Potensi Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) Sebagai Tanaman Unggulan di Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit

(1)

Lampiran 1. Data Identitas Responden Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Nomor Nama Responden Jenis Kelamin Umur (Tahun)

Alamat Suku Agama Pendidikan

Terakhir

Pekerjaan Utama

Pekerjaan Sampingan Jumlah Anggota Keluarga

1 Luther Tarigan Laki-laki 40 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMP Petani Aren Berladang 5

2 Pianus Sitepu Laki-laki 44 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMA Petani Aren Beternak 4

3 Lius Tarigan Laki-laki 43 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMP Petani Aren Sawah 8

4 Nelson Ginting Laki-laki 52 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMA Petani Aren Petani Coklat 6

5 Satria Sembiring Laki-laki 40 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMP Petani Aren Berladang dan Beternak 6

6 Pedoman Tarigan Laki-laki 41 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMP Petani Aren Berladang 5

7 Arjun Situmorang Laki-laki 24 Desa Buluh Awar Toba Protestan SMA Petani Aren Berdagang 1

8 Apti Sembiring Laki-laki 45 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMA Petani Aren Beternak 4

9 Simpang Ginting Laki-laki 42 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMA Petani Aren Beternak 4

10 Tison Sitepu Laki-laki 25 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMP Petani Aren Berladang 2

11 Hemat Barus Laki-laki 42 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMA Petani Aren Berladang 3

12 Patar Bukit Laki-laki 25 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMA Petani Aren Berladang 1

13 Marhenis Sitepu Laki-laki 58 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMP Petani Aren Berladang 1

14 Charles Tarigan Laki-laki 33 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMP Petani Aren Berladang 5

15 Benteng Tarigan Laki-laki 56 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMA Petani Aren Berladang 4

16 Jefri Ginting Laki-laki 28 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMA Petani Aren Sawah 3

17 Kebun Bukit Laki-laki 50 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMP Petani Aren Berladang 4

18 Alfani Simamora Laki-laki 32 Desa Buluh Awar Toba Protestan SMA Petani Aren Berladang 3

19 Abadi Keliat Laki-laki 56 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMA Petani Aren Berladang 5

20 Khadafi Sitepu Laki-laki 29 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMA Petani Aren Berladang 1

21 Firman Tarigan Laki-laki 43 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMP Petani Aren Berladang dan beternak 6

22 Utama Ginting Laki-laki 40 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMA Petani Aren Berdagang 3

23 Robert Bukit Laki-laki 37 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMK Petani Aren Berladang 3

24 Rahmat Tarigan Laki-laki 63 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMA Petani Aren Beternak 5

25 Renjab Sembiring Laki-laki 55 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMP Petani Aren Berladang 5

26 Rudi Efendi Bukit Laki-laki 42 Desa Buluh Awar Karo Protestan STM Sekdes Petani Aren 3

27 Nggerak Ginting Laki-laki 58 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMP Petani Aren Beternak 4

28 Hendra Tarigan Laki-laki 38 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMA Petani Aren Berladang 4

29 Darma Ginting Laki-laki 58 Desa Buluh Awar Karo Protestan SMP Petani Aren Berladang 3


(2)

Lampiran 2. Data Pendapatan Responden .

Nomor Nama Responden Pendapatan Hasil Aren (Rupiah/Bulan)

Luas Lahan Aren (Ha)

Status Lahan /Harga Sewa(Rp/Tahun)

Jumlah Tanaman Aren (Batang)

Jumlah Aren Produktif (Batang)

1 Luther Tarigan 2.500.000 2 Lahan Pribadi 100 15

2 Pianus Sitepu 1.500.000 1 Sewa /400.000 20 5

3 Lius Tarigan 1.000.000 1 Sewa/100.000 30 4

4 Nelson Ginting 1.500.000 1,5 Lahan Pribadi 50 5

5 Satria Sembiring 2.500.000 2 Lahan Pribadi 50 7

6 Pedoman Tarigan 3.000.000 2 Lahan Pribadi 55 7

7 Arjun Situmorang 1.500.000 1,5 Lahan Pribadi 30 4

8 Apti Sembiring 1.500.000 1 Lahan Pribadi 20 4

9 Simpang Ginting 4.000.000 3 Lahan Pribadi 100 15

10 Tison Sitepu 1.700.000 2 Lahan Pribadi 30 7

11 Hemat Barus 2.500.000 2 Lahan Pribadi 20 7

12 Patar Bukit 2.500.000 2,5 Hutan Desa 15 6

13 Marhenis Sitepu 2.500.000 1,5 Lahan Pribadi 40 6

14 Charles Tarigan 3.000.000 3 Lahan Pribadi 50 15

15 Benteng Tarigan 2.500.000 1,5 Lahan Pribadi 40 6

16 Jefri Ginting 1.500.000 2 Lahan Pribadi 50 7

17 Kebun Bukit 6.000.000 3 Sewa/1.000.000 60 15

18 Alfani Simamora 3.000.000 3 Lahan Pribadi 30 5

19 Abadi Keliat 1.500.000 2 Lahan Pribadi 30 5

20 Khadafi Sitepu 2.000.000 2 Hutan Desa 40 10

21 Firman Tarigan 1.500.000 2 Lahan Pribadi 10 2

22 Utama Ginting 1.500.000 2 Lahan Pribadi 50 5

23 Robert Bukit 2.000.000 2 Lahan Pribadi 10 4

24 Rahmat Tarigan 1.500.000 1 Sewa/200.000 10 6

25 Renjab Sembiring 1.000.000 0,5 Lahan Pribadi 8 3

26 Rudi Efendi Bukit 1.500.000 1 Lahan Pribadi 40 10

27 Nggerak Ginting 1.000.000 1 Lahan Pribadi 30 5

28 Hendra Tarigan 1.500.000 1,5 Lahan Pribadi 20 5

29 Darma Ginting 2.000.000 2 Lahan Pribadi 40 7


(3)

Lampiran 3. Pemanfaatan Aren Oleh Masyarakat Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Nomor Nama Responden Jenis Produk Hasil Aren Nira

Manis

Tuak Gula Merah

Gula Semut

Ijuk

1 Luther Tarigan √ √

2 Pianus Sitepu √

3 Lius Tarigan √

4 Nelson Ginting √

5 Satria Sembiring √

6 Pedoman Tarigan √

7 Arjun Situmorang √

8 Apti Sembiring √

9 Simpang Ginting √

10 Tison Sitepu √

11 Hemat Barus √

12 Patar Bukit

13 Marhenis Sitepu √

14 Charles Tarigan √

15 Benteng Tarigan √

16 Jefri Ginting √

17 Kebun Bukit √

18 Alfani Simamora √

19 Abadi Keliat √

20 Khadafi Sitepu

21 Firman Tarigan √

22 Utama Ginting √

23 Robert Bukit √

24 Rahmat Tarigan √

25 Renjab Sembiring √

26 Rudi Efendi Bukit √

27 Nggerak Ginting √

28 Hendra Tarigan √

29 Darma Ginting √


(4)

Lampiran 4. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Aren

Nomor Nama Responden Jumlah Produksi Aren Pendapatan Hasil Aren

Nira manis (liter/hari) Tuak (liter/hari) Gula aren (kg/minggu) Gula semut (kg/minggu) Ijuk (Ikat/4 bulan) Nira manis (Rp.2.000/l) Tuak (Rp.2000/l) Gula aren (Rp.20.000/kg) Gula semut (Rp.40.000/kg) Ijuk (Rp.3000/Ikat)

1 Luther Tarigan 40 25 80.000 75.000

2 Pianus Sitepu 25 50.000

3 Lius Tarigan 20 40.000

4 Nelson Ginting 40 80.000

5 Satria Sembiring 40 80.000

6 Pedoman Tarigan 35 70.000

7 Arjun Situmorang 30 60.000

8 Apti Sembiring 30 60.000

9 Simpang Ginting 50 1.000.000

10 Tison Sitepu 40 80.000

11 Hemat Barus 30 60.000

12 Patar Bukit 30 60.000

13 Marhenis Sitepu 40 80.000

14 Charles Tarigan 20 40.000

15 Benteng Tarigan 10 400.000

16 Jefri Ginting 40 80.000

17 Kebun Bukit 30 60.000

18 Alfani Simamora 30 60.000

19 Abadi Keliat 20 800.000

20 Khadafi Sitepu 75 1.500.000

21 Firman Tarigan 40 80.000

22 Utama Ginting 50 100.000

23 Robert Bukit 60 120.000

24 Rahmat Tarigan 40 80.000

25 Renjab Sembiring 40 80.000

26 Rudi Efendi Bukit 40 80.000

27 Nggerak Ginting 40 80.000

28 Hendra Tarigan 30 60.000

29 Darma Ginting 30 60.000

30 Albert Sembirng 10 20.000


(5)

Lampiran 5. Wawancara Responden (a) Responden Bapak Luther Tarigan (Ketua Kelompok Tani Aren Center), (b) Responden Pengrajin gula semut, (c) kelompok tani, (d) Responden pengrajin gula aren, (e) Responden penyadap nira

(a) (b)

(c) (d)


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, O. dan P. Patana. 2002. Penelitian Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Non-Marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan. USU. Medan

Aini, A. 2007. Sistem Informasi Geografis dan Aplikasinya. STMIK Amikom. Yogyakarta.

Aliudin, S. Sariyoga, dan D. Angraeni 2011. Efesiensi dan Pendapatan Usaha Gula Aren Cetak (Kasus pada Pengrajin Gula Aren Cetak di Desa Cimenga, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten). Jurnal Agro Ekonomi 29(1):73-85.

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Bandini. 1996. Nipah Pemanis Alami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Baharuddin dan Ira, T. 2009. Hasil Hutan Bukan Kayu. Fakultas Kehutanan. Universitas Hasanuddin. Makasar.

BPS. 2015. Sibolangit dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang.

Data Monografi Desa Rumah Sumbul. 2010. Data Monografi Desa Buluh Awar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35 tahun 2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Dephut. Jakarta.

Effendi, D.S. 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Prospektif 9(1):36-46.

Effendy, M., D. Naemah, E. Winarni, dan A. Fitriani. 2013. Studi Potensi Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) di Desa Batang Kulur Kandangan Kabupaten Sungai Hulu Selatan. Banjar Baru. Universitas Lambung Mangkurat.

Fauzi. 2008. Peranan Hasil Hutan Non Kayu Terhadap Pendapatan Masyarakat. Jurnal Hutan Tropis Borneo (23):73-83.

.

Garsinia, L. dan I.P. Kencana. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Swadaya. Jakarta.


(7)

Husch, B. 1987. Perencnaan Inventarisasi Hutan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Ichwandi, I. 1996. Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor

Irawan, B., E. Rahmayani, dan J. Iskandar. 2009. Studi Pemanfaatan, Pengolahan dan Pengelolaan Aren di Desa Rancakalong Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Seminar Nasional Etnobotani IV Cibinong. Universitas Padjajaran. Juliarti, A. 2013. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu dan Identifikasi Tanaman Obat di Areal Cagar Biosfir Giam Siak Kecil Bukit Batu Siak. Jurnal Hutan Tropis 1(1):9-16.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lasut, M.T. 2012. Budidaya yang Baik Aren (Arenga pinnata Merr). Jurnal Keja Sama Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Texas. Universitas Sam Ratulangi.

Lempang, M. 2012. Pohon Aren dan Manfaat Produksinya. Jurnal Info Teknis Eboni 9(1):37-54.

Lutony, T.L. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Penebar Swadaya. Jakarta Mason, C.F. 1980. Ecology, Second Edition. Longman, Inc. New York.

Muzaifa, M., H.P. Hidayat, dan Maswida. 2012. Pengaruh Penggunaan Bahan Pengawet Alami dan Sintetik terhadap Kualitas Nira Aren. Junal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia 4(1):6-12.

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology, Third Edition. W. B. Saunders Company. Philadelpia

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 133 tahun 2013 tentang Pedoman Budidaya Aren (Arenga pinnata Merr) Yang Baik. No.17 tahun 2014.

Puntodewo, dkk. Sistem Informasi Geografis Untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam. Informatika. Bandung.

Putuhuru, F. A.J. Riry, dan A.J. Ngingi. 2011. Kondisi Fisik Tanaman Aren (Arenga pinnata L.) di Desa Tuhana Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Budidaya Pertanian 7(2):94-99.


(8)

Rahmawaty, T.R. Villanueva, M.G. Carandang. 2011. Participatory Land Use Allocation. Case Study In Besitang Watershed, Langkat, North Sumatera, Indonesia. Lambert Academic Publishing. Germany.

Shukla, P., Mirsa, P.S. 2002. An introduction to Axonomi og Angiosperms. Vikas Publishing House PUT LTD. University of Delhi. Kanpur.

Simon, H. 2008. Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sunanto. 1993. Aren Budidaya dan Multigunanya. Kanisius. Yogyakarta.

Uhl, N. W and J. Dransfiel. 1987. Genera Palmarum, A Classification of Palms Basic on The Work of Harold E. More Jr, Bailey Hortorium and the International Palm Society. Allen Press. Lawrence, Kansas-USA.

Van Steenis, C.G.G.J., 2005. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Wibowo, S. 2006. Beberapa jenis pohon sebagai sumber penghasil bahan pengawet nabati nira aren (Arenga pinnata Merr). Info Hasil Hutan 12(1):67-74.


(9)

METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Buluh Awar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dan Laboratorium Managemen Hutan Terpadu, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret 2016 sampai bulan April 2016. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit

2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System (GPS), parang, perangkat keras (hardware) yaitu PC (Personal Computer), perangkat lunak (software) yaitu ArcGIS 10.1 dan DNR Garmin, pita meteran,


(10)

kamera digital, kalkulator, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah Peta Administrasi Deli Serdang, titik sebaran GPS, tally sheet dan buku tentang aren.

3. Prosedur Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti seperti titik koordinat penyebaran tumbuhan aren dan data identitas responden meliputi nama responden, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku, lama menetap, pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber informan yang dapat dipercaya. Data sekunder yang dikumpulkan berupa kondisi umum lokasi penelitian, peta lokasi penelitian, status dan letak, topografi, iklim, jumlah penduduk, pendidikan, mata pencaharian, serta sarana dan prasarana.

Penentuan Sampel Responden

Penentuan responden dibagi menjadi dua, yaitu responden umum dan responden kunci. Penentuan responden umum dilakukan terhadap masyarakat yang memiliki tanaman aren sendiri ataupun masyarakat yang memanfaatkan aren dari hutan sekitar desa Buluh Awar, memiliki jasmani dan rohani yang sehat, serta mampu berkomunikasi dengan baik. Sedangkan responden kunci sebagai sumber


(11)

informasi, antara lain: Kepala Desa, ketua kelompok tani, dan tokoh masyarakat adat ataupun tokoh agama atau instansi terkait.

Wawancara dan Kuisioner

Wawancara dan kuisioner diajukan kepada seluruh responden masyarakat desa Buluh Awar yang memanfaatkan tanaman aren. Masing-masing responden diberikan kuisioner yang sama sesuai kebutuhannya. Jumlah penduduk desa Buluh Awar dalam Badan Pusat Statistik (2015) sebanyak 354 jiwa, sedangkan jumlah kepala keluarga sebesar 113. Menurut Arikunto (1998) apabila jumlah kepala keluarga >100 KK, maka yang diwawancarai adalah 10-15% dari jumlah KK tersebut. Apabila jumlah kepala keluarga <100 KK, maka yang diwawancarai adalah seluruh kepala keluarga yang ada. Jumlah kepala keluarga pada lokasi penelitian >100 KK, sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 responden.

Teknik Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode petak sampling, dengan teknik jalur berpetak, dengan intentitas sampling 0,5% dari total luas kawasan penelitian. Hal ini sesuai dengan Departemen Kehutanan (2007) yang menyatakan bahwa semua bentuk metode inventarisasi sistematik berjalur dengan intensitas sampling yang lebih tinggi atau sama dengan 0,5% yang telah dan sedang dilaksanakan dapat sudah dianggap mewakili seluruh kawasan penelitian. Luas lokasi penelitian sebesar 250 Ha, sehingga luas plot contoh untuk pengamatan aren sebesar 1,25 ha atau 36 plot. Ukuran petak contoh yang digunakan adalah 20 m x 20 m sebanyak 3 jalur dengan panjang jalur 240 m. Gambaran petak contoh dapat dilihat pada Gambar 2. berikut.


(12)

Gambar 2. Petak Contoh Transek

Inventarisasi dilakukan untuk mengetahui potensi tanaman aren produktif di desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit. Ciri-ciri aren produktif adalah,

- tinggi batang tanaman aren minimal 5 m, - diameter tanaman aren minimal 30 cm,

- memiliki bunga jantan dan bunga betina dan memproduksi air nira, dan - batang masih memproduksi ijuk

Analisis Data

Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan, kerapatan relative, dominansi, dominansi relative, frekuensi dan frekuensi relative dan Indeks Nilai Penting (INP) dengan menggunakan rumus Kusmana (1997) sebagai berikut,

Kerapatan suatu jenis (K)

K = ∑ individu suatu jenis

Luas petak contoh Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

KR = K Suatu jenis

∑K Seluruh jenis x 100%

20 m

20 m 20 m


(13)

Frekuensi suatu jenis (F)

F = ∑Sub−petak ditemukan suatu jenis Seluruh sub−petak Frekuensi relative suatu jenis (FR)

FR = F Suatu jenis

∑F Seluruh jenis x 100%

Indeks Nilai Penting (INP)

INP digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas (Kusmana, 1997).

INP = KR + FR

Pemetaan Sebaran Aren

Metode di lapangan dilakukan dengan pengambilan titik plot vegetasi aren produktif yang dijumpai di seluruh desa Buluh Awar. Pengambilan titik dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) dan pemetaan sebaran aren dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan software ArcGIS 10.1.

Pembuatan peta sebaran aren dilakukan dengan menumpangtindihkan antara potongan (clip) peta desa dan peta Administratif Sibolangit dengan data titik yang diambil di lapangan dengan menggunakan GPS. Proses pengolahan data titik koordinat yang diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut:

1. Dimasukkan atau disambungkan GPS ke laptop hingga muncul di Computer (Removeable Disk E:).


(14)

3. Diklik “load form” file My Computer, dibuka folder → Pilih folder Garmin → folder “GPX”.

4. Diganti “text file” menjadi format “GPS”.

5. Muncul kotak dialog “Feature Type” → Dipilih “Way Point” → Klik “OK”. 6. Lalu muncul titik-titik dari GPS → Diblok semua.

7. Diklik file → pilih “ Save To” → Klik file → Simpan file ditempat penyimpanan yang dikehendaki.

8. Diganti “Save as Type” menjadi bentuk “shp.unprojected” → Diklik file. 9. Muncul kotak dialog “DNR Garmin” yang menyatakan input data telah

berhasil → Klik “OK”.

10. Dibuka jendela ArcGIS 10.1 → Klik OK. 11. Klik “Yes” pada kotak dialog “Add Data”.

12. Pada kotak “Add Theme” pilih “titik_aren.shp” → Klik “OK”. 13. Klik “Open Theme Table”

14.Untuk menghapus kolom kosong, klik “File” → Klik “Extension”. 15. Klik “Xtool, Extension, Meters/Hectares” → Klik “OK”.

16.Pilih “Delete Multiple Field” pada “XTools”.

17. Klik Comment, Display, Symbol, Unused1, Dist, Prox_index, Colour, Depth, Tempt, Wpt_Class,Sub_Class, Attrib, Link, State, Country, City, Add, Facility, Crossroad, Unused2, Ete, Dtype, Model, Filename → Klik “OK”. 18. Klik “Yes To All” pada kotak dialog “Delete Confirmation”.

19. Membuat nama/keterangan yang baru, klik “Table”, klik “Start Editing” 20. Klik “Edit” → Klik “Add Field”.


(15)

21. Diganti kotak “Name” menjadi “Keterangan”, “Type” menjadi “String”, “Width” menjadi “100” pada kotak dialog “Field Definition” → Klik “OK”. 22. Setelah diperoleh peta titik koordinat sebaran aren, selanjutnya titik tersebut

dioverlaykan dengan peta Administrasi Deli Serdang, alur pemetaan dapat dilihat bagan alir pada Gambar 3. berikut.

Gambar 3. Bagan Alir Pemetaan Sebaran Aren

Menentukan Nilai Ekonomi Aren yang Dimanfaatkan

Penentuan nilai ekonomi tumbuhan aren dapat menggunakan pendekatan harga pasar. Nilai barang hasil dari dari tanaman aren untuk setiap jenisnya per tahun yang diperoleh masyarakat dihitung dengan cara:

DNR Garmin

Ubah ke .shp ArcGIS 10.1.

Peta Lapangan Berupa Titik Koordinat

Overlay

Sebaran Aren di Desa Buluh Awar Sibolangit

Data Lapangan berupa Titik Koordinat


(16)

1. Menghitung nilai rata-rata jumlah barang yang diambil per responden per jenis.

Rata-rata jumlah barang yang diambil :

Keterangan: Xi = jumlah barang yang diambil responden Xn = banyak pengambilan barang per jenis

2. Menghitung Total Pengambilan per Unit Barang per Tahun

Total pengambilan per tahun = (rata-rata jumlah yang diambil) x (frekuensi pengambilan)

3. Menghitung Nilai Ekonomi Aren per Jenis per Batang per Tahun

Nilai Hasil Hutan per Jenis = Total Pengambilan (unit/tahun) x Harga Hasil dari Aren

4. Menghitung persentase nilai ekonomi dengan cara:

%NE = ���

∑ ��x 100%

Keterangan: %NE = Persentase nilai ekonomi

NEi = Nilai ekonomi hasil dari tananman aren per jenis

∑NE = Total keseluruhan nilai ekonomi yang dihasilkan oleh aren (Affandi dan Patana, 2002)

Xi +Xii +…..+Xn Xn


(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Letak Geografis

Desa Buluh Awar adalah sebuah desa yang terletak di daerah dataran tinggi dengan hawa yang sejuk dan nyaman. Secara administratif berada di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa Buluh Awarmerupakan lokasi pertama penginjilan di daerah Karo.Batas-batas wilayah Desa Buluh Awar sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Sala Bulan Sebelah Selatan : Desa Suka maju Sebelah Timur : Hutan Alam Sibolangit

Sebelah Barat : DesaBatu Layang dan Desa Ketangkuhen (Data Monografi Desa Buluh Awar, 2015)

Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit memiliki luas wilayah 250 Ha dan dibagi menjadi 3 dusun yakni Dusun I, Dusun II dan Dusun III. Jarak tempuh Desa Buluh Awar dari desa ke kantor Kecamatan Sibolangit yakni 9 km ±20 menit, jarak tempuh desa ke kantor Kabupaten Deli Serdang yakni 74 km ±2.5 jam, dan jarak tempuh desa kekota Medan yakni 40 km ±1 jam(BPS Sibolangit, 2015).

Pembagian wilayah Desa Buluh Awardisajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pembagian Wilayah Desa Buluh Awar

No Penggunaan Wilayah Luas (Ha)

1 Sawah 40

2 Perladangan/Kebun 140

3 Wilayah lainnya 70


(18)

Iklim

Desa Rumah Buluh Awar terletak pada ketinggian ± 500-600 meter di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata ± 3.000-4.000 mm/tahun dan suhu udara rata-rata yakni ±290 C (Data Monografi Desa Buluh Awar, 2015)

Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Buluh Awar berdasarkan data sensus tahun 2014 adalah 354 jiwa dengan kepadatan penduduk 142 jiwa/km2 dan terdiri dari 113 Kepala Keluarga (KK).Penduduk Desa Buluh Awar terdiri dari 170 jiwa berjenis kelamin laki-laki diantaranya terdapat 57 jiwa anak-anak dan 184jiwa berjenis kelamin perempuan terdapat 58 jiwa anak-anak(BPS Sibolangit, 2015).

Penduduk Desa Buluh Awar mayorits suku Karo dan hanya 1% suku lainnya dan mayoritas agama yang dianut di Desa Buluh Awar adalah Kristen.Sebagian besar penduduk Desa Buluh Awar memiliki mata pencaharian sebagai petani dan penyadap aren sebagian lagi berdagang, supir, dan PNS(Data Monografi Desa Buluh Awar, 2015).

2. Potensi Tanaman Aren

Inventarisasi dilakukan untuk mengetahui potensi tanaman aren produktif di Desa Buluh Awar. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan tumbuhan aren yang produktif memiliki ciri-ciri seperti daun bagian apikal masih terbentuk, memproduksi ijuk, memiliki bunga jantan dan bunga betina. Sedangkan aren yang tidak produktif bagian pucuk daun mati, ijuk tidak ada, bunga betina bergugurandan bunga jantan tumbuh pada pangkal batang. Menurut Baharuddin dan Ira (2009) bahwa tanaman aren produktif dimulai saat tanaman sudah berbunga pada umur 6 – 12 tahun sampai tanaman berhenti memproduksi nira pada umur diatas 50 tahun.


(19)

Dari hasil inventarisasi tanaman aren yang rata-rata berada di belakang rumah masyarakat dan ladang masyarakat Desa Buluh Awardisajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Inventarisasi Tanaman Aren Jalur Nama

Plot

Koordinat Jumlah Aren

N E

I P1-1 03018'03.56'' 098035'26.32'' 2 P1-2 03018'02.71'' 098035'26.93'' 2 P1-3 03018'02.37'' 098035'26.51'' 3 P1-4 03018'02.00'' 098035'26.10'' 1 P1-5 03018'01.62'' 098035'25.58'' 4 P1-6 03018'01.47'' 098035'25.22'' 2 P1-7 03018'00.76'' 098035'24.78'' 1 P1-8 03018'00.40'' 098035'24.54'' 2 P1-9 03017'59.85'' 098035'24.34'' 2 P1-10 03017'59.56'' 098035'24.74'' 3 P1-11 03017'59.33'' 098035'21.87'' 4 P1-12 03017'59.62'' 098035'20.75'' 1 II P2-1 03017'58.38'' 098035'29.48'' 3 P2-2 03017'57.84'' 098035'29.97'' 3 P2-3 03017'57.22'' 098035'30.77'' 2 P2-4 03017'56.93'' 098035'31.27'' 1 P2-5 03017'56.70'' 098035'31.75'' 3 P2-6 03017'56.49'' 098035'31.95'' 2 P2-7 03017'55.51'' 098035'31.07'' 3 P2-8 03017'55.90'' 098035'32.42'' 2 P2-9 03017'56.12'' 098035'33.46'' 3 P2-10 03017'56.38'' 098035'34.01'' 1 P2-11 03017'56.95'' 098035'35.71'' 2 P2-12 03017'57.21'' 098035'26.32'' 1 III P3-1 03017'50.92'' 098035'31.98'' 2 P3-2 03017'50.47'' 098035'31.32'' 1 P3-3 03017'49.57'' 098035'31.29'' 2 P3-4 03017'49.09'' 098035'30.69'' 2 P3-5 03017'48.75'' 098035'30.19'' 1 P3-6 03017'48.42'' 098035'29.89'' 5 P3-7 03017'45.27'' 098035'30.58'' 4 P3-8 03017'45.98'' 098035'31.43'' 1 P3-9 03017'45.45'' 098035'32.83'' 2 P3-10 03017'43.78'' 098035'31.51'' 1 P3-11 03o17'43.66'' 098o35'30.89'' 1 P3-12 03017'43.60'' 098o35'29.81'' 1

Jumlah 36 76

Inventarisasi yang dilakukan di lokasi penelitian diperoleh potensi tanaman aren produktif yang diperoleh sebanyak 76 tanaman dan pada setiap plot terdapat tanaman aren produktif.Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan sebaran aren banyak dijumpai pada daerah berlereng yang dekat dengan aliran air.


(20)

Hal ini sesuai dengan penelitian Sunanto (1993) yang mengatakan bahwa aren banyak dijumpai di daerah perbukitan yang lembab dan tumbuh secara individu maupun berkelompok di daerah tepian sungai.

Dari kegiatan analisis vegetasi tanaman aren yang dilakukan dengan menggunakan metode jalur di Desa Buluh Awar, diperoleh 3 jalur dibagi menjadi 36plot dengan ukuran 20 x20 meter. Data hasil perhitungan analisis vegetasi pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan Analisis Vegetasi di Desa Buluh Awar

Jalur Jumlah Aren K (Ind/Ha) KR(%) F FR(%) INP(%)

I 27 56,25 15,25 1 16 31,25

II 26 54,16 14,89 1 15,2 30,1

III 23 47,91 16,78 1 16,9 33,68

Total 76 52,77 15,64 1 16,03 31,67

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kerapatan rata-rata sebanyak 52 batang per Ha.Nilai kerapatan tersebut sudah sudah termasuk kedalam kategori tinggi karena tanaman aren yang dihitung hanya tanaman aren produktif saja. Jika dibandingkan dengan tanaman lain yang tumbuh pada lokasi penelitian maka diperoleh kerapatan relatif (KR) sebesar 15,64% dan Indeks Nilai Penting (INP) sebesar 31,67%.

Pada lokasi penelitian masyarakat menanam tanaman aren beserta dengan tanaman perkebunan seperti karet, petai, duku, kelengkeng, langsat, durian, manggis, pinang, dan tanaman hutan lainnya. Tanaman aren tumbuh dengan jarak tanam yang tidak teratur antara satu pohon dengan pohon yang lainnya, tumbuh tunggal (soliter) dan berkelompok (komunal).

3. Pemetaan Sebaran Tumbuhan Aren

Pemetaan sebaran aren dilakukan dengan mengambil titik setiap aren produktifyang dijumpai pada lokasi penelitian. Data sebaran aren disimpan di


(21)

GPS yang terdiri atas koordinat tumbuhan dan ketinggian tempat lokasi penelitian. Peta penyebaran aren yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi berdasarkan jalur di Desa Buluh Awar disajikan pada Gambar 4a, b, dan c.


(22)

(b)

(c)


(23)

Berdasarkan Gambar 4 diperoleh data bahwa setiap plot didapati aren produktif. Topografi tanah di Desa Buluh awar yang berbukit dan curah hujan yang tinggi menyebabkan pertumbuhandan penyebaran aren dapat berlangsung. Secara keseluruhan peta sebaran aren produktif di desa Buluh Awar disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Peta sebaran Aren Produktif di Desa Buluh Awar

Berdasarkan wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Aren, jumlah tanaman aren produktif secara keseluruhan di Desa Buluh Awar sebanyak 600 batang. Tanaman aren tersebut menyebar secara acak di lahan masyarakat dan hutan sekitar desa.

Berdasarkan wawancara tanaman aren yang tumbuh di ladang mereka bukan ditanam melainkan tumbuh alami oleh bantuan satwa seperti musang.


(24)

Menurut Baharuddin dan Ira (2009)yang menyatakan bahwa penyebaran aren terjadi secara alami dengan bantuan binatang musang (Paradoxurus hermaphroditua).Satwa musang merupakan satwa pemakan biji-bijian yang beraktivitas di malam hari yang habitatnya berada di dahan-dahan pepohonan yang suka berpindah tempat.Binatang ini sangat menyukai biji aren yang sudah tua yang kemudian biji aren tersebut ikut termakan musang dan keluar dari tubuh musang bersama kotoran, musang mengeluarkan kotoran di sembarang tempat, terutama di tempat yang terlindung dan lembab.

4. Pemanfaatan Tanaman Aren oleh Masyarakat

Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan pada masyarakat Desa Buluh Awar 80% masyarakat memiliki mata pencaharian dari mengelola tanaman aren. Tanaman arenyang dimanfaatkan masyarakat digunakan untuk mencukupi pendapatan rumah tangga dan ada sebagian untuk digunakan unuk kebutuhan sehari-hari. Jumlah pendapatan rumah tangga dapat ditentukan dari berapa jumlah batang aren yang dikelolanya.

Bagian tumbuhan aren yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buluh Awar adalah daun, ijuk dan air nira yang dihasilkan dari tandan bunga jantan.Masyarakat Desa Buluh Awar lebih banyak memanfaatkan air nira menjadi tuak karena dianggap lebih efisien, efektif dan lebih menguntungkan.Air nira diolah menjadi minuman tradisional yang disebut dengan nama tuak atau diolah menjadi gula aren.Alur pemanfaatan tanaman aren dapat dilihat pada Gambar 6.


(25)

Gambar 6. Bagan Alur Pemanfaatan Aren Pemanfaatan daun

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat Buluh Awar daun tanaman aren dimanfaatakan dalam pembuatan sapu lidi. Pengolahan daun aren menjadi sapu lidi yaitu dengan cara memisahkan tulang daun dari pelepah daun tanaman aren tersebut dan tulang daun tersebutlah yang akan di manfaatkan dan di jadikan menjadi sapu lidi. Tulang daun dilepaskan dari daun-daunnya dengan cara diraut dengan pisau sehingga menjadi lidi. Lidi tersebut kemudian dijemur selama ± 1 hari. Setelah itu lalu diikat dengan membuat simpul dari tali. 1 ikat sapu lidi terdiri dari 150 batang lidi, dimana dari 1 tandan daun aren dapat dihasilkan 2 buah sapu lidi.

Manfaat lain dari daun tanaman aren adalah pelepah daun sebagai rangka Aren

Tandan Bunga Ijuk

Daun

Sapu

Atap

RUMAH TANGGA

Jantan Betina

Kolang-kaling Nira

Gula Tuak


(26)

atap. Pemanfaatan pelepah daun digunakan pada bangunan sementara seperti bengkel dan kandang ternak. Sebagian kecil atap rumah masyarakat Desa Buluh Awar masih menggunakan atap dari daun aren. Gambar 7merupakan pemanfaatan daun aren sebagai atap rumah dan atap gubuk.

Gambar 7. Pemanfaatan Daun Aren sebagai Atap Rumah dan Gubuk Pemanfaatan Ijuk

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, ijuk sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sukuKaro terutama untuk alat sambung bangunan pada rumah adat. Ijuk merupakan penanda khas rumah adat Karo, biasanya digunakan pada bagian atap. Rumah adat Karo tidak menggunakan paku sebagai alat sambung tetapi menggunakan ijuk yang dianyam menjadi tali.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman aren dapat menghasilkanijuk pada umur 5 tahun. Dalam satu batang aren dapat dihasilkan 30 kg ijuk, dan ijuk yang berkualitas baik dapat dihasilkan dari tanaman aren yang telah berumur 20 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (1993) yang mengatakan bahwatanaman aren dapat menghasilkan ijuk setelah berumur lebih dari 5 tahun, padafase 4 atau 5 tahun sebelum tongkol-tongkol bunganya tumbuh. Pada fase tersebut dapat dipastikan akan menghasilkan 20-50 lempengan (lembaran) ijuk tergantung besar dan umur tanaman aren.


(27)

Pemanenan ijuk dapat dilakukan dengan cara memanjat tanaman aren atau dengan cara menggunakan peralatan tradisional berupa bambu yang telah di berikan lobang pada setiap ruas, dan kemudian disandarkan dan di ikat ke batangaren agar tidak roboh. Hal ini sesuai dengan Lasut (2012) bahwa pemungutan ijuk dapat dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-pelapah daun,kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itu menempel. Produksi ijuk tergantumg pada kebutuhan seseorang dan biasanya masyarakat mengambil ijuk sesuai dengan pesanan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Desa Buluh Awar bahwa ijuk dimanfaatkan sebagai atap Gereja dan atap penginapan Villa Arenku. Alasan penggunaan ijuk adalah karena lebih tahan lama dan tidak merembes jika terkena hujan. Gambar 8 adalah pemanfaatan ijuk oleh masyarakat.

Gambar 8. Pemanfaatan Ijuk sebagai Atap Gereja dan Atap Penginapan Pemanfaatan Tandan Buah

Berdasarkan penjelasan masyarakat penyadap aren,tandan buah tanaman aren terdiri dari tandan buah jantan dan tandan buah betina, perbedaannya dapat di lihat ketika tandan buah tersebut masih dalam keadaan berbunga. Bunga jantan


(28)

pada tanaman aren dengan ciri bunga berwarna hijau kemerahan sedangkan bunga betina mempunyai ciri bunga berwarna hijau keputihan. Tetapi yang berproduksi menghasilkan air nira adalah bunga jantan, sedangkan bunga betina tidak menghasilkan air nira melainkan akan menghasilkan buah yang akan di produksi nantinya yang diolah menjadi kolang-kaling.Berdasarkan wawancara masyarakat Desa Buluh Awar sangat jarang membuat kolang-kaling, karena memerlukan ketekunan dan tidak menguntungkan.

Bunga jantan dari tanaman aren merupakan bagian tanaman yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Bunga jantan merupakan bagian dari tanaman yang akan menghasilkan air nira. Berdasarkan wawancara umur bunga jantan untuk menghasilkan air nira yang produktif berkisar 8-9 bulan, kemudian akan memunculkan lagi tunas bunga jantan yang baru yang tepat di bawah pelepah atau tandan yang sebelumnya, yang kemudian terus menerus hingga menghasilkan 3-4 bunga jantan pada setiap batang tanaman aren.

Proses Produksi Nira

Untuk mendapatkan air nira dari tanaman aren atau dari bunga jantan memerlukan beberapa proses atau tahap perlakuan yang diberikan pada tanamanaren tersebut. Adapun tahap dan perlakuan yang diberikan pada tanaman aren ini bertujuan untuk mendapatkan air aren yang baik dan berkualitas baik. Menurut masyarakat setempat, pengambilan air nira tersebut harus benar-benar dilakukan dan tahap demi tahap perlakuan harus dilakukan secara rutin.

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, proses pengelolaan atau pengambilan air nira dari tanaman aren masih dilakukan oleh penyadap dengan


(29)

cara tradisional. Kegiatan pengambilan air nira yang dilakukan oleh penyadap sangat sederhana dan diperoleh secera turun-temurun dari generasi sebelumnya dan sampai saat ini belum banyak mengalami perubahan baik dari teknik maupun alat dan bahan yang digunakan. Proses pengambilan air nira disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Bagan Proses Pengambilan Air Nira

Dari bagan dapat di lihat bahwa proses pengolahan nira hingga menjadi tuak sangat sederhana dimana3 minggu sebelum penyadapan harus terlebih dahulu dimulai dilaksanakan persiapan berupa pembersihan tandan bunga jantan yang akan disadap dari ijuk batang dari tanaman resebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Lempang dan Mangopang (2012) yang menyatakan pada pohon aren yang disadap dilakukan persiapan yang terdiri dari kegiatan pembersihan

Dipukul-pukul

Dibersihkan

Dipotong

Digoyang

Dibungkus Diiris Ditampung

Air nira Tuak


(30)

tumbuhan pengganggu di sekitar pohon, pemasangan tangga, pembersihan ijuk dan daun di sekitar tandan bunga yang disadap serta pematangan tangkai tandan bunga.Pembersihan tandan dilakukan pada bunga jantan yang belum pecah. Pembersihan dari ijuk dan pelepah dilakukan untuk memudahkan penyadapan. Proses pembersihan ijuk dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pembersihan Ijuk

Setelah pembersihan selesai maka dilakukan pengayunan tandan30– 100 kali. Setelah itu dilakukan pemukulan menggunakan palu dari kayu atau masyarakat lokal menyebutnya pembalbal. Bentuk palu bulat panjang dengan panjang lebih kurang 35 cm dan berdiameter kira-kira 10 cm. Contoh pembalbal yang digunakan di Desa Buluh Awar dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Pembalbal


(31)

Pemukulan dilakukan pada bagian batang dan tangan tandan bunga jantan. Pemukulan bagian batang dilakukan berulang-ulang mulai dari ujung batang sampai ujung tangan tandan bunga jantan. Hal ini sesuai dengan penelitian Lempang dan Manggopang (2012) bahwa tangkai tandan bunga aren tersusun dari jaringan pembuluh tapis yang sangat rapat. Oleh karena itu, pengoyangan tandan bunga dan pemukulan tangkai tandan dimaksudkan untuk melonggarkan pembuluh tapis dan merundukkan tangkai tandan sehingga nira dapat mengalir dengan lancar.

Setelah pengayunan dan pemukulan selama tiga minggu maka bunga jantan akan bermekaran. Pada tahap inilah dilakukan pemotongan tandan bunga aren berkisar + 10 cm dari tangkai bunga paling atas. Alat yang digunakan oleh penyadap aren disebut tungkil. Pemotongan tandan bunga jantan dapat dilakukan apabila bunga telah dikerumuni oleh lebah, bunga merekah dan mengeluarkan aroma nira. Hal ini sesuai dengan penelitian Baharuddin dan Ira (2009) yang menyatakan bahwa pemukulan dan pengayunan dilakukan dua kali sehari selama tiga minggu. Contoh jenis tungkil yang digunakan di Desa Buluh Awar dapat dilihat pada Gambar 12.


(32)

Tandan yang telah dipotong diberikan batang keladi dan kemiri yang telah dihaluskandengan cara mengoleskan dibagian bekas potongan tandan. Tujuan pemberian batang keladi dan kemiri untuk merangsang air nira.Penggantian batang keladi dan kemiri dilakukan dua kali dalam sehari bersamaan saatpengirisan tandan. Ukuran tandan yang diiris 0,1 – 0,3 cm tergantung pada banyak tidaknya air nira yang keluar. Penelitian ini sesuai dengan Sunanto (1993)

yang menyatakan bahwa setiap penyadapan dilakukan pengirisan pada tongkol agar

air keluar dengan lancar karena pembuluh kapiler terbuka. Pada tahap ini nira tidak

ditampung selama tiga hari karena kualitasnya belum baik. Menurut wawancara

yangdilakukan penampungan nira yang berkualitas baik dapat dilakukan ketika busa berwarna putih sudah keluar dari tandan hasil pemotongan.

Air nira ditampung dengan menggunakan jerigen, sebagai pengganti bumbung dari bambu yang sudah sulit untuk diperoleh. Sebelum menampung nira hasil sadapan, maka terlebih dahulu jerigen dimasukkan batang tuba(Derris eliptica) atau masyarakat setempat menyebutnya raru ndupar sepanjang5-7 cm dengan diameter 1-2 cm yang telah dimemarkan sebelumnya. Tujuan pemasukan Derris eliptica adalah untuk mengawetkan nira yang disadap agar tidak menjadi asam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nira yang diolah menjadi gula aren menggunakan Derris eliptica yang dimemarkan, sedangkan untuk pengolahan nira menjadi tuak menggunakan Derris eliptica yang sudah dilarutkan dalam air.Produksi nira pada pagi hari lebih banyak daripada sore hari. Penyadapan nira pada pagi hari menghasilkan nira sebanyak 5 liter dalam masa sadap selama 17 jam.


(33)

Penyadapan sore hari menghasilkan nira sebanyak 3 liter dan lama penyadapan yang dilakukan 7 jam. Nira hasil sadapan lebih banyak pada pagi hari daripada sore hari karena perbedaan lama waktu penyadapan dan keadaan linkungan. Suhu udara penyadapan nira pada pagi hari lebih rendah dibandingkan suhu udara penyadapan sore hari sehingga penguapan lebih tinggi pada sore hari. Gambar 13 merupakan proses penyadapan nira yang dilakukan pada pagi hari.

Gambar 13. Penyadapan Nira

Bumbung yang berisi nira hasil sadapan akan diturunkan dari batang aren kemudian dilakukan pengirisan tandan. Tandan yang baru diiris diberi sabun atau kemiri yang fungsinya untuk merangsang peningkatan produksi nira. Setelah pengirisan selesai tandan dibungkus dengan daun atau plastik agar serangga tidak menghisap nira hasil sadapan. Sebelum mengolah hasil sadapan nira terlebih dahulu dilakukan penyaringan agar nira yang dihasilkan bersih.

Berdasarkan hasil wawancara dengan penyadap maka dalam satu haripetani mampu memproduksi 6 – 8 liter nira per batang. Menurut pengalaman responden yang diwawancara, banyak tidaknya air nira yang dihasilkan tergantung pada diameter batang, tinggi batang dan jarak antar pelepah. Selain itu produktivitas nira juga dipengaruhi oleh cuaca dimana pada musim penghujan


(34)

produksi nira meningkat akan tetapi kualitas menurun, sebaliknya musim kemarau produktivitas menurun kualitas meningkat. Contoh air nira yang dihasilkan dari hasil penyadapan dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Air Nira

Untuk menjaga kualitas nira maka bumbung yang digunakan haruslah steril. Cara yang digunakan penyadap nira adalah dengan mencuci bumbung dengan nira yang sudah mendidih untuk pengolahan gula aren, sedangkan untuk tuak dicuci menggunakan sabun dan air panas sampai bersih. Jika bumbung yang digunakan tidak bersih maka kualitas nira akan menurun. Nira dengan kualitas rendah jika diolah menjadi gula aren maka gula tidak dapat memadat, dan jika diolah menjadi tuak rasanya asam. Hal ini sesuai dengan penelitian Baharuddin dan Ira (2009) yang menyatakan bahwa kerusakan nira dapat dicegah dengan mencuci bumbung dengan air panas atau mengasapinya

Pembuatan Tuak

Pengolahan nira menjadi tuak terjadi karena adanya proses fermentasi. Lempang dan Mangopang (2012) mendefenisikan fermentasi sebagai proses alami yang tidak dapat dielakkan pada nira segar yang berasamanis yang disadap dari pohon aren (Arenga pinnata Merr) karena pada bahan tersebuttumbuh berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri Acetobacter acetic dan sel-sel


(35)

ragiSaccharomyces tuac. Jenis ragi dari genus Saccharomyses, misalnya Saccharomyses serivisaedikenal sebagai mikroorganisme yang dapat memfermentasi gula (glukosa) dan mengubahnyamenjadi alkohol dan CO2.

Proses fermentasi akan menyebabkan terjadinya perubahan komposisi kimia nira terutama kandungan sukrosa menjadi gula reduksi (fruktosa/glukosa). Menurut Muzaifa dkk. (2012) monosakarida dalam bentuk fruktosa atau glukosa (C6H12O6) dapat langsung terfermentasi, tetapi disakarida seperti sukrosa (C12H22O11) harus dihidrolisis menjadi fruktosa dan glukosa. Reaksi kimiayang terjadi pada fermentasi nira adalah sebagai berikut :

C12H22O11 + H2O enzim invertaseC6H12O6 (glukosa dan fruktosa) C6H12O6ragi C2H5OH (etilalkohol) + CO2

C2H5OH + O2 CH3COOH (asam asetat) + H2O

Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran yang digunakan dalam pembuatan tuak adalah niri batu (Xylocarpus moluccensis) atau dalam bahasa lokal disebut dengan Raru Sibolga. Niri batu (X. Moluccensis) dibeli dari agen atau pengecer dengan harga Rp. 10.000,- per batang. Satu batangX. moluccensis dapat digunakan unuk 40 liter nira dan digunakan satu kali pemakaian dalam pembuatan tuak.Gambar 15 merupakan Raru Sibolga yang akan digunakan.


(36)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pembuatan tuak yang dilakukan masih tradisional yakni dengan mencampurkan nira hasil sadapan dengan tuak yang murni. Perbandingan nira dengan tuak murni adalah 20 : 3. Waktu yang diperlukan untuk fermentasi tuak adalah 14 jam. Jika waktu fermentasi ditambah maka kandungan alkohol semakin tinggi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dalam 1 hari penjual tuak melakukan pengolahan nira menjadi tuak sebanyak 2 kali yakni pada pagi hari pukul 09.00 WIB dan malam hari pukul 20.00 WIB.

Tuak yang sudah jadi, disimpan dalam wadah penyimpanan berupa tong yang bersih, agar tuak tidak terserang oleh Acetobactersp. danSaccharomycessp. Mikroorganisme ini mengakibatkan tuak terasa sangat masam.Berdasarkan pengalaman responden, lamanya tuak yang sudah jadi dapat disimpan selama satu minggu, dengan syarat kebersihannya harus tetap dijaga. Apabila wadah yang digunakan tidak bersih maka tuak cepat mengalami kerusakan. Gambar 16 merupakan tuak yang siap dinikmati konsumen.

Gambar 16. Tuak

Berdasarkan wawancara dengan produsen dan konsumen tuak, penambahan kulit batang X. malaccensis berfungsi sebagai bahan pengawet agar tuak tahan lama, mencegah terbentuknya rasa asam dan menimbulkan cita rasa


(37)

sepat/kelat serta dapat menutupi rasa asam nira. X. moluccensis dapat dipakai sebagai obat penguat lambung dan penambah nafsumakan. Apabila tidak ada upaya pengawetan nira setelah pembentukan tuak, maka fermentasi akan terus berlangsung yang menghasilkan asam asetat, sehingga tuak terasa sangat asam.

Berdasarkan pengamatan tuak dipasarkan lewat pengecer dengan harga Rp 4.000 per botol dan yang menjadi pengecer adalah kedai tuak. Biasanya ramai pada malam hari, ada juga yang membelinya untuk dibawa pulang, di minum di tempat lain. Konsumen tuak ini umumnya adalah orang dewasa. Tuak biasanya diminum di saat lagi berkumpul sambil bernyanyi, katanya agar suara bisa keluar. Kelebihan meminum tuak dapat menyebabkan mabuk dan tidak sadar diri. Jumlah tuak yang diminum konsumen tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing.

Pembuatan Gula Aren

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengolahan nira menjadi gula dilakukan berdasarkan keterampilan dan pengetahuan secara turun-temurun.Menurut Baharuddin dan Ira (2009) karena adanya fermentasi olehSaccharomyces sp. maka nira hasil sadapan harus segera diolah paling lambat 90menit setelah diambil dari batang aren. Nira dituang sambil disaring kedalam wajan di atas tungku perapian untuk segera dipanasi.

Bahan pengawet yang digunakan adalah batang tuba (Derris eliptica) dalam bahasa lokal disebut raru ndupar yang tumbuh alami di hutan. Berdasarkan penelitian Wibowo (2006) bahwa tumbuhan ini merupakan liana yang merambat pada pohon dengan panjang mencapai 20 m dan berdiameter 10 cm. Akar berwarnacoklat kemerahan. Batang yang digunakan berdiameter 5 – 7 cm, dimemarkan kemudian dimasukkan ke dalam bumbung sebelum penyadapan


(38)

dilakukan. Gambar 17 merupakan contoh raru ndupar yang dimemarkan.

Gambar 17.Raru Ndupar

Tumbuhan tuba mengandung zat rotenone yang bersifat racun terhadap jamur dan bakteri. Meskipun mengandung rotenone yang bersifat racun belum pernah ditemui kasus keracunan pada manusia akibat mengkonsumsi gula aren. Diduga zat rotenone terurai akibat suhu tinggi pada saat pemasakan nira. Bagan pembuatan gula aren dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Bagan Pembuatan Gula Aren Air Nira

Pemanasan/Perebusan

Pemberian kemiri

Pengangkatan dari tungku

Pencetakan

Pengepakan


(39)

Pemanasanyang dilakukan dalam pengolahan nira menjadi gulaarenselama 3 – 4 jam. Buih-buih yang ada saat pemanasan dibuang agar gula aren yang diperoleh tidak terlalu hitam dan kering. Pemanakan nira menjadi gula aren menurut penelitian Baharuddin dan Ira (2009) akan baik apabiladilakukan pada suhu lebih dari 100oC dan tidak melebihi 120oC. Gambar 19 merupakan proses pemanasaan nira.

Gambar 19. Pemanasan Nira

Pada pemanasan 3½ jam ditambahkan kemiri 5 buah dengan cara diirismenggunakan pisau. Tujuan pemberian kemiri supaya gula aren yang dihasilkan berwarna menarik dan berminyak. Setelah pemanasan 3½ jam dilakukan pengadukan terus-menerus sampai gula siap untuk dicetak. Indikator gula siap dicetak yaitu jika sebagian gula diambil menggunakan pengaduk lalu dituangkan kembali, jatuhnya tidak terputus-putus seperti benang.

Gula aren yang sudah matang diangkat dari tungku perapian dan dibiarkan selama 15 menit sambil diaduk-aduk untuk proses pendinginan. Setelah itu dilakukan pencetakan. Sebelum melakukan pencetakan terlebih dahulu media cetak dibersihkan agar gula aren tidak lengket dengan media cetak.


(40)

Pelepasan media cetak dilakukan setelah gula aren didinginkan kira-kira 15 menit setelah proses pencetakan selesai. Selanjutnya dilakukan pengepakan gula menggunakan pelepah batang pisang yang sudah kering.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaduk dan alat cetak gula aren yang digunakan terbuat dari bambu. Masyarakat Desa Buluh Awar menyebut alat cetak dengan nama tagan-tagan. Ukuran cetakan yang digunakan adalah ½ kg gula aren. Sendok yang digunakan dengan ukuran lebar 5 cm dan panjang 50 cm. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan 50 liter nira akan menghasilkan 12 kg gula aren. Gambar 20 merupakan contoh tagan-tagan yang digunakan.

Gambar 20. Tagan-tagan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gula aren yang sudah dikepak akan dipasarkan langsung ke konsumen dan tengkulak. Mutu gula aren dipengaruhi oleh bahan baku, proses pembuatan nira menjadi gula seperti temperatur yang digunakan, pemberian kemiri dan pengemasan. Namun demikian mutu tidak berpengaruh pada nilai jual gula aren karena gula yang berkualitas rendah dapat dipasarkan kepada pedagang makanan. Gula aren yang sudah siap untuk dipasarkan dijual dengan harga Rp. 20.000,- per kg.


(41)

Pembuatan Gula Semut

Hasil wawancara menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pendapatan masyarakat maka air nira dikelola menjadi bentuk lain yang dinamakan gula semut. Menurut Lutony (1993) bahwa gula semut merupakan gula aren yang berbentuk kristal atau sebuk berwarna kuning kecoklatan sampai coklat. Ukuran gula semut lebih besar dari gula pasir. Proses pembuatan gula semut sama dengan pembuatan gula merah. Bedanya pada proses akhir, gula semut tidak dituangkan dalam cetakan melainkan dibiarkan di dalam tempat pemasakan. Kemudian dihaluskan dan diayak. Hasil ayakan ditampung kemudian dijual ke agenyang selanjutnya diberi kemasan untuk dipasarkan.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa harga gula semut dari produsen sebesar Rp.40.000,00 per kg atau dua kali lipat lebih menguntungkan dari gula aren. Gula semut dimanfaatkan masyarakat Desa Buluh Awar menjadi obat sakit perut seperti maag. Gula semut juga baik sebagai pengganti gula yang dapat dikonsumsi langsung oleh orang bepenyakit gula. Gula semut sangat diminati oleh industri pembuatan makanan seperti kue. Gambar 21 merupakan gula semut yang siap dijual kepada pengumpul.

Gambar 21. Gula Semut


(42)

sederhana, hanya memanfaatkan peralatan seadanya saja. Pembuatan gula semut dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat karena proses pembuatan memakan waktu dan butuh ketekunan. Proses pembuatan gula semut dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22. Pembuatan Gula Semut. Kolang-kaling

Kolang-kaling merupakan makanan kenyal berbentuk bulat lonjong dan memilki warna putih transparan. Berdasarkan wawancara kolang-kaling dihasilkan dari buah betina tanaman aren yang sudah masak. Buah tersebut dibakar sampai kulit luar mudah terkelupas kemudian direbus selama beberapa jam. Buah yang sudah direbus direndam lagi di dalam larutan kapur selama beberapa hari tujuannya untuk membuat kolang-kaling lebih tahan lama.

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat Desa Buluh Awar bahwa kolang-kaling sudah jarang diproduksi karena proses pembuatan yang sulit dan lama. Pemasaran kolang-kaling di Desa Buluh Awar terbatas sehingga masyarakat menganggap bahwa pembuatan kolang-kaling tidak menguntungkan bagi masyarakat . Buah betina yang sudah tua dibiarkan saja oleh masyarakat sampai terjatuh yang nantinya dapat dijadikan menjadi bibit .


(43)

5. Nilai Ekonomi Hasil Aren

Nilai ekonomi adalah nilai suatu barang atau jasa jika diukur dengan uang. Nilai ekonomi hasil aren dapat diartikan sebagai nilai / harga hasil aren yangdimanfaatkan yang dapat ditukarkan dengan uang. Aren juga termasuk sumber daya hutan yang nilai ekonomi yang sangat menjanjikan. Ichwandi (1996) mengatakan bahwa penelitian ekonomi sumber daya hutan adalah suatu metode atau teknik untuk mengekstimasi nilai uang dari barang atau jasa yang diberikan oleh suatu kawasan hutan.

Hasil penelitian (Lampiran 2) bahwa luas lahan seluruh tanaman aren yang dimiliki 30 responden yakni ±42 Ha dan yang menjadi lahan milik pribadi sebesar 31 Ha (73,80%), lahan sewa sebesar 6.5 Ha (15,4%) dan hutan desa sebesar 4,5 Ha (10,71%). Jumlah seluruh tanaman aren yang dimiliki responden yakni sebanyak 1295batang dan jumlah tanaman yang produktif yang dapat menghasilkan nira sebanyak 207 pohon.Total jumlah nira dihasilkan selama satu hari yakni 950 liter.

Berbeda dengan nira dan gula merah aren yang bisa dihasilkan setiap hari, ijuk hanya bisa dipanen 2-3 kali dalam setahun. Pemanfaatan ijuk tergantung pada jumlah permintaan konsumen berupa pesanan.Sekali panen, satu pohon aren biasanya menghasilkan 5 kg ijuk yang bisa dijual seharga Rp 3.000/kg.

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 30 0rang (Lampiran 3), dimana yang paling banyak adalah responden yang memanfaatan nira baik yang dimanfaatkan secara langsung maupun dijadikan sebagai tuak sebanyak 26 orang. Responden yang memproduksi gula aren sebanyak 2 orang dan memproduksi gula semut sebanyak 2 orang. Respoden yang memanfaatkn ijuk sebanyak 1 orang.


(44)

Persentasi responden yang memanfaatkan tanaman aren disajikan pada Gambar 23.

Gambar 23. Persentasi Pemanfaatan Tanaman Aren

Hasil perolehan data (Lampiran 4), dilakukan perhitungan potensi hasil tanaman sehingga diketahui jumlah yang diambil(unit/frekuensi/responden), frekuensi pengambilan (unit/tahun/responden), jumlah pengambil (orang/jenis barang), total pengambilan (unit/tahun) disajikan pada Tabel 4.Berikut

Tabel 4. Hasil Perhitungan Potensi Tanaman Aren di Desa Buluh Awar Sibolangit Nomor Jenis Hasil

Tanaman Aren Satuan (Unit) Jumlah yang Diambil Frekuensi Pengambilan (Unit/Resp./Tahun) Total Pengambilan (Unit/tahun) 1 Nira manis Liter 375 360 135.000

2 Tuak Liter 525 360 189.000

3 Gula Aren Kg 125 48 6.000

4 Gula Semut Kg 30 48 1.440

5 Ijuk Ikat 25 3 75

Untuk memperoleh nilai ekonomi pemanfaatan hasil tanaman aren maka digunakan harga rata-rata masing-masing jenis hasil tanaman aren per unitnya. Hasil perhitungan nilai ekonomi tanaman aren oleh masyarakat Desa Buluh Awar dapat dilihat pada Tabel 5.

42% 42% 7% 6% 3% nira manis tuak gula aren gula semut nira manis dan ijuk


(45)

Tabel 5. Nilai Ekonomi Aren yang Dimanfaatkan Masyarakat Desa Buluh Awar Nomor Jenis Hasil

Tanaman Aren Satuan (Unit) Total Pengambilan (Unit/tahun) Harga Hasil Aren (Rp./Unit) Nilai Hasil Aren (Rp./Unit) Persentase Nilai per Jenis (%) 1 Nira manis Liter 135.000 2.000 270.000.000 32,69 2 Tuak Liter 189.000 2.000 378.000.000 45,77 3 Gula Aren Kg 6.000 20.000 120.000.000 14,54 4 Gula Semut Kg 1.440 40.000 57.600.000 6,97 5 Ijuk Ikat 75 3.000 225.000 0,027

Total 825.825.000 100

Berdasarkan hasil penelitian bahwa nilai ekonomi pemanfaatan tanaman aren oleh masyarakat Desa Buluh Awar adalah sebesar Rp 825.825.000/tahun. Nilai ini diperoleh dari pemanfaatan hasil tanaman aren seperti nira manis, tuak, gula aren, gula semut dan pemanfaatan ijuk. Nilai ekonomi pemanfaatan tanaman aren yang telah disebutkan diatas belum merupakan pendapatan bersih yang diperoleh oleh petani aren Desa Buluh Awar, pendapatan tersebut belum dikurangi dengan biaya-biaya dalam pengelolaan nira. Peralatan sederhana yang dipergunakan dalam pengelolaan nira antara lain : cangkul, parang, tungkil, pisau, tali, bumbung bambu (tempat nira), tangga bambu, ember, jerigen yang dipergunakan dalam kegiatan penanaman, pemeliharaan hingga penyadapan. Peralatan yang telah disebutkan diatas dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama dan tidak memerlukan biaya yang banyak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekonomi pemanfaatan tanaman aren yang paling tinggi terdapat pada pemanfaatan air nira sebagai tuak yaitu sebesar Rp. 378.000.000/tahun (45,77%) dan pemanfaatan langsung nira manis yakni sebesar Rp 270.000.000/tahun (32,69%). Hal ini terjadi karena untuk pengelolaan nira tidak membutuhkan waktu dan biaya yang banyak melainkan hanya membutuhkan tenaga untuk beberapa perlakuan dan perawatan. Nilai ekonomi tanaman nira berikutnya adalah produksi gula aren dengan nilai ekonomi Rp 120.000.000/tahun (14,5%) dan produksi gula semut Rp 57.600.000/tahun


(46)

(6,97%)dan yang terkecil adalah pemanfaatan ijuk sebesar Rp 225.000/tahun (0,027%)

Jumlah pengrajin gula merah di Desa Buluh Awar hanya 2 orang, hal ini disebabkan karena proses pembuatan gula merah yang memerlukan waktu yang lama yakni 7 jam hingga 8 jam dan biaya pembuatan gula merah yang cukup banyak untuk membeli kayu bakar, bahan bakar dan peralatan pendukung lainnya. Menurut Aliudin (2011) tiga faktor produksi yang penting yang digunakan selama proses produksi berlangsung yaitu bahan baku nira aren, tenaga kerja dan bahan bakar.Bila dibandingkan dengan nira, harga sekilo gula merah pada tingkat pengrajin sebesar Rp 20.000 dan diperlukan 50 liter nira alami untuk menghasilkan ±12 kg gula merah perhari sehingga pendapatan yang diperoleh per harinya adalah ± Rp 240.000sedangkan harga satu liter nira yakni Rp 2.000bila menjual nira diperoleh pendapatan sebesar ± Rp 100.000.


(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil inventarisasi tanaman aren (Arenga pinnata Mer) yang dilakukan di Desa Buluh Awar diperoleh data potensi tanaman aren dengan kerapatan rata-rata 52 batang per ha.

2. Jenis-jenis hasil tanaman nira yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buluh Awar adalah ijuk, daun, nira manis, tuak, gula aren, dan gula semut

3. Nilai ekonomi hasil aren tertinggi diperoleh pada pemanfaatan air nira sebagai tuak sebesar Rp. 370.000.000/tahun dengan persentase nilai jenis sebesar 45,77% dan terendah diperoleh pada pemanfaatan ijuk sebesar Rp. 57.600.000/tahun dengan persentase sebesar 6,97%

Saran

Potensi dan manfaat tanaman aren (Arenga pinnata Merr) sangat banyak kepada masyarakat Desa Buluh Awar Sibolangit diharapkan peran serta pemerintah setempat atau instansi terkait untuk mendukung dan melakukan penyuluhan-penyuluhan pengelolaan aren (perbaikan manajeman), pengadaan peralatan (perbaikan teknologi), agar pemanfaatan tanaman aren tersebut lebih bernilai sehingga mampu memberi kontribusi yang lebih besar terhadap masyarakat.


(48)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Aren

Secara ilmiah klasifikasi pohon aren adalah, Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta (Angiospermae) Classis : Liliopsida (Monocotyledoneae) Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae Genus : Arenga

Spesies : Arenga pinnata Merr (Van Stenis, 2005).

Morfologi Aren Akar (radix)

Akar Familia Arecaceae adalah akar serabut kaku keras dan cukup besar seperti tambang (Garsinia dan Ira, 2008 ).

Batang (caulis)

Palmae berbatang tunggal dan tingginya bisa mencapai 30 m yang batangnya kokoh ramping. Merupakan tumbuhan monokotil atau berkeping satu yang berbatang tunggal. Tinggi pohon bisa mencapai 30 m yang batangnya kokoh ramping memanjat. Tinggi batanggnya (caulis) sangat beragam dan ada yang mencapai 100 meter. Berdasarkan tinggi batang, famili Arecaceae dapat digolongkan berupa pohon tinggi lebih dari 10 meter, pohon sedang (2-10 meter) maupun kurang dari 2 meter. Batang famili Arecaceae ada yang tumbuh tegak ada


(49)

pula yang merambat pada pohon lain sebagai liana, bentuk yang seperti ini terutama dari spesies-spesies Hypaena dan Dypsis (Shukla dan Mirsa, 2002). Daun (folium)

Daun-daunnya bertulang menyirip (penninervis) atau bentuknya seperti kipas, dengan pelepah daun (vagina) atau tangkai daun (petiolus) yang melebar. Familia Arecaceae umumnya berdaun majemuk. Daun palmately dan pinnately, membentuk tajuk dari batang kokoh yang tidak bercabang, dasar petiole luas, berpelepah dan berserat (Bandini, 1996).

Bunga (flos)

Perbungaan berupa tandan bunga bercabang, menggantung dengan panjang mencapai 60 cm atau lebih. Tandan bunga tumbuh pada daerah bekas pelepah daun. Perbungaan dimulai dari pucuk, selanjutnya secara berturut-turut menyusul pada bagian bawah. Biasanya 2-5 bunga pertama betina, sedangkan rangkaian bunga pada bagian bawah adalah bunga jantan. Bunga jantan berwarna kecoklatan, berbentuk bulat telur memanjang, daun bunga tiga, dan kelopak bunga tiga helai. Bunga betina warna kehijauan dengan mahkota bunga segitiga beruas-ruas dan bakal buah memiliki ruang tiga dan putik tiga. Tandan bunga betina aren hanya menghasilkan sedikit nira, oleh sebab itu tidak disadap dan dibiarkan tumbuh dan membentuk buah (Lasut, 2012).

Buah (fructus)

Menurut Uhl and Dransfiel (1987) bahwa buah aren merupakan buah buni (bacca) atau buah batu (drupa), kadang-kadang tiap-tiap daun buah tumbuh terpisah menjadi sebuah yang berbiji satu. Buah berry, drupe atau nut, biji dengan embrio kecil dan endosperm Biji aren berada dalam buah yang masih belum


(50)

terlalu matang. Biji aren mempunyai tekstur yang lembek dan berwarna bening, kulitnya berwarna kuning dan tipis, dan berbentuk bulat atau lonjong. Biji muda ini dikenal dengan nama kolang kaling (Effendy dkk., 2013).

Manfaat Aren

Hampir semua bagian tanaman aren dapat dimanfaatkan mulai dari akar sampai daun. Manfaat tanaman aren berdasarkan bagian tanaman menurut Sunanto (1993) adalah :

a. Perakaran

Akar aren menyebar cukup dalam, sehingga cocok sebagai vegetasi untuk pencegahan erosi. Akar aren juga dapat digunakan sebagai bahan anyaman dan cambuk karena sifatnya yang kuat dan ulet, disamping sebagai bahan obat tradisional untuk penyakit kencing batu, disentri dan penyakit paru-paru.

b. Batang

Batang yang keras dapat digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat rumah tangga dan kadang-kadang digunakan sebagai bahan bangunan dan jembatan. Batang jika dibelah dapat dipakai untuk saluran atau talang air. Sedangkan umbutnya yang berasa manis dapat digunakan sebagai sayur mayur. c. Daun

Pelepah daun yang sudah tua dapat digunakan sebagai kayu bakar dan pelepah yang masih muda dipakai sebagai peralatan rumah tangga. Kulit dari pelepah dapat dibuat bahan tali yang kuat dan awet. Helaian daun (anak daun) adalah bahan untuk berbagai jenis anyaman seperti bakul, tas dan sebagainya.


(51)

d. Tandan Buah

Tandan buah aren yang terdapat pada batang dapat mengahasilkan nira, yang dapat diolah lebih lanjut menjadi produk olahan nira. Nira adalah cairan yang keluar dari tandan bunga jantan yang disadap.

e. Buah

Buah betina menghasilkan sedikit bahkan tidak menghasilkan nira sama sekali, sehingga umumnya dibiarkan menjadi buah. Buahnya apabila diolah akan menjadi kolang-kaling, kola, campuran es dan sebagainya.

f. Ijuk

Sampai saat ini pemanfaatan ijuk dari tanaman aren terutama untuk pembuatan sapu, sikat, tali dan jok.

Syarat Tumbuh Aren

Tanaman aren tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah masam (pH tanah yang rendah). Aren dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 1.400 meter di atas permukaan laut, pada berbagai agroekosistim dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan tumbuhnya. Namun yang paling baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 700 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1200-3500 mm/tahun. Kelembaban tanah dan curah hujan yang tinggi berpengaruh dalam pembentukan mahkota daun tanaman aren. Untuk pertumbuhan dan pembuahan, tanaman aren membutuhkan suhu 20-250C. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan, lembah, dekat aliran sungai, daerah dan banyak dijumpai di hutan (Permentan, 2013).


(52)

Aren merupakan salah satu tanaman hutan yang umumnya tumbuh secara alami tanpa ada usaha budidaya yang dilakukan oleh manusia dan tempat tubuhnya pada daerah - daerah tertentu saja. Hal ini dikarenakan kondisi fisik dari lahan tempat tumbuh aren memiliki ciri tertentu yang mendukung dalam pertumbuhannya sehingga akan berkorelasi dengan proses pertumbuhanya. Dilihat dari fungsinya, aren merupakan salah satu tumbuhan yang mempunyai fungsi penting bagi lingkungan yang di dalamnya terdapat manusia. Hal ini bisa dilihat dari fungsinya sebagai tanaman konservasi, yang menjaga tanah dari proses erosi, mengurangi pengaruh global warming, dan kemampuannya menyerap gas carbon (Putuhuru dkk., 2011).

Inventarisasi Hutan

Inventarisasi hutan biasaya dianggap sinonim dengan taksiran kayu. Di dalam artian ini inventarisasi hutan adalah suatu usaha untuk menguraikan kuantitas dan kualitas pohon-pohon hutan serta karakteristik areal tanah tempat tumbuhnya. Perlu ditekankan, bahwa inventarisasi hutan harus berisi pula evaluasi tehadap karekteristik-karakteristik pohon mampu terhadap lahan tmpat pohon-pohon itu tumbuh. Penaksiran kuantitas kayu terpisah dari areal tempat tumbuhnya tidak banyak artinya. Hutan bukan hanya suatu kuantitas kayu, tetapi asosiasi tumbuhan hidup yang dapat dan harusdiberlakukan sebagai benda hasil yang dapat diperbaharui (Husch, 1987).

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information Sistem (GIS) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk


(53)

bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial. Sistem ini meng-capture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasioperasi umum database, seperti query dan analisis statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisis yang unik yang dimiliki oleh pemetaan (Aini, 2007).

Pemetaan potensi aren di desa Buluh Awar diakukan dengan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang merupakan sistem pengolahan informasi yang juga menyediakan fasilitas analisis data. Menurut Puntodewo dkk. (2010) bahwa SIG sangat bermanfaat dalam perencanaan dan pengelolaan SDA, antara lain untuk aplikasi inventarisasi dan monitoring hutan, kebakaran hutan, perenanaan penebangan hutan, rehabilitasi hutan, Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS), dan konservasi keseragaman hayati. SIG dapat dipakai secara efektif untuk membantu perencanaan dan pengelolaan SDA diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan keterampilan yang memadai

Kegunaan dasar dari program SIG adalah untuk mengelola informasi ruang/tempat dalam membuat kebijakan. SIG memiliki beberapa langkah, yaitu : input, manipulasi, managemen, analisis dan visualisasi. Proses SIG mempunyai tiga prinsip dasar, yaitu input data, manipulasi data, dan output data. Selanjutnya adalah diskripsi laporan singkat dari proses dasar SIG : (1) input data meliputi semua aspek transformasi perolehan data ke dalam bentuk peta. Pengamatan lapangan, jangkauan kedalam bentuk kesesuaian digital (2) penyimpanan data, data yang disimpan dan disusun berdasarkan posisi, topology, dan elemen geografi (titik, garis, objek) yang mewakili tempat pada permukaan bumi (3)


(54)

manipulasi data dan analisis, analisis meliputi pembuatan variabel gabungan yang melalui proses dua kegiatan langsung spatial dan non spatial pada kesatuan sistem (4) output data mempunyai tiga tipe yaitu; hardcopy, softcopy dan elektronik. Hardcopy adalah tampilan permanen, peta dan tabel (Rahmawaty, 2011).

Masyarakat Sekitar Hutan

Masyarakat di sekitar kawasan lindung adalah sekumpulan individu, keluarga, dan komunitas tradisional atau modern yang bertempat tinggal terus menerus pada suatu areal yang berada di dalam atau berbatasan dengan suatu kawasan lindung yang telah diusulkan sebagai kawasan lindung. Masyarakat hutan adalah penduduk yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan yang mata pencaharian dan lingkungan hidupnya sebagian besar bergantung pada eksistensi hutan dan kegiatan perhutanan (Arief, 2001).

Bagi masyarakat, manfaat hutan untuk kehidupan sehari-hari sangat nyata. Kecuali menghasilkan barang-barang yang diperlukan untuk berbagai kepentingan seperti kayu bangunan dan bahan untuk membuat alat-alat pertanian, hutan juga memberikan lingkungan hidup yang nyaman bagi mereka, dan yang lebih penting lagi adalah menyediakan lahan yang subur untuk bercocok tanam. Hutan juga sebagai sumber untuk mendapatkan bahan pangan dan untuk mengembalakan ternak (Simon, 2004).

Bertambahnya jumlah penduduk semakin mendorong eksploitasi hutan karena semakin meningkatnya permintaan hasil hutan untuk memenuhi beberapa kebutuhan hidup manusia. Keadaan ini akan mengakibatkan habisnya hutan apabila tidak dikelola dengan baik dan berkelanjutan. Pengelolaan hutan alam dan tanaman secara lestari merupakan program pemerintah yang saat ini sangat gencar


(55)

dilakukan. Program tersebut bertujuan agar hutan dapat dimanfaatkan secara lestari, selaras, serasi dan seimbang bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya dan umat manusia umumnya, baik masa kini maupun masa yang akan dating (Juliarti, 2013).

Hutan dan masyarakat disekitarnya merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan. Secara turun temurun kehidupan masyarakat di sekitar hutan, baik secara langsung (berburu dan menangkap ikan) maupun tidak langsung (berladang) sangat bergantung pada hutan (Fauzi, 2008).


(56)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hubungan antara masyarakat dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup berlangsung sepanjang masa, sedangkan sifat dan intensitasnya mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan kependudukkan dan kebudayaannya. Kehidupan masyarakat desa sangat bergantung pada sumber daya alam yang tersedia disekitarnya, fungsi tata guna lahan (pertanian dan hutan) sebagai sumber daya alam memberikan manfaat pengetahuan dan juga pengalaman masyarakat lokal tentang pemanfaatan berbagai tumbuhan dalam kehidupan sehari-harinya (Irawan dkk., 2009).

Aren atau enau (Arenga pinnata Merr.) merupakan tumbuhan yang menghasilkan bahan-bahan industri sejak lama kita kenal. Namun sayang tumbuhan ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak. Hampir semua bagian pohon aren bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari bagian fisik (akar, batang, daun, ijuk dll) maupun hasil produksinya (nira, pati/tepung dan buah). Selama ini permintaan produk-produk yang bahan bakunya dari pohon aren masih dipenuhi dengan mengandalkan pohon aren yang tumbuh liar (Lempang, 2012).

Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) adalah tanaman perkebunan berpotensi besar untuk dikembangkan. Produk utama tanaman aren sebagai hasil dari penyadapan nira bunga jantan dapat dijadikan gula, minuman, cuka dan alkohol. Selain itu bagian tanaman yang lain dapat dibuat bahan makanan. Data tahun 2004 luas areal tanaman aren telah mencapai 60.482 ha yang tersebar di 14


(57)

provinsi. Peluang mengembangkan tanaman ini selain ketersediaan teknologi yang ada, tanaman aren mudah beradaptasi pada berbagai tipe tanah diseluruh Indonesia termasuk lahan kritis, alang-alang dan untuk reboisasi dan konservasi hutan (Effendi, 2010).

Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) merupakan tanaman primadona bagi masyarakat sekitar desa karena kebanyakan dari mereka mendapatkan sumber pemasukan dari hasil pengolahan tanaman ini, hanya saja sebagian besar dari mereka melakukannya pada tanaman-tanaman yang sudah ada, dengan kata lain memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di alam (Effendy dkk., 2013).

Desa Buluh Awar merupakan salah satu desa sebagai sentra penghasil aren di wilayah Sumatera Utara dan mayoritas warga berpenghasilan dari tanaman aren. Potensi perkebunan aren di desa Buluh Awar sebenarnya belum optimal dan harus dikembangkan lebih baik dan lebih luas untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Mengingat pentingnya peranan tumbuhan ini secara ekonomi maka perlu dilakukan penelitian tentang identifikasi sebaran dan potensi aren yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aren yang ada di desa Buluh Awar dan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan aren oleh masyarakat di Desa Buluh Awar. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi di lapangan dan pemetaan dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).


(58)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui potensi tumbuhan aren di Desa Buluh Awar Sibolangit. 2. Memetakan sebaran tumbuhan aren di Desa Buluh Awar Sibolangit.

3. Mengetahui pemanfaatan tumbuhan aren oleh masyarakat di desa Buluh Awar Sibolangit.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pihak yang mengelola tanaman ini dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat dan pemanfaatannya oleh masyarakat desa Hulu Awar Sibolangit.


(59)

HORAS SIMANJUNTAK:Potensi Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) sebagai Tanaman Unggulan di Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit. Dibawah bimbingan RAHMAWATY dan IRAWATI AZHAR.

Tanaman aren merupakan tanaman primadona bagi masyarakat sekitar hutan dan merupakan salah satu sumber pemasukan bagi mereka.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tanaman aren, memetakan sebaran aren dan mengetahui pemanfaatan aren di Desa Buluh Awar.Pengumpulan datadilapangan dilakukan dari bulan Aprilsampai Mei 2016.Metode yang digunakan adalah metode petak sampling dengan teknik sampling berpetakdengan intensitas sampling 0,5%. Pemetaan sebaran menggunakan software ArcGIS 10.1. Hasil penelitian diperoleh 77 batang tanaman aren produktif dari 36 petak contoh dengan kerapatan 56 tanaman per hektar. Pemanfaatan aren berupa daun, ijuk, tuak, nira manis, gula aren, dan gula semut. Nilai ekonomi tertinggi adalah pemanfaatan tuak dan terendah adalah pemanfaatan ijuk.


(60)

HORAS SIMANJUNTAK:Potential Palm Plants (Arenga pinnata Merr) as plant seed in the Buluh Awar Village District of Sibolangit. Under the guidance Rahmawaty and IRAWATI AZHAR .

Palm plants is an excellent plant for forest communities and is one of the sources of income for them. The purpose of this study was to determine the potential of the palm, to map the distribution of palmand examine the use of palm in Buluh Awar village. Field data collection was conducted from April to May 2016. The method used is the method of sampling plots with terraced sampling technique with a sampling intensity of 0.5%. Mapping the distribution using ArcGIS 10.1 software .

The results were obtained 77 productive stems of palm plants from 36 sample plots with a density of 56 plants per hectare . Utilization in the form of palm leaves, palm fiber, palm wine, sweet palm sugar, palm sugar, and sugar ants. The highest economic value is the utilization of palm wine and the lowest is the use of fibers.


(61)

SKRIPSI

HORAS SIMANJUNTAK 121201030

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(62)

POTENSI TANAMAN AREN (Arenga pinnata Merr) SEBAGAI TANAMAN UNGGULAN

DI DESA BULUH AWAR SIBOLANGIT

SKRIPSI

121201030

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016


(63)

Judul : Potensi Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) Sebagai Tanaman Unggulan di Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit

Nama : Horas Simanjuntak

NIM : 121201030

Program Studi : Kehutanan

Minat : Manajemen Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D Irawati Azhar, S.Hut, M.Si. Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kehutanan Siti Latifah, S.Hut., M.Si, Ph. D


(64)

HORAS SIMANJUNTAK:Potensi Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) sebagai Tanaman Unggulan di Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit. Dibawah bimbingan RAHMAWATY dan IRAWATI AZHAR.

Tanaman aren merupakan tanaman primadona bagi masyarakat sekitar hutan dan merupakan salah satu sumber pemasukan bagi mereka.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tanaman aren, memetakan sebaran aren dan mengetahui pemanfaatan aren di Desa Buluh Awar.Pengumpulan datadilapangan dilakukan dari bulan Aprilsampai Mei 2016.Metode yang digunakan adalah metode petak sampling dengan teknik sampling berpetakdengan intensitas sampling 0,5%. Pemetaan sebaran menggunakan software ArcGIS 10.1. Hasil penelitian diperoleh 77 batang tanaman aren produktif dari 36 petak contoh dengan kerapatan 56 tanaman per hektar. Pemanfaatan aren berupa daun, ijuk, tuak, nira manis, gula aren, dan gula semut. Nilai ekonomi tertinggi adalah pemanfaatan tuak dan terendah adalah pemanfaatan ijuk.


(65)

HORAS SIMANJUNTAK:Potential Palm Plants (Arenga pinnata Merr) as plant seed in the Buluh Awar Village District of Sibolangit. Under the guidance Rahmawaty and IRAWATI AZHAR .

Palm plants is an excellent plant for forest communities and is one of the sources of income for them. The purpose of this study was to determine the potential of the palm, to map the distribution of palmand examine the use of palm in Buluh Awar village. Field data collection was conducted from April to May 2016. The method used is the method of sampling plots with terraced sampling technique with a sampling intensity of 0.5%. Mapping the distribution using ArcGIS 10.1 software .

The results were obtained 77 productive stems of palm plants from 36 sample plots with a density of 56 plants per hectare . Utilization in the form of palm leaves, palm fiber, palm wine, sweet palm sugar, palm sugar, and sugar ants. The highest economic value is the utilization of palm wine and the lowest is the use of fibers.


(66)

Penulis lahir di Negri Lama pada tanggal 16 Mei 1993 dari Ayah Karisos Simanjuntak dan Ibu Tiorlan Siregar. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 173325Sigumpar, Sumatera Utara pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Lintongnihuta, Sumatera Utara pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Lintongnihuta, Sumatera Utara pada tahun 2011. Pada tahun 2012 penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian.

Penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan Mangrove Pulau Sembilan, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat pada tahun 2014. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 10 hari. Penulis juga melaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Toba Pulp Lestari (TPL) pada tahun 2016 selama satu bulan. Penulis melakukan penelitian di Desa Buluh Awar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dengan judul “Potensi Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) sebagai Tanaman Unggulan di Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit”.


(67)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Potensi Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) sebagai Tanaman Unggulan di Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua penulis Bapak Karisos Simanjuntak dan Ibu Tiorlan Siregar besertakakak dan adik terkasih Hotmaida Simanjuntak, Romanna Simanjuntak, Jerni Simanjuntak, dan Novita Simanjuntakyang telah memberi dukungan, semangat, dana, beserta doa.

2. Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.Ddan Irawati Azhar, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan membimbing penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. Bapak luther Tarigan selaku Ketua Kelompok Tani Aren dan pembimbing lapangan selama melakukan penelitian dan Bapak Rudi Effendi Bukit selaku Sekretaris Desa Buluh Awar beserta seluruh masyarakat Desa Buluh Awar. 4. Tim Buluh Awar, Perdana Mora Harahap yang telah banyak membantu dan

bekerjasama selama melaksanakan penelitian di lapangan.

5. Marsen Purba, Tahan Sihombing, Bosco Siringoringo, Arimbi Situmeang, serta rekan-rekan Kehutanan 2012 atas semangat dan bantuannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi


(68)

Medan,September 2016


(69)

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aren ... 4

Morfologi Aren ... 4

Manfaat Aren ... 6

Syarat Tumbuh Aren ... 7

Inventaisasi Hutan ... 8

System Informasi Geografis ... 8


(70)

Alat dan Bahan ... 12

Prosedur Penelitian ... 13

Teknik pengumpulan data ... 13

Penentuan sampel responden ... 13

Wawancara dan kuisioner ... 14

Teknik Pengumpulan Sampel ... 14

Analisis data ... 15

Pemetaan sebaran aren ... 16

Menentukan nilai ekonomi aren yang dimanfaatkan ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 20

Potensi Sebaran Aren ... 21

Pemetaan Sebaran tumbuhan Aren ... 23

Pemanfaatan Tanaman Aren oleh Masyarakat ... 27

Nilai Ekonomi Hasil Aren ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(71)

No. Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian di Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit... 12

2. Petak Contoh Transek ... 15

3. Bagan Alir Pemetaan Sebaran Aren ... 18

4. Peta Sebaran Aren per Jalur: Jalur I (a), Jalur II (b), Jalur III (c) ... 25

5. Peta Sebaran Aren Produktif di Desa Buluh Awar ... 26

6. Bagan Alur Pemanfaatan Aren ... 28

7. Pemanfaatan Daun Aren sebagai Atap Rumah dan Gubuk ... 29

8. Pemanfaatan Ijuk sebagai Atap Gereja dan Atap Penginapan ... 30

9. Bagan Proses Pengambilan Air Nira ... 32

10. Pembersihan Ijuk ... 33

11. Pembalbal ... 33

12. Tungkil ... 34

13. Penyadapan Nira ... 36

14. Air Nira ... 37

15. Raru Sibolga... 38

16. Tuak ... 39

17. Raru Ndupar ... 41


(72)

21. Gula Semut ... 44 22. Pembuatan Gula Semut ... 45 23. Persentase Pemanfaatan Tanaman Aren ... 47


(73)

No. Halaman 1. Pembagian Wilayah Desa Buluh Awar... 20 2. Inventarisasi Tanaman Aren ... 22 3. Perhitungan Analisis Vegetasi di Desa Buluh Awar ... 23 4. Hasil Perhitungan Potensi Tanaman Aren di Desa Buluh Awar

Sibolangit ... 47 5. Nilai Ekonomi Aren yang Dimanfaatkan Masyarakat Desa Buluh


(1)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aren ... 4

Morfologi Aren ... 4

Manfaat Aren ... 6

Syarat Tumbuh Aren ... 7

Inventaisasi Hutan ... 8

System Informasi Geografis ... 8


(2)

vii METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Alat dan Bahan ... 12

Prosedur Penelitian ... 13

Teknik pengumpulan data ... 13

Penentuan sampel responden ... 13

Wawancara dan kuisioner ... 14

Teknik Pengumpulan Sampel ... 14

Analisis data ... 15

Pemetaan sebaran aren ... 16

Menentukan nilai ekonomi aren yang dimanfaatkan ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 20

Potensi Sebaran Aren ... 21

Pemetaan Sebaran tumbuhan Aren ... 23

Pemanfaatan Tanaman Aren oleh Masyarakat ... 27

Nilai Ekonomi Hasil Aren ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(3)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian di Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit... 12

2. Petak Contoh Transek ... 15

3. Bagan Alir Pemetaan Sebaran Aren ... 18

4. Peta Sebaran Aren per Jalur: Jalur I (a), Jalur II (b), Jalur III (c) ... 25

5. Peta Sebaran Aren Produktif di Desa Buluh Awar ... 26

6. Bagan Alur Pemanfaatan Aren ... 28

7. Pemanfaatan Daun Aren sebagai Atap Rumah dan Gubuk ... 29

8. Pemanfaatan Ijuk sebagai Atap Gereja dan Atap Penginapan ... 30

9. Bagan Proses Pengambilan Air Nira ... 32

10. Pembersihan Ijuk ... 33

11. Pembalbal ... 33

12. Tungkil ... 34

13. Penyadapan Nira ... 36

14. Air Nira ... 37

15. Raru Sibolga... 38

16. Tuak ... 39

17. Raru Ndupar ... 41


(4)

ix

19. Pemanasan Nira ... 42

20. Tagan-tagan ... 43

21. Gula Semut ... 44

22. Pembuatan Gula Semut ... 45


(5)

x

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Pembagian Wilayah Desa Buluh Awar... 20 2. Inventarisasi Tanaman Aren ... 22 3. Perhitungan Analisis Vegetasi di Desa Buluh Awar ... 23

4. Hasil Perhitungan Potensi Tanaman Aren di Desa Buluh Awar

Sibolangit ... 47

5. Nilai Ekonomi Aren yang Dimanfaatkan Masyarakat Desa Buluh


(6)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Data Identitas Responden Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang ... 55 2. Data Pendapatan Responden ... 56

3. Pemanfaatan Aren di Desa Buluh awar Kecamatan Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang ... 57 4. Nilai Ekonomi Pemanfaatn Hasil Aren ... 58 5. Wawancara Responden: Bapak Luther Tarigan (Ketua Kelompok Tani

aren Center) (a), Pengrajin Gula Semut (b), Kelompok Tani (c), Pengrajin Gula Aren (d), Penyadap Nira (e) ... 59