Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Bank Umum Syariah Di Indonesia (Periode 2009-2013)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
VOLUME PEMBIAYAAN BAGI HASIL BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2009-2013

DESSYANA MULIANINGTYAS

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis FaktorFaktor yang Memengaruhi Volume Pembiayaan Bagi Hasil Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia periode 2009-2013 adalah benar karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Dessyana Mulianingtyas
NIM H54110025

ABSTRAK
DESSYANA MULIANINGTYAS. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Bank Umum Syariah di Indonesia
(Periode 2009-2013). Dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO dan DENI
LUBIS
Pembiayaan bagi hasil menempati urutan kedua dalam sistem pembiayaan
yang disalurkan oleh perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis gambaran pembiayaan berbasis bagi hasil serta faktor-faktor
yang memengaruhi volume pembiayaan berbasis bagi hasil Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia periode tahun 2009-2013. Metode yang digunakan adalah
metode analisis data panel dengan model estimasi terbaik yaitu fixed effect model
(FEM). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel total aset, pendapatan
bagi hasil, dan jumlah uang beredar berpengaruh positif signifikan terhadap

volume pembiayaan bagi hasil BUS, sedangkan CAR dan NPF berpengaruh
negatif terhadap volume pembiayaan bagi hasil BUS. Variabel FDR dan inflasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil
pada BUS di Indonesia selama periode penelitian.
Kata kunci: Internal perbankan, makroekonomi, metode panel data, mudharabah,
musyarakah.
ABSTRACT
DESSYANA MULIANINGTYAS. Determinants of profit loss sharing financing
in Islamic Banking Indonesia from 2009 to 2013. Supervised byNUNUNG
NURYARTONO and DENI LUBIS
Profit Loss Sharing (PLS) is the second rank in the system of financing provided
by islamic banks in Indonesia. This study aimed to analyze the overview of PLSbased financing as well as the factors that affect the volume of PLS-based
financing of Islamic commercial bank in Indonesia in the period 2009-2013. Panel
data analysis methods with the best estimation model used in this research is the
fixed effect model (FEM). The regression analysis showed that variables of total
assets, income from PLS, and the money supply has significant impact positively
on the financing for PLS of Islamic banks, while CAR and NPF adversely affect
the PLS of financing for Islamic commercial bank. FDR and inflation variables
does not significantly influence the volume of financing for PLS-based of Islamic
commercial bank in Indonesia during the study period.

Keywords: Internal banking, macroeconomics, panel data method, mudharabah,
musyarakah.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
VOLUME PEMBIAYAAN BAGI HASIL BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2009-2013

DESSYANA MULIANINGTYAS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “Analisis
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Pembiayaan Bagi Hasil Bank Umum
Syariah (BUS) Indonesia Periode 2009-2013”. Shalawat serta salam selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi tauladan bagi
umatnya. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis faktorfaktor apa saja yang memengaruhi volume pembiayaan bagi hasil BUS di
Indonesia periode 2009-2013 Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga penulis atas kasih sayang,
dukungan, doa yang senantiasa diberikan. Selain itu penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. R Nunung Nuryartono, M. Si dan Deni Lubis, S. Ag, M.A sebagai dosen
pembimbing skripsi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
2. Dr. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama dan Heni Hasanah,
SE, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan
banyak saran untuk penyempurnaan skripsi ini.
3. Dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM
IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuanya kepada penulis.

4. Teman-teman satu bimbingan Mico, Pristi, Alfi, Laung, dan Ulfah.
5. Ibu Cahyani Farida beserta anak lelakinya Gusti Adi Nirwansyah yang selalu
memberikan semangat tiada henti.
6. Kakak kelas tercinta Uke Tri Evasari dan Muhammad Fazrie atas segala
bantuan, dukungan, semangat dan suka duka selama memberikan bimbingan.
7. Keluarga W11 (Rachma, Niki, Mpit, Mimin, Memet, Mendut), keluarga
Pejuang Jodoh (Mimi, Dina, Syifa, Balistik, Fajrin, Yulya), keluarga KKP
Cibitung (Idham, Tia, Gina, Dian , Mamat, dan Dian)
8. Semua rekan-rekan Ekonomi Syariah 48 dan rekan organisasi HIPOTESA
2013 dan 2014 serta Pensiunan LABLE (ririn, randy, ina, yulya, anna, wita,
fathya, irman, teti) atas kerjasama dan pembelajaranya.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi
perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Dessyana Mulianingtyas

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

4


Bank Syariah

4

Pembiayaan dan Kredit

4

Pembiayaan Bagi Hasil

5

Total Aset

6

Pendapatan Bagi Hasil

6


Inflasi

6

Jumlah Uang Beredar

7

Rasio Keuangan

7

Non Performing Financing (NPF)

8

Capital Adequacy Ratio (CAR)

8


Financing to Deposit Ratio (FDR)

9

Penelitian Terdahulu

9

Kerangka Pemikiran

11

Hipotesis

11

METODE PENELITIAN

11


Jenis dan Sumber Data

11

Metode Analisis

12

Analisis Deskriptif

12

Data Panel

12

Model Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square)

13

Model Efek Tetap (Fixed Effect)

13

Model Efek Acak (Random Effect)

14

Pengujian Hipotesis

15

Evaluasi Model

16

Perumusan Model
HASIL DAN PEMBAHASAN

17
18

Gambaran Umum Perbankan Syariah di Indonesia

18

Gambaran Umum Pembiayaan Bagi Hasil Bank Umum Syariah

19

Total Aset milik Bank

21

Pendapatan Bagi Hasil

22

Non Performing Financing (NPF)

22

Capital Adequacy Ratio (CAR)

23

Financing to Deposit Ratio (FDR)

24

Jumlah uang beredar (M2)

25

Inflasi

26

Hasil Estimasi Model dan Evaluasi Model

26

PEMBAHASAN

27

Uji Asumsi

27

Model

28

Indikator Kebaikan Model

28

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
pada Bank Umum Syariah di Indonesia
29
SIMPULAN DAN SARAN

32

Simpulan

32

Saran

32

DAFTAR PUSTAKA

32

LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

38

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Tabel 1 Data dan sumber data yang digunakan
Tabel 2 Hasil uji Chow
Tabel 3 Hasil uji Hausman
Tabel 4 Hasil estimasi panel data menggunakan model fixed effect GLS
weight: Cross Section Weight
Tabel 5 Hasil uji t

12
26
27
27
29

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Grafik pembiayaan berdasarkan sektor riil BUS dan UUS 2009-2014
Komposisi Pembiayaan yang diberikan bank Umum Syariah dan Unit
Kerangka pemikiran
Pertumbuhan pembiayaan bagi hasil Bank Umum Syariah di Indonesia
Pertumbuhan Total Aset Bank umum Syariah di Indonesia
Pendapatan Bagi Hasil Bank Umum Syariah di Indonesia
Pertumbuhan NPF Bank Umum Syariah di Indonesia
Pertumbuhan CAR Bank Umum Syariah di Indonesia
Pertumbuhan FDR Bank Umum Syariah di Indonesia
Pertumbuhan jumlah uang beredar (M2) Bank Umum Syariah di
Indonesia
11 Pertumbuhan Inflasi Bank Umum Syariah di Indonesia

1
2
10
20
21
22
23
24
24
25
26

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Hasil output E views 6
Hasil uji Normalitas
Hasil uji korelasi
Data variabel dependen dan independen

35
36
36
37

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perekonomian suatu negara dibangun atas dua sektor, yaitu sektor riil dan
sektor moneter. Sektor riil meliputi sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor
manufaktur dan jasa, sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor
perbankan. Perbankan syariah merupakan sistem perbankan yang berdasarkan
pada prinsip-prinsip syariah Islam berlandaskan pada Al-Quran dan Hadist yang
identik dengan bagi hasil (Soemitra 2010).
Perbankan syariah di Indonesia mengalami pertumbuhan dilihat dari total
aset, dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan. Data Bank Indonesia
(2014) menyebutkan pertumbuhan aset bank syariah hingga akhir 2014
meningkat sebesar 1.12% dengan nilai total aset sebesar Rp 272.3 triliun
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 242.3 triliun. Dana pihak ketiga
mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 217.8 triliun dibandingkan dengan
tahun sebelumnya sebesar Rp 188.6 triliun, dibandingkan dengan tahun 2012
pembiayaan pada tahun 2014 juga mengalami peningkatan sebesar 1.08% atau
sebesar Rp 199.3 triliun.

184.1

199.3

147.5
102.7
68.2
46.8

2009

Triliun rupiah

2010

2011

2012

2013

2014

Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI 2014

Gambar 1 Pembiayaan untuk sektor riil Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) 2009-2014
Porsi Pembiayaan BUS dan UUS untuk sektor riil mengalami peningkatan
setiap tahunnya terlihat pada Gambar 1. Pembiayaaan yang diberikan BUS dan
UUS tersebut terdiri dari beberapa akad, yaitu akad mudharabah, musyarakah,
murabahah, istishna, ijarah dan qardh. Komposisi pembiayaan yang diberikan
BUS dan UUS dapat dilihat pada Gambar 2.

2
bagi hasil

9.74 10.19

10.05

7.51
7.17

jual beli

pinjaman

10.94

10.54

10.28

9.46

8.46

sewa (%)

11.38
10.53
9.4

11.61
10.88
8.9

8.25

9.1 9.25

1.75

2009

2010

2011

2012

2013

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, 2013

Gambar 2 Komposisi pembiayaan yang diberikan BUS dan UUS 2009-2013
Selama tahun 2009 hingga 2013 pembiayaan bagi hasil merupakan
pembiayaan kedua tertinggi yang disalurkan oleh bank. Pembiayaan murabahah
(jual beli) masih menempati peringkat tertinggi, meskipun akad ini masih
memiliki kelemahan pada indeks operasional penerapan murabahah khususnya
terkait dengan biaya-biaya. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengatakan
bahwa tujuan bank syariah adalah mendorong dan mempercepat kemajuan
ekonomi suatu negara melalui sektor riil melalui pembiayaan berbasis bagi hasil
(Sjahdeini 2014).
Sebagian besar ulama sependapat bahwa bank syariah merupakan bank yang
berprinsip utama bagi hasil sehingga pembiayaan bagi hasil seharusnya lebih
diutamakan dan dominan dibandingkan dengan pembiayaan non bagi hasil. Selain
merupakan esensi pembiayaan syariah, pola pembiayaan bagi hasil lebih cocok
dalam menggiatkan sektor riil karena meningkatkan hubungan langsung dan
pembagian risiko antara investor dengan pengusaha (Ascarya 2014).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zulfikar (2014) menyebutkan
bahwa variabel total aset dan pendapatan bagi hasil berpengaruh signifikan
terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Rasio keuangan juga menjadi variabel
yang turut memengaruhi besarnya volume pembiayaan murabahah pada Bank
Umum Syariah, hal ini dikemukakan dalam penelitian Lestari (2014).
Latar belakang di atas menjadikan penelitian ini sangat penting dilakukan
untuk menganilisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap volume pembiayaan
berbasis bagi hasil pada perbankan syariah yang sampai saat ini masih belum bisa
menjadi pembiayaan utama pada perbankan syariah di Indonesia.
Perumusan Masalah
Pembiayaan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan
bank. Dana bank akan bertambah dengan sendirinya sejalan dengan perolehan
keuntungan berupa nisbah bagi hasil yang didapatkan melalui pembiayaaan.
Nisbah bagi hasil dalam perbankan syariah merupakan sebuah istilah yang

3
menunjukkan proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank. Porsi pembiayaan bagi
hasil yang masih rendah yakni sebesar 29.05% dari total pembiayaan yang
disalurkan BUS menunjukkan bahwa perbankan syariah belum mencerminkan
core business yang sesungguhnya.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi bank dalam menyalurkan
pembiayaan. Dana Pihak Ketiga (DPK) bukanlah satu-satunya variabel yang
memengaruhi penawaran pembiayaan pada perbankan, tetapi juga dipengaruhi
oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu
sendiri yang bisa dilihat dari laporan keuangan yang dikeluarkan oleh bank yang
bersangkutan. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum perkembangan pembiayaan bagi hasil BUS di
Indonesia?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume pembiayaan berbasis bagi
hasil BUS di Indonesia?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan gambaran umum perkembangan pembiayaan berbasis bagi hasil
BUS di Indonesia
2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume
pembiayaan berbasis bagi hasil BUS di Indonesia
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan maupun menggunakan pembiayaan berbasis bagi hasil di BUS
2. Bagi bank syariah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi bagi BUS
sebagai bahan evaluasi terhadap penawaran produk-produk bagi hasil
3. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana penerapan dan
implementasi teori-teori yang diterima pada saat kuliah serta mampu
memberikan gambaran mengenai keadaan minat pasar terhadap pembiayaan
syariah dan dapat memberikan manfaaat bagi penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Fokus pada penelitian ini adalah delapan BUS di Indonesia pada periode
tahun 2009 hingga tahun 2013. Periode tersebut dipilih berdasarkan pada
kelengkapan data berdasarkan variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Delapan bank tersebut adalah Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Muamalat
Indonesia, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Central Asia Syariah, Bank
Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank Panin
Syariah.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang dalam mejalankan usahanya berdasarkan
pada prinsip hukum atau syariah islam dengan mengacu pada Al-Quran dan hadist
Nabi Muhammad SAW. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank syariah memiliki fungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
titipan dan investasi dari pihak pemilik dana. Fungsi lainnya adalah menyalurkan
dana dari masyarakat dalam bentuk jual beli maupun kerja sama usaha (Ismail
2010).
Perbankan syariah didirikan berdasarkan alasan filosofis dan praktek, seperti
adanya larangan riba dalam transaksi keuangan maupun non keuangan serta
adanya kelemahan pada sistem berbasis bunga atau konvensional. Menurut UU
No. 21 Tahun 2008 asas dari kegiatan usaha perbankan adalah prinsip syariah,
demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Yang dimaksud dengan berasaskan
prinsip syariah adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung riba, maisir, gharar,
objek haram dan menimbulkan kezaliman. Sedangkan yang dimaksud dengan
berasaskan demokrasi ekonomi adalah kegiatan usaha yang mengandung nilai
keadilan, kebersamaan, pemerataan dan kemanfaatan (Noor 2002)
Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki
orientasi pencapaian kesejahteraan. Beberapa kegiatan yang dinyatakan sesuai
dengan syariah adalah pembiayaan betdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual
beli barang dengan keuntungan (murabahah) ataupun pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), ataupun dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh
pihak lain (ijarah wa iqtina).
Pembiayaan dan Kredit
Bank syariah tidak menggunakan istilah pinjaman atau kredit yang identik
dengan bunga dalam aktifitas usahanya, melainkan menggunakan istilah
pembiayaan. Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan oleh lembaga pembiayaan seperti
bank syariah kepada nasabah (Muhammad 2005)
Menurut Ismail (2010) berdasarkan prinsip syariah pembiayaan merupakan
penyediaan uang atau tagihan untuk pihak yang dibiayai yang diberikan oleh bank
berdasarkan kesepakatan kedua pihak dan pihak yang dibiayai diwajibkan untuk
mengembalikan uang tersebut setelah jangka waktu yang ditentukan dengan
imbalan bagi hasil. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan
oleh pemilik dana kepada pengguna dana didasari pada kepercayaan, berbeda
dengan kredit yang diberikan oleh bank konvensional. Pembiayaan yang

5
dijalankan oleh bank syariah tidak mendapatkan return dalam bentuk bunga,
tetapi dalam bentuk lain sesuai dengan akad-akad yang disediakan bank syariah.
Dalam pelaksanaan pembiayaan, bank syariah harus memenuhi aspek syar’i
dan aspek ekonomi. Aspek syar’i, berarti dalam setiap realisasi pembiyaan kepada
para nasabah, bank syariah harus tetap berpedoman pada syariat islam antara lain
tidak mengandung unsur maisir, gharar, dan riba serta bidang usahanya harus
halal. Aspek ekonomi, berarti disamping mempertimbangkan hal-hal syariah bank
syariah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank syariah
maupun bagi nasabahnya.
Secara garis besar, produk pembiayaan syariah dapat disimpulkan dengan
menggunakan empat pola berbeda, yaitu;
1. Pembiayaan berdasarkan pola bagi hasil dengan akad mudharabah dan
musyarakah
2. Pembiayaan berdasarkan pola jual beli dengan akad murabahah, salam, dan
istishna
3. Pembiayaan berdasarkan pola pinjaman dengan akad qardh
4. Pembiayaan berdasarkan penyewaan barang dan jasa kepada nasabah dengan
akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk akad ijarah muntahiyah bit tamlik.
Pembiayaan Bagi Hasil
Islam membangun masyarakat berdasarkan kejujuran dan keadilan dengan
melarang riba. Hal ini didasarkan pada firman Allah “……Dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak
menganiaya dan tidak pula dianiaya” (QS 2:279). Pembagian keuntungan adalah
sah dan diterima sebagai fondasi untuk pengembangan dan implementasi
perbankan syariah. Pemilik modal berhak mendapatkan bagian dari keuntungan
usaha yang dihasilkan oleh pelaksana usaha sesuai dengan risiko atas usaha yang
dijalankan. Bagi hasil diperbolehkan dalam islam karena dalam bagi hasil yang
ditetapkan sebelumnya adalah nisbah bagi hasil bukan tingkat keuntungan yang
disepakati sebelumnya atas penggunaan uang.
Ada dua macam skim pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang
diterapkan dalam perbankan syariah di Indonesia:
Pembiayaan Mudharabah
Bank syariah dan nasabah bekerja sama dalam bentuk kemitraan. Bank
syariah menyediakan seluruh dana yang dibutuhkan untuk membiayai proyek
investasi atau usaha kemitraan, baik untuk keperluan pembelian brang ataupun
modal kerja. Pengelolaan proyek investasi atau usaha kemitraan dilakukan
sepenuhnya oleh nasabah tanpa campur tangan bank. Sepanjang nasabah sebagai
pengelola proyek investasi atau usaha kemitraan beriktikad baik, maka apabila
terjadi kemacetan atas pembiayaan tersebut hanya bank syariah sendiri yang harus
menanggung risiko kehilangan dana yang digunakan untuk membiayai proyek
atau usaha kemitraan tersebut. Pada saat proyek kemitraan tersebut selesai
pengelola proyek atau usaha kemitraan akan mengembalikan modal kepada
penyedia modal berikut porsi keuntungan yang telah disetujui bersama
sebelumnya.
1.

6
Pembiayaan Musyarakah
Bank syariah dan nasabah bekerja sama dalam bentuk kemitraan seperti
halnya pada mudharabah. Namun bedanya adalah bahwa pada musyarakah yang
menyediakan dana untuk membiayai proyek investasi atau usaha kemitraan bukan
hanya bank tetapi juga nasabah. Bank diperkenankan turut dalam mengelola
proyek investasi atau usaha kemitraan tersebut. Untuk pembagian keuntungan
setiap pihak menerima bagian keuntungan secara proporsional sesuai kontribusi
modal masing-masing atau sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan
sebelumnya. Bila perusahaan mengalami kerugian, maka kerugian itu dibebankan
secara proporsional kepada masing-masing pemberi modal.

2.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
Bank Umum Syariah di Indonesia
Total Aset
Aset merupakan manfaat ekonomis yang akan diterima pada masa
mendatang atau akan dikuasai oleh bank sebagai hasil dari transaksi suatu
kejadian (Purwanto Rakhmat Widyarti, Endang Tri 2011). Semakin tinggi nilai
total aset yang dimiliki oleh bank, semakin tinggi pula kredit atau pembiayaan
yang disalurkan. Dengan tingginya nilai aset, bank akan semakin mampu
memperbaiki struktur modal yang cukup untuk menjamin risiko dari penempatan
aset-aset produktif, salah satunya adalah pemberian pembiayaan dengan tujuan
mengahsilkan laba dari kegiatan investasi tersebut.
Pendapatan Bagi Hasil
Menurut Karim (2007) bagi hasil adalah bentuk return atau perolehan
kembali dari kontrak investasi dari waktu ke waktu tidak pasti dan tidak tetap.
Besarnya pendapatan bagi hasil tergantung pada hasil usaha yang benar-benar
terjadi. Jenis pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah)
bersifat natural uncertainty contract yang memiliki risiko tinggi dibandingkan
dengan jenis pembiayaan lainnya karena return yang diperoleh bank tidak pasti.
Oleh karena itu bank akan cenderung banyak menyalurkan pembiayaan berbasis
bagi hasil jika tingkat pendapatan atas bagi hasilnya tinggi dalam arti tidak lebih
kecil dari risiko yang mungkin terjadi.
Inflasi
Inflasi merupakan masalah ekonomi yang dominan selain permasalahan
pengangguran yang sudah sejak lama dihadapi oleh masyarakat di seluruh dunia
(Iswardono 1993). Case & Ray (2007) mengatakan inflasi adalah fenomena
peningkatan harga secara keseluruhan. Inflasi merupakan suatu kenaikan harga
yang terus menerus dari barang-barang dan jasa secara umum bukan satu macam
barang saja dan sesaat. Inflasi selalu menjadi target kebijakan pemerintah, karena
inflasi yang tinggi dapat menimbulkan ketidakstabilan pada perekonomian. Pada
suatu negara kestabilan ekonomi merupakan salah satu kondisi yang harus
terpenuhi dalam berlangsungnya pembangunan ekonomi. kestabilan ekonomi
tersebut dapat tercermin melalui terkendalinya laju inflasi (Kemenkeu 2014).

7
Indikator yang digunakan dalam mengukur tingkat inflasi adalah Indeks
Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Ketika
inflasi tinggi, harga barang dan jasa akan tinggi sehingga membuat konsumsi
masyarakat akan menurun dengan asumsi pendapatan masyarakat konstan. Untuk
tetap memenuhi kebutuhan masyarakat akan mencari alternatif pembiayaan.
Pembiayaan pada sektor riil yang dilakukan pemerintah salah satunya adalah
dengan cara pemberian kredit atau dalam perbankan syariah dikenal dengan istilah
pembiayaan melalui bank umum syariah kepada masyarakat untuk melakukan
usaha yang merangsang pertumbuhan ekonomi.
Jumlah Uang Beredar
Seluruh aspek kehidupan dalam peradaban modern saat ini sangat
dipengaruhi oleh uang. Bahan (material) uang yang beredar di masyarakat terbuat
dari logam dan kertas, menurut teori perbankan, jenis uang yang beredar di
masyarakat terdiri dari uang kartal dan uang giral. Uang kartal adalah jenis uang
yang dikeluarkan oleh BI sedangkan uang giral dikeluarkan oleh bank umum
(Sardjonopermono 1993).
Jumlah uang beredar dalam artian sempit didefinisikan sebagai (M1) yang
merupakan jumlah seluruh uang kartal yang dipegang anggota masyarakat
(nonbank public) dan demand deposit yang dimiliki oleh perseorangan pada bankbank umum (M1 = kartal + deman Deposit (DD)). Definisi dalam arti luas adalah
M2 yang merupakan penjumlahan dari M1 dengan time deposit (TD) atau
deposito berjangka (M2 = M1 + TD). Definisi yang paling luas dikenal dengan
M3 merupakan penjumlahan dari M2 dengan semua deposito pada lembagalembaga keuangan yang lain (nonbank) (Sardjonopermono 1993).
Teori kuantitas uang menjelaskan ketika jumlah uang beredar meningkat,
pada tingkat harga yang sama, masyarakat memiliki lebih banyak uang dari yang
mereka minta. Meningkatnya jumlah uang menyebabkan naiknya permintaan
terhadap barang dan jasa. Jika jumlah barang dan jasa yang diminta tidak
seimbang dengan jumlah barang dan jasa yang diproduksi, maka akan terjadi
peningkatan harga. Persamaan kuantitas tersebut adalah sebagai berikut:
Uang (M) x Perputaran (V) = Harga (P) x Output (Y)
Ketika terjadi peningkatan harga, BUS sebagai lembaga keuangan akan
menggulirkan lebih banyak pembiayaan kepada masyarakat agar masyarakat tetap
dapat menghadapi kondisi naiknya harga barang dan jasa,dengan asumsi
pendapatan masyarakat tetap.

Rasio Keuangan
Kondisi internal bank dapat dilihat dari beberapa rasio keuangan. Dalam
penelitian ini terdapat tiga rasio yang diteliti yaitu, rasio kualitas aktiva produktif
menggunakan Non Performing Financing (NPF), rasio permodalan menggunakan

8
Capital Adequency Ratio (CAR), dan rasio likuiditas menggunakan Financing to
Deposit Ratio (FDR).
Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) atau yang dalam perbankan konvensional
disebut dengan Non Performing Loan (NPL) adalah rasio antara pembiayaan yang
bermasalah denga total pembiayaan yang disalurkan oleh bank. NPF juga
merupakan indikator yang menunjukkan kerugian akibat risiko kredit atau
pembiayaan yang dinilai dari prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan
pada arus kas debitur, dan kemampuan membayar (Adhim 2011).
Kriteria yang termasuk dalam NPF menurut Bank Indonesia adalah
pembiayaan kurang lancar, diragukan, dan macet. NPF sangat berpengaruh
terhadap pengendalian biaya dan kebijakan pembiayaan yang dilakukan oleh bank
itu sendiri. Menurut Antonio (2001) pengendalian biaya mempunyai hubungan
terhadap kinerja lembaga perbankan. Peningkatan NPF akan berpengaruh
terhadap peningkatan jumlah Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) yang harus
dibentuk oleh pihak bank syariah sesuai ketentuan dari Bank Indonesia. Bila hal
ini berlangsung terus menerus maka akan mengurangi modal bank syariah
sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dalam menyalurkan
pembiayaan. Besarnya NPF dapat dirumuskan sebagai berikut:
��� =

Total pembiayaan bermasalah
Total seluruh kredit

Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal mempunyai peranan penting dalam penyaluran pembiayaan oleh
bank dan memperlancar operasional suatu bank. Capital Adequacy Ratio (CAR)
merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam
menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung
kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Semakin
besar rasio tersebut maka semakin baik posisi modal. Modal tersebut meliputi
modal disetor maupun dana setoran modal, cadangan umum, cadangan lainnya,
sisa laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan (Muhammad 2005).
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1
tercantum bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Cara untuk mengetahui apakah suatu bank
telah memeuhi ketentuan CAR (kecukupan modal) atau belum adalah dengan
membandingkan hasil perhitungan rasio modal dan kewajiban penyediaan modal
minimum sama dengan 100% atau lebih. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Modal Bank
=
ATMR
Penyediaan modal yang cukup
sangat penting bagi bank untuk
mengimbangi ketergantungan bank dari dana pihak ketiga serta mengantisipasi
potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran pembiayaan sehingga dengan
semakin besar jumlah CAR maka akan semakin banyak pula dana yang disalurkan
dalam bentuk pembiayaan.

9
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana dana
pinjaman yang bersumber dari dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya rasio ini
menunjukkan tingkat likuiditas bank sehingga semakin tinggi angka FDR suatu
bank, berarti bank tersebut berada pada posisi kurang likuid dibanding dengan
bank yang mempunyai angka rasio yang lebih kecil.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei
1993 besarnya FDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi
110% yang berarti bank boleh memberikan pembiayaan melebihi jumlah dana
pihak ketiga yang dihimpun asalkan tidak melebihi 110%. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut:
Pembiayaan yang diberikan
FDR =
Dana pihak ketiga
Penelitian Terdahulu
Penelitian Prasetyo (2013) mengidentifikasi faktor yang memengaruhi
rendahnya pembiayaan bagi hasil perbankan syariah studi kasus Bank BRI
Syariah cabang Malang. Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan adalah
bahwa faktor masalah rendahnya pembiayaan bagi hasil pada akhirnya
mengerucut pada tiga masalah pokok dari aspek internal perbankan, eksternal
perbankan (nasabah) dan regulasi. Sisi internal perbankan yaitu masalah
kurangnya pemahaman dan kualitas Sumber Daya Insani (SDI) serta risk averse
yang diambil perbankan syariah. Sisi eksternal perbankan lebih kepada sisi
nasabah seperti moral hazard dan adverse selection yang dilakukan nasabah
sedangkan dari sisi regulasi adalah ketentuan kolektibilitas yang rumit ditambah
restrukturisasi pembiayaan bagi hasilnya yang perlu ketelitian serta biaya
informasi yang besar.
Penelitian yang dilakukan oleh Andraeny (2011) menganalisis pengaruh
dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, dan non performing financing terhadap
volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada perbankan syariah di Indonesia
2006-2010 menyebutkan bahwa dana pihak ketiga dan tingkat bagi hasil
berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada
perbankan syariah di Indonesia, sedangkan non performing financing tidak
berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada
perbankan syariah di Indonesia.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Zulfikar dan kurniawanti (2014)
dengan menambahkan satu variabel baru yakni total aset. Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara variabel aset dengan variabel jumlah kredit.
Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa tingkat bagi hasil dan total aset
berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada
perbankan syariah di Indonesia sedangkan dana pihak ketiga dan non performing
financing tidak berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi
hasil pada perbankan syariah di Indonesia. Dengan tingginya nilai aset bank akan
semakin mampu memperbaiki struktur modal yang cukup untuk menjamin risiko
dari penempatan aset-aset produktif salah satunya dengan pemberian pembiayaan.

10
Hikmawan (2013) menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), suku bunga kredit investasi, inflasi, produk domestik
bruto, dana pihak ketiga terhadap volume pembiayaan bagi hasil BUS di Indonesia
periode 2006-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR, NPF dan DPK
berpengaruh positif terhadap pembiayaan bagi hasil. Suku bunga kredit investasi dan
inflasi tidak berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil. Sedangkan variabel PDB
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil Bank Umum
Syariah.

Kerangka Pemikiran
Penyaluran dana yang dilakukan oleh perbankan syariah (pembiayaan)
dibagi kedalam empat akad besar yaitu jual beli, bagi hasil, pinjam dan sewa.
Akad bagi hasil sendiri terdiri dari akad mudharabah dan musyarakah. Besarnya
pembiayaan bagi hasil yang disalurkan oleh BUS dipengaruhi oleh beberapa
faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Gambar 3 Kerangka pemikiran

11
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori ekonomi dalam tinjauan pustaka, maka hipotesis yang
dapat ditentukan dari penelitian ini adalah:
1. Total aset mempunyai pengaruh positif terhadap volume pembiayaan
berbasis bagi hasil pada Bank Umum Syariah Di Indonesia.
2. Pendapatan bagi hasil mempunyai pengaruh positif terhadap volume
pembiayaan berbasis bagi hasil pada Bank Umum Syariah Di Indonesia.
3. Non Performing Financing (NPF) mempunyai pengaruh negatif terhadap
volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada Bank Umum Syariah Di
Indonesia.
4. Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh positif terhadap
volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada Bank Umum Syariah Di
Indonesia.
5. Financing to Deposit Ratio (FDR) mempunyai pengaruh positif terhadap
volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada Bank Umum Syariah Di
Indonesia.
6. Inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap volume pembiayaan berbasis
bagi hasil pada Bank Umum Syariah Di Indonesia.
7. Jumlah uang beredar (M2) mempunyai pengaruh positif terhadap volume
pembiayaan berbasis bagi hasil pada Bank Umum Syariah Di Indonesia.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh dari laporan tahunan Bank Umum Syariah yang dipublikasikan melalui
situs resmi Bank Umum Syariah yang bersangkutan serta laporan keuangan Bank
Umum Syariah Bank Indonesia tahun 2009-2013. Metode pengumpulan data yang
digunakan dengan metode dokumentasi dengan cara mengumpulkan, mencatat,
dan mengkaji data yang telah didapat.
Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang ditentukan
penulis dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang memiliki
kelengkapan data berdasarkan variabel yang diteliti. Berdasarkan kriteria tersebut,
maka sampel dalam penelitian ini terdiri dari delapan Bank Umum Syariah, yaitu :
Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Rakyat
Indonesia Syariah, Bank Central Asia Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega
Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank Panin Syariah. Berikut ini adalah data
dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini.

12
Tabel 1 Data dan sumber data yang digunakan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Data yang digunakan
Pembiayaan Bagi Hasil
Total Aset Bank
Pendapatan Bagi Hasil
Non Performing Financing
Capital Adequacy Ratio
Financing to Deposit Ratio
Jumlah Uang Beredar
Inflasi

Sumber
Laporan Keuangan Perbankan
Laporan Keuangan Perbankan
Laporan Keuangan Perbankan
Laporan Keuangan Perbankan
Laporan Keuangan Perbankan
Laporan Keuangan Perbankan
Statistik Perbankan BI
Statistik Perbankan BI

Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan metode kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan analisis data
panel. Model persamaan dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan
software Eviews 6.0.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang memiliki
tujuan untuk mengetahui gambaran dari data yang akan digunakan sehingga
memudahkan untuk penafsiran dan pendeskripsian. Pada penelitian ini analisis
deskriptif dilakukan untuk memaparkan perkembangan volume pembiayaan
berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) serta faktor-faktor yang
memengaruhinya.
Data Panel
Data panel adalah gabungan anatara data deret waktu (time series) dan data
silang (cross section). Data deret waktu meliputi satu objek dengan beberapa
periode sedangkan data silang meliputi beberapa objek dengan hanya satu waktu
sehingga data panel adalah data yang meliputi banyak objek dengan beberapa
periode waktu.
Hsiao (2003) menyatakan bahwa beberapa keuntungan dari menggunakan
panel data antara lain:
1.
Dapat mengatur heterogenitas individual
2.
Panel data memberikan informasi data yang lebih beragam, kolinearitas
yang rendah antar sesama variabel, lebih banyak derajat bebas, dan lebih
efisien.
3.
Panel data lebih baik dalam mempelajari dynamics of adjustment.
4.
Panel data lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur dampak yang
sederhana tetapi tidak dapat dideteksi dalam pure cross section atau pure
time series.
5.
Model panel data mengizinkan penelitinya untuk membangun dan menguji
perilaku model yang lebih rumit dari pada purely cross section atau time
series.

13
Model Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square)
Model kuadrat terkecil adalah model yang didapatkan dari hasil kombinasi
semua data time series dan cross section, sehingga terdapat NxT observasi,
dimana N menunjukkan jumlah unit cross section dan T menunjukkan jumlah
series yang digunakan (Firdaus, 2011). Model persamaan yang digunakan adalah:

yit = α + βj xjit +€it
Dimana :

yit

= nilai variabel terikat (dependent variabel) untuk setiap unit cross

xit

= nilai variabel penjelas (explanatory variabel) ke-j untuk setiap cross

α
βj
€it

section
section
= intercept yang konstan antar waktu dan cross section
= slope untuk variabel ke-j yang konstan antar waktu dan cross section
= komponen error setiap unit cross section ke-i pada periode waktu t

Dengan mengasumsikan komponen error dalam pemilihan model kuadrat
terkecil biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap
unit cross section. Pada akhirnya akan berimplikasi diperolehnya persamaan
sebanyak T persamaan yang sama. Begitu juga sebaliknya, kita juga akan
memperoleh persamaan deret waktu (time series) sebanyak N persamaan untuk
setiap T observasi. Namun, untuk mendapatkan parameter α dan β yang konstan
dan efisien, akan dapat diperoleh dalam bentuk regresi yang lebih besar dengan
melibatkan sebanyak NT observasi.
Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Model Efek Tetap (Fixed Effect Model) adalah model yang memasukkan
variabel dummy sehingga terjadi perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda
baik lintas time series maupun cross section (Firdaus, 2011). Model persamaanya
adalah:


= αi +





−2

αi

+��

Dimana :
yit
= variabel tidak bebas di waktu t untuk unit cross section i
αi
= intersept yang berubah-ubah antar unit cross section
Xjit
= variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
βj
= parameter untuk variabel ke j
eit
= komponen error di waktu t untuk unit cross section i
Model efek tetap ada yang dapat diberikan pembobot namun ada juga yang
tanpa pembobot. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model efek
tetap dengan pembobot (cross section weights), yaitu GLS dengan mengestimasi
ragam residual cross section yang dapat digunakan ketika diasumsikan terdapat
heteroskedastisitas cross section. Metode ini menggunakan rata-rata observasi dari
setiap unit cross section, selanjutnya data observasi ditransfomasi.

14
Model Efek Acak (Random Effect)
Model ini muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada
korelasi. Intersepnya bervariasi terhadap individu dan waktu namun slopenya
konstan terhadap individu maupun waktu. Jadi (i) adalah sebuah grup dari
gangguan khusus, mirip seperti (it) kecuali untuk setiap grup ada nilai khusus
yang masuk dalam regresi secara identik untuk setiap periode. Nilai (i)
terdistribusi secara acak pada unit-unit kerat lintang. Metode ini juga dikenal
sebagai variance components estimation. Model ini meningkatkan efisiensi proses
pendugaan kuadrat terkecil dengan memperhitungkan pengganggu-pengganggu
kerat lintang dan deret waktu. Model estimasi yang digunakan adalah:
= �+� +��

dengan ( � ) adalah nilai gangguan acak pada observasi (i) dan konstan sepanjang
waktu.
Cara pengujiannya adalah dengan Chow test, Haussman test, dan The
Breusch-Pagan LM Test. Masing-masing pengujian tersebut memiliki tujuan yang
berbeda. F-test digunakan untuk memilih model yang digunakan apakah pooled
least square atau fixed effect. Jika signifikan maka dilanjutkan dengan Hausman
test. Haussman test adalah pengujian untuk memilih antara penggunaan random
effects dan fixed effects maka digunakan pertimbangan statistic Chi-Square
(Gujarati,2004). Jika hasil Hausman test signifikan, maka disimpulkan
pengolahan dilakukan dengan metode FEM (fixed effect). Tetapi, untuk Hausman
test yang tidak signifikan dilanjutkan dengan uji Breusch-Pagan LM. The
Breusch-Pagan LM Test yaitu pengujian untuk memilih antara random effects dan
pooled leastsquare.
1.

Uji Chow
Pengujian ini biasa disebut juga dengan pengujian F statistik untuk memilih
model data panel PLS atau FEM. Hipotesis yang dibentuk adalah :
Ho : Model PLS
H1 : Model FEM
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan F
statistik yang dirumuskan Chow :
CHOW =

(



)/(�−1)

/(� −�−�)

Dimana :
RRSS : Restricted Residual Sum Square (nilai Residual Sum Square dengan
metode PLS)
URSS : Unrestricted Residual Sum Square (nilai Residual Sum Square metode
FEM)
N
: Jumlah data cross-section
T
: Jumlah data time series
K
: Jumlah variabel penjelas
Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu FN-1, NT-N-K. Jika nilai F
statistik Chow lebih besar dari F tabel, maka cukup bukti untuk menolak hipotesis
nol dan metode FEM yang digunakan.

15

2.

Uji Hausman
Dalam memilih apakah fixed atau random effects yang lebih baik, dilakukan
pengujian terhadap asumsi ada tidaknya korelasi antara regresor dan efek individu
(Firdaus, 2011). Untuk menguji hal tersebut dilakukan HausmanTest. Pengujian
ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Model REM
H1 : Model FEM
Dasar penolakan hipotesis nol adalah dengan menggunakan pertimbangan
statistik chi square. Uji Hausman dapat dilakukan dalam pemrograman Eviews 6
sebagai berikut: jika hasil dari uji Hausman signifikan (probabilitas Hausman< α)
maka hipotesis nol ditolak dan metode FEM digunakan.
3.

Uji Breusch-Pagan LM Test
Uji ini dilakukan untuk memilih antara metode REM dan PLS. Hipotesis
dalam pengujian adalah :
Ho : Model PLS
H1 : Model REM
Dasar penolakan hipotesis nol adalah dengan menggunakan statistik LM
dengan mengikuti distribusi chi square.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji secara statistik memiliki tujuan yaitu agar dapat
melihat nyata atau tidaknya suatu variabel dalam memengaruhi variabel-variabel
yang akan diteliti. Dalam pengujian model terdapat beberapa kriteria yang
digunakan untuk melihat baik atau tidaknya suatu model. Kriteria- kriteria yang
digunakan yaitu berdasarkan uji t, uji F dan nilai R2.
Uji F
Penggunaan uji F dilakukan agar dapat mengetahui variabel-variabel bebas
mana saja yang secara bersama-sama memberikan pengaruh nyata terhadap
variabel-variabel tidak bebasnya. Menguji variabel-variabel bebas secara simultan
terhadap variabel tidak bebasnya dapat dilakukan dengan menguji besarnya
perubahan variabel tidak bebasnya yang dapat dijelaskan oleh perubahan semua
variabel bebasnya. Langkah-langkah dalam melakukan uji F adalah sebagai
berikut :
1. Perumusan Hipotesis
H0 : β1 = β2 = … = βk = 0
H1 : minimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol
2. Perhitungan nilai kritis distribusi F (F-tabel) dan F-hitung.
3. Penentuan penolakan atau penerimaan H0.
4. Jika keputusan yang dihasilkan adalah F hitung > F tabel maka tolak H0 artinya
variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak
bebasnya, dan sebaliknya.

16
Uji t
Nilai t hitung akan digunakan dalam pengujian koefisien regresi dari
masing-masing variabel bebas yang mempengaruhi secara nyata atau
tidakterhadap variabel tidak bebasnya. Langkah-langkah yang diperlukan untuk
menguji statistik t adalah :
1. Perumusan Hipotesis
H0 : βi = 0
H1 : βi ≠ 0
2. Penentuan nilai kritis.
Ketika menguji hipotesis dari koefesien regresi, nilai kritis dapat ditentukan
dengan digunakannya tabel distribusi normal dengan tingkat signifikansi (α)
dan banyaknya sampel yang digunakan tetap diperhatikan.
3. Dapat mengetahui hasil nilai t hitung dari masing-masing koefisien regresi
dengan menggunakan perhitungan komputer.
4. Dalam mengambil keputusan harus didasarkan dengan melihat letak nilai t
hitung dari masing-masing koefsien regresi pada kurva sebaran normal yang
digunakan untuk menentukan nilai kritis. Ketika |t hitung| > t tabel maka tolak
H0 artinya variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya,
dsan sebaliknya.
Koefisien determinasi (R2) adalah proporsi variabel dalam Y yang dapat
dijelaskan oleh variabel-variabel penjelasnya. R2 menunjukkan besarnya pengaruh
semua variabel bebas terhadap variabel bebasnya. R2 mempunyai rentang antara 0
≤ R2 ≤ 1. Ketika R2 memiliki nilai 0 maka garis regresi tidak menjelaskan variasi
dalam Y. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
2

=

Dimana :
RSS = Jumlah kuadrat regresi
TSS = Jumlah kuadrat total
Evaluasi Model
Terdapat beberapa upaya agar dapat menghasilkan model yang konsisten
dan efisien, maka diperlukan evaluasi hasil estimasi terhadap model regresi.
Sehingga dapat mengetahui model tersebut memiliki masalah multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Heteroskedastisitas
Dalam model regresi linear klasik memiliki asumsi penting yaitu bahwa
gangguan µi yang terdapat di dalam fungsi regresi populasi bersifat
homoskedastisitas artinya semua memiliki ragam yang sama (σ2). Namun, jika
ragamnya adalah σi2 yang menunjukkan adanya variasi dari observasi ke
observasi maka model regresi tersebut mengalami masalah heteroskedastisitas.
Ketika semua asumsi classical linear regression model berlaku kecuali asumsi

17
homoskedastisitas sehingga memungkinkan ragam gangguan berbeda dari
observasi ke observasi. Konsekuensi yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut :
1. Estimator OLS masih linear.
2. Masih tidak bias.
3. Namun tidak lagi memiliki ragam minimum artinya tidak lagi efisien.
Multikolinearitas
Hubungan linier yang terjadi antara variabel Xi dengan variabel Xj disebut
multikolinearitas. Multikolinearitas dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu,
multikolinearitas tinggi, dekat dan tak sempurna. Ketika terjadi multikolinearitas
sempurna di antara variabel-variabel penjelas maka parameter tidak dapat
diestimasi keunikannya. Karena keunikan dari parameter tidak dapat diesimasi
maka tidak dapat menarik kesimpulan statistik apapun (yaitu pengujian hipotesis)
tentang hasil tersebut dari sampel yang ada.
Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi di antara anggota observasi yang diurutkan
menurut waktu (seperti data deret berkala) atau ruang (seperti data lintas-sektoral).
Autokorelasi dapat terjadi karena adanya inersia, kesalahan-kesalahan dalam
spesifikasi model, dan manipulasi data. Ketika terjadi autokorelasi maka akan
menyebabkan estimator yang tidak efisien artinya tidak memiliki ragam yang
minimum jika dibandingkan dengan prosedur yang mempertimbangkan
autokorelasi. Jadi kuadrat terkecil biasa yang umum (OLS) bukanlah estimator tak
bias linear terbaik (BLUE).
Perumusan Model
Dalam penelitian ini model dapat dituliskan sebagai berikut:
LNPMMit
Dimana:
LnPMM
LnPBH
NPF
CAR
FDR
LnM2
INF
α
β

i,t

α + β1LNTAit + β2LNPBHit + β3NPFit + β4CARit + β5 FDRit +
β6LNM2it +β7INFit + €it
=

= Logaritma natural pembiayaan mudharabah dan musyarakah
(juta rupiah)
= Logaritma natural pendapatan bagi hasil (juta rupiah)
= Non performing financing (%)
= Capital adequacy ratio (%)
= Financing to deposit ratio (%)
= Logaritma natural jumlah uang beredar (juta rupiah)
= Inflasi (%)
= Intercept
= Koefisien regresi
= Random disturbance (error)
= Bank syariah ke I, tahun ke t

18
Variabel dan Definisi Operasional
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Pembiayaan bagi hasil
Mencerminkan volume pembiayaan bagi hasil (akad musyarakah dan
mudharabah) yang disalurkan oleh Bank Umum Syariah kepada nasabah.
Dalam hal ini pembiayaan bagi hasil diproksikan dengan volume
pembiayaan bagi hasil masing-masing bank dengan satuan juta rupiah pada
setiap akhir tahun laporan keuangan.
Total aset
Dalam hal ini total aset diproksikan dengan total aset masing-masing bank
dengan satuan juta rupiah pada setiap akhir tahun laporan keuangan.
Pendapatan bagi hasil
Menunjukkan jumlah pendapatan yang diterima oleh bank atas pembiayaan
bagi hasil yang disalurkan. Data pendapatan bagi hasil yang dipakai berupa
tingkat imbal hasil yang diperoleh masing-masing bank yang dinyatakan
dalam juta rupiah.
Non Performing Financing
Mencerminkan kualitas pembiayaan yang dihitung dari total pembiayaan
bermasalah dibagi dengan total pembiayaan. Variabel Non Performing
Financing dengan satuan persen.
Capital Adequacy Ratio
Menggambarkan jumlah modal yang dimiliki berbanding dengan jumlah
aktiva tertimbang menurut resiko untuk masing-masing bank. Dalam hal ini
CAR diproxykan dengan tingkat CAR pada masing-masing bank dengan
satuan persen pada setiap akhir tahun laporan keuangan.
Financing to Deposit Ratio
Menggambarkan perbandingan antara jumlah pembiayaan yang disalurkan
dibandingkan dengan dana yang diterima (Dendawijaya 2005). Dalam hal
ini FDR diproksikan dengan tingkat FDR untuk masing-masing bank pada
periode akhir tahun laporan keuangan.
Jumlah uang beredar
Data jumlah uang beredar yang dipakai berupa data jumlah uang beredar
dalam arti luas (M2) akhir tahun yang dinyatakan juta rupiah.
Inflasi
Data inflasi yang dipakai berupa data inflasi akhir tahun yang dinyatakan
dalam persen.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perbankan Syariah di Indonesia
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari peranan
kebijakan yang berasal dar

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rasio Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan Syariah Indonesia.

1 10 51

. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pembiayaan Murabahah Di Bank Umum Syariah Di Indonesia

0 4 60

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 3 22

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2011-2015.

0 3 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2011-2015.

0 3 18

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2011-2015.

0 2 10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia.

0 2 15

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia.

0 1 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia.

0 4 23

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Bank Umum Syariah.

0 0 15