Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Coffea arabica L. Setelah Erupsi Abu Vukanik Gunung Sinabung di Kabupaten Karo
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2008. Kajian Peluang Bisnis Bagi Sepuluh
Komoditi Unggulan di Sumatera Utara. Badan Penelitian dan
Pengembangan Provinsi Sumatera Utara. Medan.
Barasa, R. F. 2013. Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung Sinabung Terhadap
Kadar Cu, Pb, dan B Tanah di Kabupaten Karo. J. Agroekotekno
1(4):1288-1297
BBPPTP. 2015. Laporan Serangan OPT Penting Perkebunan UPPT Tiga Pancur.
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Sumatera Utara.
Medan.
BPTP. 2013. Rekomendasi Kebijakan Mitigasi Dampak Erupsi Gunung Sinabung
Terhadap Sektor Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Utara. Medan.
Bustami, B. R. dan Hidayat, P. 2013. Analisis Daya Saing Produk Ekspor Provinsi
Sumatera Utara. J. Eko. Keu 1(2), Januari 2013.
Departemen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi.
Departemen Pertanian. Jakarta
Dinas Informasi dan Informatika Kabupaten Karo. 2015. Potensi Perkebunan.
http://www.karokab.go.id. 2015. [1 April 2015].
Krebs. 1978. Ecology. The Experimental Analysis of Distribution and Abudance.
Third Edition. Harper and Row Publisher. New York dalam Rosalyn, I.
2007. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT.
Perkebunan Nuantara III. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Manurung, V. U. 2008. Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek
Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada
Tanaman Kopi. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Manurung, N. 2010. Ekologi Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei) Pada
Tanaman Kopi Arabika (Coffea Arabica) di Kabupaten Pakpak Barat.
Thesis. Universitas Sumatera Utara.Medan.
Michael P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Tanaman Lapangan dan
Laboratorium. Terjemahan Yanti R. Koester. UI Press. Jakarta dalam
Aryoudi, A. 2010. Interaksi Tropik Jenis Serangga Di Atas Permukaan
Tanah (Yellow Trap) Dan Pada Permukaan Tanah (Pitfall Trap) Pada
Tanaman Terung Belanda (Solanum betaceum Cav.) di Lapangan. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saunders. Philadelphia dalam
Rosalyn, I. 2007. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada
Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanah Raja
Perbaungan PT. Perkebunan Nuantara III. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Plantamor.
2015.
Informasi
Spesies
Kopi, Coffea
http://www.plantamor.com [26 November 2015].
Arabica
L.
Pohlan, H. A. J. dan Jansen, M. J. J. 2011. Growth and Production of Ceffee. Soil,
Plant Growth and Crop Production. Vol. III. Encylopedia of life Support
Systems (EOLSS).
Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, S. Joni Munarso.
2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Price, P.W. 1997. Insect Ecology. 3rd Ed. John Wiley & Sons, Northern Arizona
University, New York. 661 pp. dalam Sianipar, M. S. 2006.
Keanekaragaman dan Kelimpahan Populasi Serangga Hama dan Serangga
Musuh
Alami
Pada
Budidaya
Jamur
Tiram
Putih
(Pleurotus ostreatus (Jacq. Ex Fr.) Kummer). Penelitian Mandiri.
Universitas Padjadjaran. Jatinangor
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2013. Program Pelatihan Tahun
2013. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember
Putri, A. C. 2015. Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Sosial Ekonomi
Petani Kopi di Desa Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rahayu, S., A. Setiawan. E. A. Husaeni dan S. Suyanto. 2006. Biological Control
of Black Twig Borer Xylosandrus compactus in Multistrata Coffee
Agroforestry: A Case Study From Sumberjaya District, West Lampung.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rosalyn, I. 2007. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanah Raja Perbaungan
PT. Perkebunan Nuantara III. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Saragih, A. 2008. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Tanaman Stroberi
(Fragaria sp.) di Lapangan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Situmorang, T. S. 2013. Kopi Sigarar Utang dari Sumatera Utara. Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP). Medan
Subekti, N. 2013. Keanekaragaman Jenis Serangga di Hutan Tinjomoyo Kota
Semarang, Jawa Tengah. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan. Bumi Aksara. Jakarta dalam Saragih, A. 2008.
Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Tanaman Stroberi (Fragaria sp.)
di Lapangan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Tambunan, G. R. 2013. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Helvetia PT. Perkebunan
Nusantara II. J. Agrotekno.1(4):1081-1091.
Untung, K. 2010. Diktat Dasar-Dasar Ilmu Hama Tanaman. UniversitasHajah
Mada. Yogyakarta
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di perkebunan kopi milik rakyat di 3 desa
di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo dan 1 desa Kabupaten Dairi,
Sumatera Utara pada ketinggian ± 1300 m di atas permukaan laut dan identifikasi
serangga dilakukan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Juli sampai Oktober
2015
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan tanaman kopi
yang telah berbuah, imago serangga yang tertangkap, air bersih, detergen, plastik
transparan, kertas warna kuning, cup plastik, lem perekat, tissue, tali plastik,
kertas karton, formalin dan alkohol 70%.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples, botol kecil,
mikroskop, jaring serangga atau sweeping net, pit fall trap, hekter, pinset, gunting,
kalkulator, kamera, jarum suntik, sekop, buku acuan identifikasi yaitu Kalshoven
(1981), Borror dkk (1996) dan alat tulis.
Pelaksanaan Penelitian
Penentuan Lokasi Pengamatan
Pengambilan lokasi sampel dilakukan pada pertanaman kopi milik
masyarakat yang berada pada 4 desa terkena erupsi dengan 2 petak pengamatan
pada masing-masing desa. Sebagai daerah pembanding, dilakukan pengamatan
pada lahan tidak kena erupsi di Desa Lae Parira, Kec. Lae Parira, Kabupaten
Dairi. Adapun petak pengamatan tersebut sebagai berikut:
1. Desa Lingga, 2 lahan pengamatan masing dengan luas 0,25 Ha dengan jumlah
populasi tanam 200-250 pohon/lahan.
2. Desa Perteguhan, 2 lahan pengamatan masing dengan luas 0,25 Ha dengan
jumlah populasi tanam 200-250 pohon/petak.
3. Desa Ndokumsiroga, 2 lahan pengamatan masing dengan luas 0,25 Ha dengan
jumlah populasi tanam 200-250 pohon/petak.
4. Desa Lae Parira, 2 lahan pengamatan masing dengan luas 0,25 Ha dengan
jumlah populasi tanam 200-250 pohon/petak.
Jumlah pohon yang akan digunakan sebagai tanaman sampel pada masingmasing lahan adalah 25 pohon sampel/petak pengamatan.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang dilakukan sebanyak empat kali pengambilan
dengan menangkap serangga yang tertangkap pada pertanaman kopi yang telah
berbuah dan dikumpulkan dalam jumlah sebanyak mungkin. Yang menjadi
sampel pengamatan adalah serangga dewasa (imago) dari serangga di pertanaman
kopi.
Penangkapan
serangga
dilakukan
dengan
menggunakan
berbagai
perangkap, yaitu sebagai berikut : perangkap jaring (sweeping net), perangkap
jatuh (pit fall trap) untuk menangkap serangga yang hidup di atas permukaan
tanah, perangkap kuning (yellow trap), dan handpicking yaitu mengambil
langsung serangga yang terdapat pada dua puluh lima pohon sampel. Penentuan
pohon sampel dilakukan dengan memilih lima pohon yang berada disekitar
perangkap yellow trap dan pit fall trap.
Perangkap Jaring (Sweep Net)
Perangkap jaring (sweep net) terbuat dari bahan ringan dan kuat seperti
kain kasa, mudah diayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat.
Pengambilan sampel pada lahan pertanaman kopi dilakukan dengan sepuluh kali
pengayunan secara diagonal pada setiap lahan pertanaman. Serangga yang
tertangkap
kemudian
dikumpulkan,
lalu
dimasukkan
kedalam
wadah
penyimpanan sampel untuk diidentifikasi dan dihitung. Penangkapan serangga
dilakukan pada pagi pukul 07.00 - 09.00 atau sore hari pukul 17.00 - 18.00.
Penangkapan dilakukan satu kali seminggu dengan rentang waktu penangkapan
tujuh hari dari penangkapan sebelumnya.
Gambar 7. Perangkap Jaring (Sweep Net)
(Sumber : Foto Langsung)
Perangkap Jatuh (Pit Fall Trap)
Perangkap jatuh (Pit Fall Trap) digunakan untuk menangkap serangga
yang hidup diatas permukaan tanah. Perangkap ini dibuat dari cup plastik,
kemudian kedalam cup plastik tersebut dimasukkan air jernih yang telah dicampur
dengan deterjen. Cup tersebut dimasukkan kedalam tanah hingga rata dengan
permukaan tanah yang diletakkan selama tiga hari pada keempat sisi lahan dan
ditengah-tengah setiap lahan pertanaman kopi dan diberi naungan agar apabila
hujan datang air tidak memenuhi cup tersebut sehingga serangga yang tertangkap
tidak keluar. Serangga yang jatuh kedalam cup tersebut dikumpulkan, dihitung
dan dimasukkan kedalam botol kocok untuk diidentifikasi.
Gambar 8. Perangkap Jatuh (Pit Fall Trap)
(Sumber : Foto Langsung)
Perangkap Kuning (Yellow Trap)
Perangkap ini terbuat dari kertas berwarna kuning yang berukuran 30 cm x
20 cm yang diolesi dengan lem perekat. Perangkap ini diletakan pada keempat sisi
lahan pertanaman kopi sesuai arah mata angin, yang pasang pada pagi hari dan
diletakkan selama tiga hari. Serangga yang diperoleh pada perangkap ini
dikumpulkan, diidentifikasi, dan dihitung.
Gambar 9. Perangkap Kuning (Yellow Trap)
(Sumber : Foto Langsung)
Mengambil Serangga Secara Langsung (Handpicking)
Handpicking dilakukan dengan menangkap serangga yang terdapat pada
masing-masing pohon sampel yaitu dengan mengambil buah yang terserang dan
serangga yang terdapat pada tanaman sampel secara langsung. Serangga yang
diperoleh dikumpulkan, dan dimasukkan kedalam wadah penyimpanan untuk
diidentifikasi dan dihitung.
Gambar 10. Handpicking
(Sumber : Foto Langsung)
Identifikasi Serangga
Serangga yang tertangkap dari lapangan ada yang dapat diindentifikasi
secara langsung dan ada yang belum dapat diidentifikasi secara langsung.
Serangga yang belum diidentifikasi, dilakukan identifikasi di Laboratorium Hama
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Identifikasi
dilakukan sampai pada tingkat family.
Peubah Amatan
1. Jumlah dan jenis serangga tertangkap
Serangga yang tertangkap dikumpulkan, diidentifikasi dan dihitung sesuai
dengan kelompok family masing-masing setiap serangga pada setiap pengamatan.
2. Nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak, Frekuensi
Relatif pada setiap pengamatan.
Dengan diketahuinya jumlah populasi serangga tertangkap yang telah
diidentifikasi maka dapat dihitung nilai kerapatan mutlak, kerapatan relative,
frekuensi mutlak, frekuensi relative pada setiap pengamatan.
3. Nilai indeks keanekaragaman jenis serangga
Setelah jumlah serangga yang tertangkap pada setiap pengamatan
diketahui, maka dihitung nilai indeks keanekaragaman pada masing-masing
pengamatan dengan menggunakan rumus indeks Shanon-Weiner (H).
Metode Analisa Data
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yaitu melakukan
pengambilan sampel serangga pada lahan tanaman kopi yang terkena erupsi abu
vulkanik Gunung Sinabung dan pada lahan yang tidak terkena erupsi. Serangga
yang diperoleh pada setiap penangkapan kemudian diidentifikasi dan dihitung
kemudian dianalisis sebagai berikut:
Kerapatan Mutlak (KM) suatu jenis serangga:
Kerapatan mutlak menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada
habitat yang dinyatakan secara mutlak (Purba, 2010).
Kerapatan Relatif (KR) suatu jenis serangga
KM
X 100%
∑ KM
KR = Jumlah individu suatu jenis dalam setiap penangkapan X 100%
Total individu dalam setiap penangkapan
KR =
(Suin, 1997 dalam Saragih, 2008).
Frekuansi Mutlak (FM) suatu jenis serangga:
Frekuensi mutlak menunjukkan jumlah kesering hadiran suatu serangga
tertentu yang ditemukan pada habitat tiap pengamatan yang dinyatakan secara
mutlak (Purba, 2010).
Frekuensi Relatif (FR) suatu jenis serangga:
Frekuensi relatif menunjukkan keseringhadiran suatu jenis serangga pada
habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut
(Purba, 2010).
FR =
FM
X 100%
∑ FM
FR =
Nilai FM suatu jenis serangga setiap penangkapan X 100%
Nilai FM semua jenis serangga setiap penangkapan
(Suin, 1997 dalam Saragih, 2008).
Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga
Indeks keanekaragaman merupakan suatu penggambaran secara matematik
untuk
mempermudah dalam menganalisis informasi mengenai jumlah jenis
indvidu serta berapa banyak jumlah jenis individu yang ada dalam suatu area
(Tambunan, 2013). Untuk membandingkan tinggi rendahnya keanekaragaman
jenis serangga yaitu keanekaragaman jenis serangga hama dan musuh alami
digunakan indeks Shanon-Weiner (H) dengan rumus:
s
H´ = – ∑ pi ln pi
i=1
ni
pi =
N
dimana : H´ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Weaver
pi = Proporsi jumlah individu ke-1 dengan jumlah total individu
ni = Spesies ke-i
N = Jumlah total individu (Price, 1997 dalam Sianipar, 2006).
Dengan kriteria indeks keanekaragaman menurut Krebs (1978) sebagai
berikut:
H>3
= Tinggi
H
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2008. Kajian Peluang Bisnis Bagi Sepuluh
Komoditi Unggulan di Sumatera Utara. Badan Penelitian dan
Pengembangan Provinsi Sumatera Utara. Medan.
Barasa, R. F. 2013. Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung Sinabung Terhadap
Kadar Cu, Pb, dan B Tanah di Kabupaten Karo. J. Agroekotekno
1(4):1288-1297
BBPPTP. 2015. Laporan Serangan OPT Penting Perkebunan UPPT Tiga Pancur.
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Sumatera Utara.
Medan.
BPTP. 2013. Rekomendasi Kebijakan Mitigasi Dampak Erupsi Gunung Sinabung
Terhadap Sektor Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Utara. Medan.
Bustami, B. R. dan Hidayat, P. 2013. Analisis Daya Saing Produk Ekspor Provinsi
Sumatera Utara. J. Eko. Keu 1(2), Januari 2013.
Departemen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi.
Departemen Pertanian. Jakarta
Dinas Informasi dan Informatika Kabupaten Karo. 2015. Potensi Perkebunan.
http://www.karokab.go.id. 2015. [1 April 2015].
Krebs. 1978. Ecology. The Experimental Analysis of Distribution and Abudance.
Third Edition. Harper and Row Publisher. New York dalam Rosalyn, I.
2007. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT.
Perkebunan Nuantara III. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Manurung, V. U. 2008. Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek
Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada
Tanaman Kopi. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Manurung, N. 2010. Ekologi Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei) Pada
Tanaman Kopi Arabika (Coffea Arabica) di Kabupaten Pakpak Barat.
Thesis. Universitas Sumatera Utara.Medan.
Michael P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Tanaman Lapangan dan
Laboratorium. Terjemahan Yanti R. Koester. UI Press. Jakarta dalam
Aryoudi, A. 2010. Interaksi Tropik Jenis Serangga Di Atas Permukaan
Tanah (Yellow Trap) Dan Pada Permukaan Tanah (Pitfall Trap) Pada
Tanaman Terung Belanda (Solanum betaceum Cav.) di Lapangan. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saunders. Philadelphia dalam
Rosalyn, I. 2007. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada
Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanah Raja
Perbaungan PT. Perkebunan Nuantara III. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Plantamor.
2015.
Informasi
Spesies
Kopi, Coffea
http://www.plantamor.com [26 November 2015].
Arabica
L.
Pohlan, H. A. J. dan Jansen, M. J. J. 2011. Growth and Production of Ceffee. Soil,
Plant Growth and Crop Production. Vol. III. Encylopedia of life Support
Systems (EOLSS).
Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, S. Joni Munarso.
2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Price, P.W. 1997. Insect Ecology. 3rd Ed. John Wiley & Sons, Northern Arizona
University, New York. 661 pp. dalam Sianipar, M. S. 2006.
Keanekaragaman dan Kelimpahan Populasi Serangga Hama dan Serangga
Musuh
Alami
Pada
Budidaya
Jamur
Tiram
Putih
(Pleurotus ostreatus (Jacq. Ex Fr.) Kummer). Penelitian Mandiri.
Universitas Padjadjaran. Jatinangor
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2013. Program Pelatihan Tahun
2013. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember
Putri, A. C. 2015. Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Sosial Ekonomi
Petani Kopi di Desa Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rahayu, S., A. Setiawan. E. A. Husaeni dan S. Suyanto. 2006. Biological Control
of Black Twig Borer Xylosandrus compactus in Multistrata Coffee
Agroforestry: A Case Study From Sumberjaya District, West Lampung.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rosalyn, I. 2007. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanah Raja Perbaungan
PT. Perkebunan Nuantara III. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Saragih, A. 2008. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Tanaman Stroberi
(Fragaria sp.) di Lapangan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Situmorang, T. S. 2013. Kopi Sigarar Utang dari Sumatera Utara. Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP). Medan
Subekti, N. 2013. Keanekaragaman Jenis Serangga di Hutan Tinjomoyo Kota
Semarang, Jawa Tengah. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan. Bumi Aksara. Jakarta dalam Saragih, A. 2008.
Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Tanaman Stroberi (Fragaria sp.)
di Lapangan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Tambunan, G. R. 2013. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Helvetia PT. Perkebunan
Nusantara II. J. Agrotekno.1(4):1081-1091.
Untung, K. 2010. Diktat Dasar-Dasar Ilmu Hama Tanaman. UniversitasHajah
Mada. Yogyakarta
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di perkebunan kopi milik rakyat di 3 desa
di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo dan 1 desa Kabupaten Dairi,
Sumatera Utara pada ketinggian ± 1300 m di atas permukaan laut dan identifikasi
serangga dilakukan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Juli sampai Oktober
2015
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan tanaman kopi
yang telah berbuah, imago serangga yang tertangkap, air bersih, detergen, plastik
transparan, kertas warna kuning, cup plastik, lem perekat, tissue, tali plastik,
kertas karton, formalin dan alkohol 70%.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples, botol kecil,
mikroskop, jaring serangga atau sweeping net, pit fall trap, hekter, pinset, gunting,
kalkulator, kamera, jarum suntik, sekop, buku acuan identifikasi yaitu Kalshoven
(1981), Borror dkk (1996) dan alat tulis.
Pelaksanaan Penelitian
Penentuan Lokasi Pengamatan
Pengambilan lokasi sampel dilakukan pada pertanaman kopi milik
masyarakat yang berada pada 4 desa terkena erupsi dengan 2 petak pengamatan
pada masing-masing desa. Sebagai daerah pembanding, dilakukan pengamatan
pada lahan tidak kena erupsi di Desa Lae Parira, Kec. Lae Parira, Kabupaten
Dairi. Adapun petak pengamatan tersebut sebagai berikut:
1. Desa Lingga, 2 lahan pengamatan masing dengan luas 0,25 Ha dengan jumlah
populasi tanam 200-250 pohon/lahan.
2. Desa Perteguhan, 2 lahan pengamatan masing dengan luas 0,25 Ha dengan
jumlah populasi tanam 200-250 pohon/petak.
3. Desa Ndokumsiroga, 2 lahan pengamatan masing dengan luas 0,25 Ha dengan
jumlah populasi tanam 200-250 pohon/petak.
4. Desa Lae Parira, 2 lahan pengamatan masing dengan luas 0,25 Ha dengan
jumlah populasi tanam 200-250 pohon/petak.
Jumlah pohon yang akan digunakan sebagai tanaman sampel pada masingmasing lahan adalah 25 pohon sampel/petak pengamatan.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang dilakukan sebanyak empat kali pengambilan
dengan menangkap serangga yang tertangkap pada pertanaman kopi yang telah
berbuah dan dikumpulkan dalam jumlah sebanyak mungkin. Yang menjadi
sampel pengamatan adalah serangga dewasa (imago) dari serangga di pertanaman
kopi.
Penangkapan
serangga
dilakukan
dengan
menggunakan
berbagai
perangkap, yaitu sebagai berikut : perangkap jaring (sweeping net), perangkap
jatuh (pit fall trap) untuk menangkap serangga yang hidup di atas permukaan
tanah, perangkap kuning (yellow trap), dan handpicking yaitu mengambil
langsung serangga yang terdapat pada dua puluh lima pohon sampel. Penentuan
pohon sampel dilakukan dengan memilih lima pohon yang berada disekitar
perangkap yellow trap dan pit fall trap.
Perangkap Jaring (Sweep Net)
Perangkap jaring (sweep net) terbuat dari bahan ringan dan kuat seperti
kain kasa, mudah diayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat.
Pengambilan sampel pada lahan pertanaman kopi dilakukan dengan sepuluh kali
pengayunan secara diagonal pada setiap lahan pertanaman. Serangga yang
tertangkap
kemudian
dikumpulkan,
lalu
dimasukkan
kedalam
wadah
penyimpanan sampel untuk diidentifikasi dan dihitung. Penangkapan serangga
dilakukan pada pagi pukul 07.00 - 09.00 atau sore hari pukul 17.00 - 18.00.
Penangkapan dilakukan satu kali seminggu dengan rentang waktu penangkapan
tujuh hari dari penangkapan sebelumnya.
Gambar 7. Perangkap Jaring (Sweep Net)
(Sumber : Foto Langsung)
Perangkap Jatuh (Pit Fall Trap)
Perangkap jatuh (Pit Fall Trap) digunakan untuk menangkap serangga
yang hidup diatas permukaan tanah. Perangkap ini dibuat dari cup plastik,
kemudian kedalam cup plastik tersebut dimasukkan air jernih yang telah dicampur
dengan deterjen. Cup tersebut dimasukkan kedalam tanah hingga rata dengan
permukaan tanah yang diletakkan selama tiga hari pada keempat sisi lahan dan
ditengah-tengah setiap lahan pertanaman kopi dan diberi naungan agar apabila
hujan datang air tidak memenuhi cup tersebut sehingga serangga yang tertangkap
tidak keluar. Serangga yang jatuh kedalam cup tersebut dikumpulkan, dihitung
dan dimasukkan kedalam botol kocok untuk diidentifikasi.
Gambar 8. Perangkap Jatuh (Pit Fall Trap)
(Sumber : Foto Langsung)
Perangkap Kuning (Yellow Trap)
Perangkap ini terbuat dari kertas berwarna kuning yang berukuran 30 cm x
20 cm yang diolesi dengan lem perekat. Perangkap ini diletakan pada keempat sisi
lahan pertanaman kopi sesuai arah mata angin, yang pasang pada pagi hari dan
diletakkan selama tiga hari. Serangga yang diperoleh pada perangkap ini
dikumpulkan, diidentifikasi, dan dihitung.
Gambar 9. Perangkap Kuning (Yellow Trap)
(Sumber : Foto Langsung)
Mengambil Serangga Secara Langsung (Handpicking)
Handpicking dilakukan dengan menangkap serangga yang terdapat pada
masing-masing pohon sampel yaitu dengan mengambil buah yang terserang dan
serangga yang terdapat pada tanaman sampel secara langsung. Serangga yang
diperoleh dikumpulkan, dan dimasukkan kedalam wadah penyimpanan untuk
diidentifikasi dan dihitung.
Gambar 10. Handpicking
(Sumber : Foto Langsung)
Identifikasi Serangga
Serangga yang tertangkap dari lapangan ada yang dapat diindentifikasi
secara langsung dan ada yang belum dapat diidentifikasi secara langsung.
Serangga yang belum diidentifikasi, dilakukan identifikasi di Laboratorium Hama
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Identifikasi
dilakukan sampai pada tingkat family.
Peubah Amatan
1. Jumlah dan jenis serangga tertangkap
Serangga yang tertangkap dikumpulkan, diidentifikasi dan dihitung sesuai
dengan kelompok family masing-masing setiap serangga pada setiap pengamatan.
2. Nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak, Frekuensi
Relatif pada setiap pengamatan.
Dengan diketahuinya jumlah populasi serangga tertangkap yang telah
diidentifikasi maka dapat dihitung nilai kerapatan mutlak, kerapatan relative,
frekuensi mutlak, frekuensi relative pada setiap pengamatan.
3. Nilai indeks keanekaragaman jenis serangga
Setelah jumlah serangga yang tertangkap pada setiap pengamatan
diketahui, maka dihitung nilai indeks keanekaragaman pada masing-masing
pengamatan dengan menggunakan rumus indeks Shanon-Weiner (H).
Metode Analisa Data
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yaitu melakukan
pengambilan sampel serangga pada lahan tanaman kopi yang terkena erupsi abu
vulkanik Gunung Sinabung dan pada lahan yang tidak terkena erupsi. Serangga
yang diperoleh pada setiap penangkapan kemudian diidentifikasi dan dihitung
kemudian dianalisis sebagai berikut:
Kerapatan Mutlak (KM) suatu jenis serangga:
Kerapatan mutlak menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada
habitat yang dinyatakan secara mutlak (Purba, 2010).
Kerapatan Relatif (KR) suatu jenis serangga
KM
X 100%
∑ KM
KR = Jumlah individu suatu jenis dalam setiap penangkapan X 100%
Total individu dalam setiap penangkapan
KR =
(Suin, 1997 dalam Saragih, 2008).
Frekuansi Mutlak (FM) suatu jenis serangga:
Frekuensi mutlak menunjukkan jumlah kesering hadiran suatu serangga
tertentu yang ditemukan pada habitat tiap pengamatan yang dinyatakan secara
mutlak (Purba, 2010).
Frekuensi Relatif (FR) suatu jenis serangga:
Frekuensi relatif menunjukkan keseringhadiran suatu jenis serangga pada
habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut
(Purba, 2010).
FR =
FM
X 100%
∑ FM
FR =
Nilai FM suatu jenis serangga setiap penangkapan X 100%
Nilai FM semua jenis serangga setiap penangkapan
(Suin, 1997 dalam Saragih, 2008).
Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga
Indeks keanekaragaman merupakan suatu penggambaran secara matematik
untuk
mempermudah dalam menganalisis informasi mengenai jumlah jenis
indvidu serta berapa banyak jumlah jenis individu yang ada dalam suatu area
(Tambunan, 2013). Untuk membandingkan tinggi rendahnya keanekaragaman
jenis serangga yaitu keanekaragaman jenis serangga hama dan musuh alami
digunakan indeks Shanon-Weiner (H) dengan rumus:
s
H´ = – ∑ pi ln pi
i=1
ni
pi =
N
dimana : H´ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Weaver
pi = Proporsi jumlah individu ke-1 dengan jumlah total individu
ni = Spesies ke-i
N = Jumlah total individu (Price, 1997 dalam Sianipar, 2006).
Dengan kriteria indeks keanekaragaman menurut Krebs (1978) sebagai
berikut:
H>3
= Tinggi
H