Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

EFEKTIVITAS KOLABORASI ANTARA
PERUM PERHUTANI
DENGAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN
Kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk,
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

FITRIA KURNIAWAN
E 14102030

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Efektivitas
Kolaborasi antara Perum Perhutani dengan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan
(Kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa
Timur) adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitakan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi.

Bogor, September 2006

Fitria Kurniawan
NIM E 14102030

RINGKASAN
FITRIA KURNIAWAN. Efektivitas Kolaborasi antara Perum Perhutani
dengan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan (Kasus Di KPH Madiun dan
KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur). Dibimbing Oleh
DIDIK SUHARJITO
Menurut Kiwari (1983) dalam Suharjito dan Dudung (1998), social
forestry adalah ilmu pengetahuan dan seni menumbuhkan pohon-pohon dan atau
vegetasi lain pada lahan yang tersedia, di dalam dan di luar areal hutan tradisional
dengan melibatkan masyarakat untuk tujuan menghasilkan tata guna lahan yang
seimbang dan saling melengkapi (Tiwari, 1983). Secara umum, penelitian ini

bertujuan untuk melihat dan menjelaskan proses kolaborasi yang terbangun
selama ini antara Perum Perhutani dengan masyarakat khususnya petani hutan
dalam pengelolaan hutan.
Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu MPSDH Wana Lestari di Desa
Padas yang berada pada wilayah kawasan hutan RPH Panggung, BKPH
Dagangan, KPH Madiun dengan LMDH Argo Mulyo di Desa Sugihwaras yang
berada pada wilayah kawasan hutan RPH Cabean, BKPH Wengkal, KPH
Nganjuk. Penelitian dimulai dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2006.
Penelitian dilakukan dengan metode survei melalui wawancara kepada responden
dengan mengunakan kuisioner, kemudian data diolah dan disajikan dalam bentuk
Tabel Frekuensi dan Tabulasi Silang, serta dijelaskan secara deskriptif.
Berdasarkan hasil kuisioner, dapat di lihat bahwa MPSDH Wana Lestari
dan LMDH Argo Mulyo tergolong dinamis. Karena dari aspek tujuan kelompok
sudah jelas terutama tujuan dari pembentukan MPSDH Wana Lestari maupun
LMDH Argo Mulyo dalam program PHBM, aspek struktur kelompok jelas karena
masing-masing kelompok telah memiliki aturan yang jelas serta struktur
organisasi yang lengkap dengan wewenang pengambilan keputusan ada ditangan
rapat anggota, dan kelompok telah berjalan efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari
banyaknya manfaat yang diperoleh dari keberadaan MPSDH Wana Lestari dan
LMDH Argo Mulyo serta motivasi awal anggota untuk ikut dalam menjaga

kelestarian hutan.
Tingkat partisipasi MPSDH Wana Lestari dan LMDH Argo Mulyo dalam
aspek perencanaan berada pada kategori sedang, dalam aspek pelaksanaan berada
dalam kategori tinggi, dalam aspek pemanfaatan hasil berada dalam kategori
tinggi, serta dalam aspek evaluasi atau monitoring berada dalam kategori sedang.
Kolaborasi yang terbangun antara Perum Perhutani dengan MPSDH Wana
Lestari dan LMDH Argo Mulyo telah terbangun secara kuat. Dilihat dari enam
indikator yang di gunakan, yaitu faktor tujuan bersama antara Perum Perhutani
dengan MPSDH Wana Lestari dan LMDH Argo Mulyo telah dipahami secara
jelas, faktor percaya (Trust) antara Perum Perhutani dengan MPSDH Wana
Lestari dan LMDH Argo Mulyo tinggi, faktor Pembagian peran dan tanggung
jawab sudah jelas tentang posisi masing-masing pihak, faktor kapasitas masingmasing pihak antara Perum Perhutani dengan MPSDH Wana Lestari dan LMDH
Argo Mulyo tinggi dalam menunjang pelaksanaan program PHBM, faktor hasil
dari PHBM telah mendukung dalam pencapain program baik di MPSDH Wana
Lestari maupun LMDH Argo Mulyo, dan faktor pentingnya resiko sudah jelas

bahwa Perum Perhutani mendukung terhadap usaha petani hutan dalam program
PHBM. Kondisi hutan yang dikelola oleh MPSDH Wana Lestari secara umum
berada dalam kondisi lestari. Sedangkan di LMDH Argo Mulyo secara umum
berada dalam kondisi relatif lestari. Tegakan yang masih rapat, banyak pohon

kelas umur tua, serta sedikit adanya tanah kosong di areal hutan menjadi indikator
kondisi hutan yang masih lestari.

EFEKTIVITAS KOLABORASI ANTARA
PERUM PERHUTANI
DENGAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN
Kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk,
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

FITRIA KURNIAWAN

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan
Pada Departemen Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006


Judul Penelitian

Nama Mahasiswa

:Efektivitas Kolaborasi antara Perum Perhutani dengan
Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan (Kasus PHBM
di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit
II Jawa Timur)
: FITRIA KURNIAWAN

NIM

: E 14102030

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS
NIP. 132 104 680


Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
NIP. 131 430 799

Tanggal Lulus :

KATA PEGANTAR

Alhamdullilah

segala Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Yang Maha

Mengetahui dan Yang Menggenggam Jiwa Setiap Manusia, atas segala limpahan
Rahmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yangt berjudul “
Efektivitas Kolaborasi antara Perum Perhutani dengan Masyarakat dalam
Pengelolaan Hutan (Kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum

Perhutan Unit II Jawa Timur ) “ bertempat di MPSDH Wana Lestari dan LMDH
Argo Mulyo.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, nasihat dan saran selama penulis menyusun karya
ilmiah ini.
2. Ir. Jajang Suryana, M.Sc selaku dosen penguji dari Departemen Hasil
Hutan dan Ir. Siswoyo, M.Si selaku dosen penguji dari Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan atas masukan, saran serta nasehatnya
kepada penulis.
3. Bapak, Ibu, atas doa, kasih sayang dan pengorbananya selama ini kepada
penulis serta Mbah kung dan Mbah putri atas doanya. Semoga karya kecil
ini bisa menjadi salah satu wujud mikul dhuwur mendhem jero seorang
anak kepada orang tuanya.
4. Kakak-kakakku Mas Bambang, Mas Nur, Mbak Ning dan Mbak Dian atas
kasih sayangnya serta keponakanku Lingga, Syafa dan Saddam.
5. Pak Jhon selaku Adm KPH Madiun, Pak Loedy Ajun Korkam KPH
Madiun, Pak Iwan, Pak Usep, dan Pak Dani di Sekretariat Ekolabel atas
bantuanya selama penulis di KPH Madiun serta Pak Suyatno dari MPSDH
Wana Lestari atas bantuannya selama di lapangan.

6. Pak Amirul selaku Adm KPH Nganjuk, Pak Fitri Asper PHBM serta Pak
Suparno dan Pak Satirun dari LMDH Argo Mulyo atas bantuannya selama
penulis di KPH Nganjuk dan dilapangan.
7. Pak Irdika Mansur atas bantuan dan bimbingannya selama penulis menjadi
Ketua Umum FMSC Periode 2004-2005.

8. Temen-temen seperjuangan MeNeHe’ers angkatan 39 (Arie, Cempaka,
Lenita, Desi, Ida, Silvi, Nurul, Wawit, Getry, Dodi, Ma’ruf, Luky, Desna ,
Jalil and MNH Crew)
9. Kawan-kawan Pengurus FMSC Periode 2004-2005 dan Pengurus DPM
Fakultas Kehutanan Periode 2004-2005. Semoga kebersamaan selama ini
dapat terikat dalam tali persaudaraan.
10. Temen-temen satu kosant (Farih, Farid, Sofyan, dan Roron) atas keceriaan
dan kebersamaanya selama ini.
11. Thanks for Ikhsan BDH 39 yang telah membantu penulis selama sidang
(makasih laktopnya yach)
12. Thanks for Yopi, and adik kelasku Shinta, Nayu, Guruh dan Fitroh. Teman
bertukar pikiran, curhat dan diskusi selama ini.
Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga segala
amal kebaikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.


Bogor, September 2006

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Plunturan, Kecamatan Pulung, Kabupaten
Ponorogo pada tanggal 18 Juli 1983 anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan
Sudijono, S.Pd dan Warsini. Penulis mengawali pendidikan di TK Dharma
Wanita, melanjutkan pendidikan dasar di SDN 1 Plunturan dan lulus pada tahun
1996. Pada tahun 1996, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 1 Ponorogo
lulus pada tahun 1998. kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah di
SMU 1 Ponorogo, lulus tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis diterima di
Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutana, Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Penulis telah mengikuti kegiatan praktek Pengenalan dan Pengelolaan
Hutan (P3H) di KPH Banyumas Barat serta dilanjutkan di Perum Perhutani KPH
Ngawi pada bulan Juli hingga Agustus 2005. Pada bulan Februari hingga April
2006 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cihideung Udik,

Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Penulis juga pernah menjadi Asisten
Mata Kuliah Ilmu Tanah Hutan dari tahun 2004 hingga 2005.
Selain itu, dalam kegiatan kemahasiswaan penulis aktif berorganisasai,
pada tahun 2003 penulis aktif di DKM Ibbadurahman periode 2003-2004,
pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan periode 2003-2004,
Pjs Forest Management Student Club periode 2002-2003, dan Pengurus Forest
Management Student Club periode 2003-2004. Pada tahun 2004 penulis aktif di
Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kehutanan sebagai anggota Komisi
Advokasi dan terakhir penulis diberi amanat menjadi Ketua Umum Himpunan
Profesi FMSC Departemen Manajemen Hutan periode 2004-2005.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan, penulis
menyusun tugas akhir dengan judul “ Efektivitas Kolaborasi antara Perum
Perhutani dengan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan (Kasus di KPH Madiun
dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) “ bertempat di MPSDH
Wana Lestari dan LMDH Argo Mulyo di bawah bimbingan Dr. Ir. Didik
Suharjito, MS.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Tiwari (1983) dalam Suharjito dan Darussman (1998), social
forestry adalah ilmu pengetahuan dan seni menumbuhkan pohon-pohon dan atau
vegetasi lain pada lahan yang tersedia, di dalam dan di luar areal hutan tradisional
dengan melibatkan masyarakat untuk tujuan menghasilkan tata guna lahan yang
seimbang dan saling melengkapi.
Untuk menunjang keberhasilan Program Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat di Perum Perhutani, diperlukan lembaga masyarakat desa hutan yang
merupakan wadah bagi masyarakat sekitar hutan yang bersedia memelihara
kelestarian hutan dengan jalan menjalin kerjasama dengan Perum Perhutani.
Berbagai penelitian mengenai Program Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat telah banyak dilakukan di Perum Perhutani. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sudaryanti (2002) dalam penelitian menunjukkan bahwa dengan
adaanya kedinamisan kelompok terjadi perubahan produktivitas anggota dalam
kategori sedang. Pujo (2002) Alasan berpartisipasi peserta Program Kehutanan
Sosial pada umumnya karena alasan terinduksi dan bahkan masih ada yang tidak
berpartisipasi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka berpartisipasi terhadap
program, karena adanya peran / dorongan dari orang luar baik dari kelembagaan
yang bersifat formal maupun non formal.
Menurut Kusumaningtyas (2003) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa tingkat partisipasi masyarakat Desa Cileuya pada tahap perencanaan
maupun pada tahap pelaksanaan pada Program PHBM termasuk dalam kategori
tinggi. Dengan demikian tingkat partisipasi masyarakat dalam Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat dikategorikan tinggi.
Namun

penelitian-penelitian

tersebut

hanya

menjelaskan

pada

kedinamisan kelompok dan partisipasi masyarakat sekitar hutan dalam
pengelolaan hutan bersama Perum Perhutani. Belum melihat pada aspek
kolaborasi antara Perum Perhutani dengan masyarakat sekitar hutan. Oleh karena
itu, penting kiranya dilakukan penelitian guna mengetahui kondisi kolaborasi,
karena berkaitan dengan program yang sedang berjalan selama ini. Untuk

pengelolaan hutan saat ini, bukan lagi mutlak menjadi domain satu stakeholder,
dalam hal ini Perum Perhutani. Dalam penelitian ini tetap memperhatikan aspek
dinamika kelompok dan aspek partisipasi masyarakat sekitar hutan dalam
Program PHBM.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan dari penelitian ini adalah
1. Pada tingkat apa keragaan dinamika kelompok yang telah dicapai ?
2. Pada tingkat apa partisipasi masing-masing lembaga masyarakat desa
hutan ?
3. Pada tingkat apa kolaborasi yang terbangun selama ini antara Perum
Perhutani dengan masyarakat sekitar hutan dalam Program PHBM ?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Menganalisis kedinamisan antar lembaga masyarakat desa hutan yang
terdapat dalam Program PHBM
2. Menganalisis partisipasi lembaga masyarakat desa hutan dalam Program
PHBM.
3. Menganalisis kolaborasi antara Perum Perhutani dengan masyarakat
sekitar hutan dalam Program PHBM.

Manfaat Penelitian
1. Perum Perhutani: sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam penentuan
model pengelolaan hutan yang saling menguntungkan.
2. Masyarakat: acuan dalam proses pembelajaran pelaksanaan Program
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................

i

DAFTAR TABEL ....................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR ...............................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................
Perumusan Masalah ............................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................
Manfaat Penelitian .............................................................................

1
2
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat .............................................
Lembaga Masyarakat Desa Hutan ......................................................
Dinamika Kelompok ..........................................................................
Partisipasi Masyarakat ........................................................................
Kolaborasi Dalam Pengeloaan Hutan .................................................

3
4
4
6
7

METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran ............................................................................
Definisi Operasional ..........................................................................
Metode Penelitian ...............................................................................
Lokasi dan waktu Penelitian ...............................................................
Jenis Data ............................................................................................
Metode Pengumpulan Data .................................................................
Metode Pengambilan Contoh ..............................................................
Metode Pengolahan dan Analisis Data ..............................................

10
12
15
15
15
15
16
16

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun...........................................
Letak ...................................................................................................
Luas dan Iklim ...................................................................................
Pembagian Wilayah ............................................................................
Pengembangan Desa Hutan.................................................................

17
17
17
18
18

Kependudukan ....................................................................................
Mata Pencaharian ................................................................................
Kesatuan Pemangkuan Hutan Nganjuk .........................................
Letak....................................................................................................
Luas dan Iklim ...................................................................................
Pembagian Wilayah ...........................................................................
Pengembangan Desa Hutan.................................................................
Kependudukan ....................................................................................
Mata Pencaharian ................................................................................
Deskripsi Lembaga Masyarakat Desa hutan .................................
Sejarah MPSDH Wana Lestrai ...........................................................
Kegiatan MPSDH Wana Lestari .........................................................
Sejarah LMDH Argo Mulyo ...............................................................
Kegiatan LMDH Argo Mulyo.............................................................
Faktor Internal .................................................................................
Berdasarkan Tingkat Umur .................................................................
Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................................................
Berdasarkan Tingkat Luas Lahan Andil ............................................
Berdasarkan Tingkat Kekosmopolitan ................................................

19
19
20
20
21
21
21
22
22
23
23
25
27
29
31
31
33
33
34

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dinamika Kelompok .........................................................................
Tujuan Kelompok ...............................................................................
Struktur Kelompok ..............................................................................
Efektivitas kelompok ..........................................................................
Partisipasi Masyarakat ....................................................................
Partisipasi Tahap Perencanaan ...........................................................
Partisipasi Tahap Pelaksanaan ...........................................................
Partisipasi Tahap Pemanfaatan Hasil ..................................................
Partisipasi Tahap Monitoring atau Evaluasi .......................................
Kolaborasi antara Perum Perhutani dengan Masyarakat ............
Pandangan Lembaga Masyarakat Masyarakat Desa Hutan
terhadap Perum Perhutani ..............................................................
Faktor Tujuan Bersama .......................................................................
Faktor Percaya (Trust).........................................................................
Faktor Pembagian Peran dan Tanggung jawab ...................................
Faktor Kapasitas Masing-Masing Pihak .............................................
Faktor Hasil dari PHBM .....................................................................
Faktor Pentingnya Resiko ...................................................................
Pandangan Perum Perhutani terhadap Lembaga Masyarakat
Desa hutan .........................................................................................
Faktor Tujuan Bersama .......................................................................
Faktor Percaya (Trust).........................................................................
Faktor Pembagian Peran dan Tanggung jawab ...................................
Faktor Kapasitas Masing-Masing Pihak .............................................
Faktor Hasil dari PHBM .....................................................................
Faktor Pentingnya Resiko ...................................................................

36
36
37
38
40
40
44
47
51
54
54
54
56
57
60
63
69
71
71
72
73
74
76
77

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .........................................................................................
Saran....................................................................................................

80
81

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

82

LAMPIRAN ..............................................................................................

84

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 1 Daftar kepadatan penduduk sekitar KPH Madiun .......................

19

Tabel 2 Daftar mata pencaharian penduduk sekitar hutan KPH Madiun..

20

Tabel 3 Daftar kepadatan penduduk di kecamatan sekitar KPH Nganjuk

22

Tabel 4 Daftar mata pencaharian penduduk sekitar hutan KPH Nganjuk

22

Tabel 5 Produksi pupuk bokhasi MPSDH Wana Lestari ..........................

27

Tabel 6 Distribusi respoden anggota berdasar tingkat umur .....................

32

Tabel 7 Distribusi responden anggota berdasar tingkat pendidikan .........

33

Tabel 8 Distribusi responden berdasar tingkat luas lahan andil ................

33

Tabel 9 Distribusi responden anggota berdasar tingkat kekosmopolitan..

35

Tabel 10 Distribusi petani responden pada tahap perencanaan PHBM ....

41

Tabel 11 Distribusi petani responden pada tahap pelaksanaan PHBM.....

45

Tabel 12 Distribusi petani responden pada tahap pemanfaatan hasil PHBM

48

Tabel 13 Distribusi petani responden pada tahap evaluasi PHBM ..........

52

Tabel 14 Distribusi petani responden terhadap faktor tujuan bersama .....

55

Tabel 15 Distribusi petani responden terhadap realisasi janji
Perum Perhutani .........................................................................

56

Tabel 16 Distribusi petani responden terhadap kemampuan jumlah
kualitas SDM Perum Perhutani ..................................................

57

Tabel 17 Distribusi petani responden terhadap faktor peran dan
tanggung jawab ...........................................................................

58

Tabel 18 Distribusi petani responden terhadap faktor kemampuan
masing-masing pihak .................................................................

60

Tabel 19 Distribusi petani responden terhadap faktor hasil dari PHBM ..

63

Tabel 20 Kejadian pencurian kayu di RPH Panggung ..............................

64

Tabel 21 Kejadian pencurian kayu di RPH Cabean ..................................

66

Tabel 22 Rata-rata pendapatan petani responden......................................

67

Tabel 23 Distribusi petani responden terhadap realisasi janji hasil sharing

69

Tabel 24 Distribusi petani responden terhadap sikap Perum Perhutani
terhadap usaha petani .................................................................

70

Tabel 25 Distribusi responden Perum Perhutani terhadap tujuan bersama

71

Tabel 26 Distribusi responden Perum Perhutani realisasi janji

Perum Perhutani ........................................................................

72

Tabel 27 Distribusi responden Perum Perhutani terhadap faktor
kemampuan jumlah dan kualitas SDM Perum Perhutani .........

73

Tabel 28 Distribusi responden Perum Perhutani terhadap faktor peran
dan tanggung jawab ..................................................................

73

Tabel 29 Distribusi responden Perum Perhutani terhadap faktor kapasitas
masing-masing pihak ................................................................

74

Tabel 30 Distribusi responden Perum Perhutani terhadap faktor hasil
dari PHBM .................................................................................

76

Tabel 31 Distribusi responden Perum Perhutani terhadap realisasi sharing

77

Tabel 32 Realisasi sharing kayu KPH Madiun dan KPH Nganjuk ..........

77

Tabel 33 Distribusi responden Perum Perhutani terhadap usaha petani ...

78

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian ...............................................

11

Gambar 2 Kawasan Wanareksa MPSDH Wana Lestari ..........................

24

Gambar 3 Struktur organisasi MPSDH Wana Lestari .............................

24

Gambar 4 Kawasan Wengkon LMDH Argo Mulyo ................................

28

Gambar 5 Struktur organisasi LMDH Argo Mulyo .................................

28

Gambar 6 Patok batas lahan di LMDH Argo Mulyo ...............................

43

Gambar 7 tumpang sari tanaman jati di MPSDH Wana Lestari ..............

50

Gambar 8 Kondisi pencurian kayu di RPH Panggung tahun 2001-2006..

64

Gambar 9 Tegakan jati di kawasan Wanareksa MPSDH Wana Lestari ...

65

Gambar 10 Kondisi pencurian kayu di RPH Cabean tahun 2001-2006....

66

Gambar 11 Pendapatan rata-rata PHBM dan non PHBM petani responden

67

Gambar 12 Tanaman porang hasil budidaya pada lahan PHBM ..............

68

Gambar 13 Realisasi sharing kayu KPH Madiun dan Nganjuk 2003-2005 78

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

Lampiran 1 Rekapitulasi Responden MPSDH Wana Lestari ...................

85

Lampiran 2 Rekapitulasi Responden LMDH Argo Mulyo .......................

86

Lampiran 3 Foto-foto Penelitian di MPSDH Wana Lestari ......................

87

Lampiran 4 Foto- foto Penelitian di LMDH Argo Mulyo ........................

88

TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
Pengelolaan Sumberdaya Berbasis Masyarakat (PHBM) adalah suatu
program dari Perum Perhutani yang gagasanya di lansir pertama kali pada tahun
1999. Mengikuti program serupa di Nepal yakni Joint Forest Management (JFM).
Program PHBM ini bermaksud untuk meningkatkan hubungan yang harmonis
antara pengelola hutan (Perhutani) dengan masyarakat di sekitarnya dengan cara
berbagi kewenangan dan berbagi hasil pengelolaan (Affianto, 2005).
Menurut Haeruman (2005), tujuan di laksanakan program PHBM adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan melepaskan dari
kemiskinan, membangun pemupukan modal masyarakat.
2. Meningkatkan

kemampuan

teknologi

dan

manajemen

organisasi

masyarakat lokal dalam melaksanakan PHBM.
3. Membangun PHBM secara struktural, sehingga PHBM menjadi salah satu
andalan usaha rakyat.
4. Meningkatkan keanekaragaman jenis usaha dan jenis hasil yang lebih
unggul dan tahan terhadap gejolak ekonomi.
5. Meningkatkan sediaan sumberdaya kehutanan bagi pengembangan sektor
kehutanan yang lebih luas. Ini terbentuk sebagai hasil akhir dari
keberhasilan upaya pemberdayaan masyarakat.
Pada umumnya masyarakat yang tergabung dalam program pengelolaan
hutan yang di lakukan oleh Perum Perhutani adalah kelompok masyarakat yang
tidak mempunyai lahan. Menurut Kartasubrata (1986) kepemilikan lahan yang ada
dalam rumah tangga masyarakat pedesaan terbagi menjadi empat lapisan. Lapisan
pertama yaitu rumah tangga yang memiliki lahan kurang dari 0,10 Ha atau tidak
berlahan, lapisan kedua yaitu rumah tangga yang memiliki lahan antara 0,11Ha
sampai 0,25 Ha, Lapisan ketiga yaitu rumah tangga yang memiliki lahan antara
0,26 Ha sampai 0,5 Ha dan lapisan terakhir yaitu rumah tangga yang memiliki
lahan lebih dari 0,50 Ha.

Lembaga Masyarakat Desa Hutan
Lembaga Masyarakat Desa Hutan merupakan suatu komunitas masyarakat
yang tergabung dalam suatu wadah / organisasi, baik karena kesamaan profesi
antara lain Kelompok Masyarakat Desa Hutan (KMDH), Kelompok tani Hutan
(KTH), Kelompok Tani Penghijauan (KTP), maupun karena kesamaan tempat
tinggal di dalam suatu desa (Pemda Nganjuk, 2002).
Menurut Sudaryanti (2002), pembentukan kelompok pada masyarakat
yang tinggal di sekitar desa hutan merupakan upaya untuk mewujudkan
keberhasilan pelaksanaan pengelolaan hutan bersama masyarakat. Kelompok yang
di bentuk tersebut dapat merupakan sarana masyarakat desa hutan menyampaikan
aspirasi dan atau menerima informasi dari pihak Perum Perhutani, sehingga
hubungan antara keduanya diharapkan terjalin dengan baik.
Selain itu, kelompok dapat berfungsi sebagai wadah kerjasama antara
pesanggem dalam hal ini adalah modal, tenaga kerja, dan informasi serta lebih
efektif melakukan kontrol sosial (Wong 1979 dalam Suharjito 1994). Kehadiran
ketua sebagai pemimpin dalam kelompok sangat penting. Menurut Simon et al.
(diacu dalam Mulyana, 2001) Pemimpin harus menjadi motor penggerak
organisasi

dan

harus

mampu

merumuskan

masalah

dan

merumuskan

pemecahannya, serta dapat tampil sebagai mediator yang berani dan mampu
berkomunikasi maupun berhadapan dengan petugas pemerintah.

Dinamika Kelompok
Dalam sebuah sistem sosial terdapat keinginan dari masing–masing
individu untuk menyatu baik berdasarkan keyakinan, keinginan, asal usul yang
sama atau yang lainya. Begitu juga dengan lembaga masyarakat desa hutan yang
tidak terlepas dari tujuan utama pembangunan pedesaan secara menyeluruh yaitu
dengan adanya pertumbuhan ekonomi, pemerataan, dan kesejahteraan sehinggan
antara masyarakat dengan kelembagaan merupakan mitra yang sejajar dan saling
membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.
Kelompok tersebut dalam perjalananya tidak selalu statis, tetapi dinamis
dan bergerak, hidup, aktif dalam mencapai tujuan yang telah di tentukan. Gerakan
kekuatan yang ada dalam kelompok itulah yang di sebut dinamika kelompok.

Dinamika kelompok akan mencakup faktor-faktor yang menyebabkan suatu
kelompok hidup, bergerak, aktif dan efektif dalam mencapai tujuannya.
Dinamika kelompok adalah suatu keadaan dimana suatu kelompok dapat
menguraikan, mengenali kekuatan–kekuatan yang terdapat dalam situasi
kelompok yang dapat membuka perilaku kelompok dan anggota– anggotanya.
Ada 9 unsur dalam melakukan analisis dinamika kelompok yaitu : (a)
Tujuan kelompok (group goal), (b) Struktur kelompok (Group structure), (c)
Fungsi tugas (Task function), (d) Pembinaan dan pengembangan kelompok(Group
building and maintenance), (e) Kekompakan kelompok (group cohesiveness), (f)
Suasana kelompok (Group atmosphere), (g) Ketegangan kelompok (Group
pressure), (h) Efektivitas kelompok (Group evectiveness), dan (i) Maksud
terselubung (Hidden agenda). Dalam penelitian ini digunakan 3 unsur dinamika
kelompok, yaitu :
A. Tujuan kelompok yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok,
apakah tujuan itu sesuai dengan tujuan anggota, formal atau tidak formal, jelas
atau tidak jelas, karena kedinamisan kelompok akan tercapai jika sesuai dengan
tujuan individu.
B. Struktur kelompok adalah bagaimana kelompok tersebut mengatur
dirinya sendiri. Setiap kelompok memiliki struktur yang berbeda. Ketidakjelasan
struktur akan menyebabakan ketidak jelasan wewenang, kewajiban setiap anggota
sehingga dalam pelaksanaan kegiatan tidak dapat berlangsung dengan efektif.
C. Efektivitas kelompok merupakan keberhasilan kelompok dalam
mencapai tujuan. Semakin berhasil suatu kelompok maka anggota akan memiliki
kebanggaan terhadap kelompoknya. Menurut Margono (2001), efektivitas dapat
dilihat dari sudut pandang:
1. Dari hasil atau produktivitas yang di hasilkan dari anggota yang terlibat
dalam kelompok.
2. Dari moral kelompok, semangat serta kesunguhan yang terdapat pada
masing-masing anggota.
3. Dari tinggkat kepuasan yang dirasakan oleh anggota.

Partisipasi Masyarakat
Menurut Cohen dan Uphoff (1977) dalam Kartasubrata (1986), partisipasi
adalah istilah deskriptif yang mencakup berbagai kegiatan dan situasi yang
beraneka ragam karena besar sekali kemungkinan terjadinya kesalahpahaman
tentang sebab dan akibat, ruang lingkup dan penyebarannya.
Menurut Slamet dalam Kartasubrata (2002), mengemukakan bahwa
syarat- syarat yang diperlukan untuk berpartisipasi rakyat dapat dikelompokkan
dalam tiga golongan :
1. Ada kesempatan untuk membangun / untuk ikut dalam pembangunan.
2. Kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan itu.
3. Ada kemauan untuk berpartisipasi.
Dimensi

partisipasi

mencakup

jenis

partisipasi

yang

sedang

diselenggarakan, kelompok-kelompok perorangan yang terlibat dalam partisipasi
tersebut dan berbagai cara bagaimana terjadinya proses partisipasi tersebut.
Sedangkan kontek partisipasi berfokus pada hubungan antara ciri-ciri proyek
pembangunan pedesaan dan pola-pola partisipasi yang ada dalam lingkungan
daerah lokasi proyek.
Menurut Delli Priscolli (1997) dalam Suporahardjo (2005), nilai inti dari
partisipasi adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat harus punya suara dalam keputusan tentang tindakan yang
mempengaruhi kehidupan mereka.
2. Partisipasi masyarakat meliputi jaminan bahwa kontribusi masyarakat
akan mempengaruhu keputusan.
3. Proses partisipasi masyarakat mengkomunikasikan dan memenuhi
kebutuhan proses semua partisipasi.
4. Proses partisipasi masyarakat berupaya dan memfasilitasi keterlibatan
mereka yang berpontensi untuk berpengaruh.
5. Proses partisipasi melibatkan partisipasi dalam mendefinisikan bagaimana
berpartisipasi .
6. Proses partisipasi masyarakat mengkomunikasikan kepada partisipan
bagaimana input mereka digunakan atau tidak digunakan.

7. Proses partisipasi masyarakat memberi partisipasi informasi yang mereka
butuhkan dengan cara yang bermakna.
Menurut Ndraha (1990) dalam Yumi (2002), partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan dapat di pilahkan sebagai berikut : (1) partisipasi dalam /
melalui kontak dengan pihak lain sebagai titik awal perubahan sosial, (2)
partispasi dalam memperhatikan / menyerap dan memberikan tanggapan terhadap
informasi,

baik

dalam

arti

menerima

(mentaati,

memenuhi,

melaksanakan),menerima dengan syarat ataupun dalam arti menolaknya, (3)
partisipasi dalam perencanaan termasuk pengambilan keputusan, (4) partisipasi
dalam pelaksanaan operasional, (5) partisipasi dalam menerima, memelihara, dan
mengembangkan hasil pembangunan dan (6) partisipasi dalam menilai
pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai tingkat pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan rencana dan tingkatan hasilnya dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Menurut Pujo (2002) pada kegiatan PMDH, masyarakat belum terlibat
dengan baik pada semua tahap kegiatan bahkan pada tahap perencanaan dan
pengendalian tingkat keterlibatannya masih rendah. Hal ini menunjukan bahwa
aspek perencanaa dan pengendalian kegiatan belum sepenuhnya melibatkan
masyarakat.
Pada kegiatan PHBM, masyarakat juga belum terlibat baik pada semua
tahapan kegiatan. Walaupun demikian telah menunjukkan intensitas yang lebih
baik jika dibandingkan pada Program PMDH. Masyarakat pada umumnya
berpartisipasi pada kegiatan yang dirasa memberikan manfaat langsung pada
mereka yaitu pada tahap pelaksanaan dan pemanfaatan hasil

Kolaborasi dalam Pengelolaan Hutan

Menurut Gray (1989) dalam Suporahardjo (2005), kolaborasi adalah suatu
proses di mana dua stakeholder atau lebih yang berbeda kepentingan dalam satu
persoalan yang sama menjajagi dan bekerja melalui perbedaan–perbedaan untuk
bersama- sama mencari pemecahan bagi keuntungan bersama.

Menurut Wondolleck dan Yaffee (2000) dalam Suporahardjo (2005),
perkembangan pendekatan kolaborasi mulai muncul sebagai respon atas tuntutan
kebutuhan akan manajemen pengelolaan sumberdaya yang baru, yang demokratis,
lebih mengakui perluasan yang lebih besar atas dimensi manusia dalam mengelola
pilihan-pilihan, mengelola ketidakpastian, dan membangun kesepahaman,
dukungan, kepemilikan atas pilihan-pilihan bersama.
Pengelolaan

hutan

secara

kolaboratif

dapat

dipandang

sebagai

pengembalian kekuasaan yang lebih besar kepada masyarakat lokal dan
pengakuan otoritas manajemen mereka secara formal.
Pada pengelolaan hutan berbasis masyarakat terdapat satu tantangan untuk
membangun dan memelihara proses kolaborasi dalam tahap perencanaan dan
pelaksanaan inisiatif. Komitmen suatu kelompok untuk berkolaborasi tergantung
pada persepsi bahwa kesepakatan di antara stakeholder akan memberikan hasil
yang positif bagi anggotanya. Menurut Katherine et al (2002) dalam Suporahardjo
(2005), hasil positif itu meliputi :
1. Keuntungan materiil.
2. Pengakuan masa pemakaian dan hak penggunaan.
3. Bertambahnya identitas budaya.
4. Pencapaian kepentingan jangka pendek dan jangka panjang.
Menurut Gray (1989) dalam Suporahardjo (2005), lima ciri penting yang
menentukan proses kolaborasi meliputi :
1. Membutuhkan keterbukaan karena dalam kolaborasi antara stakeholder
harus saling memberi dan menerima untuk menghasilkan solusi bersama.
2. Menghormati perbedaan dan menjadikan sumber potensi kreatif untuk
membangun kesepakatan.
3. Peserta dalam kolaborasi secara langsung bertanggung jawab untuk
pencapaian kesepakatan tentang jalan keluar.
4. Membutuhkan satu jalan keluar yang disepakati untuk arahan interaksi
diantara stakeholder dimasa depan.
5. Membutuhkan kesadaran bahwa kolaborasi adalah suatu proses dari pada
sebagai resep.

Walaupun pendekatan kolaborasi telah memberikan kesuksesan dan
manfaat dalam menyelesaikan masalah, tapi dalam perjalanannya terdapat kendala
sebagai keterbatasan dari pendekatan kolaborasi. Menurut Gray (1989) dalam
Suporahardjo (2005), beberapa kendala dalam kolaborasi, yaitu :
1. Komitmen

kelembagaan

tertentu

menimbulkan

disinsentif

untuk

berkolaborasi.
2. Sejarah hubungan yang dicirikan oleh interaksi permusuhan yang telah
berlangsung lama diantara dua pihak.
3. Dinamika perkembangan tingkat kemasyarakatan (pendekatan kolaborasi
lebih sulit dipraktekkan ketika kebijakan rendah sekali perhatiannya dalam
mempertimbangakan alokasi sumberdaya langka).
4. Perbedaan persepsi atas resiko.
5. Kerumitan yang bersifat teknis
6. Budaya kelembagaan dan politik.

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Pemikiran
Anggota lembaga masyarakat desa hutan terdiri dari berbagai tingkat
umur, tingkat pendidikan, luas lahan andil dan tingkat kekosmopolitan yang
berbeda beda, sehingga dari sini dapat melihat kedinamisan lembaga masyarakat
desa hutan.
Untuk mengukur tingkat kedinamisan kelompok dapat di lihat berdasarkan
variabel yang ada yaitu tujuan kelompok, struktur kelompok, serta efektivitas
kelompok. Dengan semakin dinamisnya kelompok diharapkan akan berdampak
pada tingkat partisipasi lembaga masyarakat desa hutan pada Program
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat.
Pada tingkat partisipasi dapat dilihat dari tahapan–tahapan dalam
partisipasi yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemanfaatan hasil
serta tahap pengendalian program. Jika semakin sering partisipasi lembaga
masyarakat desa hutan pada tahap–tahap partisipasi tersebut, maka dapat di
indikasikan bahwa kolaborasi dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat dapat berjalan dengan baik dan optimal.
Untuk melihat kegiatan-kegiatan partisipatif secara kualitatif dilakukan
observaasi dan wawancara bebas. Dengan demikian diharapkan dapat ditangkap
persepsi masyarakat sekitar hutan tentang makna dan ruang lingkup kolaborasi
dalam PHBM.
Secara skematis, faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan hutan
kolaboratif sebagai kerangka kerja penelitian digambarkan seperti terdaji pada
Gambar 1.

Aspek – aspek dinamika kelompok:
• Tujuan kelompok
• Struktur kelompok
• Efektivitas kelompok

Partisipasi dalam
tahap perencanaan

Partisipasi dalam
tahap pemanfaatan

Partisipasi Lembaga
Masyarakat Desa Hutan
Partisipasi dalam
tahap pelaksanaan

Partisipasi dalam
tahap evaluasi atau
monitoring

Pembagian Peran
dan Tanggungjawab
Perhutani dan Petani

Tujuan Bersama
Perhutani dan Petani

Kolaborasi Pengelolaan
Kapasitas Masingmasing Pihak
Perhutani dan Petani
Pentingnya Resiko

Hutan Bersama Masyarakat

Saling Percaya
(Trust) Perhutani
dan Petani
Hasil dari PHBM

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Efektivitas Kolaborasi antara Perum Perhutani
dengan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan

Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Faktor internal
Faktor internal anggota adalah ciri-ciri pribadi anggota yang diduga sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi kedinamisan suatu kelompok tani hutan,
yang meliputi :
1. Umur adalah usia anggota yang tergabung dalam kelompok tani hutan
yang dihitung sejak kelahirannya dan dikategorikan menjadi muda (≤ 51
tahun), menengah (52 -63tahun) dan tua (≥ 64 tahun)
2. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang terakhir
ditempuh responden dan pendidikan informal (kursus / pelatihan) yang
pernah diikuti responden dan dikategorikan menjadi rendah (SD), sedang
(SLTP) dan tinggi (SMU)
3. Luas lahan andil adalah jumlah satuan hamparan tanah garapan hasil dari
andil dan dikategorikan menjadi sempit (< 0.1 Ha), sedang (0.1 – 0.5 ha),
dan luas (> 0.5 Ha).
5. Kekosmopolitan adalah sifat anggota kelompok yang selalu mencari
informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan Program PHBM yang di
tentukan berdasarkan frekuensi aktivitas anggota kelompok melakukan
kunjungan ke luar kelompoknya, menghadiri pertemuan resmi atau tidak
resmi, melakukan kunjungan pribadi kepada pimpinan formal dan
pimpinan non formal serta banyaknya sumber informasi yang di peroleh
anggota kelompok dan dikategorikan menjadi tinggi (kegiatan berkunjung,
menghadiri pertemuan > 3 kali / bulan dan memiliki sumber informasi > 3
jenis), sedang (kegiatan berkunjung dan menghadiri pertemuan 2-3 kali /
bulan dan memiliki sumber informasi 2 – 3 jenis ), dan rendah (kegiatan
berkunjung dan menghadiri pertemuan 1 kali / bulan dan memiliki sumber
informasi 1 jenis).

Aspek-aspek dinamika kelompok
Aspek-aspek dinamika kelompok

adalah faktor-faktor yang menjadikan

kelompok tersebut mengalami kedinamisan
1. Tujuan kelompok yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok, apakah
tujuan itu sesuai dengan tujuan anggota, formal atau tidak formal, jelas
atau tidak jelas, karena kedinamisan kelompok akan tercapai jika sesuai
dengan tujuan individu.
2. Struktur kelompok adalah bagaimana kelompok tersebut mengatur dirinya
sendiri.
3. Efektivitas kelompok merupakan keberhasilan kelompok dalam mencapai
tujuan.

Partisipasi kelompok tani hutan dalam Program PHBM
Partisipasi

masyarakat

dalam

kegiatan

Program

PHBM

adalah

keikutsertaan masyarakat yang termasuk dalam kelompok tani hutan yang
meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Perencanaan PHBM adalah proses pengambilan keputusan yang rasional
dalam kegiatan PHBM dan dikategorikan rendah (tidak pernah terlibat),
sedang (jarang terlibat), dan tinggi (sering terlibat).
2. Pelaksanaan PHBM adalah kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan
kegiatan PHBM yang telah direncanakan dikategorikan rendah (tidak
pernah terlibat), sedang (jarang terlibat), dan tinggi (sering terlibat).
3. Pemanfaatan hasil PHBM adalah pembagian hasil usaha dari kegiatan
dalam kegiatan PHBM dikategorikan rendah (tidak pernah terlibat),
sedang (jarang terlibat), dan tinggi (sering terlibat).
4. Monitoring atau evaluasi PHBM adalah kegiatan yang mengarah pada
evaluasi hasil dari Program PHBM dikategorikan rendah (tidak pernah
terlibat), sedang (jarang terlibat), dan tinggi (sering terlibat).

Kolaborasi antara Perum Perhutani dan petani hutan
1. Faktor tujuan bersama adalah apakah tujuan yang akan di capai dengan
adanya kolaborasi antara Perum Perhutani dan petani hutan dengan kriteria

apa tujuan PHBM dan kesesuai tujuan PHBM dengan individu dan
kelompok dikategorikan tidak jelas (persentase < 25 %), cukup jelas
(persentase > 25 %), dan jelas (persentase > 50 %).
2. Faktor saling percaya (trust) adalah bagaimana kepercayaan antara Perum
Perhutani dan petani hutan dalam membangun kolaborasi dengan kriteria
apakah sesuai antara ucapan dan tindakan Perum Perhutani dalam Program
PHBM serta keyakinan petani terhadap kemampuan Perum Perhutani
dalam melaksanakan Program PHBM dikategorikan rendah (persentase <
25 %), sedang (persentase > 25 %), dan tinggi (persentase > 50 %).
3. Faktor pembagian peran dan tanggungjawab adalah bagaimana peran dan
tanggungjawab diantara dua belah pihak selama ini dalam membangun
kolaborasi dengan kriteria kejelasan peranan petani dan Perum Perhutani
selama ini dalam pelaksanaan Program PHBM dikategorikan tidak jelas
(persentase < 25 %), cukup jelas (persentase > 25 %), dan jelas (persentase
> 50 %).
4. Faktor kapasitas masing-masing pihak adalah bagaimana kemampuan
kedua belah pihak dalam masalah manajemen PHBM dan ketersediaan
SDM dengan kriteria jumlah sumberdaya yang ada serta keberadaan
kontrak kerja terhadap

kelangsungan Program PHBM dikategorikan

rendah (persentase < 25 %), sedang (persentase > 25 %), dan tinggi
(persentase > 50 %).
5. Faktor hasil dari PHBM adalah bagaimana menurut pandangan kedua
belah pihak dari hasil yang diperoleh dari Program PHBM dengan kriteria
keamanan hutan, peningkatan pendapatan serta keinginan dalam
melanjutkan Program PHBM dikategorikan tidak mendukung (persentase
< 25 %), cukup mendukung (persentase > 25 %), dan mendukung
(persentase > 50 %).
6. Faktor pentingnya resiko adalah bagaimana penyelenggaraan permodalan
dalam pelaksanaan Program PHBM dengan kriteria pendanaan dari Perum
Perhutani serta tindakan jika usaha petani mengalami kegagalan
dikategorikan tidak jelas (persentase < 25 %), cukup jelas (persentase > 25
%), dan jelas (persentase > 50 %).

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survai. Data dikumpulkan dari
responden dengan menggunakan kuisioner, dimana pemilihan Lembaga
Masyarakat Desa Hutan dilakukan secara purposive sampling dengan dasar
pemilihan LMDH adalah sudah berdiri cukup lama, yaitu ketika Program PHBM
baru dilaksanakan di KPH Madiun dan KPH Nganjuk dan kegiatan kedua LMDH
telah menunjukkan hasil dan sudah dapat dinikmati oleh anggotanya.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Unit II
Jawa Timur. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni 2006. Dasar
pemilihan KPH Madiun adalah Program PHBM telah berjalan sejak tahun 2002
dengan kondisi hutan jati yang masih bagus dan KPH Nganjuk adalah Program
PHBM telah berjalan sejak tahun 2003 dengan kondisi hutan jati yang cukup
bagus

Jenis Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data primer dan
sekunder dari sasaran penelitian. Data primer meliputi keadaan umum responden
yang diambil melalui wawancara dan kuesioner. Sedangkan data sekunder
meliputi keadaan lingkungan biofisik tempat penelitian dan data lain yang relevan
dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
1. Teknik Observasi, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan langsung terhadap objek peneliti.
2. Teknik Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan
wawancara dengan responden serta pihak-pihak yang terkait dengan
menggunakan kuisioner.

3. Studi Pustaka, yaitu cara pemgumpulan data dengan cara mempelajari
literatur, laporan, karya ilmiah dan hasil penelitian yang ada hubungannya
dengan penelitian.

Metode Pengambilan Contoh
Pemilihan responden sebagai unit contoh dilakukan secara acak dimana
dari MPSDH Wana Lestari diambil sebanyak 30 orang responden dari 80 anggota
dan LMDH Argo Mulyo diambil 30 orang responden dari 239 anggota.
Sedangkan dari Perhutani dilakukan secara purposive sampling dengan responden
masing-masing sebanyak 3 orang.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data penelitian ini meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Data
dan informasi disajikan dalam bentuk Tabel Frekuensi, Tabulasi Silang dan
dibahas secara deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan
sifat data yang terkumpul.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun
Letak
Secara geografis KPH Madiun terletak diantara garis Lintang Selatan 70
30” s/d 70 50” dan 40 30” s/d 40 50” BT dengan baris batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara

: KPH Saradan

- Sebelah Timur

: KPH Saradan dan Lawu Ds

- Sebelah selatan

: KPH Lawu Ds.

- Sebelah Barat

: KPH Lawu Ds dan Ngawi

Sedangkan secara administratif, KPH Madiun berada di Daerah Kabupaten
Madiun, Ponorogo, dan Magetan.

Luas dan Iklim
Luas Kawasan Hutan KPH Madiun adalah 31.229,2 Ha dengan rincian
Klas Perusahaan Jati 27.528,2 Ha dan Klas Perusahaan Kayu Putih 3.701,1 Ha
yang dibagi menjadi 4 (Empat) Bagian Hutan yaitu :
- Bagian Hutan Caruban

: 11.999,4 Ha

- Bagian Hutan Pagotan

: 4.076,0 Ha

- Bagian Hutan Ponorogo Timur

: 6.260,3 Ha

- Bagian Hutan Ponorogo Barat

: 8.893,5 Ha

Jumlah

: 31.229,2 Ha

Sebagian besar jenis tanah dikawasan hutan KPH Madiun untuk SKPH
Madiun Utara terdiri dari Mediterane Coklat Kemerahan dan Litosol Coklat
Kemerahan, sedangkan diwilayah SKPH Madiun Selatan terdiri dari jenis Aluvial
Kelabu Tua, Glel humus dan Mediterania Coklat Kemerahan. Berdasarkan
pembagian iklim Scmith Ferguson KPH Madiun termasuk Tipe iklim C dengan
nilai Q = 59 % untuk SKPH Madiun Utara dan Q = 51 % untuk SKPH Madiun
Selatan. Curah hujan pada lima tahun terakhir antara 1.492 – 1.828 mm/th dengan
hujan rata-rata 1.660 mm / th. Ketinggian tempat KPH Madiun berada diantara 60
– 150 m dpl dan suhu berkisar antara 230c – 370

Pembagian Wilayah
KPH Madiun dibagi menjadi 2 SKPH yaitu SKPH Madiun Utara dan
SKPH Madiun Selatan, masing-masing dibagi menjadi beberapa BKPH dengan
pembagian sebagai berikut :
I. SKPH Madiun Utara
Membawahi 6 (Enam) BKPH yaitu :
1. BKPH Brumbun

: 1.756,2 Ha

2. BKPH Caruban

: 3.316,8 Ha

3. BKPH Dagangan

: 2.240,4 Ha

4. BKPH Dungus

: 3.456,9 Ha

5. BKPH Mojorayung

: 2.833,5 Ha

6. BKPH Ngadirejo

: 2.238,5 Ha

Jumlah

: 16.075,4 Ha

II. SKPH Madiun Selatan
Membawahi 5 (Lima) BKPH yaitu :
1. BKPH Bondrang

: 2.925,5 Ha

2. BKPH Pulung

: 2.207,4 Ha

3. BKPH Sampung

: 3.613,5 Ha

4. BKPH Sukun

: 3.701,1 Ha

5. BKPH Somoroto

: 2.538,6 Ha

Jumlah

: 15.153,8 Ha

Pengembangan Desa Hutan
Tingkat kemampuan suatu desa dalam penyelenggaraan pemerintahan
yang berkaitan dengan sosial ekonomi, dinyatakan pengembangan desanya
dengan status Swakarya, Swadaya, dan Swasembada. Desa-desa di lingkungan
kawasan hutan KPH Madiun pada umumya mempunyai kategori Desa
Swasembada sehingga dengan kondisi tersebut, akan memudahkan dalam
kegiatan pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat sekitar hutan.

Kependudukan
Jumlah penduduk dalam kecamatan yang masuk dalam wilayah kerja KPH
Madiun adalah : 804.789 orang yang terdiri dari 393.121 laki-laki dan 411.667
perempuan. Untuk melihat kepadatan penduduk di sekitar hutan KPH Madiun
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Sekitar Hutan KPH Madiun
No
Kecamata