Kontribusi Phbm Terhadap Perubahan Luas Hutan Dan Pendapatan Rumah Tangga Di Kph Ngawi, Jawa Timur
KONTRIBUSI PHBM TERHADAP PERUBAHAN LUAS
HUTAN DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KPH
NGAWI, JAWA TIMUR
MARDIANA WACHYUNI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Kontribusi PHBM
terhadap Perubahan Luas Hutan dan Pendapatan Rumah Tangga di KPH Ngawi,
Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Mardiana Wachyuni
NIP P052120021
RINGKASAN
MARDIANA WACHYUNI. Kontribusi PHBM terhadap Perubahan Luas Hutan
dan Pendapatan Rumah Tangga di KPH Ngawi, Jawa Timur. Dibimbing oleh
LILIK BUDI PRASETYO dan RINEKSO SOEKMADI.
Di Indonesia, hutan produksi yang terletak di Pulau Jawa berada dibawah
pengelolaan Perhutani. Sejak tahun 2001, Perhutani telah mengimplementasikan
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Tujuan dari PHBM itu sendiri
yaitu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan dimana
dengan adanya PHBM ini secara langsung akan mengurangi laju kehilangan hutan
dan degradasi. Selain itu, (Perum Perhutani 2014) menyebutkan bahwa melalui
adanya PHBM Perhutani mampu mendorong terbukanya kesempatan berusaha di
berbagai sektor usaha dan Perhutani mampu menyerap tenaga kerja yang lebih
banyak. Tujuan dari studi ini diantaranya yaitu untuk: 1) menganalisis kontribusi
PHBM terhadap perubahan luas hutan dan 2) menganalisis kontribusi PHBM
terhadap pendapatan rumah tangga di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)
Ngawi, Jawa Timur.
Data yang dikumpulkan dalam studi ini terdiri dari pengumpulan data
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer berupa pengumpulan data survei
penutupan lahan yang dikumpulkan melalui observasi lapang (observation) dan
survei rumah tangga. Pengumpulan data sekunder yaitu berupa studi literatur.
Metode yang digunakan untuk mengolah data survei penutupan lahan yaitu
analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk analisis
perubahan penutupan lahan antara tahun 1997, 2001, dan 2015 di Kabupaten
Ngawi. Sedangkan metode yang digunakan untuk mengolah data survei rumah
tangga yaitu teknik tabulasi dan deskripsi.
Hasil menunjukkan bahwa sebelum PHBM di implementasikan di KPH
Ngawi, tutupan hutan secara drastis mengalami penurunan antara tahun 1997 dan
2001, penurunan tersebut sebesar 8.837,97 Ha (6,35%). Hal ini dapat terjadi
karena pada tahun 1997/1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Krisis
ekonomi ini menjadi salah satu penyebab terjadinya penebangan liar terhadap
tegakan jati di area Perhutani. Sementara itu, setelah PHBM di implementasikan
di KPH Ngawi, tutupan hutan mengalami peningkatan antara tahun 2001 dan
2015, peningkatan tersebut sebesar 6.297,39 Ha (4,52%). Hal ini terjadi karena
pada tahun 2001 perhutani mulai mengimplementasikan PHBM. Melalui PHBM,
Perhutani bekerjasama dengan masyarakat desa hutan dan pemangku kepentingan
lainnya untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan bersama-sama.
Eksistensi PHBM di KPH Ngawi telah berhasil mengurangi konflik sumberdaya
hutan antara Perhutani dan masyarakat desa sekitar hutan. Selanjutnya, partisipasi
responden dalam aktifitas PHBM seperti: tumpangsari, corah, produksi arang
bakar, pengumpulan Hasil Hutan Non Kayu (HHNK), dan partisipasi dalam
kegiatan Perhutani secara langsung berkontribusi terhadap pendapatan rumah
tangga responden. Hasil studi menunjukkan bahwa pendapatan responden di
bidang pertanian dari kegiatan PHBM menunjukkan persentase yang lebih besar
dari pendapatan responden di bidang pertanian di luar kegiatan PHBM.
Kata kunci: kontribusi, PHBM, perubahan luas hutan, pendapatan rumah tangga
SUMMARY
MARDIANA WACHYUNI. Contributions of PHBM towards Forest Area
Changes and Household Income in Forest Management Unit of Ngawi, East Java.
Supervised by LILIK BUDI PRASETYO and RINEKSO SOEKMADI.
In Indonesia, production forests located in Java Island is managed by State
Forestry Corporation (Perhutani). Since 2001, Perhutani has been implementing
Management of Forest Resources with Community (PHBM). The expected of
PHBM is to increase community participation in managing the forest which will
directly reduce forest loss and degradation. In addition, (Perum Perhutani 2014)
mentions that through the PHBM, Perhutani capable of promoting opportunity in
various business sectors and Perhutani able to absorb more labor. This study
aimed at: 1) analyzing contribution of PHBM towards forest area changes and 2)
analyzing contribution of PHBM towards household income in Forest
Management Unit (KPH) of Ngawi, East Java.
Data collected in this study such as primary and secondary data collected.
Primary data collected such as land cover survei by observation and household
survei. Secondary data collected by literature study. The method used to process
survei data, namely land cover spatial analysis using Geographic Information
System (GIS) for land-cover changes analysis during 1997, 2001, and 2015 of
Ngawi District. While the methods of household survei data is a tabulation and
description technique.
The result showed that before PHBM implemented in KPH Ngawi, forest
cover area decreased dramatically between 1997 and 2001, by as much as
8.837,97 Ha (6,35%). This is happens because in 1997/1998 Indonesia faced an
economic crisis. The economic crisis is one cause of illegal logging on teak stands
in Perhutani area. However, after PHBM implemented in KPH Ngawi forest cover
area increased between 2001 and 2015, by as much as 6.297,39 Ha (4,52%). This
is happened because in 2001 Perhutani started to implementing PHBM. In this
PHBM, Perhutani collaborate with forest villagers and other parties to carry out
forest management activities together. The existence of PHBM in KPH Ngawi has
managed to reduce forest resource conflict between Perhutani and villagers
around the forest. Futhermore, respondent’s participation in the PHBM activities
such as: tumpangsari, corah, charcoal production, Non-Timber Forest Products
collection, and participation in the Perhutani’s activities direcly contribute to
household income of respondents. The study showed that the respondent’s income
in agriculture sector from PHBM activities showed a greater percentage than
respondent’s income in agriculture sector outside PHBM activities
Keywords: contribution, PHBM, forest area changes, household income
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KONTRIBUSI PHBM TERHADAP PERUBAHAN LUAS HUTAN
DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KPH NGAWI, JAWA TIMUR
MARDIANA WACHYUNI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
Pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Sidang Luar Komisi: Prof. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS.
Judul Tesis
:
Kontribusi PHBM terhadap Perubahan Luas Hutan dan
Pendapatan Rumah Tangga di KPH Ngawi, Jawa Timur
Nama
NIM
:
:
Mardiana Wachyuni
P052120021
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo,Msc
Ketua
Dr Ir Rinekso Soekmadi, MSc Forest Trop
Anggota
Diketahui Oleh
Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 22 Juli 2016
(tanggal pelaksanaan ujian tesis)
Tanggal Lulus:
(tanggal penandatanganan tesis oleh
Dekan Sekolah Pascasarjana)
PRAKATA
Rasa syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas segala
kekuatan, berkat, rahmat dan bimbingan yang telah diberikanNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini mengenai
“Kontribusi PHBM terhadap Perubahan Luas Hutan dan Pendapatan Rumah
Tangga Hutan di KPH Ngawi, Jawa Timur”. Selama penyusunan karya ilmiah ini,
penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk menghasilkan sebuah karya
ilmiah yang sempurna.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo Msc dan Dr Ir Rinekso Soekmadi, MSc Forest
Trop selaku Komisi Pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberikan
arahan, motivasi dan pembelajaran yang diberikan kepada penulis secara
langsung maupun tidak langsung selama menempuh pendidikan.
2. Prof. Misa Masuda dari University of Tsukuba, yang telah bersedia mendanai
biaya pengambilan data di lapangan dan juga membantu proses pengambilan
data di lapangan.
3. Keluarga besar penulis yang berada di Garut dan Bogor, penulis ucapkan
terimakasih banyak atas dukungan dan doa sehingga penulis mampu
menyelesaikan pendidikan ini.
4. M. Fajar Adityarama P, S.Hut dan Nafa Almahira Adityarama yang selalu
memberikan kesabaran, doa dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan ini.
5. Rekan-rekan PSL angkatan tahun 2012 atas persahabatan dan kerjasamanya
selama pendidikan ini.
Harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi para pembaca tulisan ini.
Bogor, Agustus 2016
Mardiana Wachyuni
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerangka Pemikiran
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Prosedur Penelitan
Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data
Parameter Survei
Penentuan Lokasi dan Sampel Responden
Analisis Data Survei Rumah Tangga
Analisis Data Penutupan Lahan
Uji Akurasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum KPH Ngawi
Kondisi Geografis KPH Ngawi
Kondisi Demografi KPH Ngawi
Sejarah Perusahaan
Wilayah Kerja
Kondisi Umum Desa Karanganyar
Letak dan Luas
Jumlah Penduduk
Lokasi Desa
Karakteristik Individual Masyarakat
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Kontribusi PHBM terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Pengolahan Andil
Pendapatan dari Kegiatan PHBM
Kontribusi PHBM terhadap Perubahan Luas Hutan
Tipe Penutupan Lahan di Kabupaten Ngawi
ii
iii
iii
1
1
3
4
5
5
5
6
6
7
7
7
8
9
10
10
12
13
13
13
13
14
15
15
15
16
16
19
19
20
21
22
22
24
26
26
ii
Penutupan Lahan Kabupaten Ngawi Tahun 1997, 2001, dan 2015
Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Ngawi Tahun 1997-2001
Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Ngawi Tahun 2001-2015
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
27
30
31
32
32
33
33
36
43
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis data, metode, dan sumber data
Parameter survei rumah tangga
Parameter PHBM dan parameter LMDH
Kondisi iklim KPH Ngawi
Luas daerah dan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan
tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Ngawi per-Kecamatan pada
akhir tahun 2013
6. Jumlah Kepala Keluarga per-RT di Desa Karanganyar
7. Jumlah KK per-RT setelah dilakukan penyaringan
8. Jumlah responden per-RT
9. Perbandingan kepemilikan luasan andil antara baon dan corah
10. Rata-rata luas andil garapan responden
11. Perbandingan kepemilikan luas lahan milik antara kebun dan sawah
12. Pendapatan rata-rata responden dari kegiatan PHBM (setahun)
13. Pendapatan rata-rata responden dari kegiatan non-PHBM (setahun)
14. Perbandingan pendapatan responden dari PHBM dan non-PHBM
(setahun)
15. Luas dan persentase penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 1997,
2001, dan 2015
16. Peningkatan dan penurunan luas penutupan lahan Kabupaten Ngawi
tahun 1997-2001
17. Peningkatan dan penurunan luas penutupan lahan Kabupaten Ngawi
tahun 2001-2015
8
9
9
12
13
15
17
17
22
22
23
24
24
24
28
30
31
iii
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran penelitian
2. Peta lokasi kajian penelitian
3. Alur diagram pengolahan data citra
4. Peta Desa Karanganyar
5. Sebaran umur responden
6. Sebaran pendidikan responden
7. Sebaran pekerjaan responden
8. Pendapat responden mengenai tingkat kesuburan lahan
9.a. Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 1997
9.b. Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 2001
9.c. Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 2015
3
6
11
16
18
19
20
25
29
29
29
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pembagian wilayah kerja KPH Ngawi berdasarkan luasnya
Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 1997
Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 2001
Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 2015
Analisis matriks kontingensi
Rekapitulasi uji akurasi
37
39
40
41
42
42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perum Perhutani sebagai salah satu perusahaan yang berada di bawah
koordinasi Kementrian BUMN memiliki tugas dan wewenang untuk
menyelenggarakan kegiatan Pengelolaan Sumberdaya Hutan (SDH) dengan
memperhatikan aspek produksi/ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan.
Perum Perhutani diberi tanggung jawab dan hak pengelolaan hutan di wilayah
Pulau Jawa. Kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani seluas 2.446.907,27
Ha, terdiri dari Hutan Produksi (HP) dan hutan lindung. Luas hutan yang dikelola
Perhutani tidak termasuk kawasan hutan suaka alam dan hutan wisata. Wilayah
kerja Perum Perhutani itu sendiri, terbagi menjadi 3 Divisi Regional (Divisi
Regional Jawa Tengah, Divisi Regional Jawa Timur, dan Divisi Regional Jawa
Barat dan Banten). Wilayah kerja yang terbagi ke dalam 3 Divisi Regional ini,
terbagi dengan 57 Kesatuan Pemangkuan Hutan (Perum Perhutani 2014). Menurut
Ngakan et al. 2008, Pembentukan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) oleh
Perum Perhutani bertujuan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya
kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari.
Pada tahun 2001, Perum Perhutani melakukan perubahan terhadap sistem
pengelolaan sumberdaya hutan dengan menerapkan Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat (PHBM). Adapun tujuan dari PHBM ini yaitu untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan serta mengurangi deforestasi.
PHBM itu sendiri merupakan suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang
dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dan atau oleh
Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan
(stakeholder) dengan jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama untuk mencapai
keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan dapat diwujudkan secara
optimal dan proporsional.
Melalui PHBM ini, Perhutani bekerjasama dengan masyarakat desa hutan
dan pihak-pihak lainnya untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan
bersama. Sejak tahun 2001, tidak kurang dari 5.386 desa hutan di pulau Jawa dan
Madura berada di sekitar kawasan hutan Perhutani. Sejak tahun 2001 sampai
tahun 2012, Perhutani mencatat 5.278 desa hutan atau sekitar 97 % dari total desa
hutan di Pulau Jawa dan Madura bekerjasama melalui program PHBM. Luas
hutan yang dikerjasamakan menjadi hutan pangkuan desa mencapai 2.216.225 Ha,
tergabung dalam 5.278 Lembaga Masyarakat Desa Hutan dan 995 Koperasi Desa
Hutan (Perum Perhutani 2014).
Selanjutnya, Perum Perhutani (2014) menyebutkan bahwa melalui Program
PHMB ini, Perum Perhutani dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan mampu
mendorong terbukanya kesempatan berusaha di berbagai sektor industri (3.655
unit usaha); perdagangan (3.775 unit usaha); pertanian (1.347 unit usaha);
peternakan (2.737 unit usaha); perkebunan (95 unit usaha); perikanan (482 unit
usaha); jasa (1.888 unit usaha); lain-lain (76 unit usaha). Perum Perhutani mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 6.304.467 orang dengan nilai sebesar Rp.
2.705,71 miliar. Selain itu, melaui program PHBM ini dapat pula dirasakan
berbagai manfaatnya, baik berupa bagi hasil dari produksi hutan berupa kayu dan
2
non kayu. Realiasi nilai bagi hasil produksi dari tahun 2002 sampai dengan 2012
nilai bagi hasil produksi kayu dan non kayu mencapai Rp. 252,34 milyar.
Manfaat dari kegiatan PHBM ini dirasakan langsung oleh masyarakat desa
sekitar hutan. Masyarakat yang memiliki kekurangan terhadap kepemilikan lahan,
dapat ikut menanam produk pertanian di lahan Perum Perhutani tanpa sistem
kontrak ataupun sewa, melainkan dengan sistem pengelolaan hutan bersama.
Dimana Perum Perhutani melimpahkan kawasan hutan yang baru ditanami jati
(umur 1-3 tahun) kepada masyarakat untuk dijaga kelangsungan jati tersebut,
sejalan dengan itu masyarakat boleh melakukan tumpangsari diantara jati muda
tersebut. Selain adanya keuntungan untuk masyarakat yang ikut menggarap, ada
pula keuntungan yang dirasakan oleh Perum Perhutani yaitu terciptanya keamanan
hutan dan terutama kelangsungan pertumbuhan jati. Hasil dari penelitian Prasetyo,
Damayanti dan Masuda (2012) di KPH Kuningan, Jawa Barat menunjukkan
bahwa melalui program PHBM desa-desa yang ikut PHBM memiliki tingkat
reforestasi (penambahan luas tutupan hutan) lebih tinggi dibanding dengan desadesa yang tidak ikut PHBM. Meskipun dibawah tekanan populasi, reforestasi
telah sukses terjadi di desa-desa PHBM, hal ini dikarenakan masyarakat sadar
mengenai adanya keuntungan baik sekarang atau masa depan dari PHBM. Dari
hasil penelitian ini juga, disebutkan bahwa tutupan hutan di Kabupaten Kuningan
mengalami peningkatan sebesar 0.67% pada rentang tahun 2002-2009.
KPH Ngawi merupakan salah satu KPH yang termasuk dalam wilayah kerja
Divisi Regional Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data dari Perum Perhutani
Unit II Jawa Timur (2012) dan data Statistik KPH Ngawi (2007-2011), KPH
Ngawi merupakan salah satu KPH yang memiliki kelas umur jati yang lengkap
dan KPH Ngawi memiliki daerah penanaman jati terluas, dengan luas wilayah
32.683 ha (11,6%). Begitu pula dengan hasil penelitian Wahyu (2012),
menyebutkan bahwa KPH Ngawi merupakan KPH terluas di Jawa Timur dengan
luas total 45.849,27 ha.
Salah satu bagian dari pembangunan ekonomi bangsa adalah melalui
pembangunan sektor kehutanan. Sektor kehutanan harus bisa memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
khususnya masyarakat desa sekitar hutan, namun disamping itu harus juga bisa
menjaga kelestarian sumberdaya hutan dalam hal ini menekan terjadinya tindakan
illegal logging ataupun illegal cutting. Luasnya potensi tegakan jati di KPH
Ngawi dan di dukung dengan adanya kegiatan tumpangsari diharapkan dapat
membantu peningkatan perekonomian masyarakat. Namun disamping itu, KPH
Ngawi merupakan daerah dengan tingkat illegal cutting tertinggi, dimana data
Wahyu (2012) menyebutkan bahwa terjadi 1.800 illegal cutting pohon jati.
Tingginya tingkat illegal cutting ini didukung oleh faktor geografis Kabupaten
Ngawi yang lokasinya dilalui langsung oleh Bengawan Solo. Bengawan Solo ini
merupakan jalur yang sering digunakan sebagai salah satu jalur lalu lintas untuk
pengangkutan kayu. Selain itu Kabupaten Ngawi merupakan jalur penghubung
antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lalu, kontribusi apakah yang diberikan oleh
program PHBM terhadap perubahan luas hutan dan juga kontribusi apakah yang
diberikan oleh program PHBM terhadap pendapatan rumah tangga di KPH
Ngawi, Jawa Timur.
3
Kerangka Pemikiran
Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan, yaitu
berupa manfaat yang dapat dirasakan secara langsung dan manfaat yang tidak
dapat dirasakan secara langsung. Manfaat hutan tersebut boleh dirasakan apabila
hutan terjamin eksistensinya, sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsifungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata
apabila pengelolaan sumber daya alam berupa hutan seiring dengan upaya
pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional berkelanjutan.
Dewasa ini, kebutuhan masyarakat akan barang sehari-hai semakin
mengalami peningkatan, hal ini dirasakan pula oleh masyarakat yang tinggal di
desa sekitar hutan. Mayarakat yang tinggal di desa sekitar hutan, pada umumnya
ikut bekerja di sektor kehutanan, misalnya dengan ikut tumpangsari agar
pendapatan dari sektor kehutanan bisa memenuhi kekurangan perekonomian.
Namun jika kerurangan ekonomi sudah dirasakan begitu besar, tidak menutup
kemungkinan adanya tindakan perambahan lahan hutan, hal ini tentunya menekan
terhadap kelangsungan sumberdaya hutan yang ada.
Untuk menanggulangi/mengurangi tekanan terhadap sumberdaya hutan,
diperlukan adanya penglolaan hutan yang melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap hutan, dalam hal ini diperlukan adanya pengelolaan
hutan bersama antara pemerintah dan masyarakat desa sekitar hutan. Pengelolaan
hutan yang dilakukan bersama ini, diharapkan dapat memenuhi tiga aspek manfaat
hutan, yaitu aspek manfaat sosial, aspek manfaat ekonomi, dan aspek manfaat
ekologi. Khususnya di wilayah kerja Perum Perhutani, pemenuhan ketiga aspek
manfaat hutan tersebut sekiranya dapat dicapai melalui program PHBM. Melalui
program PHBM yang diterapkan oleh Perum Perhutani mulai dari tahun 2001
menyebabkan lebih banyak campur tangan pengelolaan sumberdaya hutan oleh
masyarakat yang tinggal di desa sekitar hutan. Selanjutnya, melalui PHBM ini
diharapkan pula terjadi pendapatan rumah tangga masyarakat desa sekitar hutan,
yang nantinya diharapkan pula terjadinya penurunan tekanan terhadap hutan.
Sehingga tercipta hutan yang aman dan lestari. Diagram Kerangka berfikir
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Pengelolaan Hutan
Peningkatan
kebutuhan
masyarakat
sekitar hutan
Perambahan
lahan hutan
(tekanan
terhadap
hutan)
Manfaat
Sosial
Manfaat
Ekonomi
Manfaat
Konservasi
Program PHBM
Peningkatan Pendapatan
Peningkatan kesejahteraan
dan pengurangan tekanan
terhadap hutan
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
4
Perumusan Masalah
Menurut FAO (2007), Indonesia mengalami tingkat deforestasi sebesar 1,87
juta hektar per tahun. Di Indonesia sendiri, salah satu penyebab terjadinya
deforestasi diakibatkan oleh krisis ekonomi. Indonesia mengalami krisis ekonomi
pada Juli 1997. Sebagai akibat dari terjadinya krisis ekonomi, banyak orang yang
kehilangan pekerjaan. Asosiasi pengusaha Indonesia (Apindo) dalam (Bank
Indonesia 2010) mengestimasi bahwa terdapat sekitar 1 juta orang mengalami
kehilangan pekerjaan. Badan Pusat Statistik (1999) menyebutkan bahwa sekitar
6,2 juta orang mengalami kehilangan pekerjaan/pengangguran, dan sekitar 35 juta
orang menjadi setengah pengagguran (waktu kerja 35 jam/minggu). Sedangkan
pada saat itu terdapat 95,7 juta pekerja dari total populasi di Indonesia sekitar 202
juta. Selain itu, Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Republik
Indonesia (1999), menyebutkan bahwa terdapat sekitar 2,2 juta pengangguran
yang kehilangan pekerjaan karena adanya pemutusan hak kerja.
Krisis ekonomi ini diikuti oleh terjadinya ledakan gejolak sosial yang terjadi
pada pertengahan Mei 1998. Kejadian ini terjadi di Jakarta sebagai bentuk
reformasi politik dan reformasi ekonomi. Orang-orang di Jakarta melakukan
penjarahan besar-besaran terhadap beberapa kios dan mall, mereka melakukan
pembakaran dan perusakan terhadap fasilitas umum yang ada. Sementara itu,
orang-orang yang tinggal disekita hutan, terutama saat itu yang tinggal di sekitar
hutan milik Perum Perhutani, mereka melakukan penjarahan kayu jati.
Masyarakat Indonesia sebagian besar adalah masyarakat petani, dimana
sebagian besar bertempat tinggal di pedesaan. Keterbatasan sumberdaya manusia
pedesaan dapat menimbulkan permasalahan terutama masyarakat desa sekitar
hutan, dimana desakan kebutuhan hidup menimbulkan efek negatif terhadap
keamanan hutan berupa gangguan kelestarian dan fungsi hutan. Perum Perhutani
sebagai salah satu pengelola hutan sudah seharusnya dapat memberikan manfaat
yang nyata bagi masyarakat terutama masyarakat sekitar hutan, hal tersebut dapat
diwujudkan dengan adanya keikutsertaan masyarakat di dalam kegiatan
pengelolaan hutan.
Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, krisis ekonomi ini
menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi antara ketersediaan sumberdaya
hutan dengan kondisi masyarakat sekitarnya, hal ini menjadi salah satu
permasalahan penting yang ikut dihadapi oleh daerah-daerah disekitar hutan di
KPH Ngawi karena menyangkut berbagai aspek kehidupan antara lain aspek
keadilan dan lingkungan. Meskipun sumberdaya hutan memberikan hasil yang
cukup tinggi namun masyarakat belum bisa merasakan manfaat sepenuhnya.
Sebagai pihak yang memiliki keterkaitan langsung dengan kawasan hutan,
masyarakat desa hutan lebih banyak terpengaruh oleh kerusakan ekosistem hutan
karena tingginya tingkat pencurian pohon. Bila kondisi tersebut terus dibiarkan,
maka tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat desa hutan yang miskin dan
memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan dapat
memicu kembali terjadinya penjarahan hutan seperti yang pernah terjadi di
Kabupaten Ngawi.
Permasalahan yang dikemukakan disini adalah apakah pengelolaan hutan
yang dilakukan oleh para petani hutan di KPH Ngawi telah memperhatikan
kelestarian hutan dan kelestarian hasil, seberapa besar kontribusi PHBM terhadap
5
pendapatan rumah tangga para petani hutan, dan apa saja manfaat ekonomi yang
di dapatkan masyarakat pada umumnya dengan keberadaan hutan Perum
Perhutani KPH Ngawi, kemudian kontribusi apakah yang diberikan oleh program
PHBM terhadap perubahan luas hutan di KPH Ngawi dengan adanya keterlibatan
petani hutan tersebut. Dari uraian permasalahan tersebut, penting dilakukan
upaya-upaya yang mampu meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat
dengan turut serta memanfaatkan ketersediaan sumberdaya hutan setempat. Hal
ini dilakukan untuk meningkatkan kemanfaatan sosial ekonomi dari sumberdaya
hutan terhadap masyarakat setempat agar masyarakat berperan aktif juga dalam
menjaga kelestarian sumberdaya hutan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalis kontribusi PHBM terhadap perubahan luas hutan di KPH
Ngawi, Jawa Timur.
2. Menganalisis kontribusi PHBM terhadap pendapatan rumah tangga di
KPH Ngawi, Jawa Timur.
Manfaat Penelitian
Hasil kajian penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: memberikan perspektif baru
yang bermanfaat mengenai bagaimana seharusnya pengelolaan hutan
dengan pelibatan masyarakat desa sekitar hutan (khususnya daerah hutan
yang berbatasan langsung dengan masyarakat, dimana sektor kehutanan
menjadi salah satu sumber kehidupan ekonomi masyarakat tersebut).
2. Bagi pengambilan keputusan: memberikan informasi sebagai bahan
pertimbangan, arahan, penyempurnaan, strategi dan optimalisasi
program PHBM bagi pengelola dan pengambil keputusan di KPH
Ngawi dalam pengambilan keputusan. Hal ini diharapkan agar
terciptanya hutan yang lestari serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat desa sekitar hutan.
3. Bagi praktisi: memberikan masukan mengenai kondisi masyarakat,
ekologi dan program yang sesuai dengan tipologi masyarakat dan
wilayahnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitan ini meliputi:
1. Batas administratif Kabupaten Ngawi, Jawa Timur
2. Batas wilayah Perum Perhutani KPH Ngawi, Divisi Regional II Jawa
Timur.
3. Menganalisis kontribusi PHBM terhadap perubahan luas hutan dan
pendapatan rumah tangga di KPH Ngawi, Jawa Timur.
6
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Ngawi (Gambar 2) Provinsi
Jawa Timur (7021’- 7031’ Lintang Selatan dan 110010’-111040’ Bujur Timur).
Lebih spesifik, penelitian telah dilakukan di kawasan hutan Perum Perhutani
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ngawi, Divisi Regional II Jawa Timur.
Pengambilan data di lapangan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yakni pada
bulan Agustus hingga September 2014. Pengambilan data lapangan berupa
wawancara dilaksanakan antara mahasiswa IPB dan juga dengan pihak staf
pengajar dan mahasiswa dari Universitas Tsukuba-Jepang. Pengolahan data
spasial dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spasial,
Fakultas Kehutanan IPB.
Gambar 1 Peta lokasi kajian penelitian
Menurut BPS (2014), Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi
Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Secara administratif
wilayah ini terbagi ke dalam 19 Kecamatan dan 217 desa, dimana 4 dari 217 desa
tersebut adalah kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.295,58 km2,
dimana sekitar 39 persen atau sekitar 504,76 km2 berupa lahan sawah. Secara
administratif, batas wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:
Utara
: Kab. Grobogan, Kab. Blora (Jawa Tengah), Kab. Bojonegoro
Timur
: Kab. Madiun
Selatan
: Kab. Madiun, Kab. Magetan
Barat
: Kab. Karanganyar, Kab. Sragen (Jawa Tengah)
7
Secara umum kabupaten Ngawi memiliki topografi wilayah berupa dataran
tinggi dan tanah datar. Tercatat empat kecamatan terletak pada dataran tinggi
yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki gunung Lawu.
Kabupaten Ngawi sebagian besar berada di sekitar pegunungan kendeng yang
membujur hampir di seluruh Pulau Jawa. Sungai yang melewati wilayah
kabupaten Ngawi adalah Bengawan Solo dan memiliki anak sungai yang
melintasi wilayah Kedunggalar dan Walikukun.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengolahan data penelitian adalah seperangkat
komputer yang dilengkapi dengan paket Sistem Informasi Geografis (seperangkat
keras dan lunak) yang terdiri dari PC, Erdas Imagine 9.1., Arc GIS 10.1, dan
Microsoft Office Excel. Sedangkan alat yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah GPS, perekam suara, kamera, kuesioner dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam pengolahan data penelitian ini adalah citra
Landsat Kabupaten Ngawi, Jawa Timur berupa citra satelit Landsat 5 TM dengan
waktu perekaman tanggal 4 Mei 1997 (penggunaan citra satelit tahun 1997 karena
tahun tersebut PHBM belum ditetapkan oleh Perhutani), Landsat 7 ETM+ dengan
waktu perekaman tanggal 26 Juli 2001 (penggunaan citra satelit tahun 2001
karena tahun tersebut PHBM baru ditetapkan oleh Perhutani), dan Landsat 8
OLI/TIRS dengan waktu perekaman tanggal 23 Juni 2015 (penggunaan citra
satelit tahun 2015 karena tahun tersebut PHBM telah ditetapkan beberapa tahun
oleh Perhutani), selain itu juga menggunakan peta digital batas administrasi dan
batas sungai Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (peta Rupa Bumi Indonesia).
Prosedur Penelitian
Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan penelitian terdiri dari
pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer
dilaksanakan dengan dua teknik, yakni: Pertama, pengumpulan data survei rumah
tangga yang diperoleh melalui wawancara dengan instrumen kuesioner. Kedua,
pengumpulan data survei penutupan lahan yang dikumpulkan melalui observasi
lapang (observation) yakni dengan melakukan pengamatan terhadap penutupan
lahan yang terjadi di lapang.
Pengumpulan data sekunder dikumpulkan melalui studi dokumen dengan
mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian, hasil penelitian
sebelumnya, maupun tulisan-tulisan lain yang relevan dengan topik penelitian.
Data yang diperoleh dari lapang (wawancara dan observasi) diinterpretasikan dan
dituliskan sebagai laporan. Pengumpulan data spasial bertujuan untuk bahan
pendukung dalam menganalisis kajian penelitian. Data spasial dalam kajian
penelitian ini diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Bappeda dan Badan
Informasi Geospasial.
Beberapa data yang masih kurang jelas telah ditanyakan ulang melalui
metode phone interview ke nomor telpon responden. Penjelasan jenis data,
metode, dan sumber data dalam kajian penelitian disajikan pada Tabel 1.
8
Tabel 1 Jenis data, metode, dan sumber data
Jenis Data
Data primer :
Data rumah tangga
Data penutupan lahan
Studi kebijakan hutan
Data sekunder :
Data spasial
PHBM
Data penanaman
Data penebangan
Statistik kehutanan di
Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi dalam
Angka
Profil desa
Profil LMDH
Dokumen LMDH
(lainnya)
Metode
Sumber
Wawancara
Observasi lapang
Studi literatur dan
wawancara
Masyarakat desa
Desa
KPH Ngawi
Studi literatur
Studi literatur
Studi literatur
Studi literatur
Studi literatur
Bappeda dan Badan Informasi
Geospasial
KPH Ngawi
KPH Ngawi
KPH Ngawi
Dinas Kehutanan Kabupaten Ngawi
Studi literatur
BPS Kabupaten Ngawi
Studi literatur
Studi literatur
Studi literatur
Desa terpilih
LMDH di desa terpilih
LMDH di desa terpilih
Parameter Survei
Sebagaimana yang telah disebutkan pada bagian teknik pengumpulan data
dan jenis data, data yang dikumpulkan yaitu data survei rumah tangga dan data
survei penutupan lahan. Untuk pengumpulan data-data tersebut, digunakan
beberapa parameter agar pengumpulan data di lapang lebih terarah dan fokus.
Parameter survei rumah tangga yang digunakan dalam penelitian, disajikan pada
Tabel 2.
Pengumpulan data survei penutupan lahan di lapangan, sebelumnya
penutupan lahan di Kabupaten Ngawi telah di klasifikasikan menjadi beberapa
tipe penutupan lahan. Dalam penelitian ini, tipe penutupan lahan yang digunakan
yaitu sebanyak 7 klasifikasi penutupan lahan, yaitu meliputi: (1) hutan, (2) kebun,
(3) sawah, (4) ladang, (5) semak, (6) pemukiman, dan (7) badan air. Selanjutnya
dalam analisis citra landsat Kabupaten Ngawi, diklasifikasikan menjadi 8
klasifikasi penutupan lahan, yaitu meliputi: (1) hutan, (2) kebun, (3) sawah, (4)
ladang, (5) semak, (6) pemukiman, (7) badan air dan (8) no data (awan dan
bayangan awan). Penambahan klasifikasi awan dan bayangan awan ini
dikarenakan seringkali terdapat adanya potret awan dan bayangan awan pada citra
landsat yang digunakan/diolah.
Selain penggunaan parameter-parameter pada data survei rumah tangga dan
data survei penutupan lahan, terdapat parameter-parameter lain yang digunakan
sebagai tambahan dalam melengkapi penelitian ini. Parameter lain yang
digunakan yaitu parameter PHBM dan parameter LMDH. Adapun parameter
PHBM dan parameter LMDH yang digunakan, sebagaimana tersaji pada Tabel 3.
9
Tabel 2 Parameter survei rumah tangga
No.
1
Parameter survei rumah tangga
Informasi rumah tangga
2
Pertanian
3
Sumber pendapatan dari pertanian
PHBM
(dari
kegiatan
tumpangsari dan corah)
4
5
6
7
8
Non-PHBM
(dari
kegiatan
pertanian dan peternakan)
Sumber pendapatan dari non-pertanian
Sumber pendapatan lain dari anggota
rumah tangga
Pemanfaatan sumberdaya hutan
Hubungan/peran
kegiatan
terhadap LMDH
Properti rmah tangga
PHBM
Variabel survei rumah tangga
Kepala keluarga, anggota rumah tangga,
umur, pendidikan, pekerjaan
Luas lahan yang dikelola ( lahan milik, lahan
garapan, tumpangsari, corah), kalender tanam,
input pertanian, perkiraan konsumsi pribadi
Panen dan penjualan hasil pertanian
tumpangsari ataupun corah, penjualan kayu,
penjualan kayu bakar, penjualan arang,
penjualan hasil hutan non-kayu, sharing
PHBM
Penjualan lahan, panen dan penjualan hasil
pertanian (milik ataupun garapan), hewan
ternak
Pekerjaan utama/sampingan keluarga
Kiriman keluarga
Pemanfaatan kayu jati untuk kayu bakar dan
penjualan kayu, pembuatan arang, hasil hutan
non-kayu lainnya
Keanggotaan, manfaat LMDH, partisipasi
Perlengkapan rumah tangga, ukuran dan
material rumah
Tabel 3 Parameter PHBM dan parameter LMDH
Parameter PHBM
1. Sejarah PHBM, meliputi: latar belakang PHBM,
implementasi PHBM pada saat dimulai, kegiatankegiatan dalam PHBM, ada/tidaknya pembatasan
pemilihan komoditas pilihan masyarakat, sharing
dari kegiatan PHBM
2. Kontribusi ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan
PHBM, apakah hanya menghasilkan income atau
meningkatkan kesejahteraan
3. Pengaruh PHBM terhadap keamanan/kerawanan
hutan
4. Pengaruh PHBM terhadap kelestarian hutan,
seperti: tidak ada perambahan, tidak ada
penurunan fungsi hutan, dll.
5. Pengaruh PHBM terhadap kelestarian hasil,
seperti: tidak ada penurunan jumlah produksi, dll.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Parameter LMDH
Sejarah LMDH
Kegiatan LMDH dalam PHBM
Keanggotaan
Sharing LMDH
Peran LMDH terhadap hutan
Kontribusi LMDH terhadap hutan
Ketentuan andil bagi pesanggem,
meliputi: siapa saja yang boleh
memiliki andil, seberapa luas,
penerapan kontrol kepemilikan
andil dari perhutani
Penentuan Lokasi dan Sampel Responden
Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi diantaranya yaitu: 1)
mengumpulkan data sekunder dari KPH Ngawi mengenai data kerawanan ataupun
data keamanan di KPH Ngawi, 2) setelah diketahui desa-desa yang masuk
kategori rawan (red-zone), selanjutnya dilakukan diskusi dengan pihak Perum
Perhutani KPH Ngawi, 3) dari hasil diskusi dengan pihak KPH Ngawi, maka
dipilih salah satu desa pangkuan hutan di KPH Ngawi, 4) penentuan lokasi sampel
10
dilakukan terhadap lokasi yang warganya memiliki keterkaitan dengan
pemanfaatan hutan secara langsung.
Responden dalam penelitian ini yaitu warga dari desa yang telah terpilih
dari data red-zone dan hasil diskusi dengan pihak Perum Perhutani KPH Ngawi.
Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan cara pengambilan sampel
secara acak sederhana (simple random sampling). Menurut Rianse dan Abdi
(2009), sampel acak sederhana yaitu sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa
sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Lebih jelasnya, sampel acak
sederhana itu merupakan sampel peluang/kesempatan (probability sampling),
sehingga hasilnya dapat dievaluasi secara objektif. Terpilihnya unit satuan
elementer ke dalam sampel itu harus benar-benar tidak berdasarkan faktor
kebetulan, bebas dari subjektivitas si peneliti atau subjektivitas orang lain.
Menurut Sevilla dkk. (1993) bahwa penelitian deskriptif memerlukan
sampel minimal 10 % dari populasi dan untuk diuji korelasinya memerlukan
minimal 30 subyek (responden). Berdasarkan hal tersebut, maka banyaknya
responden yang diambil dalam penelitian ini yaitu dengan intensitas sampling
sebanyak 20% dari masing-masing RT. Adapun metode penarikan sampel
responden yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan
pengundian.
Analisis Data Survei Rumah Tangga
Sesuai dengan data yang di peroleh, pengolahan data di titik beratkan pada:
1) data berdasarkan hasil survei rumah tangga, dan 2) data berdasarkan
pengumpulan data spasial. Untuk melakukan pengolahan data terhadap data hasil
survei rumah tangga, analisis yang dilakukan yaitu analisis deskripsi kualitatif
dilakukan dengan mengumpulkan, merangkum, serta menginterpretasikan datadata berbagai kondisi lapangan yang diperoleh melalui in depth interview,
selanjutnya diolah kembali sehingga dapat menghasilkan gambaran yang jelas,
terarah dan menyeluruh mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena
yang menjadi fokus penelitian (Nasir 2003; Slamet 2006). Data yang didapatkan
dari hasil wawancara kepada responden (data sosial ekonomi) dianalisis dengan
membuat persentase serta tabel dan grafik. Dalam penelitian ini, pengolahan data
dilakukan dengan perhitungan sederhana untuk mendapatkan angka jumlah,
frekuensi, rataan, persentase dan sebagainya. Data yang telah di analisis,
dideskripsikan dengan menggunakan uraian kata atas dasar pertimbanganpertimbangan ilmiah, fakta, dan ilmu-ilmu pendukungnya dengan melihat kondisi
dan permasalahan sosial dan ekonomi yang ada di masyarakat sebagai objek
penelitian.
Analisis Data Perubahan Lahan
Data yang telah dikumpulkan berdasarkan pengumpulan data spasial,
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknologi SIG dan pengindraan
jauh. SIG dan pengindraan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan
informasi mengenai obyek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik.
Penginderaan jauh adalah ilmu, seni dan teknik memperoleh informasi tentang
obyek, area atau kejadian melalui analisis data yang dikumpulkan dengan suatu
peralatan yang tidak bersentuhan dengan obyek, area atau kejadian yang diteliti
11
(Lillesand dan Kiefer 1979). Teknologi SIG dan pengindraan jauh dalam
penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengolahan data citra. Pengolahan
data yang dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui perubahan penutupan lahan
di lokasi penelitian. Alur diagram pengolahan data citra terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Alur diagram pengolahan data citra
Analisis perubahan lahan dilakukan dengan membandingkan peta perubahan
lahan tahun pertama dan tahun kedua. Kedua peta tersebut di-overlay dan
selanjutnya di summary, sehingga diketahui perubahan penutupan lahan yang
terjadi antara kedua tahun tersebut. Perubahan penutupan lahan pada kurun waktu
tersebut dianalisis melalui rumus berikut :
V=
N2 – N1
N1
x 100%
Keterangan:
V : Laju perubahan (100%)
N1 : Luas penutupan lahan tahun pertama (ha)
N2 : Luas penutupan lahan tahun kedua (ha)
12
Uji Akurasi
Evaluasi pada klasifikasi terbimbing ada dua yaitu evaluasi separabilitas dan
kontingensi. Analisis separabilitas adalah analisis kuantitatif yang memberikan
informasi mengenai evaluasi keterpisahan area contoh dari setiap kelas, juga
untuk mengetahui kombinasi band mana saja yang memberikan separabilitas yang
terbaik untuk klasifikasi. Analisis ini dilakukan sebelum proses klasifikasi
terhadap kelas-kelas tutupan lahan hasil area contoh dilakukan. Evaluasi
separabilitas digunakan untuk menunjukan keterpisahan masing-masing kelas
(Hermawan 2008). Setelah evaluasi separabilitas maka dilakukan evaluasi
kontingensi. Evaluasi ini diawali dengan pemindahan data ke Microsoft Excel.
Evaluasi ini menguji tingkat keakuratan secara visual dari hasil klasifikasi
terbimbing dengan menggunakan titik-titik kontrol lapangan untuk uji akurasi.
Evaluasi akurasi terhadap besarnya kesalahan klasifikasi area contoh untuk
menentukan besarnya persentase ketelitian pemetaan. Evaluasi ketelitian
pemetaan meliputi jumlah piksel area contoh yang diklasifikasikan dengan benar
atau salah, pemberian nama kelas secara benar, persentase banyaknya piksel
dalam masing-masing kelas serta persentase kesalahan total. Akurasi ketelitian
pemetaan diuji dengan membuat matriks contingency yang lebih sering disebut
dengan matriks kesalahan (confusion matrix) (Hermawan 2008).
Nilai akurasi yang paling banyak digunakan adalah akurasi Kappa, karena
nilai ini memperhitungkan semua elemen (kolom) dari matrix. Nilai overall
accuracy yang merupakan perbandingan jumlah total area (piksel) yang
diklasifikasikan dengan benar terhadap total area (piksel) observasi, menunjukkan
tingkat kebenaran citra hasil klasifikasi. Producer’s accuracy dan user’s accuracy
menunjukkan tingkat akurasi dari sisi pengamatan yang berbeda. Producer’s
accuracy adalah probabilitas/peluang rata-rata (%) suatu piksel akan
diklasifikasikan dengan benar dan secara rata-rata menunjukkan seberapa baik
setiap kelas di lapangan telah diklasifikasi. Sedangkan User’s accuracy adalah
probabilitas/peluang rata-rata (%) suatu piksel dari citra yang telah terklasifikasi,
secara aktual mewakili kelas kelas tersebut di lapangan (Hermawan 2008). Nilai
koefisien Kappa mempunyai rentang 0 hingga +1, dalam proses pemetaan
klasifikasi penutup/penggunaan lahan nilai akurasi total yang bisa diterima yaitu
85%, atau 0,85 (Anderson 1976).
Berikut ini adalah beberapa persamaan akurasi yang digunakan:
Keterangan
N
: Banyaknya piksel dalam contoh
Xi+
: Jumlah piksel dalam baris ke-i
X+i
: Jumlah piksel dalam kolom ke-i
Xii
: Nilai diagonal dari matriks kontingensi
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum KPH Ngawi
Kondisi Geografis KPH Ngawi
Disesuaikan dengan data Statistik Tahun 2009-2013 pada Ngawi (2014),
Wilayah KPH Ngawi terletak di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan posisi geografisnya, posisi KPH Ngawi terletak diantara 7021’- 7031’
Lintang Selatan dan 110010’-111040’ Bujur Timur. Kondisi iklim di KPH ngawi
ditunjukkan pada Tabel 4. Secara geografis batas-batas dari wilayah KPH Ngawi
adalah sebagai berikut:
Utara
: Kab. Grobogan, Kab. Blora (Jawa Tengah), Kab. Bojonegoro
Timur
: Kab. Madiun
Selatan
: Kab. Madiun, Kab. Magetan
Barat
: Kab. Karanganyar, Kab. Sragen (Jawa Tengah)
Tabel 4 Kondisi iklim KPH Ngawi
Kondisi Iklim
Curah hujan tertinggi bulan Januari
Keterangan
281,04 mm
Temperatur tertinggi bulan Januari dan November
34,8o C
Temperatur terendah bulan Agustus, Februari
14,8o C
Kelembapan suhu udara
min 42%; max 98%
Tekanan udara tertinggi bulan September
min 1.005,6 milibar; max
1.015,3 milibar
89,0% dan 24,3%
Rata-rata penyinaran matahari terlama di bulan Februari dan
terendah di bulan Desember
Sumber: BPS 2014
Kondisi Demografi KPH Ngawi
Berdasarkan data BPS (2014), jumlah penduduk Kabupaten Ngawi akhir
tahun 2013 adalah 915.493 jiwa (terdiri dari 449.947 penduduk laki-laki dan
465.546 penduduk perempuan), jumlah penduduk Kabupaten Ngawi per
kecamatan berdasarkan jenis kelamin pada akhir tahun 2013 dapat di lihat pada
Tabel 5. Data BPS menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Ngawi
meningkat sebesar 0,29% dibandingkan tahun 2012. Kecamatan Paron memiliki
jumlah penduduk terbesar sebanyak 89.134 jiwa, sedangkan kecamatan dengan
jumlah penduduk terkecil yaitu Kecamatan Kasreman sebanyak 24.727 jiwa.
Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Ngawi pada tahun 2013 yaitu
sebesar 706 jiwa/km2. Tingkat kepadatan per kecamatan tertinggi adalah Ngawi
(1.202 jiwa/km2) sedangkan tingkat kepadatan per kecamatan terendah adalah
Kecamatan Karanganyar (231 jiwa/km2), tingkat kepadatan penduduk Kabupaten
Ngawi per kecamatan pada akhir tahun 2013 dapat di lihat pada Tabel 5. Jumlah
kelahiran selama tahun 2013 adalah 8.271 jiwa (terdiri dari 4.268 bayi laki-laki
dan 4.003 bayi perempuan). Jumlah kematian pada tahun 2013 tercatat sebesar
5.704 jiwa (terdiri dari 2.897 penduduk laki-laki dan 2.807 penduduk perempuan).
Di bidang pendidikan, data BPS (2014) menunjukkan bahwa jumlah Taman
Kanak-kanak (TK) di Kabupaten Ngawi terdapat sebanyak 604 lembaga dengan
14
jumlah murid 16.583 siswa, dengan rasio murid-sekolah sebesar 27,9. Jumlah
Sekolah Dasar (SD) sederajat ada 671 lembaga. mempunyai murid 74.798 siswa
dengan rasio murid-sekolah sebesar 111. Jumlah murid Sekolah Mengengah
Pertama (SMP) dan sederajat sebanyak 36.740 siswa yang tersebar di 120 sekolah
dengan rasio murid-sekolah sebesar 306. Jumlah murid Sekolah Menengah
Umum/Sekolah Menengah Kejuruan (SMU/SMK) sebanyak 28.083 siswa yang
tersebar di 70 sekolah, dengan rasio murid-sekolah sebesar 401.
Tabel 5 Luas daerah dan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan tingkat
kepadatan penduduk Kabupaten Ngawi per kecamatan pada akhir tahun 2013
No.
Kecamatan
Luas
daerah
(Km2)
80,22
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
penduduk
23.432
26.453
49.885
Kepadatan
penduduk
(Jiwa/Km2)
622
1
Sine
2
Ngrambe
57,49
22.150
22.311
44.461
773
3
Jogorogo
65,84
24.107
24.498
48.605
738
4
Kendal
84,56
28.963
29.352
58.315
690
5
Geneng
52,52
27.880
28.264
56.144
1.069
6
Gerih
34,52
18.551
19.643
38.194
1.106
7
Kwadungan
30,30
14.111
14.497
28.608
944
8
Pangkur
29,41
14.178
14.770
28.948
984
9
Karangjati
66,67
23.256
25.144
48.400
726
10
Bringin
62,62
16.020
16.477
32.497
519
11
Padas
50,22
17.509
17.793
35.302
703
12
Kasreman
31,49
12.380
12.347
24.727
785
13
Ngawi
70,56
42.078
42.722
84.800
1.202
14
Paron
101,14
43.964
45.170
89.134
881
15
Kedunggalar
129,65
36.596
37.056
73.652
568
16
Pitu
56,01
14.108
14.256
28.364
506
17
Widodaren
92,26
34.794
36.705
71.499
775
18
Mantingan
62,21
19.889
22.121
42.010
675
19
Karanganyar
138,29
15.981
15.967
31.948
231
Jumlah
1.295,98
449.947
465.546
915.493
706
Tahun 2012
1.295,98
448.637
464.230
912.867
704
Tahun 2011
1.295,98
448.424
463.487
911.911
704
Tahun 2010
1.295,98
439.536
455.139
894.675
690
Tahun 2009
1.295,98
438.223
453.828
892.051
688
Sejarah Perusahaan
Berdasarkan Laporan Triwulan IV tahun 2013 KPH Ngawi, disebutkan
sejarah KPH Ngawi adalah sebagai berikut:
Tahun 1865 - 1961: de Dienst v/h Boswezen/Jawatan Kehutanan (1865),
Inrichtings Brigade/Bagian Tata Hutan (1895), Jati Bedrijf (1925), Brigade
15
Planologi Kehutanan (1933), Departemen Pertanian (1945), Direktorat
Kehutanan dan Tata Bumi (1955)
Perusahaan Negara Perhutani (1961)
PP Nomor 15 tahun 1972, Perum Perhutani berstatus Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Wilayah kerja Perum Perhutani adalah kawasan hutan
negara di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur
PP Nomor 2 tahun 1978, kawasan wilayah kerja diperluas sampai dengan
kawasan hutan negara di Provinsi Jawa Barat
PP Nomor 36 tahun 1986, tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara
(Perum Perhutani)
PP Nomor 53 tahun 1999, tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara
(Perum Perhutani)
PP Nomor 14 tahun 2001, Pemerintah menetapkan Perhutani sebagai BUMN
dengan bentuk Perseroan Terbatas (PT)
Pada tahun 2003, Mahkamah Agung membatalkan PP Nomor 14 tahun 2001
dan memberlakukan kembali PP Nomor 53 tahun 1999 yangsekaligus
bermakna mengembalikan bentuk perusahaan dari PT menjadi Perum
PP Nomor 30 tahun 2003, tentang Perum Perhutani
PP RI Nomor 72 tahun 2011, tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan
Negara
Wilayah Kerja
Wilayah kerja Perum Perhutani KPH Ngawi seluas 45.909,7 ha terdiri dari
hutan produksi seluas 42.476,5 ha; hutan lindung seluas 19,40 ha; dan wilayah
yang diperuntukkan bagi TBP/LDTI/Alur seluas 3.413,80 ha.
Secara administratif, KPH Ngawi berada dalam wilayah sebagi berikut:
Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi, seluas 35.204,4 ha
Kabupaten Daerah Tingkat II Blora, seluas 8.257,7 ha
Kabupaten Daerah Tingkat II Bojonegoro, seluas 2.447,6 ha
Wilayah kerja Perum Perhutani KPH Ngawi terbagi kedalam 14 BKPH dan
55 RPH. Adapun pembagian wilayah di KPH Ngawi berdasarkan BKPH dan
RPH, dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kondisi Umum Desa Karanganyar
Letak dan Luas
Desa Karanganyar terletak di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Ngawi,
Jawa Timur. Wilayah administratif pemerintahan desa, terbagi kedalam 7 Dusun
(Talok temugiring, Bendo, Banyuasin timur, Banyuasin barat, Karanganyar
HUTAN DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KPH
NGAWI, JAWA TIMUR
MARDIANA WACHYUNI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Kontribusi PHBM
terhadap Perubahan Luas Hutan dan Pendapatan Rumah Tangga di KPH Ngawi,
Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Mardiana Wachyuni
NIP P052120021
RINGKASAN
MARDIANA WACHYUNI. Kontribusi PHBM terhadap Perubahan Luas Hutan
dan Pendapatan Rumah Tangga di KPH Ngawi, Jawa Timur. Dibimbing oleh
LILIK BUDI PRASETYO dan RINEKSO SOEKMADI.
Di Indonesia, hutan produksi yang terletak di Pulau Jawa berada dibawah
pengelolaan Perhutani. Sejak tahun 2001, Perhutani telah mengimplementasikan
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Tujuan dari PHBM itu sendiri
yaitu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan dimana
dengan adanya PHBM ini secara langsung akan mengurangi laju kehilangan hutan
dan degradasi. Selain itu, (Perum Perhutani 2014) menyebutkan bahwa melalui
adanya PHBM Perhutani mampu mendorong terbukanya kesempatan berusaha di
berbagai sektor usaha dan Perhutani mampu menyerap tenaga kerja yang lebih
banyak. Tujuan dari studi ini diantaranya yaitu untuk: 1) menganalisis kontribusi
PHBM terhadap perubahan luas hutan dan 2) menganalisis kontribusi PHBM
terhadap pendapatan rumah tangga di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)
Ngawi, Jawa Timur.
Data yang dikumpulkan dalam studi ini terdiri dari pengumpulan data
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer berupa pengumpulan data survei
penutupan lahan yang dikumpulkan melalui observasi lapang (observation) dan
survei rumah tangga. Pengumpulan data sekunder yaitu berupa studi literatur.
Metode yang digunakan untuk mengolah data survei penutupan lahan yaitu
analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk analisis
perubahan penutupan lahan antara tahun 1997, 2001, dan 2015 di Kabupaten
Ngawi. Sedangkan metode yang digunakan untuk mengolah data survei rumah
tangga yaitu teknik tabulasi dan deskripsi.
Hasil menunjukkan bahwa sebelum PHBM di implementasikan di KPH
Ngawi, tutupan hutan secara drastis mengalami penurunan antara tahun 1997 dan
2001, penurunan tersebut sebesar 8.837,97 Ha (6,35%). Hal ini dapat terjadi
karena pada tahun 1997/1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Krisis
ekonomi ini menjadi salah satu penyebab terjadinya penebangan liar terhadap
tegakan jati di area Perhutani. Sementara itu, setelah PHBM di implementasikan
di KPH Ngawi, tutupan hutan mengalami peningkatan antara tahun 2001 dan
2015, peningkatan tersebut sebesar 6.297,39 Ha (4,52%). Hal ini terjadi karena
pada tahun 2001 perhutani mulai mengimplementasikan PHBM. Melalui PHBM,
Perhutani bekerjasama dengan masyarakat desa hutan dan pemangku kepentingan
lainnya untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan bersama-sama.
Eksistensi PHBM di KPH Ngawi telah berhasil mengurangi konflik sumberdaya
hutan antara Perhutani dan masyarakat desa sekitar hutan. Selanjutnya, partisipasi
responden dalam aktifitas PHBM seperti: tumpangsari, corah, produksi arang
bakar, pengumpulan Hasil Hutan Non Kayu (HHNK), dan partisipasi dalam
kegiatan Perhutani secara langsung berkontribusi terhadap pendapatan rumah
tangga responden. Hasil studi menunjukkan bahwa pendapatan responden di
bidang pertanian dari kegiatan PHBM menunjukkan persentase yang lebih besar
dari pendapatan responden di bidang pertanian di luar kegiatan PHBM.
Kata kunci: kontribusi, PHBM, perubahan luas hutan, pendapatan rumah tangga
SUMMARY
MARDIANA WACHYUNI. Contributions of PHBM towards Forest Area
Changes and Household Income in Forest Management Unit of Ngawi, East Java.
Supervised by LILIK BUDI PRASETYO and RINEKSO SOEKMADI.
In Indonesia, production forests located in Java Island is managed by State
Forestry Corporation (Perhutani). Since 2001, Perhutani has been implementing
Management of Forest Resources with Community (PHBM). The expected of
PHBM is to increase community participation in managing the forest which will
directly reduce forest loss and degradation. In addition, (Perum Perhutani 2014)
mentions that through the PHBM, Perhutani capable of promoting opportunity in
various business sectors and Perhutani able to absorb more labor. This study
aimed at: 1) analyzing contribution of PHBM towards forest area changes and 2)
analyzing contribution of PHBM towards household income in Forest
Management Unit (KPH) of Ngawi, East Java.
Data collected in this study such as primary and secondary data collected.
Primary data collected such as land cover survei by observation and household
survei. Secondary data collected by literature study. The method used to process
survei data, namely land cover spatial analysis using Geographic Information
System (GIS) for land-cover changes analysis during 1997, 2001, and 2015 of
Ngawi District. While the methods of household survei data is a tabulation and
description technique.
The result showed that before PHBM implemented in KPH Ngawi, forest
cover area decreased dramatically between 1997 and 2001, by as much as
8.837,97 Ha (6,35%). This is happens because in 1997/1998 Indonesia faced an
economic crisis. The economic crisis is one cause of illegal logging on teak stands
in Perhutani area. However, after PHBM implemented in KPH Ngawi forest cover
area increased between 2001 and 2015, by as much as 6.297,39 Ha (4,52%). This
is happened because in 2001 Perhutani started to implementing PHBM. In this
PHBM, Perhutani collaborate with forest villagers and other parties to carry out
forest management activities together. The existence of PHBM in KPH Ngawi has
managed to reduce forest resource conflict between Perhutani and villagers
around the forest. Futhermore, respondent’s participation in the PHBM activities
such as: tumpangsari, corah, charcoal production, Non-Timber Forest Products
collection, and participation in the Perhutani’s activities direcly contribute to
household income of respondents. The study showed that the respondent’s income
in agriculture sector from PHBM activities showed a greater percentage than
respondent’s income in agriculture sector outside PHBM activities
Keywords: contribution, PHBM, forest area changes, household income
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KONTRIBUSI PHBM TERHADAP PERUBAHAN LUAS HUTAN
DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KPH NGAWI, JAWA TIMUR
MARDIANA WACHYUNI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
Pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Sidang Luar Komisi: Prof. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS.
Judul Tesis
:
Kontribusi PHBM terhadap Perubahan Luas Hutan dan
Pendapatan Rumah Tangga di KPH Ngawi, Jawa Timur
Nama
NIM
:
:
Mardiana Wachyuni
P052120021
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo,Msc
Ketua
Dr Ir Rinekso Soekmadi, MSc Forest Trop
Anggota
Diketahui Oleh
Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 22 Juli 2016
(tanggal pelaksanaan ujian tesis)
Tanggal Lulus:
(tanggal penandatanganan tesis oleh
Dekan Sekolah Pascasarjana)
PRAKATA
Rasa syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas segala
kekuatan, berkat, rahmat dan bimbingan yang telah diberikanNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini mengenai
“Kontribusi PHBM terhadap Perubahan Luas Hutan dan Pendapatan Rumah
Tangga Hutan di KPH Ngawi, Jawa Timur”. Selama penyusunan karya ilmiah ini,
penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk menghasilkan sebuah karya
ilmiah yang sempurna.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo Msc dan Dr Ir Rinekso Soekmadi, MSc Forest
Trop selaku Komisi Pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberikan
arahan, motivasi dan pembelajaran yang diberikan kepada penulis secara
langsung maupun tidak langsung selama menempuh pendidikan.
2. Prof. Misa Masuda dari University of Tsukuba, yang telah bersedia mendanai
biaya pengambilan data di lapangan dan juga membantu proses pengambilan
data di lapangan.
3. Keluarga besar penulis yang berada di Garut dan Bogor, penulis ucapkan
terimakasih banyak atas dukungan dan doa sehingga penulis mampu
menyelesaikan pendidikan ini.
4. M. Fajar Adityarama P, S.Hut dan Nafa Almahira Adityarama yang selalu
memberikan kesabaran, doa dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan ini.
5. Rekan-rekan PSL angkatan tahun 2012 atas persahabatan dan kerjasamanya
selama pendidikan ini.
Harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi para pembaca tulisan ini.
Bogor, Agustus 2016
Mardiana Wachyuni
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerangka Pemikiran
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Prosedur Penelitan
Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data
Parameter Survei
Penentuan Lokasi dan Sampel Responden
Analisis Data Survei Rumah Tangga
Analisis Data Penutupan Lahan
Uji Akurasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum KPH Ngawi
Kondisi Geografis KPH Ngawi
Kondisi Demografi KPH Ngawi
Sejarah Perusahaan
Wilayah Kerja
Kondisi Umum Desa Karanganyar
Letak dan Luas
Jumlah Penduduk
Lokasi Desa
Karakteristik Individual Masyarakat
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Kontribusi PHBM terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Pengolahan Andil
Pendapatan dari Kegiatan PHBM
Kontribusi PHBM terhadap Perubahan Luas Hutan
Tipe Penutupan Lahan di Kabupaten Ngawi
ii
iii
iii
1
1
3
4
5
5
5
6
6
7
7
7
8
9
10
10
12
13
13
13
13
14
15
15
15
16
16
19
19
20
21
22
22
24
26
26
ii
Penutupan Lahan Kabupaten Ngawi Tahun 1997, 2001, dan 2015
Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Ngawi Tahun 1997-2001
Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Ngawi Tahun 2001-2015
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
27
30
31
32
32
33
33
36
43
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis data, metode, dan sumber data
Parameter survei rumah tangga
Parameter PHBM dan parameter LMDH
Kondisi iklim KPH Ngawi
Luas daerah dan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan
tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Ngawi per-Kecamatan pada
akhir tahun 2013
6. Jumlah Kepala Keluarga per-RT di Desa Karanganyar
7. Jumlah KK per-RT setelah dilakukan penyaringan
8. Jumlah responden per-RT
9. Perbandingan kepemilikan luasan andil antara baon dan corah
10. Rata-rata luas andil garapan responden
11. Perbandingan kepemilikan luas lahan milik antara kebun dan sawah
12. Pendapatan rata-rata responden dari kegiatan PHBM (setahun)
13. Pendapatan rata-rata responden dari kegiatan non-PHBM (setahun)
14. Perbandingan pendapatan responden dari PHBM dan non-PHBM
(setahun)
15. Luas dan persentase penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 1997,
2001, dan 2015
16. Peningkatan dan penurunan luas penutupan lahan Kabupaten Ngawi
tahun 1997-2001
17. Peningkatan dan penurunan luas penutupan lahan Kabupaten Ngawi
tahun 2001-2015
8
9
9
12
13
15
17
17
22
22
23
24
24
24
28
30
31
iii
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran penelitian
2. Peta lokasi kajian penelitian
3. Alur diagram pengolahan data citra
4. Peta Desa Karanganyar
5. Sebaran umur responden
6. Sebaran pendidikan responden
7. Sebaran pekerjaan responden
8. Pendapat responden mengenai tingkat kesuburan lahan
9.a. Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 1997
9.b. Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 2001
9.c. Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 2015
3
6
11
16
18
19
20
25
29
29
29
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pembagian wilayah kerja KPH Ngawi berdasarkan luasnya
Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 1997
Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 2001
Peta penutupan lahan Kabupaten Ngawi tahun 2015
Analisis matriks kontingensi
Rekapitulasi uji akurasi
37
39
40
41
42
42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perum Perhutani sebagai salah satu perusahaan yang berada di bawah
koordinasi Kementrian BUMN memiliki tugas dan wewenang untuk
menyelenggarakan kegiatan Pengelolaan Sumberdaya Hutan (SDH) dengan
memperhatikan aspek produksi/ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan.
Perum Perhutani diberi tanggung jawab dan hak pengelolaan hutan di wilayah
Pulau Jawa. Kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani seluas 2.446.907,27
Ha, terdiri dari Hutan Produksi (HP) dan hutan lindung. Luas hutan yang dikelola
Perhutani tidak termasuk kawasan hutan suaka alam dan hutan wisata. Wilayah
kerja Perum Perhutani itu sendiri, terbagi menjadi 3 Divisi Regional (Divisi
Regional Jawa Tengah, Divisi Regional Jawa Timur, dan Divisi Regional Jawa
Barat dan Banten). Wilayah kerja yang terbagi ke dalam 3 Divisi Regional ini,
terbagi dengan 57 Kesatuan Pemangkuan Hutan (Perum Perhutani 2014). Menurut
Ngakan et al. 2008, Pembentukan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) oleh
Perum Perhutani bertujuan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya
kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari.
Pada tahun 2001, Perum Perhutani melakukan perubahan terhadap sistem
pengelolaan sumberdaya hutan dengan menerapkan Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat (PHBM). Adapun tujuan dari PHBM ini yaitu untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan serta mengurangi deforestasi.
PHBM itu sendiri merupakan suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang
dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dan atau oleh
Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan
(stakeholder) dengan jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama untuk mencapai
keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan dapat diwujudkan secara
optimal dan proporsional.
Melalui PHBM ini, Perhutani bekerjasama dengan masyarakat desa hutan
dan pihak-pihak lainnya untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan
bersama. Sejak tahun 2001, tidak kurang dari 5.386 desa hutan di pulau Jawa dan
Madura berada di sekitar kawasan hutan Perhutani. Sejak tahun 2001 sampai
tahun 2012, Perhutani mencatat 5.278 desa hutan atau sekitar 97 % dari total desa
hutan di Pulau Jawa dan Madura bekerjasama melalui program PHBM. Luas
hutan yang dikerjasamakan menjadi hutan pangkuan desa mencapai 2.216.225 Ha,
tergabung dalam 5.278 Lembaga Masyarakat Desa Hutan dan 995 Koperasi Desa
Hutan (Perum Perhutani 2014).
Selanjutnya, Perum Perhutani (2014) menyebutkan bahwa melalui Program
PHMB ini, Perum Perhutani dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan mampu
mendorong terbukanya kesempatan berusaha di berbagai sektor industri (3.655
unit usaha); perdagangan (3.775 unit usaha); pertanian (1.347 unit usaha);
peternakan (2.737 unit usaha); perkebunan (95 unit usaha); perikanan (482 unit
usaha); jasa (1.888 unit usaha); lain-lain (76 unit usaha). Perum Perhutani mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 6.304.467 orang dengan nilai sebesar Rp.
2.705,71 miliar. Selain itu, melaui program PHBM ini dapat pula dirasakan
berbagai manfaatnya, baik berupa bagi hasil dari produksi hutan berupa kayu dan
2
non kayu. Realiasi nilai bagi hasil produksi dari tahun 2002 sampai dengan 2012
nilai bagi hasil produksi kayu dan non kayu mencapai Rp. 252,34 milyar.
Manfaat dari kegiatan PHBM ini dirasakan langsung oleh masyarakat desa
sekitar hutan. Masyarakat yang memiliki kekurangan terhadap kepemilikan lahan,
dapat ikut menanam produk pertanian di lahan Perum Perhutani tanpa sistem
kontrak ataupun sewa, melainkan dengan sistem pengelolaan hutan bersama.
Dimana Perum Perhutani melimpahkan kawasan hutan yang baru ditanami jati
(umur 1-3 tahun) kepada masyarakat untuk dijaga kelangsungan jati tersebut,
sejalan dengan itu masyarakat boleh melakukan tumpangsari diantara jati muda
tersebut. Selain adanya keuntungan untuk masyarakat yang ikut menggarap, ada
pula keuntungan yang dirasakan oleh Perum Perhutani yaitu terciptanya keamanan
hutan dan terutama kelangsungan pertumbuhan jati. Hasil dari penelitian Prasetyo,
Damayanti dan Masuda (2012) di KPH Kuningan, Jawa Barat menunjukkan
bahwa melalui program PHBM desa-desa yang ikut PHBM memiliki tingkat
reforestasi (penambahan luas tutupan hutan) lebih tinggi dibanding dengan desadesa yang tidak ikut PHBM. Meskipun dibawah tekanan populasi, reforestasi
telah sukses terjadi di desa-desa PHBM, hal ini dikarenakan masyarakat sadar
mengenai adanya keuntungan baik sekarang atau masa depan dari PHBM. Dari
hasil penelitian ini juga, disebutkan bahwa tutupan hutan di Kabupaten Kuningan
mengalami peningkatan sebesar 0.67% pada rentang tahun 2002-2009.
KPH Ngawi merupakan salah satu KPH yang termasuk dalam wilayah kerja
Divisi Regional Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data dari Perum Perhutani
Unit II Jawa Timur (2012) dan data Statistik KPH Ngawi (2007-2011), KPH
Ngawi merupakan salah satu KPH yang memiliki kelas umur jati yang lengkap
dan KPH Ngawi memiliki daerah penanaman jati terluas, dengan luas wilayah
32.683 ha (11,6%). Begitu pula dengan hasil penelitian Wahyu (2012),
menyebutkan bahwa KPH Ngawi merupakan KPH terluas di Jawa Timur dengan
luas total 45.849,27 ha.
Salah satu bagian dari pembangunan ekonomi bangsa adalah melalui
pembangunan sektor kehutanan. Sektor kehutanan harus bisa memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
khususnya masyarakat desa sekitar hutan, namun disamping itu harus juga bisa
menjaga kelestarian sumberdaya hutan dalam hal ini menekan terjadinya tindakan
illegal logging ataupun illegal cutting. Luasnya potensi tegakan jati di KPH
Ngawi dan di dukung dengan adanya kegiatan tumpangsari diharapkan dapat
membantu peningkatan perekonomian masyarakat. Namun disamping itu, KPH
Ngawi merupakan daerah dengan tingkat illegal cutting tertinggi, dimana data
Wahyu (2012) menyebutkan bahwa terjadi 1.800 illegal cutting pohon jati.
Tingginya tingkat illegal cutting ini didukung oleh faktor geografis Kabupaten
Ngawi yang lokasinya dilalui langsung oleh Bengawan Solo. Bengawan Solo ini
merupakan jalur yang sering digunakan sebagai salah satu jalur lalu lintas untuk
pengangkutan kayu. Selain itu Kabupaten Ngawi merupakan jalur penghubung
antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lalu, kontribusi apakah yang diberikan oleh
program PHBM terhadap perubahan luas hutan dan juga kontribusi apakah yang
diberikan oleh program PHBM terhadap pendapatan rumah tangga di KPH
Ngawi, Jawa Timur.
3
Kerangka Pemikiran
Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan, yaitu
berupa manfaat yang dapat dirasakan secara langsung dan manfaat yang tidak
dapat dirasakan secara langsung. Manfaat hutan tersebut boleh dirasakan apabila
hutan terjamin eksistensinya, sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsifungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata
apabila pengelolaan sumber daya alam berupa hutan seiring dengan upaya
pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional berkelanjutan.
Dewasa ini, kebutuhan masyarakat akan barang sehari-hai semakin
mengalami peningkatan, hal ini dirasakan pula oleh masyarakat yang tinggal di
desa sekitar hutan. Mayarakat yang tinggal di desa sekitar hutan, pada umumnya
ikut bekerja di sektor kehutanan, misalnya dengan ikut tumpangsari agar
pendapatan dari sektor kehutanan bisa memenuhi kekurangan perekonomian.
Namun jika kerurangan ekonomi sudah dirasakan begitu besar, tidak menutup
kemungkinan adanya tindakan perambahan lahan hutan, hal ini tentunya menekan
terhadap kelangsungan sumberdaya hutan yang ada.
Untuk menanggulangi/mengurangi tekanan terhadap sumberdaya hutan,
diperlukan adanya penglolaan hutan yang melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap hutan, dalam hal ini diperlukan adanya pengelolaan
hutan bersama antara pemerintah dan masyarakat desa sekitar hutan. Pengelolaan
hutan yang dilakukan bersama ini, diharapkan dapat memenuhi tiga aspek manfaat
hutan, yaitu aspek manfaat sosial, aspek manfaat ekonomi, dan aspek manfaat
ekologi. Khususnya di wilayah kerja Perum Perhutani, pemenuhan ketiga aspek
manfaat hutan tersebut sekiranya dapat dicapai melalui program PHBM. Melalui
program PHBM yang diterapkan oleh Perum Perhutani mulai dari tahun 2001
menyebabkan lebih banyak campur tangan pengelolaan sumberdaya hutan oleh
masyarakat yang tinggal di desa sekitar hutan. Selanjutnya, melalui PHBM ini
diharapkan pula terjadi pendapatan rumah tangga masyarakat desa sekitar hutan,
yang nantinya diharapkan pula terjadinya penurunan tekanan terhadap hutan.
Sehingga tercipta hutan yang aman dan lestari. Diagram Kerangka berfikir
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Pengelolaan Hutan
Peningkatan
kebutuhan
masyarakat
sekitar hutan
Perambahan
lahan hutan
(tekanan
terhadap
hutan)
Manfaat
Sosial
Manfaat
Ekonomi
Manfaat
Konservasi
Program PHBM
Peningkatan Pendapatan
Peningkatan kesejahteraan
dan pengurangan tekanan
terhadap hutan
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
4
Perumusan Masalah
Menurut FAO (2007), Indonesia mengalami tingkat deforestasi sebesar 1,87
juta hektar per tahun. Di Indonesia sendiri, salah satu penyebab terjadinya
deforestasi diakibatkan oleh krisis ekonomi. Indonesia mengalami krisis ekonomi
pada Juli 1997. Sebagai akibat dari terjadinya krisis ekonomi, banyak orang yang
kehilangan pekerjaan. Asosiasi pengusaha Indonesia (Apindo) dalam (Bank
Indonesia 2010) mengestimasi bahwa terdapat sekitar 1 juta orang mengalami
kehilangan pekerjaan. Badan Pusat Statistik (1999) menyebutkan bahwa sekitar
6,2 juta orang mengalami kehilangan pekerjaan/pengangguran, dan sekitar 35 juta
orang menjadi setengah pengagguran (waktu kerja 35 jam/minggu). Sedangkan
pada saat itu terdapat 95,7 juta pekerja dari total populasi di Indonesia sekitar 202
juta. Selain itu, Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Republik
Indonesia (1999), menyebutkan bahwa terdapat sekitar 2,2 juta pengangguran
yang kehilangan pekerjaan karena adanya pemutusan hak kerja.
Krisis ekonomi ini diikuti oleh terjadinya ledakan gejolak sosial yang terjadi
pada pertengahan Mei 1998. Kejadian ini terjadi di Jakarta sebagai bentuk
reformasi politik dan reformasi ekonomi. Orang-orang di Jakarta melakukan
penjarahan besar-besaran terhadap beberapa kios dan mall, mereka melakukan
pembakaran dan perusakan terhadap fasilitas umum yang ada. Sementara itu,
orang-orang yang tinggal disekita hutan, terutama saat itu yang tinggal di sekitar
hutan milik Perum Perhutani, mereka melakukan penjarahan kayu jati.
Masyarakat Indonesia sebagian besar adalah masyarakat petani, dimana
sebagian besar bertempat tinggal di pedesaan. Keterbatasan sumberdaya manusia
pedesaan dapat menimbulkan permasalahan terutama masyarakat desa sekitar
hutan, dimana desakan kebutuhan hidup menimbulkan efek negatif terhadap
keamanan hutan berupa gangguan kelestarian dan fungsi hutan. Perum Perhutani
sebagai salah satu pengelola hutan sudah seharusnya dapat memberikan manfaat
yang nyata bagi masyarakat terutama masyarakat sekitar hutan, hal tersebut dapat
diwujudkan dengan adanya keikutsertaan masyarakat di dalam kegiatan
pengelolaan hutan.
Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, krisis ekonomi ini
menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi antara ketersediaan sumberdaya
hutan dengan kondisi masyarakat sekitarnya, hal ini menjadi salah satu
permasalahan penting yang ikut dihadapi oleh daerah-daerah disekitar hutan di
KPH Ngawi karena menyangkut berbagai aspek kehidupan antara lain aspek
keadilan dan lingkungan. Meskipun sumberdaya hutan memberikan hasil yang
cukup tinggi namun masyarakat belum bisa merasakan manfaat sepenuhnya.
Sebagai pihak yang memiliki keterkaitan langsung dengan kawasan hutan,
masyarakat desa hutan lebih banyak terpengaruh oleh kerusakan ekosistem hutan
karena tingginya tingkat pencurian pohon. Bila kondisi tersebut terus dibiarkan,
maka tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat desa hutan yang miskin dan
memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan dapat
memicu kembali terjadinya penjarahan hutan seperti yang pernah terjadi di
Kabupaten Ngawi.
Permasalahan yang dikemukakan disini adalah apakah pengelolaan hutan
yang dilakukan oleh para petani hutan di KPH Ngawi telah memperhatikan
kelestarian hutan dan kelestarian hasil, seberapa besar kontribusi PHBM terhadap
5
pendapatan rumah tangga para petani hutan, dan apa saja manfaat ekonomi yang
di dapatkan masyarakat pada umumnya dengan keberadaan hutan Perum
Perhutani KPH Ngawi, kemudian kontribusi apakah yang diberikan oleh program
PHBM terhadap perubahan luas hutan di KPH Ngawi dengan adanya keterlibatan
petani hutan tersebut. Dari uraian permasalahan tersebut, penting dilakukan
upaya-upaya yang mampu meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat
dengan turut serta memanfaatkan ketersediaan sumberdaya hutan setempat. Hal
ini dilakukan untuk meningkatkan kemanfaatan sosial ekonomi dari sumberdaya
hutan terhadap masyarakat setempat agar masyarakat berperan aktif juga dalam
menjaga kelestarian sumberdaya hutan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalis kontribusi PHBM terhadap perubahan luas hutan di KPH
Ngawi, Jawa Timur.
2. Menganalisis kontribusi PHBM terhadap pendapatan rumah tangga di
KPH Ngawi, Jawa Timur.
Manfaat Penelitian
Hasil kajian penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: memberikan perspektif baru
yang bermanfaat mengenai bagaimana seharusnya pengelolaan hutan
dengan pelibatan masyarakat desa sekitar hutan (khususnya daerah hutan
yang berbatasan langsung dengan masyarakat, dimana sektor kehutanan
menjadi salah satu sumber kehidupan ekonomi masyarakat tersebut).
2. Bagi pengambilan keputusan: memberikan informasi sebagai bahan
pertimbangan, arahan, penyempurnaan, strategi dan optimalisasi
program PHBM bagi pengelola dan pengambil keputusan di KPH
Ngawi dalam pengambilan keputusan. Hal ini diharapkan agar
terciptanya hutan yang lestari serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat desa sekitar hutan.
3. Bagi praktisi: memberikan masukan mengenai kondisi masyarakat,
ekologi dan program yang sesuai dengan tipologi masyarakat dan
wilayahnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitan ini meliputi:
1. Batas administratif Kabupaten Ngawi, Jawa Timur
2. Batas wilayah Perum Perhutani KPH Ngawi, Divisi Regional II Jawa
Timur.
3. Menganalisis kontribusi PHBM terhadap perubahan luas hutan dan
pendapatan rumah tangga di KPH Ngawi, Jawa Timur.
6
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Ngawi (Gambar 2) Provinsi
Jawa Timur (7021’- 7031’ Lintang Selatan dan 110010’-111040’ Bujur Timur).
Lebih spesifik, penelitian telah dilakukan di kawasan hutan Perum Perhutani
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ngawi, Divisi Regional II Jawa Timur.
Pengambilan data di lapangan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yakni pada
bulan Agustus hingga September 2014. Pengambilan data lapangan berupa
wawancara dilaksanakan antara mahasiswa IPB dan juga dengan pihak staf
pengajar dan mahasiswa dari Universitas Tsukuba-Jepang. Pengolahan data
spasial dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spasial,
Fakultas Kehutanan IPB.
Gambar 1 Peta lokasi kajian penelitian
Menurut BPS (2014), Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi
Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Secara administratif
wilayah ini terbagi ke dalam 19 Kecamatan dan 217 desa, dimana 4 dari 217 desa
tersebut adalah kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.295,58 km2,
dimana sekitar 39 persen atau sekitar 504,76 km2 berupa lahan sawah. Secara
administratif, batas wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:
Utara
: Kab. Grobogan, Kab. Blora (Jawa Tengah), Kab. Bojonegoro
Timur
: Kab. Madiun
Selatan
: Kab. Madiun, Kab. Magetan
Barat
: Kab. Karanganyar, Kab. Sragen (Jawa Tengah)
7
Secara umum kabupaten Ngawi memiliki topografi wilayah berupa dataran
tinggi dan tanah datar. Tercatat empat kecamatan terletak pada dataran tinggi
yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki gunung Lawu.
Kabupaten Ngawi sebagian besar berada di sekitar pegunungan kendeng yang
membujur hampir di seluruh Pulau Jawa. Sungai yang melewati wilayah
kabupaten Ngawi adalah Bengawan Solo dan memiliki anak sungai yang
melintasi wilayah Kedunggalar dan Walikukun.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengolahan data penelitian adalah seperangkat
komputer yang dilengkapi dengan paket Sistem Informasi Geografis (seperangkat
keras dan lunak) yang terdiri dari PC, Erdas Imagine 9.1., Arc GIS 10.1, dan
Microsoft Office Excel. Sedangkan alat yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah GPS, perekam suara, kamera, kuesioner dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam pengolahan data penelitian ini adalah citra
Landsat Kabupaten Ngawi, Jawa Timur berupa citra satelit Landsat 5 TM dengan
waktu perekaman tanggal 4 Mei 1997 (penggunaan citra satelit tahun 1997 karena
tahun tersebut PHBM belum ditetapkan oleh Perhutani), Landsat 7 ETM+ dengan
waktu perekaman tanggal 26 Juli 2001 (penggunaan citra satelit tahun 2001
karena tahun tersebut PHBM baru ditetapkan oleh Perhutani), dan Landsat 8
OLI/TIRS dengan waktu perekaman tanggal 23 Juni 2015 (penggunaan citra
satelit tahun 2015 karena tahun tersebut PHBM telah ditetapkan beberapa tahun
oleh Perhutani), selain itu juga menggunakan peta digital batas administrasi dan
batas sungai Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (peta Rupa Bumi Indonesia).
Prosedur Penelitian
Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan penelitian terdiri dari
pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer
dilaksanakan dengan dua teknik, yakni: Pertama, pengumpulan data survei rumah
tangga yang diperoleh melalui wawancara dengan instrumen kuesioner. Kedua,
pengumpulan data survei penutupan lahan yang dikumpulkan melalui observasi
lapang (observation) yakni dengan melakukan pengamatan terhadap penutupan
lahan yang terjadi di lapang.
Pengumpulan data sekunder dikumpulkan melalui studi dokumen dengan
mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian, hasil penelitian
sebelumnya, maupun tulisan-tulisan lain yang relevan dengan topik penelitian.
Data yang diperoleh dari lapang (wawancara dan observasi) diinterpretasikan dan
dituliskan sebagai laporan. Pengumpulan data spasial bertujuan untuk bahan
pendukung dalam menganalisis kajian penelitian. Data spasial dalam kajian
penelitian ini diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Bappeda dan Badan
Informasi Geospasial.
Beberapa data yang masih kurang jelas telah ditanyakan ulang melalui
metode phone interview ke nomor telpon responden. Penjelasan jenis data,
metode, dan sumber data dalam kajian penelitian disajikan pada Tabel 1.
8
Tabel 1 Jenis data, metode, dan sumber data
Jenis Data
Data primer :
Data rumah tangga
Data penutupan lahan
Studi kebijakan hutan
Data sekunder :
Data spasial
PHBM
Data penanaman
Data penebangan
Statistik kehutanan di
Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi dalam
Angka
Profil desa
Profil LMDH
Dokumen LMDH
(lainnya)
Metode
Sumber
Wawancara
Observasi lapang
Studi literatur dan
wawancara
Masyarakat desa
Desa
KPH Ngawi
Studi literatur
Studi literatur
Studi literatur
Studi literatur
Studi literatur
Bappeda dan Badan Informasi
Geospasial
KPH Ngawi
KPH Ngawi
KPH Ngawi
Dinas Kehutanan Kabupaten Ngawi
Studi literatur
BPS Kabupaten Ngawi
Studi literatur
Studi literatur
Studi literatur
Desa terpilih
LMDH di desa terpilih
LMDH di desa terpilih
Parameter Survei
Sebagaimana yang telah disebutkan pada bagian teknik pengumpulan data
dan jenis data, data yang dikumpulkan yaitu data survei rumah tangga dan data
survei penutupan lahan. Untuk pengumpulan data-data tersebut, digunakan
beberapa parameter agar pengumpulan data di lapang lebih terarah dan fokus.
Parameter survei rumah tangga yang digunakan dalam penelitian, disajikan pada
Tabel 2.
Pengumpulan data survei penutupan lahan di lapangan, sebelumnya
penutupan lahan di Kabupaten Ngawi telah di klasifikasikan menjadi beberapa
tipe penutupan lahan. Dalam penelitian ini, tipe penutupan lahan yang digunakan
yaitu sebanyak 7 klasifikasi penutupan lahan, yaitu meliputi: (1) hutan, (2) kebun,
(3) sawah, (4) ladang, (5) semak, (6) pemukiman, dan (7) badan air. Selanjutnya
dalam analisis citra landsat Kabupaten Ngawi, diklasifikasikan menjadi 8
klasifikasi penutupan lahan, yaitu meliputi: (1) hutan, (2) kebun, (3) sawah, (4)
ladang, (5) semak, (6) pemukiman, (7) badan air dan (8) no data (awan dan
bayangan awan). Penambahan klasifikasi awan dan bayangan awan ini
dikarenakan seringkali terdapat adanya potret awan dan bayangan awan pada citra
landsat yang digunakan/diolah.
Selain penggunaan parameter-parameter pada data survei rumah tangga dan
data survei penutupan lahan, terdapat parameter-parameter lain yang digunakan
sebagai tambahan dalam melengkapi penelitian ini. Parameter lain yang
digunakan yaitu parameter PHBM dan parameter LMDH. Adapun parameter
PHBM dan parameter LMDH yang digunakan, sebagaimana tersaji pada Tabel 3.
9
Tabel 2 Parameter survei rumah tangga
No.
1
Parameter survei rumah tangga
Informasi rumah tangga
2
Pertanian
3
Sumber pendapatan dari pertanian
PHBM
(dari
kegiatan
tumpangsari dan corah)
4
5
6
7
8
Non-PHBM
(dari
kegiatan
pertanian dan peternakan)
Sumber pendapatan dari non-pertanian
Sumber pendapatan lain dari anggota
rumah tangga
Pemanfaatan sumberdaya hutan
Hubungan/peran
kegiatan
terhadap LMDH
Properti rmah tangga
PHBM
Variabel survei rumah tangga
Kepala keluarga, anggota rumah tangga,
umur, pendidikan, pekerjaan
Luas lahan yang dikelola ( lahan milik, lahan
garapan, tumpangsari, corah), kalender tanam,
input pertanian, perkiraan konsumsi pribadi
Panen dan penjualan hasil pertanian
tumpangsari ataupun corah, penjualan kayu,
penjualan kayu bakar, penjualan arang,
penjualan hasil hutan non-kayu, sharing
PHBM
Penjualan lahan, panen dan penjualan hasil
pertanian (milik ataupun garapan), hewan
ternak
Pekerjaan utama/sampingan keluarga
Kiriman keluarga
Pemanfaatan kayu jati untuk kayu bakar dan
penjualan kayu, pembuatan arang, hasil hutan
non-kayu lainnya
Keanggotaan, manfaat LMDH, partisipasi
Perlengkapan rumah tangga, ukuran dan
material rumah
Tabel 3 Parameter PHBM dan parameter LMDH
Parameter PHBM
1. Sejarah PHBM, meliputi: latar belakang PHBM,
implementasi PHBM pada saat dimulai, kegiatankegiatan dalam PHBM, ada/tidaknya pembatasan
pemilihan komoditas pilihan masyarakat, sharing
dari kegiatan PHBM
2. Kontribusi ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan
PHBM, apakah hanya menghasilkan income atau
meningkatkan kesejahteraan
3. Pengaruh PHBM terhadap keamanan/kerawanan
hutan
4. Pengaruh PHBM terhadap kelestarian hutan,
seperti: tidak ada perambahan, tidak ada
penurunan fungsi hutan, dll.
5. Pengaruh PHBM terhadap kelestarian hasil,
seperti: tidak ada penurunan jumlah produksi, dll.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Parameter LMDH
Sejarah LMDH
Kegiatan LMDH dalam PHBM
Keanggotaan
Sharing LMDH
Peran LMDH terhadap hutan
Kontribusi LMDH terhadap hutan
Ketentuan andil bagi pesanggem,
meliputi: siapa saja yang boleh
memiliki andil, seberapa luas,
penerapan kontrol kepemilikan
andil dari perhutani
Penentuan Lokasi dan Sampel Responden
Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi diantaranya yaitu: 1)
mengumpulkan data sekunder dari KPH Ngawi mengenai data kerawanan ataupun
data keamanan di KPH Ngawi, 2) setelah diketahui desa-desa yang masuk
kategori rawan (red-zone), selanjutnya dilakukan diskusi dengan pihak Perum
Perhutani KPH Ngawi, 3) dari hasil diskusi dengan pihak KPH Ngawi, maka
dipilih salah satu desa pangkuan hutan di KPH Ngawi, 4) penentuan lokasi sampel
10
dilakukan terhadap lokasi yang warganya memiliki keterkaitan dengan
pemanfaatan hutan secara langsung.
Responden dalam penelitian ini yaitu warga dari desa yang telah terpilih
dari data red-zone dan hasil diskusi dengan pihak Perum Perhutani KPH Ngawi.
Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan cara pengambilan sampel
secara acak sederhana (simple random sampling). Menurut Rianse dan Abdi
(2009), sampel acak sederhana yaitu sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa
sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Lebih jelasnya, sampel acak
sederhana itu merupakan sampel peluang/kesempatan (probability sampling),
sehingga hasilnya dapat dievaluasi secara objektif. Terpilihnya unit satuan
elementer ke dalam sampel itu harus benar-benar tidak berdasarkan faktor
kebetulan, bebas dari subjektivitas si peneliti atau subjektivitas orang lain.
Menurut Sevilla dkk. (1993) bahwa penelitian deskriptif memerlukan
sampel minimal 10 % dari populasi dan untuk diuji korelasinya memerlukan
minimal 30 subyek (responden). Berdasarkan hal tersebut, maka banyaknya
responden yang diambil dalam penelitian ini yaitu dengan intensitas sampling
sebanyak 20% dari masing-masing RT. Adapun metode penarikan sampel
responden yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan
pengundian.
Analisis Data Survei Rumah Tangga
Sesuai dengan data yang di peroleh, pengolahan data di titik beratkan pada:
1) data berdasarkan hasil survei rumah tangga, dan 2) data berdasarkan
pengumpulan data spasial. Untuk melakukan pengolahan data terhadap data hasil
survei rumah tangga, analisis yang dilakukan yaitu analisis deskripsi kualitatif
dilakukan dengan mengumpulkan, merangkum, serta menginterpretasikan datadata berbagai kondisi lapangan yang diperoleh melalui in depth interview,
selanjutnya diolah kembali sehingga dapat menghasilkan gambaran yang jelas,
terarah dan menyeluruh mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena
yang menjadi fokus penelitian (Nasir 2003; Slamet 2006). Data yang didapatkan
dari hasil wawancara kepada responden (data sosial ekonomi) dianalisis dengan
membuat persentase serta tabel dan grafik. Dalam penelitian ini, pengolahan data
dilakukan dengan perhitungan sederhana untuk mendapatkan angka jumlah,
frekuensi, rataan, persentase dan sebagainya. Data yang telah di analisis,
dideskripsikan dengan menggunakan uraian kata atas dasar pertimbanganpertimbangan ilmiah, fakta, dan ilmu-ilmu pendukungnya dengan melihat kondisi
dan permasalahan sosial dan ekonomi yang ada di masyarakat sebagai objek
penelitian.
Analisis Data Perubahan Lahan
Data yang telah dikumpulkan berdasarkan pengumpulan data spasial,
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknologi SIG dan pengindraan
jauh. SIG dan pengindraan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan
informasi mengenai obyek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik.
Penginderaan jauh adalah ilmu, seni dan teknik memperoleh informasi tentang
obyek, area atau kejadian melalui analisis data yang dikumpulkan dengan suatu
peralatan yang tidak bersentuhan dengan obyek, area atau kejadian yang diteliti
11
(Lillesand dan Kiefer 1979). Teknologi SIG dan pengindraan jauh dalam
penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengolahan data citra. Pengolahan
data yang dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui perubahan penutupan lahan
di lokasi penelitian. Alur diagram pengolahan data citra terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Alur diagram pengolahan data citra
Analisis perubahan lahan dilakukan dengan membandingkan peta perubahan
lahan tahun pertama dan tahun kedua. Kedua peta tersebut di-overlay dan
selanjutnya di summary, sehingga diketahui perubahan penutupan lahan yang
terjadi antara kedua tahun tersebut. Perubahan penutupan lahan pada kurun waktu
tersebut dianalisis melalui rumus berikut :
V=
N2 – N1
N1
x 100%
Keterangan:
V : Laju perubahan (100%)
N1 : Luas penutupan lahan tahun pertama (ha)
N2 : Luas penutupan lahan tahun kedua (ha)
12
Uji Akurasi
Evaluasi pada klasifikasi terbimbing ada dua yaitu evaluasi separabilitas dan
kontingensi. Analisis separabilitas adalah analisis kuantitatif yang memberikan
informasi mengenai evaluasi keterpisahan area contoh dari setiap kelas, juga
untuk mengetahui kombinasi band mana saja yang memberikan separabilitas yang
terbaik untuk klasifikasi. Analisis ini dilakukan sebelum proses klasifikasi
terhadap kelas-kelas tutupan lahan hasil area contoh dilakukan. Evaluasi
separabilitas digunakan untuk menunjukan keterpisahan masing-masing kelas
(Hermawan 2008). Setelah evaluasi separabilitas maka dilakukan evaluasi
kontingensi. Evaluasi ini diawali dengan pemindahan data ke Microsoft Excel.
Evaluasi ini menguji tingkat keakuratan secara visual dari hasil klasifikasi
terbimbing dengan menggunakan titik-titik kontrol lapangan untuk uji akurasi.
Evaluasi akurasi terhadap besarnya kesalahan klasifikasi area contoh untuk
menentukan besarnya persentase ketelitian pemetaan. Evaluasi ketelitian
pemetaan meliputi jumlah piksel area contoh yang diklasifikasikan dengan benar
atau salah, pemberian nama kelas secara benar, persentase banyaknya piksel
dalam masing-masing kelas serta persentase kesalahan total. Akurasi ketelitian
pemetaan diuji dengan membuat matriks contingency yang lebih sering disebut
dengan matriks kesalahan (confusion matrix) (Hermawan 2008).
Nilai akurasi yang paling banyak digunakan adalah akurasi Kappa, karena
nilai ini memperhitungkan semua elemen (kolom) dari matrix. Nilai overall
accuracy yang merupakan perbandingan jumlah total area (piksel) yang
diklasifikasikan dengan benar terhadap total area (piksel) observasi, menunjukkan
tingkat kebenaran citra hasil klasifikasi. Producer’s accuracy dan user’s accuracy
menunjukkan tingkat akurasi dari sisi pengamatan yang berbeda. Producer’s
accuracy adalah probabilitas/peluang rata-rata (%) suatu piksel akan
diklasifikasikan dengan benar dan secara rata-rata menunjukkan seberapa baik
setiap kelas di lapangan telah diklasifikasi. Sedangkan User’s accuracy adalah
probabilitas/peluang rata-rata (%) suatu piksel dari citra yang telah terklasifikasi,
secara aktual mewakili kelas kelas tersebut di lapangan (Hermawan 2008). Nilai
koefisien Kappa mempunyai rentang 0 hingga +1, dalam proses pemetaan
klasifikasi penutup/penggunaan lahan nilai akurasi total yang bisa diterima yaitu
85%, atau 0,85 (Anderson 1976).
Berikut ini adalah beberapa persamaan akurasi yang digunakan:
Keterangan
N
: Banyaknya piksel dalam contoh
Xi+
: Jumlah piksel dalam baris ke-i
X+i
: Jumlah piksel dalam kolom ke-i
Xii
: Nilai diagonal dari matriks kontingensi
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum KPH Ngawi
Kondisi Geografis KPH Ngawi
Disesuaikan dengan data Statistik Tahun 2009-2013 pada Ngawi (2014),
Wilayah KPH Ngawi terletak di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan posisi geografisnya, posisi KPH Ngawi terletak diantara 7021’- 7031’
Lintang Selatan dan 110010’-111040’ Bujur Timur. Kondisi iklim di KPH ngawi
ditunjukkan pada Tabel 4. Secara geografis batas-batas dari wilayah KPH Ngawi
adalah sebagai berikut:
Utara
: Kab. Grobogan, Kab. Blora (Jawa Tengah), Kab. Bojonegoro
Timur
: Kab. Madiun
Selatan
: Kab. Madiun, Kab. Magetan
Barat
: Kab. Karanganyar, Kab. Sragen (Jawa Tengah)
Tabel 4 Kondisi iklim KPH Ngawi
Kondisi Iklim
Curah hujan tertinggi bulan Januari
Keterangan
281,04 mm
Temperatur tertinggi bulan Januari dan November
34,8o C
Temperatur terendah bulan Agustus, Februari
14,8o C
Kelembapan suhu udara
min 42%; max 98%
Tekanan udara tertinggi bulan September
min 1.005,6 milibar; max
1.015,3 milibar
89,0% dan 24,3%
Rata-rata penyinaran matahari terlama di bulan Februari dan
terendah di bulan Desember
Sumber: BPS 2014
Kondisi Demografi KPH Ngawi
Berdasarkan data BPS (2014), jumlah penduduk Kabupaten Ngawi akhir
tahun 2013 adalah 915.493 jiwa (terdiri dari 449.947 penduduk laki-laki dan
465.546 penduduk perempuan), jumlah penduduk Kabupaten Ngawi per
kecamatan berdasarkan jenis kelamin pada akhir tahun 2013 dapat di lihat pada
Tabel 5. Data BPS menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Ngawi
meningkat sebesar 0,29% dibandingkan tahun 2012. Kecamatan Paron memiliki
jumlah penduduk terbesar sebanyak 89.134 jiwa, sedangkan kecamatan dengan
jumlah penduduk terkecil yaitu Kecamatan Kasreman sebanyak 24.727 jiwa.
Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Ngawi pada tahun 2013 yaitu
sebesar 706 jiwa/km2. Tingkat kepadatan per kecamatan tertinggi adalah Ngawi
(1.202 jiwa/km2) sedangkan tingkat kepadatan per kecamatan terendah adalah
Kecamatan Karanganyar (231 jiwa/km2), tingkat kepadatan penduduk Kabupaten
Ngawi per kecamatan pada akhir tahun 2013 dapat di lihat pada Tabel 5. Jumlah
kelahiran selama tahun 2013 adalah 8.271 jiwa (terdiri dari 4.268 bayi laki-laki
dan 4.003 bayi perempuan). Jumlah kematian pada tahun 2013 tercatat sebesar
5.704 jiwa (terdiri dari 2.897 penduduk laki-laki dan 2.807 penduduk perempuan).
Di bidang pendidikan, data BPS (2014) menunjukkan bahwa jumlah Taman
Kanak-kanak (TK) di Kabupaten Ngawi terdapat sebanyak 604 lembaga dengan
14
jumlah murid 16.583 siswa, dengan rasio murid-sekolah sebesar 27,9. Jumlah
Sekolah Dasar (SD) sederajat ada 671 lembaga. mempunyai murid 74.798 siswa
dengan rasio murid-sekolah sebesar 111. Jumlah murid Sekolah Mengengah
Pertama (SMP) dan sederajat sebanyak 36.740 siswa yang tersebar di 120 sekolah
dengan rasio murid-sekolah sebesar 306. Jumlah murid Sekolah Menengah
Umum/Sekolah Menengah Kejuruan (SMU/SMK) sebanyak 28.083 siswa yang
tersebar di 70 sekolah, dengan rasio murid-sekolah sebesar 401.
Tabel 5 Luas daerah dan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan tingkat
kepadatan penduduk Kabupaten Ngawi per kecamatan pada akhir tahun 2013
No.
Kecamatan
Luas
daerah
(Km2)
80,22
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
penduduk
23.432
26.453
49.885
Kepadatan
penduduk
(Jiwa/Km2)
622
1
Sine
2
Ngrambe
57,49
22.150
22.311
44.461
773
3
Jogorogo
65,84
24.107
24.498
48.605
738
4
Kendal
84,56
28.963
29.352
58.315
690
5
Geneng
52,52
27.880
28.264
56.144
1.069
6
Gerih
34,52
18.551
19.643
38.194
1.106
7
Kwadungan
30,30
14.111
14.497
28.608
944
8
Pangkur
29,41
14.178
14.770
28.948
984
9
Karangjati
66,67
23.256
25.144
48.400
726
10
Bringin
62,62
16.020
16.477
32.497
519
11
Padas
50,22
17.509
17.793
35.302
703
12
Kasreman
31,49
12.380
12.347
24.727
785
13
Ngawi
70,56
42.078
42.722
84.800
1.202
14
Paron
101,14
43.964
45.170
89.134
881
15
Kedunggalar
129,65
36.596
37.056
73.652
568
16
Pitu
56,01
14.108
14.256
28.364
506
17
Widodaren
92,26
34.794
36.705
71.499
775
18
Mantingan
62,21
19.889
22.121
42.010
675
19
Karanganyar
138,29
15.981
15.967
31.948
231
Jumlah
1.295,98
449.947
465.546
915.493
706
Tahun 2012
1.295,98
448.637
464.230
912.867
704
Tahun 2011
1.295,98
448.424
463.487
911.911
704
Tahun 2010
1.295,98
439.536
455.139
894.675
690
Tahun 2009
1.295,98
438.223
453.828
892.051
688
Sejarah Perusahaan
Berdasarkan Laporan Triwulan IV tahun 2013 KPH Ngawi, disebutkan
sejarah KPH Ngawi adalah sebagai berikut:
Tahun 1865 - 1961: de Dienst v/h Boswezen/Jawatan Kehutanan (1865),
Inrichtings Brigade/Bagian Tata Hutan (1895), Jati Bedrijf (1925), Brigade
15
Planologi Kehutanan (1933), Departemen Pertanian (1945), Direktorat
Kehutanan dan Tata Bumi (1955)
Perusahaan Negara Perhutani (1961)
PP Nomor 15 tahun 1972, Perum Perhutani berstatus Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Wilayah kerja Perum Perhutani adalah kawasan hutan
negara di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur
PP Nomor 2 tahun 1978, kawasan wilayah kerja diperluas sampai dengan
kawasan hutan negara di Provinsi Jawa Barat
PP Nomor 36 tahun 1986, tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara
(Perum Perhutani)
PP Nomor 53 tahun 1999, tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara
(Perum Perhutani)
PP Nomor 14 tahun 2001, Pemerintah menetapkan Perhutani sebagai BUMN
dengan bentuk Perseroan Terbatas (PT)
Pada tahun 2003, Mahkamah Agung membatalkan PP Nomor 14 tahun 2001
dan memberlakukan kembali PP Nomor 53 tahun 1999 yangsekaligus
bermakna mengembalikan bentuk perusahaan dari PT menjadi Perum
PP Nomor 30 tahun 2003, tentang Perum Perhutani
PP RI Nomor 72 tahun 2011, tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan
Negara
Wilayah Kerja
Wilayah kerja Perum Perhutani KPH Ngawi seluas 45.909,7 ha terdiri dari
hutan produksi seluas 42.476,5 ha; hutan lindung seluas 19,40 ha; dan wilayah
yang diperuntukkan bagi TBP/LDTI/Alur seluas 3.413,80 ha.
Secara administratif, KPH Ngawi berada dalam wilayah sebagi berikut:
Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi, seluas 35.204,4 ha
Kabupaten Daerah Tingkat II Blora, seluas 8.257,7 ha
Kabupaten Daerah Tingkat II Bojonegoro, seluas 2.447,6 ha
Wilayah kerja Perum Perhutani KPH Ngawi terbagi kedalam 14 BKPH dan
55 RPH. Adapun pembagian wilayah di KPH Ngawi berdasarkan BKPH dan
RPH, dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kondisi Umum Desa Karanganyar
Letak dan Luas
Desa Karanganyar terletak di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Ngawi,
Jawa Timur. Wilayah administratif pemerintahan desa, terbagi kedalam 7 Dusun
(Talok temugiring, Bendo, Banyuasin timur, Banyuasin barat, Karanganyar