Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lingkungan sosial memegang peranan penting terhadap kepribadian seseorang . Apalagi kalau tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga. Keluarga sangat mempengaruhi kehidupan seseorang karena intensitas dan frekuensinya yang cenderung tetap dan rutin. Kesenjangan antara norma, ukuran, patokan dalam keluarga dengan lingkungannya perlu diperkecil agar tidak timbul keadaan timpang atau serba tidak menentu, suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku tanpa kendali, yakni penyimpangan dari berbagai aturan yang ada. Kegoncangan memang mudah timbul karena kita berhadapan dengan berbagai perubahan yang ada dalam masyarakat. Dalam kenyataannya, pola kehidupan dalam keluarga dan masyarakat dewasa ini, jauh berbeda dibandingkan dengan kehidupan beberapa puluh tahun yang lalu. Terjadi berbagai pergeseran nilai dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Bertambahnya penduduk yang demikian pesat, khususnya di kota-kota besar, mengakibatkan ruang hidup dan ruang lingkup kehidupan menjadi bertambah sempit. Urbanisasi yang terus-menerus terjadi sulit dikendalikan, apalagi ditahan, menyebabkan laju kepadatan penduduk di kota besar sulit dicegah. Dinamika hubungan menjadi lebih besar, sekaligus menjadi lebih longgar, kurang intensif, dan kurang akrab. Dalam kondisi seperti ini, sikap yang menjadi ciri dari kehidupan masyarakat yang padat: individualistis, kompetitif, dan materialistis, amat mudah timbul. Sesuatu yang sebenarnya wajar, sesuai dengan hakikat kehidupan, hakikat perjuangan hidup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memenuhi kebutuhan paling pokok dari sistem kebutuhan, yakni makanan. Pengaruh pribadi terhadap pribadi lain di rumah, di kantor, dan di mana saja yang memungkinkan hubungan yang cukup sering terjadi, akan memengaruhi kehidupan pribadi, kehidupan dalam keluarga, dan kehidupan sosialnya. Banyak kota yang sedang berkembang menjadi tempat pertemuan, percampuran antara berbagai corak kebudayaan, adat istiadat, termasuk bahasa dan sistem nilai sikap. Tidak mustahil dalam keadaan seperti itu, muncul ketidakserasian dan ketegangan yang berdampak pada sikap, perlakuan negatif orang tua terhadap anak, dan lebih lanjut dalam lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan anak adalah sesuatu yang harus dimasuki karena di lingkungan tersebut seorang anak bisa terpengaruh ciri kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik. Di samping itu, lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat. Salah satu akibat pergaulan bebas di era ini adalah terjadinya penyalahgunaan minuman keras. Penyalahgunaan minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup besar dan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun hal ini terbukti dari data kepolisan yang tercatat lebih dari 40 kematian akibat keracunan alkohol intoxicaty, ini merupakan dampak langsung dari penyalahgunaan alkohol. Di Surabaya 9 orang tewas di tiga lokasi berbeda setelah mengkonsumsi miras, 11 orang meninggal di Indramayu Jawa Barat, 14 orang meninggal di Merauke karena mengkonsumsi minuman keras jenis sopi yang dicampur infus dan minyak babi, sementara belasan korban tewas akibat miras lainnya tersebar di beberapa daerah seperti Pasuruan Jawa Timur, Deli Serdang, dan Jaya Pura. Akibatnya minuman keras dirasakan dalam bentuk penyimpangan- penyimpangan perilaku sosial diantaranya: perkelahian, munculnya geng-geng motor, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme. Menurut Jalaludin Rakhmat 2008:32, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia di antaranya: Faktor personal meliputi : faktor biologis, sosiopsikologis, sikap, emosi, kepercayaan, kebiasaan, kemauan. Faktor situasional meliputi: faktor ekologis, rancangan dan arsitektur, temporal, suasana perilaku, teknologi, faktor social, lingkungan psikososial, stimuli yang mendorong dan mempengaruhi perilaku. Fenomena penyalahgunaan alkoholminuman keras merupakan masalah kesehatan yang cukup serius. Sering munculnya pemberitaan tentang tata niaga miras minuman keras setidaknya merupakan indikasi bahwa minuman beralkohol banyak dikonsumsi oleh masyarakat di negara dengan mayoritas penduduk muslim ini. Sudah sering terungkap bahwa miras hanya akan memberikan efek negatif mabuk bagi peminumnya bahkan pada beberapa kasus justru berakibat pada kematian, tetapi setiap tahun jumlah pecandu miras justru semakin meningkat. Berikut adalah contoh kasus akibat dari penyalah gunaan minuman keras : “TEMPO Interaktif, Bandung - Wawan Setiawan, remaja berusia 18 tahun, tewas usai pesta minuman keras oplosan bersama empat kawan sebaya di rumahnya di Gang Karang Balita RT 02 RW 02 Kelurahan Pasir Impun Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung. Mereka menenggak empat botol kecil alkohol 70 persen untuk obat luka luar yang dioplos minuman ringan kemasan sachet dan botol.” 1 Minuman keras yang menghancurkan kendali diri merupakan penyebab utama munculnya kekacauan sosial. Seorang yang minum minuman keras bisa dengan mudah tergoda untuk melakukan tindakan-tindakan buruk. Seseorang yang masih dalam masa mencari jati diri selalu berusaha mencoba- coba hal-hal yang baru. Apabila tidak adanya kontrol dari keluarga ataupun masyarakat maka seseorang tersebut akan terjerumus dalam perbuatan yang bersifat negatif. Dalam hal ini, kebiasaan meminum minuman keras, banyak sekali kasus- kasus yang dialami seringkali membahayakan diri sendiri dan juga orang lain. Jati diri sendiri menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah ciri atau keadaan khusus yang ada pada seseorang. Adapun menurut sumber lain, jati diri memiliki arti sebuah pribadi atau realitas pada diri yang melekat erat menyatu tak terpisahkan. 1 Tempointeraktif : http:202.158.52.210hgbandung20100917brk,20100917-278716,id.html pada hari selasa tanggal 12072011 pukul 6:56 Bahkan suatu kematian tidak akan menghilangkan jati diri pada suatu individu. Setiap individu memiliki pribadi jati diri yang selalu khas unik. 2 Seorang yang sudah menjadi pecandu alkohol akan sulit sekali untuk melepaskan kebiasaan buruknya tersebut. Pengaruh alkohol mengakibatkan perilaku emosional, tak terkendali, dan agresif. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa banyak pelaku tindak kriminal selalu diawali dengan meminum minuman keras. Menurut data kepolisian tercatat 2.474 kasus akibat dari penyimpangan sosial dan salah satunya adalah dari pengaruh minuman keras . Tentu saja daftar ini dapat lebih panjang lagi jika mempertimbangkan daerah lainnya. 3 Gambar 1.1 Orang yang sudah terpengaruh minum-minuman keras Sumber : http:google.com pada Maret 2011 2 Liputan6 http:blog.liputan6.com20080107jati-diri Pada hari selasa Tanggal 15032011 pukul 06.08 3 Scrib http:www.scribd.comdock6241288KRIMINALITAS-REMAJA Pada hari minggu Tanggal 10042011 pukul 7:29 Setiap Individu pasti berupaya untuk mencari jati dirinya ke arah yang positif. Namun dengan adanya berbagai pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitar yang memberikan pengaruh terhadap pembentukan jati diri. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan jati diri terbentuk menjadi jati diri yang negatif. “Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuansi modernisasi dan industrialisasi telah mempengaruhi kehidupan manusia. Sabagai individu, keluarga, masyarakat dan bangsa. Dalam masyarakat moderen dan industri yang bercorak sekuler, terdapat ketidak pastian fundamental dibidang nilai, moral dan etika kehidupan oleh karena itu maka satu-satunya kepastian dewasa ini dan terlebih lagi untuk masa datang adalah kehidupan individu. Tetapi persoalan- perseolan tersebut dengan ketidak pastian, tidak semua orang mampu untuk menyesuaikan diri adaptasi yang pada giliranya remaja akan merugikan diri sendiri dan juga merugikan orang lain dan salah satunya adalah penyalahgunaan minuman keras” Djajoesman,1999: 45. Minuman keras adalah cairan jernih, tidak berwarna, berasa pahit, dan bersifat memabukkan. Setiap minuman keras mengandung alkohol. Minuman keras digolongkan berdasarkan kandungan alkoholnya 4 . Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. 5 Menurut Kamus umum bahasa indonesia karangan W.J.S Poerwadarminta 1985:32 ”Alkohol adalah zat cair yang memabukan sebagai yang dicampurkan di minuman keras dan sebagainya”. 4 Theresia Ongkojoyo http:zat AdiktifdanPsikotropika.blogspot.com Pada hari senin Tanggal 14032011 pukul 6:48 5 http:id.wikipedia.orgwikiMinuman_beralkohol Pada hari kamsi Tanggal 11032011 pukul 7:01 Minuman keras Kamus Bahasa Indonesia, 1988:585 edisi revisi menyebutkan bahwa: “Memasukan air atau benda cair kedalam mulut dan meneguknya minuman tersebut minuman yang memabukan seperti bir, anggur, arak, tuak”. Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan efek samping ganggguan mental organik GMO, yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berprilaku. Timbulnya GMO Gangguan Mental Organik itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lama-kelamaan tanpa sadar akan menambah takarandosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk. Mereka yang terkena GMO Gangguan Mental Organik biasanya mengalami perubahan perilaku, seperti misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu menilai realitas, terganggu fungsi sosialnya, dan terganggu pekerjaannya. Perubahan fisiologis juga terjadi, seperti cara berjalan yang tidak mantap, muka merah, atau mata juling. Perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen misalnya mudah tersinggung, bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi. “Goulb dan Kolb 1964 menyatakan bahwa perilaku merupakan padanan dari kata behaviour pada Bahasa Inggris. Pengertian perilaku yang sangat umum menunjukkan tindakan atau respon dari sesuatu atau sistem apapun dalam hubungan dengan lingkungan atau situasi komunikasi yang ada. Rogers dan Shoemaker 1986 menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu tindakan nyata yang dapat dilihat atau diamati. Perilaku tesebut terjadi akibat adanya proses penyampaian pengetahuan suatu stimulus sampai ada penentuan sikap untuk bertindak atau tidak bertindak, dan hal ini dapat dilihat dengan menggunakan panca indera. 6 Definisi perilaku menurut Jalaludin Rakhmat 2001:35 “Perilaku atau tingkah laku adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatannya. Lebih jauh dikatakan bahwa perilaku itu terjadi karena adanya penyebab tingkah laku stimulus, motivasi tingkah laku, dan tujuan tingkah laku. Terdapat tiga komponen yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu komponen afektif, komponen kognitif dan komponen konatif. Komponen afektif merupakan aspek emosional. Komponen kognitif merupakan aspek intelektual, yang berkatian dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. ” Perilaku merupakan salah satu kajian dramaturgis dalam kehidupan manusia sebagai mahluk sosial. Dramaturgi adalah suatu pendekatan yang lahir dari pengembangan Teori Interaksionisme Simbolik. Dramaturgi diartikan sebagai suatu model untuk mempelajari tingkah laku manusia, tentang bagaimana manusia itu menetapkan arti kepada hidup mereka dan lingkungan tempat dia berada demi memelihara keutuhan diri. 7 Istilah dramaturgi dipopulerkan oleh Erving Goffman, salah seorang sosiolog yang paling berpengaruh pada abad 20. Dalam bukunya yang berjudul The Presentation of Self in Everyday Life yang diterbitkan pada tahun 1959, Goffman memperkenalkan konsep dramaturgi yang bersifat penampilan teateris. Yakni 6 Widya iswara http:widyaiswara.comindex.php?option=com_contentview=articleid=20:support- and-documentationcatid=25:the-project, pada hari minggu tanggal 03042011 pukul 10:27 7 http:en.wikipedia.orgwikiDramaturgical_perspective Pada hari Minggu Tanggal 20032011 Pukul 7:15 memusatkan perhatian atas kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan drama yang mirip dengan pertunjukan drama di panggung. Ada aktor dan penonton. Tugas aktor hanya mempersiapkan dirinya dengan berbagai atribut pendukung dari peran yang ia mainkan, sedangkan bagaimana makna itu tercipta, masyarakatlah penonton yang memberi interpretasi. Individu tidak lagi bebas dalam menentukan makna tetapi konteks yang lebih luas menentukan makna dalam hal ini adalah penonton dari sang aktor. Karyanya melukiskan bahwa manusia sebagai manipulator simbol yang hidup di dunia simbol. Dalam konsep dramaturgi, Goffman mengawalinya dengan pe nafsiran “konsep- diri”, dimana Goffman menggambarkan pengertian diri yang lebih luas daripada Mead menurut Mead, konsep-diri seorang individu bersifat stabil dan sinambung selagi membentuk dan dibentuk masyarakat berdasarkan basis jangka panjang. Dalam dramaturgi, panggung depan dan panggung belakang dikenal dengan istilah konsep kehidupan manusia, yang di ibaratkan sebagai pemain drama dalam proses pelaksanaannya di pengruhi oleh keinginan yang terpendam . lebih lanjut dapat dilihat seperti contoh berikut:

a. Front Stage adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di