kopi.
3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
penelitian-penelitian selanjutnya .
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini mengkaji koperasi kopi yang memiliki sertifikasi fairtrade dan
organik di dataran tinggi Gayo, Provinsi Aceh.
2. Koperasi yang dipilih merupakan koperasi dimana anggotanya adalah petani
kopi Gayo dan telah melaksanakan RAT tahun 2014.

6

2 TINJAUAN PUSTAKA
Usahatani Kopi
Kopi di Indonesia telah dibudidayakan sejak abad ke-16 dan termasuk salah
satu komoditi yang sangat berperan dalam ekspor nasional. Tanaman kopi
merupakan tanaman tropis dan sangat cocok untuk iklim di Indonesia sehingga
dapat dikatakan komoditi kopi Indonesia memiliki keunggulan mutlak (absolute
advantage) karena kondisi alam yang mendukung budidaya kopi. Adapun unsurunsur tanah yang penting bagi pertumbuhan tanaman kopi adalah Nitrogen,
Potasium, Asam Phosphor dan Kapur.
Usahatani kopi di Indonesia di usahakan oleh perkebunan swasta dan
perkebunan rakyat. Kopi arabika saat ini telah menguasai sebagian besar pasar
kopi dunia dan memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan kopi robusta.
Keunggulan kompetitif tersebut salah satunya adalah harga yang lebih tinggi dari
pada jenis kopi robusta. Harga kopi arabika di pasar international berpengaruh
positif terhadap penawaran kopi Indonesia, tiap kenaikan tingkat harga
internasional arabika sebesar satu satuan akan mengakibatkan peningkatan ekspor
kopi sebesar 0.009 persen. Perbedaan harga kopi arabika yang lebih tinggi dari
kopi robusta salah satunya disebabkan oleh tingkat rasa kopi arabika yang lebih
diminati oleh konsumen dunia dan kandungan kafein yang rendah yaitu 0.8
sampai 1.4 persen dibandingkan kopi robusta 1.7 sampai 4.0 persen. (Sairdama
2013)
Saluran pemasaran kopi Arabika dibeberapa daerah di Indonesia masih
belum efisien. Hal ini disebabkan marjin pemasaran yang relatif tinggi dan
kemungkinan fasilitas pemasaran yang belum memadai untuk memperlancar
pemasaran. Demikian juga dengan kondisi struktur pasar yang dihadapi petani
kopi arabika memiliki struktur pasar yang hampir sama yaitu struktur pasar yang
tidak bersaing sempurna sehingga posisi tawar (bargaining position) petani kopi
arabika lemah (Sallatu 2006; Saputra 2011; Putri 2013).
Kopi Arabika organik telah menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan di
Kabupaten Aceh Tengah karena merupakan salah satu jenis kopi arabika dengan
nilai harga jual tertinggi di dunia (Saputra 2012). Namun permasalahan yang
mendasar dalam pengelolaan usahatani kopi di Provinsi Aceh adalah rendahnya
produktivitas. Beberapa hal yang diduga mempengaruhi rendahnya produktivitas
usahatani kopi daerah ini adalah rata-rata tanaman kopi sudah berumur tua dan
pemeliharaan secara intensif belum dilaksanakan secara sempurna karena
rendahnya pengetahuan dan keterampilan petani (Aradi 2008). Permasalahan lain
yang dijumpai pada usahatani kopi rakyat Provinsi Aceh ini adalah tingkat
pendapatan yang dicapai belum maksimal. Timbulnya masalah ini disebabkan
karena tidak efisiennya petani dalam mengalokasikan faktor produksi dan belum
optimalnya penggunaan faktor produksi yang ada (Fatwa 2011) Masalah ini
mengakibatkan membesarnya biaya produksi yang digunakan sehingga
keuntungan yang diperoleh menjadi rendah. Banyak faktor yang menyebabkan
tidak mengertinya petani mengalokasikan faktor produksi secara efisien antara
lain rendahnya tingkat pendidikan dan terbatasnya modal petani (Adri 1999).

7

Permasalahan yang menjadi kendala dalam aspek pemasaran adalah rendahnya
mutu, rendahnya mutu kopi bersumber dari kesalahan penanganan sebelum panen
maupun penanganan setelah lepas panen. Mutu bibit yang rendah dengan
pemeliharaan dan sistem panen yang tidak tepat akan menyebabkan kualitas kopi
menjadi rendah. Kualitas kopi yang rendah akan menurunkan harga jual kopi yang
akhirnya menurunkan pendapatan petani (Maimun 2009; Mujiburrahman 2011;
Putri 2013). Oleh karena pentingnya kelembagaan berupa koperasi sangat
dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut seperti yang dilakukan pada
usahatani kopi di Lampung dengan membangun kerjasama kemitraan antara
koperasi dengan PT. Nestle (Andriyanti 2005). Untuk meningkatkan pendapatan
petani, dan kolektor kopi organik perlu ditingkatkan peran yang lebih kompleks
seperti yang di lakukan oleh koperasi Baburrayyan Baitul Qiradh, sehingga nilai
tambah yang diperoleh juga lebih besar (Mujiburrahman 2011).
Peran dan Manfaat Koperasi
Koperasi merupakan salah satu bentuk kelembagaan diantara sekian banyak
kelembagaan yang berkembang dalam sektor pertanian. Koperasi diharapkan
menjadi lembaga gerbang (gateway institution) yang menjalankan fungsi
representatif bagi seluruh petani dan kelembagaan-kelembagaan lain yang
levelnya lebih rendah. Koperasi diharapkan tidak hanya menjadi gerbang untuk
kepentingan ekonomi dalam meningkatkan pendapatan pertanian dan mengurangi
kemiskinan pedesaan ( Bernard dan Taffesse 2012; Fisher dan Qaim 2012) tetapi
juga diharapkan untuk pemenuhan modal, kebutuhan pasar, dan informasi (Baga
2009).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa koperasi berperan efektif
pada pertumbuhan output dan peningkatan pendapatan. Ito et al (2012)
menemukan bahwa keanggotaan koperasi berdampak pada pendapatan usahatani
bagi petani semangka di China dua kali lebih besar untuk pertanian kecil daripada
untuk pertanian yang lebih besar. Keanggotaan koperasi secara umum berdampak
positif pada pendapatan usahatani. Selain itu, keanggotaan petani dalam koperasi
memberikan peluang lebih besar terhadap petani untuk mengadopsi teknologi
yang lebih baik, harga yang diterima lebih tinggi dan akses terhadap pasar
(Abebaw dan Haile 2013; Bernard et al 2008; Bernard dan Taffesse 2012; Fisher
dan Qaim 2012; Francesconi dan Heerink 2010; Holloway et al 2000).
Dalam kegiatan pemasaran, koperasi memiliki peran penting sebagai
penghubung antara konsumen dan produsen yang memungkinkan petani untuk
berpartisipasi dalam perkembangan pasar baru (Ellen 2014). Hasil penelitian
mengenai kinerja koperasi pemasaran kopi di costa rica menunjukkan koperasi
memainkan peran penting dalam memberikan dukungan kepada petani untuk
mengubah produksi ke standar kualitas yang lebih baik dan lembaga-lembaga
seperti koperasi secara substansial dapat mengurangi biaya pengumpulan
informasi (Wollni dan Zeller 2007).
Menurut Schaffiner et al dalam Asmarantaka (2012) menyatakan koperasi
dalam memasarkan produk pertanian dapat melakukan kerjasama secara kontrak
dan integrasi vertikal kepada lembaga-lembaga terkait diatasnya. Lebih dari 90
persen di Amerika pada tahun 1990 produk-produk peternakan (telur 94 persen,
ayam broiler 100 persen, ayam kalkun 93 persen dan sayuran yang diolah 97

8

persen) yang melakukan kerjasama secara kontrak dan integrasi vertikal dengan
koperasi-koperasi pertanian. Kerjasama ini akan mengutungkan petani-peternak
karena mempunyai jaminan pasar dan harga relatif stabil (meningkatkan
bargaining power).
Perilaku Usaha Koperasi dan Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku usaha dapat diartikan sebagai pengambilan keputusan usaha yang
dilakukan dengan memperhatikan kondisi struktur usaha menuju pencapaian
tujuan usaha tertentu. Perilaku usaha dapat juga dikatakan sebagai pengambilan
keputusan dalam mengelola sumberdaya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dan tingkat perkembangan usaha yang telah dicapai (Lawless et
al, 1996; Kohl dan Uhl, 1990). Teori ekonomi koperasi dengan memandang
koperasi sebagai perusahaan yang mandiri dimulai dari analisa Enke terhadap
koperasi konsumsi pada tahun 1954 (Sexton, 1984). Enke menyatakan pengelola
koperasi memiliki tugas dan tanggung jawab untuk dapat mengambil keputusan
manajemen dan tantangan yang dihadapi oleh pengelola koperasi adalah untuk
dapat memaksimumkan manfaat (surplus) yang diterima baik oleh anggota
maupun oleh koperasi itu sendiri.
Pada perkembangannya koperasi lebih lanjut, terdapat beberapa
penyesuaian atas tujuan koperasi sebagai perusahaan. Royer (1982) menyatakan
bahwa tujuan koperasi dalam memaksimumkan kesejahteraan anggota dapat
diperoleh jika keuntungan dari usahatani yang dilakukan ditambah margin bersih
koperasi adalah maksimum. Tujuan ini lebih sesuai dengan prinsip koperasi
walaupun tetap menghadapi permasalahan ketidakstabilan keseimbangan kecuali
terdapat batasan atas jumlah yang dapat dijual oleh anggota kepada koperasi.
Koperasi mampu mensejahterakan petani pada kondisi pasar yang tidak sempurna,
dimana keterbukaan keanggotaan koperasi mampu membuat harga dan jumlah
yang diperdagangkan pada pasar yang tidak sempurna tersebut mendekati
keseimbangan pasar bersaing sempurna (Cotterill 1986). Oleh karena itu, dalam
melakukan kegiatan usahanya perilaku usaha koperasi
mempengaruhi
keberhasilan koperasi dalam memberikan pelayanan kepada anggota sehingga
akan meningkatkan peran koperasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Brotosunaryo (1989 ) menemukan bahwa
keberhasilan koperasi dipengaruhi oleh faktor manajemen dan unsur-unsur usaha
dari koperasi yang bersangkutan. Sedangkan Harsono (1985) memaparkan bahwa
faktor yang mempengaruhi keberhasilan koperasi adalah faktor partisipasi,
penampilan pengurus dan faktor lingkungan. Brojosaputro (1989) memperluas
dan memperdalam faktor pengaruh tersebut terutama dengan menyertakan aspek
kinerja usaha koperasi sebagai faktor pengaruh utama yang mempengaruhi
keberhasilan koperasi.
Sedangkan penelitian terkait perilaku usaha koperasi telah dilakukan
diantaranya Goldsmith (1995) yang melakukan kajian untuk menunjukkan bahwa
perilaku usaha koperasi ditentukan oleh teori transaksi yang dilakukan koperasi
sebagai perusahaan. Selain itu, Peterson (1991) yang menyatakan bahwa perilaku
koperasi ditentukan oleh pemikiran dasar dalam strategi meningkatkan
penerimaan dan penyediaan SHU. Hal yang serupa dengan Goldsmith (1995),
Peterson juga mengembangkan kajian teoritik mengenai kedua strategi tersebut

9

dan kemudian melakukan pembuktian empiris. Peterson menggunakan model
ekonometrika dengan persamaan simultan yang diduga dengan menggunakan
metode 2SLS (two stage least square) dengan memanfaatkan data primer hasil
wawancara dari beberapa manajer koperasi. Merujuk pada penelitian terdahulu,
maka dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh perilaku usaha koperasi
dengan menggunakan model persamaan simultan.

Kerangka Teoritis
Pengertian Koperasi
Kata koperasi berasal dari bahasa latin co-operatio yang berarti kerjasama
atau bekerja sama. Dalam ilmu ekonomi koperasi adalah perkumpulan yang
memungkinkan beberapa orang, dan atau badan hukum bekerjasama atas dasar
sukarela melaksanakan pekerjaan untuk memperbaiki kehidupan anggotanya.
Aliansi koperasi Internasional (International Coopertive Alliance/ICA) pada
tahun 1995 merumuskan identitas koperasi adalah sebagai berikut : “Koperasi
adalah asosiasi orang yang berhimpun secara sukarela untuk dapat memenuhi
tujuan, kebutuhan, dan aspirasi mereka dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya
melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikontrol secara demokratis”.
Pengertian koperasi berdasarkan Undang - Undang Koperasi No. 25 Tahun
1992 yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu badan hukum yang
kegiatannya berlandaskan pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
Dari beberapa pengertian koperasi tersebut kesamaan yang dimiliki bahwa
koperasi adalah perkumpulan orang-orang yang memiliki tujuan untuk
memperjuangkan peningkatan kesejahteraannya yang dilakukan secara demokratis
oleh anggotanya. Selain itu, mendefinisikan suatu koperasi atau organisasi
koperasi tidak cukup hanya dengan mendefinisikan karakter sosial, tetapi juga
harus mendefinisikan karakter ekonomi, dan sebaliknya.
Salah satu ciri khas yang dimiliki anggota koperasi adalah identitas ganda
(double idendtity). Anggota dalam suatu koperasi berperan sebagai pemilik
sekaligus pengguna atau pelanggan. Dengan ciri ini dapat dimengerti bahwa
koperasi mengembangkan dua dimensi sekaligus, yaitu dimensi ekonomi dan
dimensi sosial. Hal ini yang menjadikan koperasi sebagai suatu organisasi yang
unik (Baga 2009)
Nilai-Nilai Dasar dan Prinsip-Prinsip Koperasi
Koperasi melandaskan diri pada nilai-nilai menolong diri sendiri,
bertanggung jawab kepada diri sendiri, demokratis, persamaan, keadilan dan
solidaritas. Percaya pada nilai-nilai etnis dari kejujuran, keterbukaan, tanggung
jawab sosial dan kepedulian terhadap orang lain. Sedangkan asas-asas koperasi
yaitu keanggotaan terbuka dan atas dasar sukarela, democratic control, bunga
tetap atas modal, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proporsional
dengan transaksinya, pendidikan koperasi dan kerjasama antar koperasi. Nilainilai koperasi ini mengandung gagasan umum yang akan dilaksakan dalam
prakteknya dengan prinsip-prinsip koperasi sebagai pedomannya.

10

Prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman bagi koperasi dalam melaksanakan
nilai-nilai koperasi. Prinsip-prinsip koperasi pertama kali dikemukakan oleh
Rochdole pada tahun 1844 di Inggris (Nasution dalam Krishnamurthi 1988).
Prinsip-prinsip koperasi tersebut adalah (1) pengawasan bersama dari semua
anggota (secara demokrasi); (2) kepemimpinan/manajemen terbuka; (3) bunga
terbatas modal; (4) distribusi keuntungan dilakukan melalui transaksi; (5) semua
risiko ditanggung bersama; (6) perniagaan dengan tunai; (7) pengembangan
pendidikan; dan (8) bebas dari politik dan agama.
Bulan Oktober tahun 1984, ICA (International Coopertive Alliance)
mengadakan kongres ke-28 di Hamburg dengan agenda mengajukan resolusi
kembali sendi-sendi dasar koperasi Rochdale. Hasil kongres melahirkan tujuh
prinsip-prinsip koperasi yang disahkan oleh kongres ICA pada tahun 1966 sebagai
sendi dasar koperasi dunia . Namun pada tahun 1995, ICA kembali melakukan
kembali perumusan ulang atas prinsip-prinsip koperasi sehingga menjadi :
1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
2) Pengawasa dan pemantauan (kontrol) dilakukan oleh anggota secara
demokratik.
3) Anggota memberikan partisipasi ekonomi kepada koperasi.
4) Koperasi bersifat otonom dan terbuka.
5) Koperasi menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penyebaran
informasi.
6) Koperasi menyelenggarakan kerjasama diantara sesama koperasi.
7) Koperasi memperhatika masyarakat sekitarnya.
Sedangkan prinsip-prinsip koperasi yang dianut oleh koperasi di Indonesia,
berdasarkan UU nomor 25 tahun 1992 adalah :
1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
3) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota.
4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
5) Kemandirian.
6) Pendidikan koperasi.
7) Kerjasama antar koperasi.
Fungsi dan Peran Koperasi
Fungsi dan peran koperasi dalam Bab III bagian pertama pasal 4 UU RI
Nomor 25 Tahun 1992 yaitu: (1) membangun potensi dan ekonomi anggota dan
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial; (2) berperan
serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat; (3)
memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional; (4) mewujudkan perekonomian nasional berdasarkan atas
asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Peran dan tugas koperasi adalah: (1) meningkatkan taraf hidup sederhana
masyarakat Indonesia; (2) mengembangkan demokrasi ekonomi di Indonesia; (3)
mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara
menyatukan, membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada.
Koperasi di kembangkan untuk : (1) meningkatkan kekuatan rebut tawar
(bargaining power); (2) mengurangi biaya (melalui peningkatan skala usaha); (3)

11

mengadakan produk dan jasa yang tidak dapat diberikan oleh pelaku usaha lain;
(4) membuka dan memperluas peluang pasar; (5) meningkatkan kualitas produk
dan jasa; dan (6) meningkatkan pendapatan.
Penggolongan Koperasi
Penggolongan koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan
kepentingan ekonomi anggotanya. Dasar untuk penggolongan koperasi adalah
kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya.
Berdasarkan kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi, penggolongan koperasi
terdiri dari (Firdaus dan Susanto 2004) :
1. Koperasi konsumsi, koperasi yang beranggotakan para konsumen dengan
menjalankan kegiatannya jual beli menjual barang konsumsi.
2. Koperasi kredit, koperasi yang bergerak di bidang simpanan dan pinjaman.
3. Koperasi produksi, koperasi beranggotakan para pengusaha kecil (UKM)
dengan menjalankan kegiatan pengadaan bahan baku dan penolong untuk
anggotanya.
4. Koperasi jasa, koperasi yang bergerak di bidang usaha jasa lainnya.
5. Koperasi distribusi (pemasaran), koperasi yang menjalankan kegiatan
penjualan produk/jasa koperasinya atau anggotanya.
Jika dikaitkan dengan pertanian, secara umum terdapat tiga tipe koperasi
(ICA 1990) yaitu koperasi pemasaran (marketing cooperative), koperasi sarana
produksi (supplies cooperative), dan koperasi jasa (service cooperative). Petani
pada umumnya tidak memproduksi jumlah yang cukup yang memungkinkan
petani tersebut melakukan bisnis langsung dengan pedagang besar atau eceran.
Melalui koperasi pemasaran, beberapa petani bersama-sama dapat memasarkan
produknya dengan lebih efisien dan berusaha memenuhi jumlah yang diminta
konsumen langsungnya. Pada koperasi yang modern kegiatan pemasaran tersebut
diintegrasikan dengan kegiatan pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan,
sekaligus membantu anggotanya untuk memenuhi standar yang diminta oleh pasar
dan disyaratkan oleh pemerintah dalam pemasaran produk mereka. Koperasi
sarana produksi memungkinkan anggota untuk mengumpulkan sumberdaya
pembelian sarana produksi, seperti bibit, pupuk, alat pertanian, dan sebagainya.
Pembelian dalam jumlah yang besar secara bersama-sama akan mengurangi biaya,
menjamin pasokan, dan memungkinkan untuk mendapat kualitas yang lebih baik.
Koperasi jasa adalah koperasi yang dibentuk untuk dapat memberikan jasa khusus
kepada anggota, seperti produksi pakan, inseminasi buatan, perkreditan,
perbengkelan, dan sebagainya.
Bentuk koperasi tersebut sebagian tidak berdiri sendiri, tetapi menjalankan
fungsi dari ketiga tipe koperasi yang ada, atau sebagai koperasi serba usaha.
Bentuk tersebut kemudian juga berkembang antara lain menjadi koperasi
konsumsi, koerasi komoditi, dan koperasi petani. Koperasi konsumsi merupakan
koperasi yang beranggotakan para konsumen, yang bgerusaha untuk dapat
memperoleh barang kebutuhan hidup anggotanya dengan murah melalui
pembelian dengan skala besar. Koperasi komoditi adalah koperasi yang
menangani produksi, pengolahan, dan pemasaran komoditas tertentu. Koperasi
petani umumnya berbasis wilayah dimana anggotanya adalah petani diwilayah
tersebut. Koperasi ini dapat menangani seluruh komoditas yang diproduksi petani
dan memasok seluruh kebutuhan petani.

12

Konsep Kinerja
Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu
yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Lebih khusus Palapa (2006)
menjelaskan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh badan usaha
dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilannya dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, penilaian terhadap kinerja
koperasi diperlukan untuk mengetahui seberapa efisien koperasi tersebut dalam
menjalankan kegiatan usahanya.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia telah memberikan konsep tentang pengukuran
kinerja koperasi, yaitu tentang pedoman penilaian koperasi berprestasi
(Per.Men.No.06/M.KUKM/V/2006). Berdasarkan pengukuran ini, ada empat
aspek koperasi yang dinilai yaitu aspek organisasi, aspek keuangan, aspek
tatalaksana dan Manajemen, dan aspek manfaat dan dampak.
Keberhasilan organisasi atau kinerja perusahaan merupakan indikator
tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan pengusaha
dalam melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Penilaian keberhasilan yang
dilakukan pada koperasi didasarkan pada jati diri koperasi yaitu nilai-nilai,
prinsip, dan koridor pengembangan koperasi. Nawawi (2006) mengungkapkan
bahwa pengukuran kinerja organisasi baik finansial maupun nonfinansial dapat
digunakan dalam mengendalikan operasional