2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak
2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Pengertian kepatuhan Wajib Pajak menurut Siti Kurnia Rahayu 2010:138, menyatakan bahwa:
“Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan
hak perpajakannya”. Menurut Norman Moh. Zain:2004, Kepatuhan Wajib Pajak memiliki
pengertian yaitu : “Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban
perpajakan, tercermin dalam situasi di mana: 1.Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.”
Menurut Chaizi Nasucha 2006: 111, kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari :
1. “Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri;
2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan; 3. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang;
dan, 4. Kepatuhan dalam pembayaran dan tunggakan
”. Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kepatuhan wajib
pajak adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
2.1.3.2 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak
Kemudian merujuk pada kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544KMK.042000, bahwa kriteria wajib pajak adalah :
1. “Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis
pajak dalam dua tahun terakhir. 2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
3. Tidak pernah di jatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun
terakhir. 4. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan
dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing
jenis pajak yang terutang paling banyak 5.
5. Wajib Pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.”
2.1.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Pajak
Safri Nurmantu 2009:42 mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan tinggi rendahnya kepatuhan perpajakan adalah sebagai berikut :
1. “Kejelasan Makin jelas undang-undang dan peraturan
pelaksanaan perpajakan, makin mudah bagi wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Makin berbelit
aturan pelaksanaan perpajakan, apalagi jika terdapat ketidakpastian, dan tidak adanya kesinambungan peraturan,
maka makin sulit bagi wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
2. Biaya kepatuhan terdiri dari antara lain fee untuk konsultanakuntan, biaya pegawai, biaya transport ke kantor
pajakbankkas negara, dan biaya foto copy sebagai biaya fisik, dan biaya psikis berupa stres, keingintahuan, dan
kekhawatiran. Makin rendah biaya kepatuhan, makin mudah bagi
wajib pajak
untuk melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Permintaan lembar foto copy lebih dari satu
kali oleh seksipetugas kantor pajak di bawah satu atap merupakan contoh dari biaya kepatuhan yang tidak perlu.
3. Sistem panutan di kalangan masyarakat wajib pajak di Indonesia untuk menjadi wajib pajak terbesar dapat
merupakan faktor yang meningkatkan rasa kepatuhan perpajakan, menjadi salah satu dari 100 pembayar pajak
terbesar mendorong konglomerat, baik pada tingkat pusat maupun
pada tingkat
daerah untuk
meningkatkan pembayaran pajaknya yang sekaligus mendekatkan dirinya
pada tingkat kepatuhan ”.
2.1.3.4 Manfaat Kepatuhan Pajak
Bagi wajib pajak, manfaat yang diperoleh dari kepatuhan pajak seperti
yang dikemukakan Siti Kurnia Rahayu 2010:143 adalah:
1. “Pemberian batas waktu penerbitan Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak SKPPKP paling lambat tiga bulan sejak permohonan kelebihan pembayaran
pajak yang diajukan wajib pajak diterima untuk PPh dan satu bulan untuk PPN, tanpa melalui penelitian dan pemeriksaan
oleh DJP.
2. Adanya kebijakan percepatan penerbitan SKPPKP menjadi
paling lambat dua bulan untuk PPh dan tujuh hari untuk PPN”.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya kepatuhan pajak, maka masyarakat patuh pajak akan memperoleh keuntungan yang diberikan
instansi perpajakan dibandingkan dengan wajib pajak lainnya. 2.1.3.5
Macam-Macam Kepatuhan Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu 2010:138 ada dua macam kepatuhan, yaitu:
a. “ Kepatuhan formal
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan
dalam undang-undang perpajakan. Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
SPT PPh Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan SPT
PPh Tahunan sebelum atau pada tanggal 31 Maret.
b. Kepatuhan material Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
secara substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang
perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal. Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan material
adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan SPT sesuai ketentuan dan
menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir
”. 2.1.3.6
Indikator Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam penelitian ini penulis menggunakan indikator menurut Chaizi Nasucha,2006 adalah sebagai berikut :
1.
“Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan.
2. Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak. 3. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan
”.
2.2 Kerangka Pemikiran