kuat III - IV sangat baik digunakan sebagai bahan baku balok laminasi, karena dengan proses balok laminasi, kayu dengan kerapatan rendah batang kelapa
sawit dapat ditingkatkan kekuatan kayunya seperti keteguhan lengkung, keteguhan patah, dan keteguhan rekat, sehingga dapat menaikkan kelas kuat
kayunya.
Sifat Fisis Balok laminasi
Sifat fisis balok laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat fisis sirekat pembentuknya. Sifat fisis yang dibahas pada penelitian ini adalah kadar air,
kerapatan, uji delaminasi air panas dan air dingin.
1. Pengaruh Ketinggian Batang dan Jumlah Lapisan serta Interaksinya
Terhadap Kadar Air KA Balok Laminasi
Air dalam kayu menentukan kadar garis rekat, dan akan mempengaruhi kedalaman penetrasi perekat dan waktu pematangan perekat cair. Kadar air
merupakan sifat fisis balok laminasi dalam keadaan keseimbangan dengan lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan pernyataan Dumanauw 1993, kayu
memiliki sifat higroskopis yang mampu menyerap dan mengeluarkan air, baik dalam bentuk uap maupun cairan. Kemampuan ini tergantung pada suhu dan
kelembapan udara sekelilingnya. Semua sifat fisis kayu sangat dipengaruhi oleh perubahan kadar air kayu. Berdasarkan hasil analisis contoh uji, nilai rata-rata
kadar air tersaji pada gambar 5. Data selengkapnya dilihat pada lampiran 4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Grafik Pengukuran Kadar Air Balok Laminasi
Berdasarkan Gambar 5, diketahui perlakuan jumlah lapisan diperoleh nilai rata-rata kadar air untuk balok laminasi 3 lapis, 5 lapis, dan 7 lapis sebesar
11,82; 12,83; dan 11,41 pada ketinggian 3 m. Dan pada ketinggian 5 m diperoleh nilai rata-rata kadar air untuk balok laminasi 3 lapis, 5 lapis dan 7 lapis
adalah sebesar 11,33; 11,90; 11,79. Dari data yang diperoleh, nilai rata - rata kadar air tertinggi pada 5 lapis dengan ketinggian 3 m.
Dari hasil data yang diperoleh nilai rata-rata kadar air yang tertinggi terdapat pada jumlah 5 lapis diakibatkan, pada waktu pemotongan kayu sebelum
dibuat menjadi balok laminasi kondisi kadar airnya mencapai kadar air kering udara dan dipengaruhi oleh perekat campuran PvAc. Jadi kadar air setiap lapisan
bisa berbeda-beda dikarenakan pengeringan dilakukan kering udara, sesuai dengan pernyataan Haygreen dan Bowyer 1989 bahwa kayu mempunyai sifat
adsortptif sehingga mampu untuk menyerap air dari udara sekitar. Kemampuan tersebut membuat kadar air kayu akan menyesuaikan diri dengan keadaan
sekitarnya atau disebut dengan kadar kesetimbangan.
Universitas Sumatera Utara
Kadar air maksimal yang disyaratkan dalam JAS 234:2003 adalah 15 sehingga nilai ini telah memenuhi standar tersebut. Berdasarkan data tersebut
dapat dilihat bahwa nilai rata-rata KA balok laminasi yang diteliti relatif sama. Hal ini juga didukung dengan hasil analisis sidik ragam kadar air yang
menunjukkan bahwa perlakuan jumlah lapisan, dan ketinggian posisi batang serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air.
Selama proses penyiapan sirekat hingga pengujian sifat fisis balok laminasi, dilakukan pengukuran suhu dan kelembapan relatif ruangan. Suhu rata-
rata dalam ruangan adalah 31,69 C dan kelembapan relatif rata-rata 63,74. Pada
umumnya kayu akan mencapai Kadar Air Kesetimbangan KAS yang sama di bawah kondisi dan kelembapan relatif yang sama. Berdasarkan tabel perkiraan
KAS oleh USFPL 1974 dalam Haygreen dan Bowyer 1989. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah lapisan balok
laminasi serta interaksinya terhadap nilai kadar air balok laminasi yang dihasilkan tidak berpengaruh nyata.
2. Pengaruh Ketinggian Batang dan Jumlah Lapisan serta Interaksinya