Pengaruh Pangan Fungsional Yang Ditambahkan Minyak Sawit Merah (Msm) Terhadap Penurunan Risiko Aterosklerosis Pada Kelinci Percobaan Hiperkolesterolemia

PENGARUH PANGAN FUNGSIONAL YANG DITAMBAHKAN MINYAK SAWIT
MERAH (MSM) TERHADAP PENURUNAN RISIKO ATEROSKLEROSIS PADA
KELINCI PERCOBAAN HIPERKOLESTEROLEMIA

BIBI AHMAD CHAHYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Pengaruh Pangan
Fungsional yang Ditambahkan Minyak Sawit Merah (MSM) terhadap Penurunan
Risiko Aterosklerosis pada Kelinci Percobaan Hiperkolesterolemia” adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Bibi Ahmad Chahyanto
NIM I151140061

RINGKASAN
BIBI AHMAD CHAHYANTO. Pengaruh Pangan Fungsional yang Ditambahkan
Minyak Sawit Merah (MSM) terhadap Penurunan Risiko Aterosklerosis pada
Kelinci Percobaan Hiperkolesterolemia. Dibimbing oleh RIMBAWAN, SRI
ANNA MARLIYATI, dan WIWIN WINARSIH.
Penyakit Kardiovaskuler (PKV) merupakan salah satu penyakit yang
menjadi penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian di Indonesia.
Hiperkolesterolemia dan aterosklerosis merupakan faktor risiko terjadinya PKV.
Pengendalian PKV melalui pencegahan timbulnya aterosklerosis sangat penting
dilakukan. Konsumsi pangan tinggi antioksidan seperti β-karoten yang terkandung
dalam Minyak Sawit Merah (MSM) merupakan upaya untuk mengatasi
ketidakseimbangan stres oksidatif yang dapat berlanjut menjadi aterosklerosis.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pangan
fungsional yang ditambahkan MSM terhadap penurunan risiko aterosklerosis pada

kelinci percobaan (New Zealand White) hiperkolesterolemia.
Penelitian yang menggunakan desain experimental di laboratorium dengan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) ini dilakukan pada bulan Agustus hingga
Desember 2015. Sebanyak 25 hewan coba kelinci New Zealand White berumur 6
– 7 bulan dengan bobot badan 2.9 – 4.1 kg (awal penelitian) dikelompokkan
menjadi 5 kelompok intervensi. Kelompok 0 (K0/kontrol negatif) diberi pakan
standar sebanyak 150 g, kelompok 1 (K1/kontrol positif) diberi 75 g pakan tinggi
kolesterol (0.2%)+75 g pakan standar, kelompok 2 (K2) diberi 75 g pakan tinggi
kolesterol (0.2%)+2 g MSM murni (setara dengan AKG β-karoten bagi
manusia)+73 g pakan standar, kelompok 3 (K3) diberi 75 g pakan tinggi
kolesterol (0.2%)+5 g MSM murni (setara dengan ½ NOAEL β-karoten bagi
manusia)+70 g pakan standar, dan kelompok 4 (K4) diberi 90 g pakan tinggi
kolesterol (0.2%) yang dicampur bagelen+60 g pakan standar. Seluruh pakan
dibagi menjadi 2 kali pemberian dalam sehari. Sumber diet tinggi kolesterol
(0.2%) berasal dari 15.08 g/100 g tepung kuning telur.
Intervensi dilakukan selama 8 minggu ditambah dengan masa adaptasi
sebelum intervensi dilakukan selama ±4 minggu. Data yang dikumpulkan selama
penelitian adalah bobot badan kelinci, konsumsi pakan, kandungan energi dan
nutrisi pakan (asam lemak, protein, lemak, serat, kolesterol, dan β-karoten), profil
lipid serum darah (kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL dan LDL), CRP

serum, tebal plaque aterosklerosis dan perubahan sel hati.
Total jumlah kelinci yang dapat dianalisis datanya secara lengkap di akhir
masa intervensi adalah 23 (4 ekor K0, 4 ekor K1, 5 ekor K2, 5 ekor K3, dan 5
ekor K4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh pakan yang dibuat dapat
diterima dan dikonsumsi oleh kelinci percobaan dalam penelitian ini dengan
kisaran rata-rata konsumsi 49.94±21.29 – 108.30±21.15 g/hari. Selama intervensi,
asupan kolesterol kelinci sangat tinggi sehingga seluruh kelinci menjadi
hiperkolesterolemia. Perlakuan jenis ransum berpengaruh secara nyata (p0.05) terhadap kadar trigliserida serum darah setelah
8 minggu intervensi. Intervensi pada K2, K3, dan K4 dapat meningkatkan kadar
kolesterol HDL secara perlahan seiring dengan lamanya intervensi pada kelinci.

Perbedaan yang nyata (p