Limbah Pembalakan Dan Massa Karbon Yang Tersimpan Pada Limbah Kayu Di Pt Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah

LIMBAH PEMBALAKAN DAN MASSA KARBON YANG
TERSIMPAN PADA LIMBAH KAYU DI PT SARI BUMI
KUSUMA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

RISMA PRAMESWARI KUSUMAWARDHANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Limbah Pembalakan
dan Massa Karbon yang Tersimpan pada Limbah Kayu di PT Sari Bumi Kusuma
Provinsi Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Risma Prameswari K
NIM E1411076

ABSTRAK
RISMA PRAMESWARI KUSUMAWARDHANI. Limbah Pembalakan dan
Massa Karbon yang Tersimpan pada Limbah Kayu di PT Sari Bumi Kusuma
Provinsi Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh JUANG RATA MATANGARAN.
Pengelolaan hutan lestari akan tercapai dengan adanya keselarasan aspek
ekologi, sosial dan produksi. Salah satu kegiatan produksi adalah kegiatan
pemanenan yang meninggalkan limbah di petak tebang, TPn, dan TPk. Limbah
pemanenan mempengaruhi faktor eksploitasi dan emisi karbon melalui
dekomposisi. Limbah dalam penelitian ini berupa tunggak, batang bebas cabang,
batang atas, dan cabang dengan diameter minimal 5 cm. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa limbah di petak tebang rata-rata 13.21 m³/ha (88.36%),
limbah di TPn 1.74 m³/ha (11.64%), dan limbah di TPk 0 m³/ha (0%), sedangkan
limbah berdasarkan bagian pohon, yaitu 3.52 m³/ha bagian tunggak, 3.46 m³/ha
bagian batang bebas cabang, dan 6.23 m³/ha bagian batang atas termasuk

cabang.Faktor eksploitasi yang diperoleh dengan pendekatan persen limbah yaitu
0.79 kemudian dengan pendekatan indeks tebang, indeks sarad, dan indeks
angkut yaitu 0.8. Simpanan massa karbon pada limbah kayu di PT Sari Bumi
Kusuma adalah 1.318 ton C/ha.
Kaya kunci : limbah pemanenan, faktor eksploitasi, massa karbon, hutan alam

ABSTRACT
RISMA PRAMESWARI KUSUMAWARDHANI. Logging Residue and Carbon
Mass Stored on Wood Harvesting at PT Sari Bumi Kusuma Central Kalimantan
Province. Supervised by JUANG RATA MATANGARAN.
Sustainable forest management will be achieved with the alignment of
ecology, social, and production aspects. One of the production aspects was
harvesting activities which leave logging residue in felling areas, landing site, and
logyard. Logging residue defined as stumps, main stems, upper stems, and
branches with diameter minimum of 5 cm. Logging residue affected the
exploitation factor and carbon emissions through decomposition. The results
showed that the logging residue on the felling area had the average number 13.21
m³/ha (88.36%), 1.74 m³/ha (11.64%) at landing site, and 0 m³/ha (0%) at logyard,
while the logging residue based on parts of the tree were 3.52 m³/ha stumps, 3.46
m³/ha main stems, and 6.23 m³/ha upper stems include branches. The exploitation

factor which was obtained by approaching percent of the logging residue was 0.79,
then with the approach of felling index, skidding index and hauling index were
0.8. The mass of carbon which stored in the logging residue at PT Sari Bumi
Kusuma was approximately 1.318 ton C/ha.
Keywords: logging residue, exploitation factor, carbon mass

LIMBAH PEMBALAKAN DAN MASSA KARBON YANG
TERSIMPAN PADA LIMBAH KAYU DI IUPHHK-HA
KALIMANTAN TENGAH

RISMA PRAMESWARI KUSUMAWARDHANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Limbah Pembalakan dan Massa Karbon yang Tersimpan pada
Limbah Kayu di PT Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan
Tengah
Nama
: Risma Prameswari Kusumawardhani
NIM
: E1411076

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi
berjudul Limbah Pemanenan Kayu dan Massa Karbon Tersimpan pada Limbah
Pemanenan Kayu di IUPHHK-HA Kalimantan Tengah disusun berdasarkan
penelitian pada bulan April−Juni 2015 di IUPHHK-HA PT Sari Bumi Kusuma dan
Laboratorium Kimia Kayu Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Juang Rata Matangaran,
MS selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada PT Sari Bumi Kusuma beserta para pegawai yang telah membantu
pelaksanaan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu serta seluruh keluarga atas semua doa dan motivasi yang telah diberikan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman Manajemen Hutan Angkatan
48 atas kerjasama dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, September 2015
Risma Prameswari Kusumawardhani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2


Bahan

2

Alat

2

Prosedur penelitian

3

Pengolahan dan Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN


8
16

Simpulan

16

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

17

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Rata-rata jumlah pohon yang ditebang
Limbah pemanenan kayu berdasarkan lokasi
Limbah pemanenan kayu berdasarkan bagian pohon
Limbah pemanenan kayu di petak tebang
Persentase pohon growong setiap plot
Persentase pohon growong setiap jenis
Analisis hubungan peubah bebas terhadap volume limbah
Faktor eksploitasi berdasarkan pendekatan persen limbah

Faktor eksploitasi berdasarkan indeks tebang, sarad, dan angkut
Rata-rata biomassa limbah pemanenan kayu (nekromassa)
Rata-rata massa karbon limbah pemanenan kayu

9
10
10
11
11
12
13
13
14
15
16

DAFTAR GAMBAR
1 Klasifikasi pengukuran limbah di lapang

3

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan hutan produksi lestari merupakan salah satu sistem pengelolaan
hutan yang menyelaraskan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial. Tidak dapat
dipungkiri bahwa perusahaan pemegang IUPHHK-HA fokus utamanya pada
aspek ekonomi yang ditunjang dari kegiatan produksi yang terdiri dari
serangkaian kegiatan pemanenan.
Kegiatan pemanenan akan menghasilkan limbah pemanenan, limbah
tersebut berupa potongan kayu sisa dari pembagian batang, tunggak, ranting, dan
pucuk yang dapat terjadi di petak tebang, Tempat Pengumpulan Kayu (TPn), dan
Tempat Penimbunan Kayu (TPk) (Matangaran et al. 2013). Besarnya volume
limbah dipengaruhi dengan kondisi pohon (growong) yang merupakan salah satu
cacat alami karena lingkungan maupun serangan makhluk alami berupa lubang
besar ke arah panjang kayu (Maulana 2009).
Limbah kayu yang ditinggalkan/ dibiarkan berada di petak tebang dapat
menyebabkan emisi karbon. Emisi tersebut berasal dari proses dekomposisi
limbah kayu. Terjadi pengurangan nilai karbon di dalam limbah tersebut. Dapat
dikatakan bahwa semakin banyak limbah kayu maka semakin banyak
menimbulkan emisi karbon (Suhartana dan Yuniawati 2014).
Data dan informasi mengenai besarnya limbah dan massa karbon dapat
digunakan sebagai indikator telah tercapainya efisiensi pemanenan, karena
semakin banyak kayu yang berhasil dikeluarkan dari hutan, maka semakin sedikit
terjadinya limbah dan emisi karbon.
Perumusan Masalah
Proses pembalakan pada umumnya akan meninggalkan limbah kayu atau
bagian pohon yang tidak dimanfaatkan di areal hutan. Kemudian limbah kayu
yang ditinggalkan dalam hutan tersebut akan mengalami proses dekomposisi
(pembusukan) dan melepaskan kandungan karbon yang tersimpan ke atmosfer.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Berapa besarnya volume limbah yang terjadi akibat pemanenan dalam
satuan luas (hektar) dan setiap bagian pohonnya?
2. Berapa besarnya faktor eksploitasi berdasarkan pendekatan volume limbah
dan pendekatan indeks tebang, indeks sarad dan indeks angkut?
3. Bagaimana komposisi pohon growong baik jenis dan jumlah yang
mempengaruhi besarnya volume limbah?
4. Berapa besarnya biomassa dari limbah pemanenan yang akan
terdekomposisi?
5. Berapa besarnya massa karbon yang akan diemisikan akibat terjadinya
proses dekomposisi?

2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan menghitung besarnya
potensi limbah pembalakan sehingga dapat diketahui besarnya faktor eksploitasi
di PT Sari Bumi Kusuma, menganalisis jenis, jumlah, dan persentase pohon
growong di areal pemanenan, serta menghitung besarnya biomassa dan
kandungan massa karbon yang tersimpan di dalam limbah tersebut.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan
mengenai potensi limbah pemanenan, faktor eksploitasi, dan massa karbon yang
terkandung di dalam limbah pemanenan. Berdasarkan informasi tersebut
diharapkan dapat memberikan pertimbangan kepada perusahaan untuk melakukan
evaluasi kegiatan pemanenan baik dari teknik pemananenan yang mampu
meminimalkan limbah ataupun pemanfaatan limbah pemanenan yang dapat
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di petak AA15 IUPHHK-HA PT. Sari Bumi
Kusuma Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah. Pengujian contoh uji
dilakukan di Laboratorium Kimia Kayu Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan
April – Juni 2015.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon yang ditebang
beserta limbah kayu yang dihasilkan yang terdapat di petak tebang, TPn, dan TPk.
Alat
Alat yang digunakan dalam melakukan penelitian ini meliputi alat yang
digunakan di lapangan dan uji di laboratorium. Alat yang digunakan di lapangan
antara lain : phiband meter, pita meter, Global Positioning System (GPS), Suunto
Clinometer, software pengolah data, tally sheet, kamera, label, kompas, alat tulis,
kalkulator, kantong plastik, timbangan. Sedangkan peralatan yang digunakan
untuk uji contoh di laboratorium yaitu cawan porselen, oven tanur listrik,
timbangan, alat penggiling (willey mill), dan alat saring (mesh screen) ukuran 4060 mesh.

3
Prosedur Penelitian
Pengukuran limbah di lapang
Penentuan Plot Contoh
Penentuan plot contoh dilakukan dengan cara purposive sampling , yaitu
suatu teknik pengambilan contoh mengikuti kegiatan penebangan perusahaan
berdasarkan RKT tahun 2015 yang dilaksanakan ketika penelitian dengan ukuran
plot 100 meter x 100 meter sebanyak 8 plot yang mewakili tingkat kelerengan
0−8%, 9−15%, 16−25%, 26−40%.
Inventarisasi Tegakan Sebelum Tebangan
Kegiatan Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) dilakukan
pada 8 plot contoh (8 Ha). Kegiatan ITSP digunakan untuk mendapatkan data dan
informasi pohon yang ditebang pada periode tersebut. Data tersebut adalah nomor
pohon, jenis pohon, diameter pohon (untuk pohon berdiameter 50 cm), tinggi
bebas cabang, dan tinggi total pohon.
Pengukuran Limbah berdasarkan Bagian
Klasifikasi limbah yang diukur di lapang menurut Matangaran et al.
(2013) antara lain :
1. Tunggak adalah bagian bawah pohon yang berada di bawah takik rebah
dan takik balas.
2. Batang bebas cabang adalah batang dari atas banir sampai sebelum cabang
pertama. Limbah batang bebas cabang dapat berupa potongan pendek dan
kayu gelondongan, potongan pendek biasanya karena cacat atau rusak
sehingga perlu dipotong. Potongan pendek meliputi batang cacat nampak,
pecah, dan busuk. Kemudian kayu gelondongan akan menjadi limbah
apabila jatuh ke jurang ataupun pecah terlalu banyak sehingga
ditinggalkan.
3. Batang atas adalah bagian batang dari cabang pertama sampai tajuk yang
merupakan perpanjangan dari batang utama.
4. Dahan adalah komponen tajuk yang terdiri dari cabang dan ranting.
Batasan diameter cabang yang diukur adalah ≥5 cm. Cabang dan ranting
yang ditemukan di lapang sebagian besar sudah patah.

Gambar 1 Klasifikasi pengukuran limbah di lapang

4
Keterangan :
D
: Diameter tunggak
T
: Tinggi tunggak
Dp
: Diameter pangkal
Du
: Diameter ujung
L
: Panjang batang
a
: Limbah bebas cabang
b
: Limbah batang atas
c
: Limbah tunggak
Pengukuran limbah dilakukan setelah kegiatan penebangan,
pengukuran limbah pemanenan dilakukan di tiga lokasi, yaitu sebagai
berikut :
1. Petak tebang
Pengukuran limbah di petak tebang meliputi limbah tunggak,
batang bebas cabang, batang atas, dan cabang. Dimensi yang diukur adalah
diameter dan panjang batang. Limbah tunggak diameter yang diukur
adalah diameter ujung, kemudian untuk limbah batang bebas cabang,
batang bebas cabang, dan cabang diameter yang diukur adalah diameter
pangkal dan diameter ujung.
2. Tempat pengumpulan kayu (TPn)
Pengukuran limbah di TPn berasal dari batang bebas cabang yang
disarad dari petak tebang. Limbah yang diukur berupa sisa potongan kayu
dari batang bebas cabang tersebut.
3.Tempat penimbunan kayu (TPk)
Pengukuran limbah di TPk berupa batang bebas cabang yang tidak
dapat diangkut dan didistribusikan ke tempat lain.
Perhitungan Pohon Growong
Perhitungan pohon growong dilakukan pada 8 plot contoh menggunakan
metode destruktif. Hasil dari penghitungan pohon growong setiap plot contoh
kemudian dinyatakan dalam persentase jenis komersil yang telah teridentifikasi
growong terhadap total pohon dalam setiap plot.
Persentase tersebut dapat dihitung menggunakan rumus:
% pohon komersil growong :

Jumlah pohon growong
Jumlah seluruh pohon dalam setiap plot

Pengukuran Karbon Limbah Kayu
Pengambilan Contoh Uji Kayu di Lapangan
Contoh uji yang diambil di lapangan yaitu tunggak, batang bebas cabang,
batang setelah cabang pertama dan cabang. Contoh uji yang diambil pada bagian
batang dan cabang (diameter ≥5 cm) berukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm. Ukuran
contoh uji tersebut diambil dari potongan melintang (gubal dan teras) limbah
Contoh uji yang diambil di lapang setiap jenis pohon terdiri atas 3 sampel
yang terdiri dari bagian tunggak, batang bebas cabang, batang atas termasuk
cabang. Kadar air contoh uji harus tetap terjaga sampai pengujian di laboratorium,

5
oleh karena itu contoh uji harus ditutup rapat dengan kertas aluminium foil dan
dimasukkan ke dalam kantong plastik tanpa udara.
Pengujian Data di Laboratorium
Adapun data yang diambil di laboratorium, yaitu :
1. Berat Jenis
Contoh uji untuk mengukur berat jenis berukuran 2cm × 2cm × 2cm.
Contoh uji harus ditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan berat awal.
Kemudian mencari volume contoh uji, yaitu dengan cara contoh uji yang sudah
dicelupkan ke dalam parafin kemudian dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer
yang berisi air sampai contoh uji berada di bawah permukaan air, lihat berapa
nilai yang tertera pada timbangan. Untuk mengetahui berat kering contoh uji
dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu 103 ± 2 °C selama 24 jam dan timbang
untuk mengetahui berat keringnya. Berat jenis dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai barikut:
BJ =

Massa kering tanur volume
Kerapatan air

………..…….(Haygreen dan Bowyer 1989)

2. Kadar Air
Contoh uji yang akan dihitung kadar airnya berasal dari masing-masing
bagian pohon (tunggak, batang bebas cabang, batang setelah cabang pertama, dan
cabang). Sebelum dilakukan pengukuran kadar air, contoh uji ditimbang lagi
untuk mengetahui berat basahnya, karena ketika di alumunium foil kadar airnya
akan tetap ada yang keluar. Selanjutnya contoh uji dikeringkan dalam tanur
dengan suhu 103 ± 2oC. Sebelum ditimbang untuk mengetahui berat kering
tanurnya (BKT) contoh uji dimasukkan dahulu ke desikator. Kadar air dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Berat dengan air - BK

100% ………….(Haygreen dan Bowyer 1989)
BK
3. Kadar Zat Terbang
Berdasarkan American Society for Testing Material (ASTM) D 5832-98,
kadar zat terbang contoh uji dari masing-masing limbah dipotong kecil sebesar
batang korek api kemudian di oven dengan suhu 80oC selama 48 jam. Sampel
kering digiling menjadi serbuk dengan mesin penggiling. Kemudian contoh uji
disaring dengan menggunakan saringan 40-60 mesh. Contoh uji dimasukkan ke
dalam cawan ditutup rapat sebanyak 2 g dan ditimbang. Kemudian dimasukkan
ke dalam tanur listrik dengan suku 950 oC selama 2 menit dan didinginkan di
dalam desikator kemudian ditimbang kembali. Untuk mengetahui persen kadar zat
terbang maka dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
%KA =

Kadar zat terbang (%) =

Kehilangan berat contoh
Berat contoh bebas air

100%

4. Kadar Abu
Berdasarkan American Society for Testing Material (ASTM) D 2866-94,
kadar abu diketahui dengan memasukkan sisa contoh uji kadar zat terbang ke
dalam tanur listrik dengan suhu 900oC selama 6 jam. Selanjutnya didinginkan di

6
dalam desikator dan kemudian timbang kembali. Untuk mengetahui persen kadar
abu maka dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar abu (%) =

Berat sisa contoh uji
Berat contoh uji bebas air

100%

5. Nekromasa
Nekromasa merupakan massa dari bagian pohon yang telah mati (untuk
bagian limbah kayu)
Nekromasa = Volume limbah (m³) x Kerapatan kayu (kg/m³)
6. Kadar Karbon
Kadar karbon tetap ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(SNI) 06-3730-1995 sebagai berikut:
Kadar Karbon = 100% - Kadar Zat Terbang – Kadar Abu
7. Massa Karbon
Karbon tersimpan pada limbah pemanenan kayu dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Massa karbon (ton/ha) = Nekromassa (ton/ha)

Kadar karbon (%)

Pengolahan dan Analisis Data
Perhitungan volume
a. Perhitungan volume biomassa kayu (limbah), dapat menggunakan rumus
Brereton (Ditjen Pengusahaan Hutan 1993) sebagai berikut :
Dp Du
V = 0,25π
P
2 100
3
Keterangan : V
= Volume kayu mati (m )
Dp
= Diameter pangkal kayu mati (cm)
Du
= Diameter ujung kayu mati (cm)
P
= Panjang kayu mati (m)
Π
= 22/7 atau 3,14
b. Perhitungan volume limbah kayu per hektar dan volume limbah kayu per
pohon menggunakan rumus sebagai berikut :
Volume limbah per hektar (m3/ha) =
Volume limbah per pohon (m3/pohon) =

Volume total limbah (m3 )
Luas plot contoh (ha)
Volume total limbah (m3 )

Jumlah pohon yang ditebang

c. Perhitungan volume pohon yang ditebang dapat menggunakan rumus volume
pohon, yaitu :
V= π (Dbh/100)² × T × F
Keterangan :V
= Volume pohon(m3)
DBH = Diameter setinggi dada (cm)
T
= Tinggi total (m)
F
= Faktor bentuk

7
Perhitungan persen limbah
Persen limbah dihitung berdasarkan potensi pohon dan lokasi terjadinya
limbah, yaitu dengan menggunakan rumus :
Persen limbah =

Volume limbah(m3 ) 100%

Volume pohon yang ditebang (m3 )

Persen limbah di petak tebang =
Persen limbah di TPn =

Volume limbah di petak tebang(m3 ) 100%

Volume limbah di

Persen limbah di TPK =

Volume limbah total (m3 )
n (m3 ) 100%

Volume limbah total (m3 )

Volume limbah di

Faktor Eksploitasi

K (m3 ) 100%

Volume limbah total (m3 )

Faktor eksploitasi merupakan perbandingan antara banyaknya produksi
kayu yang dihasilkan dari suatu areal hutan dengan potensi standing stock-nya
dan dimasukkan dalam target penentuan produksi. Makin besar faktor eksploitasi
maka akan semakin besar target produksi tahunan (Matangaran et al. 2000).
Perhitungan faktor eksploitasi dihitung berdasarkan persen limbah, tetapi
dapat juga melalui pendekatan indeks tebang, indeks sarad, dan indeks angkut.
Secara matematis adalah sebagai berikut:
1. Fe = 100% - % limbah total
2. Fe = Indeks tebang × Indeks sarad × Indeks angkut (Abidin 1994 dalam
Matangaran et al. 2013)
Indeks tebang =
Indeks sarad=

Indeks angkut=

Volume batang siap sarad
Volume pohon berdiri asal

Volume batang siap angkut
Volume batang siap sarad
Volume batang sampai

K

Volume batang siap angkut

Analisis Hubungan antara Peubah dan Peubah Lainnya
Koefisien korelasi linear merupakan ukuran hubungan liniear antara dua
peubah x dan y yang dilambangkan sebagai r (Walpole 1995). Analisis korelasi
dilakukan pada peubah terikat (volume limbah) terhadap peubah bebas (intensitas
tebang, tinggi total, luas bidang dasar, dan kemiringan lereng)
Hipotesis: H0:ρ=0 H1: ρ≠0
Kriteria uji: Jika ρ≤α, maka tolak Ho artinya ada hubungan antar variabel.
Nilai r yang mendekati 1 atau -1, hubungan antara kedua peubah itu kuat dan
berarti terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya (Mattjik dan Sumertajaya
2006).

8
Regresi Linier Sederhana
Regresi linier sederhana merupakan persamaan regresi yang
menggambarkan hubungan antara satu peubah bebas (X) dan satu peubah tak
bebas (Y). Hubungan kedua peubah tersebut dapat dituliskan dalam bentuk
persamaan:
Y = α + βXi ε
(Mattjik dan Sumertajaya 2006)
Keterangan: Y
= Peubah tak bebas
α
= Intersep/perpotongan dengan sumbu tegak
β
= Kemiringan/gradien
Xi
= Peubah bebas (intensitas tebang, luas bidang dasar,
tinggi pohon, kemiringan lereng)
ε
= Sisaan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dampak dari kegiatan pemanenan dipengaruhi oleh pemilihan sistem
silvikultur, teknik pemanenan, dan standar operasional yang telah dispesifikasi
dalam perencanaan hutan. Selain itu sistem pemanenan sangat mempengaruhi
tingkat kerusakan tegakan yang ada di dalam areal hutan. Karakteristik dari
tegakan hutan alam tropika tidak seumur adalah apabila digambarkan dalam kurva
akan berbentuk kurva J terbalik yang artinya adalah tegakan yang berusia muda
(diameter kecil) jumlahnya akan lebih banyak dibandingkan dengan tegakan yang
sudah cukup umur (diameter yang lebih tua). Hal tersebut dikarenakan tegakan
muda akan selalu bertambah besar dan tegakan tua perlahan akan mati (Sessions
2007).
Kegiatan pemanenan meliputi 4 tahap, yaitu penebangan (felling),
penyaradan (skidding), muat bongkar (loading dan unloading), dan pengangkutan
(hauling). Penebangan di PT Sari Bumi Kusuma menggunakan chainsaw tipe
Stihl 070 yang dioperasikan oleh operator dan dibantu oleh helper. Kegiatan
penebangan meliputi penentuan arah rebah pohon, pembersihan pohon dari liana,
pembersihan areal sekitar pohon yang ditebang, pembuatan jalur penyelamatan,
pembuatan takik rebah dan takik balas, serta pemotongan bagian pangkal dan
ujung pohon. Kemudian dilakukan kegiatan penyaradan menggunakan traktor tipe
CAT 527, sebelum menggunakan tipe traktor tersebut, penyaradan dilakukan
menggunakan traktor tipe D7G, tetapi karena dampak kerusakannya seperti
pemadatan tanah dan keterbukaan areal terlalu besar maka tipe traktor diganti
dengan tipe CAT 527 yang memiliki ukuran blade lebih kecil dan berat traktor
yang lebih kecil sehingga tekanan per satuan luas pada tanah juga akan lebih kecil.
Setelah log disarad dan sudah terkumpul di TPN hutan maka akan
dilakukan pengangkutan menuju TPN utama di km 54 cabang C, kegiatan
pengangkutan menggunakan truck trailer tipe ACTROSS. Log dimuat ke atas
trailer menggunakan 2 tipe loader yaitu CAT 977 L (loader ban besi) dan CAT
980G (loader ban karet). Proses setelah log sampai di TPN utama adalah
dilakukan pemasangan barcode yang menandakan bahwa kayu tersebut sudah
lunas PSDH (Provisi Sumber Daya Hutan) dan DR (Dana Reboisasi), setelah itu

9
pengangkutan dilanjutkan ke logpond untuk dikirimkan ke industri Kumpay untuk
diolah lebih lanjut.
Limbah Pemanenan Kayu
Kegiatan yang menjadi kunci utama dalam penentuan kualitas mutu kayu
yang akan dimanfaatkan adalah kegiatan penebangan, karena pada umumnya
kegiatan penebangan akan menghasilkan banyak limbah yang akan
mempengaruhi besar volume kayu yang dapat dimanfaatkan. Limbah pemanenan
adalah bagian pohon yang ditebang yang tidak dimanfaatkan karena adanya cacat,
rusak/pecah,diameter kecil (< 30 cm) serta panjang sortimen tidak memenuhi
syarat untuk suatu tujuan (< 2m) dan bagian pohon pada tegakan tinggal yang
menjadi rusak/pecah karena kegiatan pemanenan (Suhartana et al. 2005).
Jumlah pohon yang ditebang pada 8 plot pengamatan adalah 59 pohon
yang terdiri atas jenis meranti merah (Shorea sp.), melapi (Shorea lamelata),
mayau (Shorea johorensis), meranti kuning (Shorea gibbosa), meranti putih
(Shorea hopeifolia), ubah (Eugenia sp.), belapis (Polyalthea sp.), mahabai
(Polyalthea hypoleucha), kempas (Koompassia mallacensis), jabon
(Anthocephalus cadamba), medang (Litsea firma), menjalin (Xanthophyllum
excelsum), kulim (Scorodocarpus boorneensis), simpur (Dillenia eximia), belantik
(Cococeras sumatrana), dan uram (Elmerillia fsiampala). Rata-rata jumlah pohon
yang ditebang setiap plot adalah 7 pohon/ha.
Tabel 1 Rata-rata jumlah pohon yang ditebang
Plot
Ʃ Pohon ditebang (pohon/ha)
1
8
2
3
3
10
4
4
5
9
6
8
7
8
8
9
Rata-rata
7.38
Persentase limbah paling besar terjadi di petak tebang yaitu 88.36% dari
seluruh total limbah yang ada. Hal tersebut dikarenakan pada petak tebang
merupakan proses paling awal kegiatan pemanenan, mulai penebangan pohon
yang menyisakan limbah tunggak, perapihan bagian pangkal dan ujung log yang
menghasilkan limbah tunggak batang bebas cabang dan limbah batang atas
termasuk ranting. Hasil tersebut selaras dengan penelitian Purnamasari (2012) dan
Larasati (2013) yaitu sebesar 96.17% dan 98.19% limbah paling banyak terjadi di
petak tebang. Hasil persentase limbah dapat dilihat pada Tabel 2.

10
Tabel 2 Limbah pemanenan kayu berdasarkan lokasi
Lokasi
Petak tebang
TPN
TPK
Total

Volume limbah
(m³/8 ha)
105.66
13.92
0.00
119.59

Volume
(m³/ha)
13.21
1.74
0.00
14.95

Volume
(m³/pohon)
1.79
0.24
0.00
2.03

Persenlimbah
(%)
88.36
11.64
0.00*
100.00

Keterangan* : tidak terjadi pemotongan

Limbah di TPN berasal dari hasil trimming (pemotongan kayu) karena
kondisi log yang akan mengurangi kualitas kayu seperti growong, mata kayu,
bengkok, dll sebesar 11.64%. Kemudian limbah di TPK tidak ada karena di TPK
sudah tidak dilakukan pemotongan log dengan kata lain log yang sudah sampai di
TPK merupakan log yang sudah siap kirim ke industri. Limbah menurut bagian
pohon dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Limbah pemanenan kayu berdasarkan bagian pohon
Bagianpohon
Tunggak
BBC*
B.Atas*
Total

Volume
(m³)
28.13
27.70
49.83
105.66

Volume rata-rata
(m³/ha)
3.85
3.30
6.75
13.90

Volume rata-rata
(m³/pohon)
0.52
0.45
0.92
1.88

Persen limbah (%)
26.63
26.21
47.16
100.00

*Keterangan :BBC = batang bebas cabang, B.Atas = batang atas

Bagian pohon yang dikeluarkan dari hutan adalah yang memiliki nilai
komersil yaitu yang bentuk batangnya lurus, tidak ada cacat (mata kayu), dll,
sehingga kayu yang dianggap akan mengurangi kualita akan dilakukan
pemotongan. Bagian yang paling banyak ditinggalkan dalam hutan adalah bagian
batang atas dan ranting, persentase limbah pada batang atas mencapai 47.16%
atau 0.92 m³/pohon , dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa volume rata-rata
limbah dalam satu pohon adalah 1.88 m³/pohon.
Besarnya limbah dalam satu pohon dalam penelitian ini lebih sedikit
dibandingkan dengan penelitian limbah yang dilakukan di PT Indexim Utama
yang mencapai 5.06 m³/pohon dengan metode yang sama (Purnamasari 2012).
Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan pada limit diameter pohon yang
ditebang, penelitian di PT Indexim Utama limit diameternya 60 cm, sehingga
limbah yang dihasilkan juga pasti lebih besar.
Besarnya limbah di petak tebang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain kemahiran penebang untuk menentukan arah rebah yang berkaitan dengan
limbah batang atas dan limbah batang bebas cabang, pembuatan takik rebah
(limbah tunggak), kondisi topografi, kondisi pohon, kesilindrisan kayu, dan jenis
pohon yang mempengaruhi bentuk tajuk.

11
Tabel 4 Limbah pemanenan kayu di petak tebang
Plot

Tunggak

Batang bebas cabang

Batang atas

Total volume limbah

m³/ha

m³/pohon

m³/ha

m³/pohon

m³/ha

m³/pohon

m³/ha

m³/pohon

1

3.49

0.44

0.38

0.05

6.84

0.85

10.70

1.34

2

2.07

0.69

0.04

0.01

1.90

0.63

4.02

1.34

3

5.30

0.53

0.59

0.06

5.67

0.57

11.56

1.16

4

1.17

0.29

0.23

0.06

3.61

0.90

5.01

1.25

5

4.01

0.45

12.06

1.34

4.06

0.45

20.13

2.24

6

5.42

0.68

6.07

0.76

10.41

1.30

21.89

2.74

7

2.61

0.33

6.78

0.85

8.37

1.05

17.75

2.22

8

4.07

0.45

1.55

0.17

8.98

1.00

14.59

1.62

Rata-rata

3.52

0.48

3.46

0.41

6.23

0.84

13.21

1.74

Limbah pemanenan di petak tebang didominasi oleh limbah batang atas
yaitu 6.23 m³/ha dengan rata-rata setiap pohonnya 0.84 m³/pohon, kemudian
limbah tunggak mencapai 3.53 m³/ha dengan volume 0.48 m³/pohon dan batang
bebas cabang 3.46 m³/ha dengan volume 0.84 m³/pohon. Rata-rata volume limbah
adalah 13.21 m³/ha dan 1.74 m³/pohon.
Dalam pemanenan, growong pada pohon akan mempengaruhi besarnya
limbah yang dihasilkan, karena ketika suatu pohon tersebut terdapat growong,
bagian growong tersebut dipotong dan tidak dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu
sangat diperlukan pengetahuan mengenai penentuan kerusakan pada pohon saat di
lapang. Menurut Mangold (1997) yang diacu dalam Mariyanti (2011), tandatanda bahwa suatu pohon telah terjadi kerusakan dapat dilihat secara fisik antara
lain, adanya luka terbuka, akar patah atau mati, perubahan warna daun, kerusakan
kuncup, hilangnya dominasi ujung (mati pucuk), dll.
Plot
1
2
3
4
5
6
7
8
Ratarata

Tabel 5 Persentase pohon growong setiap plot
Ʃ Pohon yang
Ʃpohon
Persen pohon growong
ditebang
growong
(%)
8
0
0
3
1
33.33
10
0
0
4
2
50
9
0
0
8
4
50
8
1
12.5
9
0
0
7.4
1
18.23

Pengujian kualitas pohon ada dua, yaitu pengujian secara destruktif
(merusak bagian pohon) dan secara non destruktif (tanpa merusak bagian pohon),
ketika di lapang pengujian yang paling sering dilakukan adalah pengujian non
destruktif atau biasa disebut visual yaitu dengan melihat ciri fisik kerusakan pada
bagian luar pohon. Menurut Karlinasari (2007) metode non destruktif akan sangat

12
subyektif tergantung interpretasi setiap orang dan ada kemungkinan tidak
teridentifikasinya kerusakan tersebut .
Sebelum ditebang biasanya operator mengecek batang pohon dengan
memukulkan golok ke batang kayu sampai ketinggian tertentu. Pohon yang
growong biasanya bunyinya kurang nyaring karena di dalamnya berlubang, selain
itu operator juga menggunakan chainsaw untuk ditusukkan bilah gergajinya ke
batang pohon untuk mengetahui growong atau tidak. Pertimbangan operator tetap
menebang pohon yang growong adalah besarnya volume pohon yang
dimanfaatkan masih besar, sehingga operator juga masih mendapatkan
keuntungan.
Tabel 6 Persentase pohon growong berdasarkan jenis
Jenis pohon yang ditebang
Shorea sp.
Xanthophyllum exelsum
Shorea lamelata
Shorea johorensis
Shorea hopeifolia
Shorea gibbosa
Scorodocarpus borneensis
Polyalthea sp.
Polyalthea hypoleuca
Litsea firma
Koompassia malaccensis
Eugenia sp.
Elmerillia fsiampala
Dillenia eximia
Cococeras sumatrana
Anthocephalus cadamba

Σ pohon
26
2
3
3
1
3
1
1
1
3
1
4
1
1
4
4

Σ pohon growong
di lapang
3
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
2
0
1
0
0

Persen growong
(%)
11.54
0.00
33.33
0.00
0.00
0.00
100.00
0.00
0.00
0.00
0.00
50.00
0.00
100.00
0.00
0.00

Jenis pohon yang paling banyak ditemukan dalam kondisi growong adalah
jenis Shorea sp. Menurut Sumarni dan Muslich (2007), terdapat variasi kelas awet
pada suatu jenis kayu terhadap suatu organisme perusak belum tentu mempunyai
ketahanan yang sama terhadap organisme perusak lainnya. Dengan demikian,
keawetan alami suatu jenis kayu bersifat relatif karena dipengaruhi oleh faktor
dari dalam (zat ekstraktif) dan luar (jenis organisme perusak, suhu, dan
kelembaban).

Analisis Hubungan Faktor yang Mempengaruhi Volume Limbah
Faktor yang mempengaruhi volume limbah yang diuji dalam penelitian ini
adalah luas bidang dasar, intensitas tebang, tinggi pohon, dan kemiringan lereng.
Uji korelasi menggunakan software Minitab 16.

13

No
1
2
3
4

Tabel 7 Analisis hubungan peubah bebas terhadap volume limbah
Jenis hubungan
Koefisien
ρ−value
Persamaan regresi
peubah
korelasi (r)
VL dan IT
0.650
0.081
y = 1.8512x + 0.3593
VL dan TT
0.616
0.104
y = 1.207x - 24.39
VL dan LBDS
0.767
0.026
y = 57.017x - 7.914
VL dan KL
0.495
0.212
y = 2.955x + 6.621

*Keterangan :VL=volume limbah, IT=intensitas tebang, TT=tinggi total, LBDS=luas
bidang dasar, KL=kemiringan lereng

Nilai koefisien (r) untuk peubah yang mempengaruhi volume limbah yang
mendekati +1 adalah luas bidang dasar (r = 0.767) dengan nilai ρ−value (0.026) <
α (taraf nyata 95%) yang artinya luas bidang dasar berkorelasi sangat kuat dan
berpengaruh nyata terhadap volume limbah, kemudian untuk peubah bebas lain
seperti intensitas tebang, kemiringan lereng dan tinggi total juga berkorelasi
positif tetapi kurang berpengaruh terhadap volume limbah.
Faktor Eksploitasi
Studi tentang limbah pemanenan biasanya dikaitkan dengan faktor
eksploitasi. Faktor eksploitasi merupakan perbandingan antara banyaknya
produksi kayu yang dihasilkan dari suatu areal hutan dengan potensi standing
stock-nya yaitu sebesar 0,7 dan dimasukkan dalam target penentuan produksi.
Makin besar faktor eksploitasi maka akan semakin besar target produksi tahunan
(Matangaran et al. 2000).
Faktor eksploitasi di setiap areal konsesi pasti berbeda sangat bergantung
komitmen setiap perusahaan dalam menjaga kestabilan ekologi dengan penerapan
teknik penebangan berdampak rendah (RIL). Pada penelitian ini dilakukan dua
pendekatan perhitungan nilai faktor ekploitasi, yaitu pendekatan persentase
limbah dan menggunakan indeks tebang, indeks sarad dan indeks angkut.
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8 Faktor eksploitasi berdasarkan pendekatan persen limbah
Plot
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata

%limbah total
20.76
15.81
23.11
26.90
18.91
17.74
27.20
18.33
19.81

Faktor Eksplotasi
79.24
84.19
76.89
73.10
81.09
82.26
72.80
81.67
78.91

14
Tabel 9 Faktor eksploitasi berdasarkan indeks tebang, sarad, dan angkut
Plot
IT
IS
IA
FE
1
0.70
0.95
1
0.67
2
0.69
0.84
1
0.58
3
0.85
0.97
1
0.83
4
0.82
0.86
1
0.70
5
1.03
0.89
1
0.91
6
0.84
0.99
1
0.84
7
0.90
0.94
1
0.85
8
1.07
0.98
1
1.05
Rata-rata
0.86
0.93
1
0.80
Keterangan:IT=Indeks Tebang, IS=Indeks Sarad, IA=Indeks Angkut

Hasil perhitungan faktor eksploitasi berdasarkan pendekatan persentase
limbah setiap plot rata-ratanya 78,91% atau 0,79 dan berdasarkan indeks tebang
hasilnya 0,8. Faktor eksploitasi menggunakan pendekatan indeks tebang
didasarkan pada tinggi bebas cabang. Indeks tebang merupakan perbandingan
antara volume batang siap sarad dengan volume batang bebas cabang, diperoleh
rata-rata 0,86, kemudian indeks sarad rata-rata sebesar 0,93 yang merupakan
perbandingan volume batang siap angkut dan volume batang siap sarad. Indeks
angkut pada semua plot bernilai 1, hal ini disebabkan volume batang yang sampai
TPK dan volume batang siap angkut memiliki volume yang sama.
Massa Karbon Limbah Pemanenan Kayu
Biomassa hutan sangat relevan dengan isu perubahan iklim. Biomassa
hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama siklus karbon. Dari
keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% diantaranya tersimpan dalam vegetasi
hutan. Sebagai konsekuensi, jika terjadi kerusakan hutan, kebakaran, pembalakan
dan sebagainya akan menambah jumlah karbon di atmosfer (Sutaryo 2009).
Limbah pemanenan bagian batang atas dan cabang walaupun masih bisa
dimanfaatkan, dibutuhkan ekosistem hutan untuk menjaga siklus unsur hara
berupa pupuk alami untuk menggantikan biomassa dan unsur hara yang hilang
dari ekosistem hutan (Eisenbies et al. 2009)

15
Tabel 10 Rata-rata biomassa limbah pemanenan kayu (nekromassa)
Jenis pohon yang ditebang

Shorea sp.
Xanthophyllum exelsum
Shorea lamelata
Shorea johorensis
Shorea hopeifolia
Shorea gibbosa
Scorodocarpus borneensis
Polyalthea sp.
Elmerillia fsiampala
Dillenia eximia
Cococeras sumatrana
Anthocephaluscadamba
Eugenia sp.
Koompassia malaccensis
Litsea firma
Polyalthea hypoleuca
Rata-rata

Volume limbah
(m³/ha)
T
B
C
1.280 1.895 2.598
0.067 0.358 0.153
0.476 0.005 0.751
0.102 0.019 0.149
0.067 0.019 0.088
0.157 0.030 0.408
0.026 0.003 0.057
0.037 0.014 0.064
0.077 0.029 0.306
0.092 0.144 0.403
0.552 0.532 0.420
0.114 0.013 0.225
0.265 0.053 0.283
0.034 0.038 0.052
0.091 0.009 0.234
0.079 0.300 0.037
0.220 0.216 0.389

Nekromassa
(ton/ha)
T
B
C
0.410 0.872 0.117
0.036 0.186 0.075
0.295 0.003 0.338
0.040 0.008 0.088
0.026 0.008 0.059
0.100 0.018 0.245
0.018 0.002 0.034
0.024 0.009 0.038
0.050 0.012 0.174
0.045 0.070 0.226
0.326 0.309 0.235
0.059 0.006 0.117
0.175 0.035 0.156
0.025 0.027 0.035
0.055 0.005 0.115
0.031 0.126 0.018
0.107 0.106 0.192

Total
nekromassa
(ton/ha)
1.280
0.067
0.476
0.102
0.067
0.157
0.026
0.037
0.077
0.092
0.552
0.114
0.265
0.034
0.091
0.079
0.220

*Keterangan: T=Tunggak, B=Batang, C=Cabang

Nekromassa merupakan massa dari bagian pohon yang telah mati yang
masih tegak di lahan (batang atau tunggul kayu), kayu di permukaan tanah,
tunggak, ranting, ataupun serasah yang belum terlapuk (Hairiah et al. 2011).
Nekromassa yang dihitung pada penelitian ini adalah tunggak, batang bebas
cabang, dan batang atas termasuk cabang. Nekromassa diperoleh dari volume
limbah dan kerapatan kayu, semakin besar volume limbah dan kerapatan kayunya
maka nekromassanya juga akan semakin besar.
Hal tersebut dapat dilihat dari jenis Shorea sp. yang memiliki volume
limbah paling banyak nekromassa yang dimiliki juga besar yaitu 1.28 ton/ha
karena jumlah pohon yang ditebang didominasi oleh jenis tersebut. Rata-rata
nekromassa paling banyak terkandung pada bagian batang atas termasuk cabang
yaitu sebesar 0.192 ton/ha, sedangkan untuk bagian tunggak dan batang bebas
cabang hanya sebesar 0.107 ton/ ha dan 0.106 ton/ha.

16
Tabel 11 Rata-rata massa karbon limbah pemanenan kayu
Jenis Pohon
Shorea sp.
Xanthophyllum exelsum
Shorea lamelata
Shorea johorensis
Shorea hopeifolia
Shorea gibbosa
Scorodocarpus borneensis
Polyalthea sp.
Elmerillia fsiampala
Dillenia eximia
Cococeras sumatrana
Anthocephalus cadamba
Eugenia sp.
Koompassia malaccensis
Litsea firma
Polyalthea hypoleuca
Rata-rata

T
32.29
39.03
40.36
36.90
38.32
41.72
64.70
51.15
36.44
46.63
53.86
34.88
41.81
63.13
38.00
51.15
44.40

% Karbon
B
C
39.50 36.35
41.46 38.70
35.61 31.81
35.88 33.70
48.53 42.87
34.32 46.46
24.27 40.89
30.98 35.08
35.11 34.20
46.94 50.47
53.44 42.13
20.55 35.18
56.06 46.92
66.70 63.77
40.68 36.50
30.98 35.08
40.06 40.63

T

Massa Karbon
B
C

Total
(ton C/ ha)

0.839
0.060
0.303
0.055
0.034
0.170
0.037
0.033
0.111
0.188
0.226
0.079
0.118
0.033
0.089
0.019

0.162
0.015
0.105
0.014
0.013
0.034
0.004
0.007
0.018
0.021
0.174
0.012
0.098
0.017
0.022
0.010

0.317
0.072
0.001
0.003
0.003
0.008
0.001
0.003
0.004
0.036
0.130
0.002
0.016
0.017
0.002
0.044

1.318
0.147
0.409
0.072
0.050
0.213
0.042
0.043
0.133
0.245
0.531
0.093
0.233
0.067
0.113
0.073

0.150

0.045

0.041

0.236

Tabel 11 menunjukkan bahwa kadar karbon paling banyak berdasarkan uji
laboratorium terdapat pada bagian tunggak pohon, rata-ratanya sebesar 44.40%,
kadar karbon untuk batang bebas cabang sebesar 40.06%, dan batang atas 40.63%.
Massa karbon merupakan hasil perkalian antara nekromassa dengan kadar karbon.
Simpanan karbon terbesar terdapat pada jenis Shorea sp. (meranti merah) yaitu
1.318 ton C/ha. Simpanan massa karbon pada limbah pemanenan kayu tersebut
mengindikasikan besarnya karbon yang akan dilepaskan ke atmosfer melalui
proses dekomposisi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan sebaran limbah di PT Sari Bumi Kusuma paling banyak
terjadi di petak tebang yaitu sebesar 88.36% atau sama dengan 13.21 m³/ha
dengan bagian yang paling banyak ditinggalkan adalah batang atas termasuk
cabang dengan rata-rata 6.75 m³/ha. Faktor eksploitasi menggunakan indeks
tebang, indeks sarad, dan indeks angkut adalah 0.8.
Hasil dari analisis faktor yang mempengaruhi besarnya limbah, peubah
luas bidang dasar memiliki korelasi dan pengaruh paling kuat dibandingkan
dengan peubah lain seperti intensitas tebang, tinggi total, dan kemiringan lereng.
Pohon growong yang paling banyak ditemukan di lapang adalah jenis
Shorea sp. yang memiliki biomassa sebesar 1.28 ton/ha. Besarnya simpanan
massa karbon dipengaruhi oleh besarnya biomassa dan volume limbah. Simpanan

17
karbon terbesar terdapat pada jenis Shorea sp. yaitu 1.318 ton C/ha dan
berdasarkan bagian pohon paling banyak terkandung pada bagian tunggak yaitu
0.15 ton C/ha.
Saran
Perlu penelitian lanjutan mengenai identifikasi pohon growong dengan
metode non destruktif dan pemanfaatan limbah lebih lanjut untuk menghasilkan
nilai ekonomi tamahan untuk perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
[ASTM] American Society For Testing and Materials. 2008. Standard Test
Methods for direct moisture content measurement of wood and wood-base
materials. Baltimore, MD, U.S.A.
Ditjen Pengusahaan Hutan. 1993. Petunjuk Cara Pengukuran dan Penetapan Isi
Kayu Bulat Rimba Indonesia. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pengusahaan
Hutan.
Draper NR, H Smith. 1992. Analisis Regresi Terapan. Edisi 2. Sumantri H
penerjemah; Jakarta (ID). Gramedia. Terjemahan dari: Applied Regression
Analysis Second Edition.
Eisenbies MH, ED Vance, W Aust, JR Seiler. 2009. Intensive utilization of
harvest residues in southern pine plantation: Quantities availale and
implications for nutrient budgets and sustainable site productivity.
Bioenergy Research.3(2): 90−98. DOI: 10.1007 S12155-009-9036-z.
Hairiah K, Ekadinata A, Sari RR, Rahayu S. 2011. Pengukuran Cadangan
Karbon dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan. Bogor (ID) : World
Agroforestry Center-ICRAF, SEA Regional Office. University of
Brawijaya Indonesia.
Haygreen JG, Bowyer JL. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar.
Hadikusumo SA. Penerjemah; Prawirohatmodjo S, Editor. Yogyakarta:
Gadjah Mada.
Karlinasari L. 2007. Analisis kekakuan kayu berdasarkan pengujian non destruktif
metode gelombang ultrasonic dan kekuatan, lentur kayu berdasarkan
pengujian destruktif[Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Larasati N. 2013. Limbah pemanenan kayu dan massa karbon tersimpan pada
limbah pemanenan kayu di perusahaan pemanfaatan kayu Kalimantan
Timur[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mariyanti IS. 2011. Evaluasi kesehatan pohon ornamental di kota Bogor
menggunakan metode visual dan gelombang ultrasonic[Skripsi]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor
Matangaran JR, Togar LT, Tjetjep UK, Yovi EY. 2000. Studi pemanfaatan limbah
pemanenan untuk bahan baku industri dalam rangka pengenalan dan
pemasaran hasil hutan. Laporan Akhir. Direktorat Jenderal Pengelolaan
Hutan Produksi bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Matangaran JR, Partiani T, Purnamasari DR. 2013. Faktor eksploitasi dan
kuantifikasi limbah kayu dalam rangka peningkatan efisiensi pemanenan
hutan alam.Jurnal Bumi Lestari .13(2):384−393.

18
Mattjik AA, Sumertajaya IM.2006. Perancangan Percobaan. Bogor (ID):IPB Pr.
Maulana A. 2009. Pengujian kualitas kayu bundar Jati (Tectona Grandis Linn. f)
pada pengelolaan hutan berbasis masyarakat tersertifikasi di Kabupaten
Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara[Skripsi]. Bogor (ID):Institut
Pertanian Bogor.
Purnamasari DR. 2012. Limbah pemanenan kayu, faktor eksploitasi dan karbon
tersimpan pada limbah pemanenan kayu di IUPHHK-HA PT Indexim
Utama, Kalimantan Tengah[Skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor.
Sessions J, editor. 2007. Harvesting operations in The Tropics. New
York:Springer.
Suhartana S, Dulsalam, Tinambunan D. 2005. Peningkatan produksi hasil hutan
melalui implementasi pemanenan hutan berwawasan lingkungan.Prosiding
Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Bogor (ID) : Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. hlm 65-77.
Suhartana S, Yuniawati. 2014. Potensi karbon pada limbah pemanenan kayu
Acacia Crassicarpa. Jurnal Ilmu Lingkungan. 12(1):21−31
Sumarni G, Muslich M. 2007. Keawetan 52 jenis kayu Indonesia dan
kegunaannya untuk konstruksi bangunan. Prosiding Seminar Nasional
MAPEKI X; 2007 Agustus 9−11; Pontianak, Indonesia. Bogor(ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. hlm 533−543.
Sutaryo D. 2009. Penghitungan Biomassa (Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon
dan Perdagangan Karbon).Bogor(ID): Wetlands International Indonesia
Programme.
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistik Edisi 3 [Terjemahan dari: Introduction to
statistics 3rd edition Penerjemah: Sumantri B]. Jakarta (ID): Gramedia.

19
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Maret 1994 di Surakarta, Provinsi Jawa
Tengah. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Tri
Warsito dan Ibu Heni Retno. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD
Negeri Mangkubumen Lor No 15 Surakarta lulus pada tahun 2005, pendidikan
menengah pertama di SMP Negeri 9 Surakarta lulus pada tahun 2008, dan
melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Surakarta lulus pada
tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi Mahasiswa di
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN di Departemen Manajemen
Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif berkontribusi di beberapa
organisasi kemahasiswaan antara lain: Ayumas Solo (Organisasi Mahasiswa
Daerah) periode 2011−2014. Anggota Forest Management Student Club (FMSC)
pada periode tahun 2012−2013, dan Pengurus BEM KM IPB Kabinet Berani Beda
sebagai Bendahara Kementerian PSDM periode tahun 2013−2014. Penulis juga
pernah menjadi panitia dalam berbagai acara dan kegiatan diantaranya adalah
adalah Semarak Kehutanan, Leadership and Enterpreneur School (LES), Career
and Development Training (CDT), dan Journalistic Fair (JF).
Pada tahun 2013 penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan
(P2EH) Jalur Papandayan – Sancang Timur, kemudian tahun 2014 penulis
melakukan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat
(HPGW) dan KPH Cianjur Jawa Barat. Selain aktif dalam organisasi, penulis juga
menjadi Asisten Praktikum pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan
Wilayah (IUTPW) pada tahun 2013 sampai tahun 2014, kemudian mata kuliah
Inventarisasi Hutan pada tahun 2014. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan
PKM-M Save Nature with Super Dare yang berhasil didanai oleh DIKTI.
Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan
judul Limbah Pembalakan dan Massa Karbon yang Tersimpan pada Limbah
Kayu di PT Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah dibawah bimbingan
Bapak Prof Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS.