Kajian Entrepreneurial Marketing Untuk Pengembangan Dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal

KAJIAN ENTREPRENEURIAL MARKETING UNTUK
PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN USAHA INDUSTRI
RUMAHAN KECAMATAN KALIWUNGU, KABUPATEN KENDAL

BIBI ARFANLY

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Entrepreneurial
Marketing Untuk Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan
Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Bibi Arfanly
NIM H24110019

ABSTRAK
BIBI ARFANLY. Kajian Entrepreneurial Marketing Untuk Pengembangan dan
Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal
di bawah bimbingan MA’MUN SARMA.
Industri rumahan merupakan industri padat karya yang berhasil menghasilkan
berbagai produk serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.
Pengembangan entrepreneurial marketing dirasa sesuai dengan industri rumahan.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi karakteristik pelaku usaha dan
profil usaha industri rumahan, (2) menganalisis pencapaian entrepreneurial
marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha, serta (3) menganalisis
pengaruh entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan
usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, transformasi indeks,
dan Structural Equation Modeling (SEM) melalui pendekatan Partial Least

Squares (PLS). Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik pelaku usaha
memiliki tingkat pendidikan yang rendah namun berada pada usia produktif,
kemampuan entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan
usaha termasuk pada tingkat yang cukup tinggi, entrepreneurial marketing
berpengaruh secara signifikan terhadap pengembangan usaha sebesar 53,7%.
Kata kunci : Industri rumahan, entrepreneurial marketing, Partial Least
Square (PLS)
ABSTRACT
BIBI ARFANLY. Study of Entrepreneurial Marketing Towards Development and
Sustainability on home industries at Kaliwungu subdistrict, Kendal district.
Supervised by MA’MUN SARMA.
Home industries are the industries that involved several workers which
succesfully produce products and give job opportunities in big scale. The
development of entrepreneurial marketing is considered in accordance with the
home industries. This study aims to (1) identify characteristics of entrepreneurs and
business characteristics of home industries, (2) analyze the ability of entrepreneurial
marketing, business development, and business sustainability, (3)analyze the effect
of entrepreneurial marketing for development and sustainability on home industries
at Kaliwungu subdistrict, Kendal district. The analytic tools for this study were
descriptive analyze, index transformation analysis, and structural equation

modeling (SEM) with partial least squares (PLS). The result showed the
characteristics of entrepreneurs included the low level education but are in the
productive age, the ablility of entrepreneurial marketing, business development and
business sustainability level is high enough, entrepreneurial marketing affects
significantly the business development around 53,7%.
Keywords : Home industries, entrepreneurial marketing, Partial Least Square
(PLS)

KAJIAN ENTREPRENEURIAL MARKETING UNTUK
PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN USAHA INDUSTRI
RUMAHAN KECAMATAN KALIWUNGU, KABUPATEN KENDAL

BIBI ARFANLY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Kajian Entrepreneurial Marketing
Untuk Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan Kecamatan
Kaliwungu, Kabupaten Kendal ini berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ma’mun Sarma, MS. M.Ec
selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, terima kasih
penulis juga sampaikan kepada Bapak Hendra Sukma Arianto yang telah menemani
dan membantu proses turun lapang di Kabupaten Kendal. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015

Bibi Arfanly

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA


4

Entrepreneurial marketing

4

Klasifikasi Usaha

5

Industri Rumahan

6

Pengembangan Usaha

6

Keberlanjutan Usaha


7

Penelitian Terdahulu

8

METODE
Kerangka Penelitian

9
9

Lokasi dan waktu Penelitian

10

Pengumpulan Data

10


Pengambilan Sampel

10

Hipotesis

11

Pengolahan dan Analisis Data

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

14

Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan

14


Karakteristik Usaha Industri Rumahan

15

Analisis Transformasi Indeks

17

Analisis SEM PLS

19

Implikasi Manajerial

24

SIMPULAN DAN SARAN

25


Simpulan

25

Saran

25

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

28

RIWAYAT HIDUP

36

DAFTAR TABEL
1. Data perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Usaha Besar di
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Indonesia tahun 2011-2012
Data UMKM Binaan Provinsi Jawa Tengah
Kecamatan dengan jumlah industri rumahan terbanyak
Perbandingan prinsip pemasaran tradisional dan entrepreneurial marketing
Tipologi industri rumahan menurut hasil survey IPB (2012)
Penelitian terdahulu
Operasionalisasi variabel
Karakteristik pelaku usaha industri rumahan
Karakteristik usaha industri rumahan
Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif
Hasil penilaian kriteria Inner Model dan standar nilai Inner Model
Implikasi manajerial pada prinsip entrepreneurial marketing.

1
1
2
5
6
8
12
14
15
20
22
24

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kerangka pemikiran penelitian
Model penelitian
Indeks entrepreneurial marketing (%)
Indeks Pengembangan Usaha (%)
Indeks Keberlanjutan Usaha (%)
Model akhir penelitian pada analisis SEM PLS
Hasil pengolahan bootstrapping model entrepreneurial marketing terhadap
pengembangan dan keberlanjutan usaha

9
11
17
18
19
21
23

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Indepth Interview
Kuesioner penelitian
Model awal SEM PLS
Hasil kriteria Outer Model
Hasil kriteria Inner Model
Dokumentasi

28
29
33
34
35
35

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi sangat penting
karena potensinya yang sangat besar dalam menggerakan kegiatan ekonomi
masyarakat dan sekaligus menjadi sumber pendapatan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. UMKM di Indonesia terus mengalami perkembangan
dilihat dari jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja. Perkembangan UMKM
di Indonesia pada tahun 2011 sampai 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Usaha Besar
di Indonesia tahun 2011-2012
Indikator

Unit Usaha
A. Usaha Mikro, Kecil,
Menengah (UMKM)
1. Usaha Mikro
2. Usaha Kecil
3. Usaha Menengah
B. Usaha Besar (UB)
Tenaga Kerja
A. Usaha Mikro, Kecil,
Menengah (UMKM)
1. Usaha Mikro
2. Usaha Kecil
3. Usaha Menengah
B. Usaha Besar (UB)

Tahun 2011
Jumlah
Pangsa
(%)

Tahun 2012
Jumlah
Pangsa
(%)

Perkembangan
Jumlah
Pangsa
(%)

55 206 444

99.99

56 534 592

99.99

1 328 147

2.41

54 559 969
602 195
44 280
4 952

98.82
1.09
0.08
0.01

55 856 176
629 418
48 997
4 968

98.79
1.11
0.09
0.01

1 296 207
27 223
4 717
16

2.38
4.52
10.65
0.32

101 722 458

97.24

107 657 509

97.16

5 935 051

5.83

94 957 797
3 919 992
2 844 669
2 891 224

90.77
3.75
2.72
2.76

99 856 517
4 535 970
3 262 023
3 150 645

90.12
4.09
2.94
2.84

4 901 720
615 977
417 354
259 422

5.16
15.71
14.67
8.97

Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM (2014)
Tabel 1 menunjukan eksistensi dan peran UMKM pada tahun 2012 hingga
mencapai 56.53 juta unit usaha, dan merupakan 99.99% dari pelaku usaha nasional.
Jumlah unit usaha tersebut merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya dimana
hanya terdapat 55.20 juta unit usaha. Selain dari total unit usaha, eksistensi dan
peran UMKM dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja.
Pada tahun 2012, total tenaga kerja yang mampu diserap UMKM sebanyak 107.65
juta orang. Jumlah tersebut merupakan peningkatan sebesar 5.83% dari tahun
sebelumnya di mana total tenaga kerja yang diserap hanya berjumlah 101.72 juta
orang.
UMKM di Provinsi Jawa Tengah terus mengalami peningkatan yang pesat
setiap tahunnya. UMKM binaan Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 2012 hingga
tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data UMKM Binaan Provinsi Jawa Tengah
Deskripsi Data
Jumlah UMKM (unit)

Penyerapan Tenaga
Kerja (orang)

2012
80 538

345 622

Tahun
2013
90 339
(+12.11%)

2014
99 681
(+10.34%)

480 508
(+39.03%)

608 893
(+26.72%)

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah (2015)

2
Data tersebut menunjukan bahwa terdapat 80 583 unit usaha pada tahun 2012 dan
mengalami peningkatan sebesar 12.11% atau menjadi 90 339 unit usaha pada tahun
2013. Jumlah tersebut masih mengalami perkembangan hingga mencapai 99 681
unit usaha pada tahun 2014, atau meningkat sebesar 10.34%. Dari sisi penyerapan
tenaga kerja, UMKM di Jawa Tengah juga mengalami perkembangan yang pesat
setiap tahunnya. Tenaga kerja pada UMKM meningkat sebesar 39.03% atau
menjadi 480 508 orang pada tahun 2013 dan terus mengalami peningkatan hingga
berjumlah 608 893 orang pada tahun 2014, atau meningkat sebesar 26.72%.
Pertumbuhan UMKM di Jawa Tengah merupakan perpaduan dari kekuatan
dan potensi UMKM lokal di berbagai daerah di Jawa Tengah. Salah satu daerah
yang memiliki potensi UMKM yang besar adalah Kabupaten Kendal. Menurut
Bappeda (2014), Kabupaten Kendal memiliki sekitar 16 700 UMKM yang efektif
menyerap tenaga kerja regional hingga mencapai 80% di tahun 2011. Kabupaten
Kendal memiliki lokasi yang strategis untuk kegiatan bisnis karena letaknya tidak
jauh dari pusat ibukota Jawa Tengah maupun akses bandara dan pelabuhan. Selain
itu Kabupaten Kendal berada di jalur utama lintas perdagangan Pulau Jawa. Namun,
kurangnya lapangan pekerjaan menyebabkan tingginya angka pengangguran di
Kabupaten Kendal. Berdasarkan data BPS Jawa Tengah (2014), Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Kendal sebesar 6.34 pada tahun 2012 dan
meningkat menjadi 6.42 pada tahun 2013. Kurangnya lapangan pekerjaan juga
menyebabkan sejumlah penduduk memutuskan untuk menjadi pekerja di luar
negeri, dimana Kabupaten Kendal merupakan kabupaten kedua yang berkontribusi
terbesar pada jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Jawa Tengah pada tahun
2013, yaitu sejumlah 5 296 orang.
Kabupaten Kendal banyak memiliki potensi daerah seperti hasil pertanian,
perikanan, kerajinan, dan industri rumahan yang menghasilkan produk-produk
unggulan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi banyaknya
pengangguran dan jumlah TKI adalah melalui pengembangan industri rumahan.
Industri rumahan memiliki peran penting bagi perkembangan perekonomian
masyarakat maupun nasional. Bappeda (2014) mencatat bahwa industri rumahan
Kabupaten Kendal memiliki jumlah unit usaha sebanyak 1 988 unit usaha yang
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9 940 orang. Pada tahun 2012, Kabupaten
Kendal dipilih sebagai lokasi percontohan pengembangan industri rumahan
nasional oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI.
Lokasi percontohan industri rumahan nasional dilakukan di dua kecamatan di
Kabupaten Kendal, salah satunya adalah Kecamatan Kaliwungu. Kecamatan
Kaliwungu memiliki jumlah industri rumahan terbanyak dibandingkan dengan
jumlah industri rumahan di kecamatan lain. Lima kecamatan dengan jumlah
industri rumahan terbanyak dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Kecamatan dengan jumlah industri rumahan terbanyak
No Kecamatan
Jumlah industri rumahan
1
Kaliwungu
332
2
Rowosari
252
3
Limbangan
220
4
Kendal
216
5
Weleri
119
Sumber : Bappeda Kabupaten Kendal (2014)

3
Pengembangan industri rumahan perlu dilakukan di Kabupaten Kendal.
Selain dapat menjadi icon daerah, pengembangan industri rumahan dapat
memberikan berbagai manfaat diantaranya; mendorong pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Kendal, menyerap tenaga kerja karena terciptanya lapangan pekerjaan
baru sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran daerah, juga sebagai cikal
bakal berkembangnya kegiatan usaha berskala besar. Namun pengembangan
industri rumahan mengalami berbagai kendala salah satunya aspek pemasaran.
Bappeda (2014) memaparkan bahwa pemasaran merupakan aspek penting yang
dibutuhkan untuk pengembangan industri rumahan selain dari aspek teknologi,
standarisasi, dan pembukuan keuangan. Agar pengembangan Industri rumahan
dapat terlaksana dengan baik, dibutuhkan metode dan strategi pemasaran yang tepat.
Salah satu pendekatan yang saat ini muncul dalam penerapan pemasaran
produk oleh pelaku usaha kecil menengah adalah entrepreneurial marketing (Sarma
2013). Pendekatan entrepreneurial marketing (pemasaran kewirausahaan)
merupakan pendekatan yang lebih sesuai jika ditinjau dari keterbatasan sumber
daya dan permasalahan yang ada pada UKM (Stokes 2000). Hal tersebut sesuai
dengan pandangan Kotler dalam Bjerke dan Hultman (2002) yang mendefinisikan
entrepreneurial marketing sebagai pemasaran dalam tahap perkembangan awal
sebuah bisnis. Sehingga entrepreneurial marketing merupakan pendekatan yang
sesuai bila diterapkan pada UMKM termasuk industri rumahan. Oleh karena itu
diperlukan kajian mengenai entrepreneurial marketing untuk pengembangan dan
keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai penerapan. entrepreneurial marketing untuk pengembangan dan
keberlanjutan usaha industri rumahan. Adapun perumusan masalah pada penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan di
Kecamatan Kaliwungu?
2. Sejauh mana pencapaian dari entrepreneurial marketing, pengembangan
usaha, dan keberlanjutan usaha industri rumahan Kecamatan Kaliwungu?
3. Bagaimana penerapan entrepreneurial marketing pada pengembangan
usaha dan keberlanjutan usaha Industri rumahan di Kecamaatan
Kaliwungu?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri
rumahan di Kecamatan Kaliwungu.
2. Menganalisis pencapaian entrepreneurial marketing, pengembangan usaha,
dan keberlanjutan usaha industri rumahan Kecamatan Kaliwungu.

4
3. Menyusun model penerapan entrepreneurial marketing pada
pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha Industri rumahan di
Kecamatan Kaliwungu.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, diantaranya:
1. Pelaku usaha Industri Rumahan
Pelaku industri rumahan dapat memperoleh gambaran mengenai
potensi untuk berkembang melalui pendekatan entrepreneurial marketing.
2. Pemerintah Daerah Kendal
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
perencanaan dan implementasi kebijakan dalam memajukan industri
rumahan Kendal.
3. Kalangan Akademisi dan Masyarakat luas
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, bahan
referensi atau sebagai data dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
penambahan wawasan di bidang entrepreneurial marketing.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus pada penerapan entrepreneurial marketing di industri
rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Pada penelitian ini industri
rumahan dibahas secara general, dalam arti penelitian ini tidak memilah milah
sentra produksi yang dilakukan oleh industri rumahan (pangan, kerajinan atau
konveksi). Hal tersebut bertujuan untuk melihat potensi industri rumahan secara
umum dan menyeluruh. Variabel – variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah
entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha.

TINJAUAN PUSTAKA
Entrepreneurial marketing
Entrepreneurial marketing merupakan sebuah ilmu baru dalam penelitian
pemasaran yang merupakan refleksi dari sikap proaktif pelaku usaha dalam
mengidentifikasi dan mengeksploitasi berbagai peluang untuk mendapatkan dan
mempertahankan pelanggan melalui berbagai pendekatan inovatif, pengelolaan
risiko, pengoptimalan sumber daya, penciptaan nilai tambah, hingga menjaga
hubungan dengan stakeholder melalui berbagai karakteristik wirausaha sebagai
konsep dasarnya (Sarma 2013). Stokes (2000) menyatakan perbandingan prinsip
pemasaran tradisional dan pemasaran kewirausahaan, dapat dilihat pada Tabel 4
dibawah ini.

5
Tabel 4 Perbandingan prinsip pemasaran tradisional dan entrepreneurial marketing
Prinsip
Pemasaran Tradisional
Pemasaran Kewirausahaan
Pemasaran
Konsep
Berorientasi
konsumen; Berorientasi inovasi;dorongan
dorongan
pasar, ide,taksiran intuitif tentang
pengembangan produk
kebutuhan pasar
Strategi
Strategi
topdown, Target bottom-up dari konsumen
segmentasi targeting dan dan kelompok pengaruh lainnya.
positioning
Metode
Bauran pemasaran, 4p/7p
Metode pemasaran interaktif,
pemasaran berita dari mulut ke
mulut
Intelegensi
Penelitian formal dan sistem Jaringan
informal
dan
pasar
inteligensi
pengumpulan informasi
Sumber : Stokes 2000
Pada Tabel 4 tersebut, dijelaskan bahwa konsep entrepreneurial marketing
berfokus pada inovasi dan pengembangan ide yang sesuai dengan pemahaman
kebutuhan pasar. Pada tingkat strategis, entrepreneurial marketing mentargetkan
konsumen melalui pendekatan bottom-up ke pasar, tidak menggunakan pendekatan
proses segmentasi, targeting dan positioning top-down seperti yang biasa
digunakan pada praktik pemasaran tradisional. Pemasaran kewirausahaan lebih
suka metode pemasaran interaktif, dimana mereka lebih berkontak langsung dengan
pelanggan dan menyebarkan informasi dari mulut ke mulut (word of mouth
marketing). Pada prinsip yang terakhir yaitu intelegensi pasar, hal tersebut
berkaitan dengan pemantauan lingkungan pemasaran, pengusaha melakukan
pengumpulan informasi melalui jaringan kontak personal.

Klasifikasi Usaha
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, kriteria UMKM adalah sebagai berikut:
1. Kriteria Usaha Mikro:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 000 000.00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300 000 000.00 (tiga ratus
juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 000 000.00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500 000 000.00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 000 000.00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2 500 000 000.00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 000 000.00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10 000 000 000.00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

6
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2 500 000 000.00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50 000 000 000.00
(lima puluh milyar rupiah).
Berbeda dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 yang mendefinisikan
UMKM berdasarkan asset dan pendapatan, Badan Pusat Statistik (BPS)
mendefinisikan UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Menurut BPS, usaha
mikro merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 sampai 4
orang. Sedangkan usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah
tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang dan usaha menengah memiliki tenaga kerja
20 sampai dengan 99 orang.

Industri Rumahan
Industri rumahan diartikan sebagai suatu sistem produksi dari bahan baku
tertentu untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai tambah dimana
proses produksinya dikerjakan di lokasi rumah dan bukan pabrik (Bappeda 2014).
Siahaan (1996) mendefinisikan industri rumahan sebagai industri yang
menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang dengan ciri ciri memiliki modal
yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau
pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota
keluarganya.
Industri rumahan menghasilkan produk yang unik, memiliki ciri khas dan
tidak diproduksi secara massal. Bappeda (2014) menyebutkan ciri dari industri
rumahan memiliki modal yang sangat terbatas dengan jumlah tenaga kerja berkisar
antara 1-19 orang. Berdasarkan ciri tersebut, industri rumahan tergolong kedalam
usaha mikro dan usaha kecil bila dilihat berdasarkan kriteria BPS, dimana usaha
mikro merupakan entitas usaha yang miliki jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang
dan usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang. Tipologi
industri rumahan terbagi berdasarkan karakteristik berikut:
Tabel 5 Tipologi industri rumahan menurut hasil survey IPB (2012)
Pemula
Berkembang
Maju
Produksi tidak kontinu Produksi semi kontinu
Produksi kontinu
Jual Lepas
Jual lepas dan pesanan
Pesanan khusus
tak tentu
Produksi manual
Teknologi sederhana
Teknologi maju
Modal sendiri (1-5juta) Modal sendiri dan
Modal sendiri atau
pinjaman (5-50juta)
pinjaman (50-100 juta)
Tenaga kerja 1-2 orang Tenaga kerja 2-5 orang
Tenaga kerja 5-10 orang
Sumber: Bappeda Kabupaten Kendal (2014)

Pengembangan Usaha
Hubeis (1997) mengatakan bahwa beberapa strategi pemberdayaan industri
kecil adalah: (1) peningkatan pemahaman (cara berpikir) tentang proses pembuatan
keputusan untuk merumuskan dan mencari altenatif pemecahan masalah yang
dihadapi, (2) peningkatan kemampuan mengenali lingkungan untuk mencari dan

7
menciptakan peluang usaha yang efektif dan prospektif melalui suatu perencanan
bisnis (business plan) komprehensif dan terpadu, (3) menciptakan keunggulan
dalam persaingan dengan cara menekan biaya produksi, membuat diferensiasi
produk dan menemukan peluang pasar yang kurang dimanfaatkan pesaing serta
penguasaan informasi pasar (market intelligence),(4) memilih dan menjalin
kerjasama usaha melalui berbagai jalur kemitraan, baik bersifat sementara maupun
permanen, bersifat backward (pemasok) atau forward linkage (penjual) secara
serentak, dan (5) peningkatan kualitas SDM melalui pemberdayaan (empowerment)
profesionalisme (keterampilan, pengetahuan dan etika bisnis), learning
organization, komunikasi timbal balik dan berpikir reaktif-proaktif, dan pembinaan
kelembagaan (pelatihan, magang, dan inkubasi bisnis)
Partomo dan Soejoedono (2002) merumuskan strategi pengembangan UKM
yang diantaranya adalah kemitraan, bantuan keuangan, dan modal ventura.
1. Kemitraan usaha adalah hubungan kerja sama usaha di antara berbagai pihak
yang sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan,
saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan diserta pembinaan dan
pengembangan UKM oleh usaha besar. Kemitraan usaha merupakan suatu
cara untuk mengurangi risiko usaha, meningkatkan efisiensi, dan daya saing
usaha. Keuntungan kemitraan usaha dengan usaha besar bagi UKM adalah
dapat turut mengambil manfaat dari pasar, modal, teknologi, manajemen, dan
kewirausahaan.
2. Permodalan UKM, pada umumnya permodalan UKM masih lemah. Hal ini
turut menentukan keberhasilan strategi pengembangan dibidang permodalan
termasuk bagaimana pemerintah dan masyarakat melaksanakan konsep
permodalan untuk membantu UKM yang dimaksud.
3. Modal Ventura, pada umumnya UKM kurang paham dan tidak menyukai
prosedur atau persyaratan yang diwajibkan perbankan. UKM berusaha untuk
memperoleh modal atau dana dari individu-individu atau badan-badan yang
bersedia memberikan modal dengan cara yang sangat mudah dan sangat cepat.
Modal ventura merupakan alternatif dalam permasalahan pembiayaan UKM.
Menurut Keppres No.61 Tahun 1998, perusahaan modal ventura adalah badan
usaha yang melakukan usaha pengembangan dalam bentuk penyertaan modal
ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka
waktu tertentu.

Keberlanjutan Usaha
Chambers dan Conway (1992) mendefinisikan keberlanjutan usaha sebagai
upaya seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
memanfaatkan segala kemampuan, pengetahuan, akses, dan tuntutan serta
kekayaan yang dimiliki secara lokal maupun global dan terus meningkatkan
kemampuan dirinya dengan bekerja sama dengan orang lain, berinovasi,
berkompetisi agar dapat bertahan dalam kondisi berbagai perubahan. Sedangkan
menurut Nurlina (2009), keberlanjutan usaha merupakan suatu indikasi adanya
kemampuan untuk terus memanfaatkan kesempatan usaha, sumber daya alam yang
ada di lingkungannya dan sumber daya manusia yang dimilikinya agar tetap dapat
bertahan dalam menghadapi berbagai resiko dan perubahan. Dari definisi tersebut

8
ditekankan bahwa pentingnya pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
manusia secara baik dan berkelanjutan.

Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan oleh penulis disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6 Penelitian terdahulu
Peneliti
Kara Nisa
Surya
(2014)

Judul Penelitian
Pengembangan
Entrepreneurial
Marketing terhadap
Pengembangan dan
Keberlanjutan
Usaha pada UMKM
Kuliner di Depok

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di
6 Kecamatan di Kota
Depok. Teknik
pengambilan sampel
dengan non probability
sampling dan dengan
metode convenience
sampling. Metode
pengumpulan data
dengan wawancara
terstruktur. Pengolahan
dan analisis data
menggunakan SEM
PLS.

Sanjoyo
Yanuar
(2014)

Kajian
Entrepreneurial
Marketing
Terhadap
Pengembangan Dan
Keberlanjutan
Usaha Industri
Kecil Menengah
Furniture Di Bogor

Teknik pengambilan
sampel dengan non
probability sampling
dan metode
convenience sampling.
Data yang digunakan
adalah data primer
yang diperoleh dari
hasil wawancara lalu
diolah menggunakan
alat analisis SEM PLS

Stevia
Septiani
(2012)

Analisis Pengaruh
Entrepreneurial
Marketing dan
Kebijakan
Pemerintah
Terhadap Daya
Saing Industri Alas
Kaki di Bogor

Pengumpulan data
dengan indepth
interview dan
menggunakan data
sekunder. Pemilihan
sampel dilakukan
dengan metode
purposive cluster
sampling. Pengolahan
data menggunakan
analisis deskriptif,
transformasi indeks
dan SEM PLS

Hasil Penelitian
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
entrepreneurial marketing
adalah keaktifan mencari
informasi perkembangan
usaha, ketanggapan dalam
merespon kritik/saran dari
pelanggan, kemampuan
pelaku usaha dalam membaca
peluang pasar, keberanian
mengambil resiko, dan
frekuensi dalam berekspansi.
Entrepreneurial marketing
berpengaruh terhadap
pengembangan usaha sebesar
63.2% dan pengembangan
usaha terhadap keberlanjutan
usaha 44%.
Entrepreneurial marketing
berpengaruh secara signifikan
terhadap keberlanjutan usaha,
namun tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
pengembangan usaha. Faktorfaktor yang mempengaruhi
pengembangan
entrepreneurial marketing
adalah diversifikasi produk,
frekuensi pembuatan model
atau tren baru, dan tingkat
mengikuti perkembangan
kebutuhan/selera pelanggan.
Kemampuan entrepreneurial
marketing pelaku usaha alas
kaki di Bogor termasuk pada
kategori cukup tinggi.
Berdasarkan analisis SEM
PLS, diketahui bahwa
variabel entrepreneurial
marketing berpengaruh
positif terhadap daya saing,
sedangkan variabel laten
kebijakan pemerintah
berpengaruh positif terhadap
entrepreneurial marketing.

9

METODE
Kerangka Penelitian

Pentingnya Industri Rumahan di Kabupaten Kendal
Pengembangan Industri Rumahan di Kabupaten Kendal
Dibutuhkan pemasaran yang tepat agar
Industri rumahan dapat berkembang
dengan baik
Studi entrepreneurial
marketing

Karakteristik pengusaha
dan Profil Industri
rumahan

Mengukur Pengaruh

Mengukur kemampuan
Entrepreneuri
al marketing

Pengembanga
n usaha

Keberlanjutan
usaha

Transformasi
indeks
Entrepreneurial
Marketing
Analisis Deskriptif
SEM PLS
Pengembangan
Usaha

Keberlanjutan
Usaha

Implikasi Manajerial dari kajian penerapan
entrepreneurial marketing untuk
pengembangan dan keberlanjutan usaha industri
rumahan

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Industri rumahan merupakan sektor yang sangat penting dalam penyerapan
tenaga kerja di Kabupaten Kendal. Pengembangan industri rumahan perlu
dilakukan untuk mendorong kemajuan perekonomian masyarakat dan daerah.
Pemasaran merupakan salah satu permasalahan penting dalam pengembangan
industri rumahan. Sehingga agar industri rumahan dapat berkembang dan
berkelanjutan dibutuhkan strategi dan metode pemasaran yang sesuai dan tepat.
Entrepreneurial marketing muncul sebagai konsep yang digunakan untuk

10
mengembangkan usaha pada tingkat awal. Hal ini menimbulkan ketertarikan untuk
mengkaji apakah penerapan entrepreunerial marketing dapat mempengaruhi
pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kabupaten Kendal
khususnya di Kecamatan Kaliwungu sebagai kecamatan yang memiliki jumlah
industri rumahan terbanyak. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat
karakteristik pengusaha dan profil dari industri rumahan itu sendiri. Sedangkan
untuk melihat pengaruh entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan
keberlanjutan usaha digunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM)
dengan pendekatan Partial Least Squeres (PLS), dimana pencapaian pada masingmasing variabel tersebut telah diketahui sebelumnya melalui analisis transformasi
indeks. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap
pengambil kebijakan pada pengembangan industri rumahan serta memberikan
gambaran kepada pemilik industri rumahan mengenai potensi pengembangan usaha
yang dijalaninya.

Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan model percontohan industri rumahan di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Data sekunder pada
penelitian ini dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2014. Sedangkan indepth
interview dilaksanakan pada bulan Februari 2015

Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer umumnya bersifat kualitatif yang diperoleh melalui
informasi yang diberikan pelaku usaha yang dilakukan dengan metode wawancara
(indepth interview) dan pengamatan lapang secara langsung, kuisioner wawancara
dapat dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui data
penelitian Kementerian Pemberdayaaan Perempuan dan Pengembangan Anak
(KPPPA) yang bekerja sama Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA), Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor pada tahun 2014,
dengan judul penelitian “Penanggulangan Kemiskinan Melalui Industri Rumahan
Dalam Mewujudkan Ketahanan Keluarga”, yang umumnya bersifat kuantitatif.
Kuisioner pada data sekunder dapat dilihat pada Lampiran 2. Selain itu data
sekunder juga diperoleh dari buku, jurnal, surat kabar, serta penelitian terdahulu
yang berhubungan dengan industri rumahan dan entrepreneurial marketing guna
melengkapi data atau informasi yang diperlukan.

Pengambilan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah Industri rumahan di Kecamatan
Kaliwungu. Metode pengambilan sampel menggunakan metode non probability
sampling dengan menggunakan teknik convenience sampling. Peneliti mengambil

11
sampel pada anggota populasi berdasarkan kebetulan dimana anggota populasi
yang ditemui bersedia untuk menjadi responden.
Industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu berjumlah 332 (Bappeda, 2014).
Penentuan jumlah sampel mengikuti pendapat Gay dimana jumlah sampel yang
diambil sebanyak 30 yang sesuai dengan batas minimal metode deskriptifkorelasional (Suharso 2009). Untuk mengurangi adanya data yang tidak sesuai,
sampel yang diambil adalah sebanyak 33 responden.

Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual dan tujuan pada penelitian ini, maka
hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
�0 1: Entrepreneurial marketing tidak berpengaruh positif terhadap pengembangan
usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.
�� 1: Entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap pengembangan
usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.
�0 2 : Pengembangan usaha tidak berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha
industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.
�� 2: Pengembangan usaha berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha
industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.
�0 3: Entrepreneurial marketing tidak berpengaruh positif terhadap keberlanjutan
usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.
�� 3: Entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha
industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.
Entrepreneurial
Marketing

�0 1, �� 1

�0 3, �� 3

Pengembangan
Usaha

Keberlanjutan
Usaha

�0 2, �� 2

Gambar 2 Model penelitian

Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum (Sugiyono 2008). Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis
karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan.

12

Analisis Transformasi Indeks
Sumardjo (1999) mendefinisikan transformasi indeks sebagai suatu teknik
kuantitatif yang mampu mengidentifikasi nilai keragaman yang terjadi pada setiap
variabel penelitian yang berskala ordinal. Pengukuran parameter atau indikatorindikator dari setiap variabel dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
tingkat pencapaian dalam kontinum nilai total terendah (sama dengan jumlah
indikator) dan tertinggi (sama dengan jumlah skor maksimum), dimana skor setiap
indikator merupakan skala ordinalnya itu sendiri.
Structural Equation Modeling (SEM)
Menurut Ghozali et al. (2005), Structural Equation Modelling (SEM)
merupakan suatu teknik analisis statistik multivariat, yang dapat menguji hubungan
antara variabel yang kompleks baik recursive maupun non-recursive untuk
memperoleh gambaran menyeluruh mengenai suatu model. Secara teknis SEM
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu SEM berbasis covariance yang diwakili dengan
software LISREL dan SEM berbasis variance atau sering disebut Component Based
SEM, yang mempergunakan software SmartPLS atau PLS Graph. Covariance
Based SEM lebih bertujuan memberikan pernyataan tentang hubungan kausalitas
atau memberikan deskripsi mekanisme hubungan kausalitas (sebab-akibat).
Sedangkan Component Based SEM dengan PLS bertujuan mencari hubungan linear
prediktif antar variabel (Ghozali 2008). Tabel 7 menunjukan operasionalisasi
variabel yang digunakan sebagai kerangka pemikiran penyusunan model.
Tabel 7 Operasionalisasi variabel
Variabel
Entrepreneu
rial
Marketing

Sub
variabel
Konsep

Strategi

Metode

Definisi

Indikator

Pemasaran kewirausahaan
berfokus pada orientasi
inovasi dan keberadaan ide
serta intuisi sebagai alat
untuk menilai kebutuhan
pasar (Stokes,2000)

1 Tingkat kemampuan
diversifikasi produk
2 Tingkat keyakinan akan
keberhasilan usaha
3 Tingkat keragaman jenis
produk
4 Tingkat kemampuan
menghasilkan barang
berkualitas
5 Tingkat kemampuan
menghasilkan tampilan
barang yang menarik

K1

1 Tingkat ekspansi ke
daerah pemasaran baru
2 Tingkat kemampuan
mengikuti selera
pelanggan

S1

1 Tingkat kemampuan
menjalin hubungan baik
dengan pelanggan

M1

Pemasaran Kewirausahaan
mempraktikan proses
bottom-up atau
menyediakan produk
sesuai permintaan klien
(Stokes 2000)
Pemasaran kewirausahaan
melakukan pendekatan
pemasaran interaktif atau
berkontak langsung dengan
pelanggan (Stokes,2000)

Kode

K2
K3
K4

K5

S2

13
Variabel

Pengembang
an Usaha

Keberlanjuta
n Usaha

Sub
variabel
Intelegen
si pasar

Definisi

Indikator

Pemasaran kewirausahaan
menggunakan pendekatan
informal seperti
pengamatan pribadi atau
menggunakan jaringan
informal (Stokes,2000)

1 Tingkat kemampuan
menjalin hubungan baik
dengan pemasok
2 Tingkat kemampuan
menjalin hubungan baik
dengan instansi
pemerintah
3 Tingkat keaktifan
mencari modal dari
pemerintah
4 Tingkat keaktifan
mencari informasi dari
luar lingkungan
1 Tingkat kemudahan
memperoleh bahan baku
2 Tingkat kemampuan
menjual di berbagai pasar

I1

1 Tingkat kemampuan
bersaing dengan usaha
sejenis

PU4

1 Tingkat penambahan
modal usaha
2 Tingkat kemampuan
memperoleh dana dari
bank atau pemerintah

PU2

1 Tingkat peningkatan
jumlah pelanggan
2 Tingkat perpindahan
pelanggan
3 Tingkat pemasaran di
berbagai daerah
4 Tingkat pendapatan
secara kuantitas
5 Tingkat kepuasan pekerja

KU1

Salah satu strategi
pemberdayaan usaha kecil
adalah memilih dan
menjalin kerjasama usaha
melalui berbagai jalur
kemitraan, baik bersifat
backward (pemasok) atau
forward linkage (penjual)
(Hubeis, 1997)
Menciptakan keunggulan
bersaing dengan cara
menekan biaya produksi,
diferensiasi produk, dan
menemukan peluang pasar
(Hubeis,1997)
Keberhasilan strategi
pengembangan dibidang
permodalan adalah
bagaimana pemerintah dan
masyarakat melaksanakan
konsep permodalan untuk
membantu UKM (Partomo
dan Soejoedono,2002)
Upaya seseorang atau
kelompok untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya
dengan memanfaatkan
segala kemampuan,
pengetahuan, akses, dan
tuntutan serta kekayaan
yang dimiliki secara lokal
maupun global dan terus
meningkatkan kemampuan
dirinya dengan bekerja
sama dengan orang lain,
berinovasi, berkompetisi
agar dapat bertahan dalam
kondisi berbagai
perubahan (Chambers dan
Conway,1992).

Kode

I2

I3
I4

PU1
PU3

PU5

KU2
KU3
KU4
KU5

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan
Responden pada penelitian ini adalah perempuan pelaku industri rumahan
yang tergabung dalam kelompok usaha industri rumahan. Jumlah responden terdiri
atas 33 perempuan dari Kecamatan Kaliwungu yang juga berstatus sebagai istri dan
ibu rumahtangga. Karakteristik pelaku usaha industri rumahan pada Kecamatan
Kaliwungu dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Karakteristik pelaku usaha industri rumahan
No

Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan
N

1

2

3

4

5

6

Umur pelaku usaha
1) 40- 50 tahun
4) >50 tahun
Pendidikan Formal
1)Tidak Bersekolah
2) SD/MI
3) SMP/MTs
4) SMA/SMK/MA
5) Perguruan Tinggi
Alasan berusaha
1) Mengikuti jejak orang tua
2) Diajak teman/tetangga
3) Tidak punya pilihan lain
4) Usaha ini ada harapan (menguntungkan)
Pekerjaan sebelumnya
1) Petani
2) Peternak
3) Karyawan swasta
4) Guru/PNS
5) TNI
6) Ibu rumah tangga
Apa pekerjaan tersebut masih berlangsung?
1) Ya
2) Tidak
Awal mula menjalankan usaha
1) Dari awal sampai sekarang ikut keluarga;
2) Awalnya ikut keluarga, setelah usahanya jalan, lalu
mengelola sendiri;
3) Ikut keluarga kurang dari enam bulan;
4) Memulai usaha sendiri.

Jumlah (n=33)
%

3
13
10
7

9.1
39.4
30.3
21.2

0
10
11
10
2

0.0
30.3
33.3
30.3
9.1

5
1
6
21

15.2
3.0
18.2
63.6

1
0
5
1
0
26

3.0
0.0
15.2
3.0
0.0
78.8

32
1

97.0
3.0

4
6

12.1
18.2

0
23

0.0
69.7

Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015)
Seperti yang terlihat pada Tabel 8, pada dasarnya pelaku usaha industri
rumahan di Kecamatan Kaliwungu memiliki usia yang beragam, namun persentase
terbesar berada pada rentang umur 30 tahun sampai 40 tahun dengan jumlah 39.4%.
Hal tersebut menunjukan mayoritas pelaku usaha berada pada usia produktif dalam
bekerja dimana kondisi kesehatan masih terjaga dan mendukung.

15
Sebagian besar pelaku usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu
merupakan lulusan SMP/MTs, yaitu sebesar 33.3%. Hal tersebut dapat dilihat dari
rata-rata lama bersekolah pelaku usaha industri rumahan yang mencapai 9 tahun.
Selain itu, lulusan SD/MI dan lulusan SMA/SMK/MA memiliki jumlah persentase
yang berimbang yaitu masing-masing sebesar 30.3%. Dari data tersebut dapat
dikatakan bahwa pendidikan formal yang dimiliki pelaku usaha industri rumahan
di Kecamatan Kaliwungu masih rendah.
Mayoritas pelaku usaha industri rumahan memiliki alasan bahwa usaha yang
dijalani memiliki harapan yang bagus (63.6%). Hal tersebut menggambarkan
bahwa ada kesadaran yang tinggi dari pelaku usaha bahwa berbisnis dapat
menciptakan berbagai peluang untuk sukses dan memberikan keuntungan. Dalam
arti lain bahwa pelaku usaha industri rumahan menjalankan bisnis atas kemauan
dan kesadaran sendiri bukan dari paksaan keluarga ataupun teman. Pernyataan
tersebut didukung oleh data penelitian yang menyatakan bahwa 69.7% pelaku usaha
menjalankan usahanya sendiri dan tidak mengikuti orang tua ataupun keluarga
lainnya.

Karakteristik Usaha Industri Rumahan
Berdasarkan karakteristik lama usaha yang dijalankan, data yang diperoleh
menunjukan bahwa usaha industri rumahan memiliki lama usaha yang cukup
beragam. Mayoritas lamanya usaha yang dijalankan berada pada rentang 1-3 tahun,
yaitu 30.3%. Hal tersebut menunjukan bahwa mayoritas usaha industri rumahan
yang ada saat ini merupakan pelaku baru yang belum lama ini merintis usahanya.
Mayoritas pelaku usaha mendapatkan omset rata-rata kurang dari 2 juta
perbulan (33.3%). Meskipun mayoritas tergolong pada omset yang cukup kecil,
mayoritas pelaku usaha mengaku bahwa usaha yang dijalankan dapat memenuhi
kebutuhan keluarganya hingga 50% dari keseluruhan (45.5%). Karakteristik usaha
industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Karakteristik usaha industri rumahan
No
1

2

3

Karakteristik Usaha Industri Rumahan Saat Ini
Lama Usaha
1) 12 tahun
Omset rata-rata perbulan (Rp)
1) 10 000 000
Berapa kali Ibu bepergian ke luar desa/daerah untuk
menjalankan usaha ini ?
1) Tidak pernah

Kec. Kaliwungu
(n=33)
N
%
0
10
4
6
5
8

0.0
30.3
12.1
18.2
15.2
24.2

11
10
3
3
3
3

33.3
30.3
9.1
9.1
9.1
9.1

5

38.5

16
No

4

5

6

Karakteristik Usaha Industri Rumahan Saat Ini
2) 1-5 kali/per bulan
3) 6-10 kali/per bulan
4) Diatas 11 kali/per bulan
Apakah usaha ini menjadi sumber pendapatan utama keluarga ?
1) Tidak menjadi sumber utama
2) Sebagai tambahan pendapatan keluaga
3) Menjadi sumber utama
4) Sangat menjadi sumber utama
Dengan usaha ini kebutuhan keluarga terpenuhi berapa persen ?
1) 0 -25 %
2) 26 – 50 %
3) 51 – 75 %
4) 76 – 100 %
Selain usaha ini apakah Ibu punya usaha lain?
1) Tidak punya
2) Punya satu lagi
3) Punya dua lagi
4) Punya tiga lagi

Kec. Kaliwungu
(n=33)
N
%
3
23.1
2
15.4
3
23.1
0
15
12
6

0.0
45.5
36.4
18.2

6
15
8
4

18.2
45.5
24.2
12.1

23
8
2
0

69.7
24.2
6.1
0.0

Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015)
Berdasarkan tipologi industri rumahan pada Tabel 4, industri rumahan di
Kecamatan Kaliwungu dapat dikategorikan secara mayoritas berada pada tahap
pemula. Hal tersebut dapat tergambarkan melalui modal awal, modal yang dimiliki
saat ini, produksi yang tidak kontinu, jual lepas, serta jumlah tenaga kerja. Dari sisi
modal awal, 78.8% pelaku usaha industri rumahan menggunakan modal kurang dari
Rp1 000 000, sedangkan modal saat ini yang dikelola mayoritas (65.5% dari pelaku
usaha) masih berada dibawah Rp 2 000 000. Kedua hal tersebut menggambarkan
bahwa rendahnya tingkat perputaran uang yang berada pada usaha yang dijalankan.
Produksi yang tidak kontinu sering terjadi akibat tidak stabilnya permintaan serta
keterbatasan sumber daya produksi, baik itu bahan baku maupun tenaga kerja.
Pelaku usaha 5 : “Salah satu kendala yaitu karyawan lambat, nanti ada kebutuhan
lain atau anaknya lagi sakit, sehingga kerjaan ketunda dan gak lancar”
Sistem jual lepas mayoritas terjadi pada sentra produksi batik serta kerajinan
tangan. Hal tersebut dikarenakan pelaku usaha tidak memiliki kios sendiri dalam
memasarkan produksinya. Sedangkan pada usaha sentra makanan mayoritas sudah
bekerja sama dengan pedagang di pasar maupun kios oleh-oleh, sehingga sudah
terdapat pesanan pada periode tertentu. Dari sisi kepemilikan tenaga kerja, sebesar
42.9% memiliki 3-4 orang tenaga kerja, 32.1% memiliki 1-2 orang tenaga kerja,
17.9% tidak menggunakan tenaga kerja, dan 7.1% memiliki 5-7 tenaga kerja. Hal
tersebut dapat menggambarkan bahwa tenaga kerja yang digunakan masih
berjumlah sedikit bahkan beberapa usaha tidak menggunakan tenaga kerja.
Sehingga dapat disimpulkan mayoritas usaha di Kecamatan Kaliwungu masih
berada pada tahap pemula.

17
Analisis Transformasi Indeks
Kemampuan Entrepreneurial Marketing
Berdasarkan analisis transformasi indeks yang telah dilakukan, kemampuan
entrepreneurial marketing pelaku usaha industri rumahan secara keseluruhan
mencapai angka 62 %. Hal tersebut mengindikasikan para pelaku usaha memiliki
kemampuan entrepreneurial marketing yang cukup baik sehingga terdapat peluang
yang besar agar usaha yang dijalankan dapat berkembang secara mandiri dan
berkelanjutan. Kemampuan entrepreneurial marketing pada masing-masing
indikator ditunjukan pada Gambar 3.
80
70

73
65

65
55

60
50
40
30
20
10
0
Concept

Strategy

Methods

Market Intelligence

Gambar 3 Indeks entrepreneurial marketing (%)
Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015)
Kemampuan entrepreneurial marketing yang terbesar ditunjukan oleh
kemampuan methods, yaitu sebesar 73%. Hal tersebut menunjukan bahwa pelaku
industri rumahan mampu melakukan pendekatan pemasaran secara interaktif atau
dengan kata lain mampu untuk berkontak langsung dengan pelanggan dan menjalin
hubungan baik dengan pelanggan. Pendekatan pada kemampuan methods ini tidak
hanya terletak pada kemampuan berkontak langsung dengan pelanggan, namun
juga bagaimana pelaku usaha mampu menjaga hubungan baik dengan pelanggan,
baik itu pelanggan baru maupun pelanggan lama.
Pelaku usaha 5 : “Permasalahan utama adalah pemasaran. Sudah bikin batik,
belum tentu kita bisa pasarkan. Kalau bukan sistem kerja sama pasti sulit terjual,
karna harga dipasar lebih murah”
Selanjutnya, kemampuan yang juga cukup besar diperlihatkan oleh
kemampuan concept dan strategy yang masing-masing memperoleh nilai indeks
sebesar 65%. Hal tersebut menunjukan para pelaku usaha cukup baik dalam
melakukan inovasi produk, menciptakan produk yang beragam, serta intuitif
terhadap kebutuhan pasar. Selain itu pelaku usaha juga cukup baik dalam
menciptakan produk yang sesuai dengan permintaan pelanggan sesuai dengan
strategi bottom up.
Kemampuan pelaku usaha pada tingkat market intelligence adalah sebesar
55%. Meskipun dapat dikatakan kemampuan pada level tersebut sudah cukup baik,
namun pelaku usaha masih mengalami kendala pada pengumpulan informasi dan

18
menjalin hubungan yang baik dengan pihak luar. Kendala terbesar pada
kemampuan ini adalah kemampuan untuk mencari modal usaha dari kebijakan
pemerintah. Hal tersebut mengindikasikan perlunya sosialisasi yang menyeluruh
mengenai berbagai kebijakan terkait modal usaha kepada pelaku usaha industri
rumahan.
Kemampuan Pengembangan Usaha
Secara keseluruhan, kemampuan pengembangan usaha para pelaku industri
rumahan sudah cukup baik. Analisis indeks menunjukan bahwa pengembangan
usaha sudah mencapai 62%. Nilai indeks pada masing-masing indikator variabel
pengembangan usaha dapat dilihat pada Gambar 4.
80
65

64

66

68

60
44
40
20
0
Kemampuan Memperoleh Bahan Baku

Penambahan Modal Usaha

Keberagaman Pasar

Kemampuan Bersaing

Kemampuan Memperoleh Dana

Gambar 4 Indeks Pengembangan Usaha (%)
Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015)
Gambar 4 menunjukan bahwa kemampuan bersaing dengan usaha sejenis
merupakan kemampuan terbesar dengan tingkat implementasi sebesar 68%.
Indikator keberagaman pasar dan kemampuan penambahan modal dari keuntungan
usaha juga diimplementasikan dengan cukup baik, dengan masing masing nilai
indeks sebesar 66% dan 64%. Hal tersebut menggambarkan bahwa pelaku usaha
mampu menjual produknya diberbagai pasar yang berbeda dan juga mampu
menyisihkan keuntungannya untuk penambahan pada modal usaha.
Nilai terendah dari kemampuan pengembangan usaha terlihat pada
kemampuan memperoleh dana (44%). Hal tersebut menggambarkan pelaku usaha
industri rumahan mengalami kendala pada perolehan dana baik dari pihak bank
maupun pemerintah. Beberapa pelaku usaha merasa pihak dinas masih lambat
dalam merespon kendala yang dihadapi pelaku usaha.
Pelaku usaha 1 : “pak, tolong difasilitasi penyempurnaan tempat kami. Bila ada
lampu hijau, akan dibuat proposal.” “Setelah dilaporkan tidak ada respon.”
Kemampuan Keberlanjutan Usaha
Transformasi indeks juga dilakukan terhadap indikator-indikator variabel
keberlanjutan usaha. Secara keseluruhan kemampuan keberlanjutan usaha industri
rumahan mencapai 62%. Nilai indeks pada masing-masing indikator keberlanjutan
usaha dapat dilihat pada Gambar 5.

19
80

71

70
60

56

58

66
57

50
40
30
20
10
0
Jumlah Pelanggan

Perpindahan Pelanggan

Pemasaran di Berbagai Daerah

Pendapatan Secara Kuantitas

Kepuasan Pekerja

Gambar 5 Indeks Keberlanjutan Usaha (%)
Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015)
Kemampuan terbesar ditunjukan oleh indikator pemasaran di berbagai
daerah, yaitu sebesar 71%. Hal tersebut menunjukan bahwa pelaku usaha memiliki
wilayah pemasaran yang cukup luas untuk menempatkan produk-produknya.
Pelaku usaha 2: “Dulu saya bingung jualnya, kalau sekarang sudah masuk ke tiga
kios oleh-oleh. Udah dikirim juga ke semarang”
Dari indikator kepuasan pekerja memiliki pencapaian yang cukup baik
dengan nilai indeks 66%. Hal tersebut berarti karyawan yang bekerja untuk industri
rumahan merasa puas dalam bekerja sehingga keberlanjutan usaha diharapkan
dapat berkembang dari loyalitas dan motivasi kerja yang tinggi dari karyawan. Di
sisi lain, pencapaian yang cukup rendah dicapai oleh kemampuan meningkatkan
jumlah pelanggan dan kemampuan meningkatkan pendapatan secara kuantitas yang
masing-masing