Perilaku Sosial Keagamaan Pengguna Narkoba dan Minuman Keras

(1)

NARKOBA DAN MINUMAN KERAS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk Mencapai gelar Strata I Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

P A U J I

NIM. 103032227725

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

i

NARKOBA DAN MINUMAN KERAS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada jurusan Sosiologi Agama

Oleh

P A U J I

NIM: 103032227725

Di bawah bimbingan,

Dra. Joharotul Jamilah, M.Si

NIP. 19680816 199703 2 002

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

ii

Minuman Keras” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) pada Jurusan Tafsir Hadis.

Jakarta, 17 September 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap Anggota, Sekretaris merangkap anggota,

Dr. Hendro Prasetyo, MA Dra. Joharotul Jamilah, M.Si NIP. 19640719 199003 1 001 NIP. 19680816 199703 2 002

Anggota:

Penguji I, Penguji II,

Prof. Dr. Yusron Razak, MA Saifuddin Asrori, M.Si NIP. 19591010 198303 1 003

Pembimbing,

Dra. Jaoharotul Jamilah, M.Si NIP. 19680816 199703 2 002


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skrispi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 17 September 2010


(5)

iv

DAN MINUMAN KERAS”. Skripsi. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 25 Mei 2010

viii, 71 hal.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran konkrit mengenai pengaruh pernikahan terhadap pengguna narkoba (narkotika dan obat-obatan) dan minuman keras dengan mengambil lokasi penelitian di Kelurahan Sudimara Selatan kecamatan Ciledug-Tangerang. Pernikahan adalah membentuk keluarga dengan lawan jenis, atau juga melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh yang merupakan aqad yang menyebabkan halalnya pergaulan dan kerjasama antara laki-laki dan perempuan sepanjang hidup, yang telah diatur hak dan kewajibannya masing-masing oleh hukum syari’at.

Sedangkan narkoba adalah jenis obat-obatan terlarang yang menyebabkan penggunanya tidak sadarkan diri. Narkoba memiliki banyak jenis, di antaranya adalah ganja, heroin, morfin, kokain. Pemakaian obat-obatan terlarang mendapat hukuman yang keras dari pemerintah, dan dalam syari’at Islam pun juga mendapat larangan keras. Sedangkan minuman keras adalah minuman yang dapat memabukkan peminumnya, dan diharamkan dalam Islam.

Objek penelitian ini adalah para informan yang mengkonsumsi narkoba dan minuman keras, kemudian mereka memutuskan untuk menikah. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk mencari pengaruh pernikahan tersebut terhadap para pengguna narkoba dan miras.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pernikahan dapat memberi pengaruh positif terhadap pengguna Narkoba dan Miras; baik secara moral dan sosial karena dapat menghindarkan diri dari pola hidup perilaku menyimpang, seperti prostitusi, freesex, malak/nodong dan mencuri. Narkoba dan minuman keras sangat merugikan bagi kesehatan, misalnya bagi pengguna narkoba/miras secara fisik ia akan mengalami jantung berdebar-debar, hipertensi bahkan berujung pada kematian.

Pernikahan mampu memberikan pendidikan yang baik dalam pembentukan mental dan spritual serta akhlaq yang karimah bagi yang menjalankannya, lebih-lebih kepada informan pengguna eks-Narkoba atau Miras yang berada di Kampung Dukuh Sudimara selatan, Ciledug Tangerang


(6)

Alhamdulillah, dengan segenap perasaan yang tulus ikhlas, penulis mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan kuliah dengan penuh perjuangan dan rintangan. Mengingat waktu yang dibutuhkan sangat berliku untuk menyelesaikan ini, penulis begitu bersyukur akhirnya selesai.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, seorang revolusioner sejati, yang membuat begitu banyak perubahan, sehingga umat manusia tercerahkan hidupnya. Semoga kita termasuk umatnya di hari akhir kelak, amin.

Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak serta kritikan, sangat berharga dalam penyusunan tugas akhir ini penulis dapatkan. Maka, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bachtiar Effendy, MA (Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

2. Dra. Joharatul Jamilah, M. Si., (Sekretaris Jurusan Sosiologi Agama, sekaligus pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, motivasi, dan arahan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan.

3. Bapak dan ibu petugas perpustakaan utama, terima kasih atas pelayanan dan bantuan yang diberikan kepada penulis saat mencari literatur.

4. Ayahanda penulis, Bapak H. Lici (alm), semoga arwahnya mendapatkan tempat di sisi Allah SWT. Penyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu


(7)

memberikan segala perhatian kepada penulis, serta tiada bosan-bosannya mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi iniUntukmu ibunda, skripsi ini penulis persembahkan.

5. Kakak-kakak penulis, Mpok Sumiati, Abang Abdullah, serta adik penulis Badri, yang selalu memberikan dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

6. Teman-teman penulis di Sosiologi Agama angkatan 2003: Yoyoh, Hamami, Rony, Joy, Susi, Rahmat, Diding, Ria, Tuti, Seha, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan segala bantuan yang diberikan.

7. Masyarakat Kelurahan Sudimara Selatan yang bersedia penulis wawancarai, terima kasih atas kerja samanya. Juga kepada segenap pegawai kelurahan, yang memberikan data-data yang penulis perlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, harapan penulis, semoga atas segala bantuan dan perhatian yang diberikan mendapat balasan yang berlipat dari Yang Maha Kuasa, amin. Selain itu, semoga segala aktivitas yang kita kerjakan diberi kemudahan dan menjadi nilai ibadah di sisi-Nya. Sekali lagi terima kasih, thank you, kamsia, syukron, vielen danken, matur nuwun.

Jakarta, 25 Mei 2010 Penulis


(8)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pernikahan ... 11

1. Peran dan Fungsi Pernikahan ... 14

2. Manfaat Pernikahan ... 17

B. Narkoba dan Minuman Keras ... 18

1. Pengertian Narkoba dan Miras ... 19

2. Jenis-jenis Narkoba dan Miras ... 21

3. Bahaya Narkoba dan Minuman Keras bagi Kesehatan ... 26


(9)

viii

C. Perilaku Sosial ... 30

1. Definisi Perilaku Sosial ... 30

2. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial ... 30

BAB III DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis ... 35

B. Kehidupan Sosial, Ekonomi, Pendidikan dan Agama Masyarakat Kampung Dukuh ... 38

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN A. Kehidupan Pengguna Narkoba dan Miras sebelum Menikah . 44 B. Perilaku Menyimpang Pengguna Narkoba dan Miras ... 49

1. Freesex, Pelacuran dan Prostitusi ... 49

2. Mencuri, Malak/Nodong ... 52

C. Keagamaan Pengguna Narkoba dan Minuman Keras ... 53

1. Shalat lima waktu ... 53

2. Membaca Al-Qur’an ... 54

D. Kehidupan Pengguna Narkoba dan Miras sesudah Menikah . 54 1. Aspek Sosial ... 55

2. Aspek Keagamaan ... 58

E. Pengaruh Pernikahan terhadap Kehidupan Sosial Pengguna Narkoba dan Miras ... 62

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran-saran ... 66


(10)

1 A. Latar Belakang Masalah

Masalah penyalahgunaan narkotika saat ini, memang menjadi perhatian banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan, masalah penyalahgunaan narkotika menjadi perhatian berbagai kalangan di Indonesia, mulai dari pemerintah, LSM, ormas, bahkan masyarakat juga turut serta membicarakan tentang bahaya penyalahgunaan narkotika. Hampir semuanya mengingatkan sekaligus menginginkan agar masyarakat Indonesia, utamanya remaja untuk tidak sekali-kali mencoba dan mengkonsumsi narkotika.1

Perilaku (behavior) adalah segala tindakan manusia yang disebabkan baik karena dorongan organismenya, tuntutan lingkungan alam, atau karena dorongan organisme serta hasrat-hasrat psikilogisnya maupun karena pengaruh masyarakat dan kebudayaannya.2 Penyimpangan (deviance) adalah kecenderungan untuk menentang suatu norma yang berlaku, keadaan seseorang individu yang jauh berbeda dibandingkan dengan watak bangsa (moral personality).3 Jadi perilaku menyimpang adalah perbuatan seseorang yang melakukan tindakan diluar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, seperti memaksa, mencopet, merampok, menggunakan alkohol, narkotika dan zat adiktif lainnya.

Meskipun istilah “penyimpangan” sudah dipakai selama 300 tahun, makna sosiologisnya muncul belakangan. Para sosiolog mengartikan sebagai perilaku

1

Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba (Prenada: Jakarta, 2002), h. 14

2 Ariyono Suyono, Kamus Antropologi (Jakarta: Akademia Presindo, 1985), Cet I, h. 312 3 Ariyono Suyono, Kamus Antropologi, h. 315


(11)

yang dilarang, dibatasi, disensor, diancam hukuman atau yang dianggap buruk sehingga istilah ini sering dipandang dengan “pelanggaran peraturan”.4

Dari pengertian di atas, perilaku menyimpang lebih condong ke arah yang merugikan masyarakat yang menimbulkan kejahatan. Kejahatan disebabkan karena kondisi dan proses-proses sosial yang menghasilkan perilaku menyimpang sosial lainnya. Menurut E. H Sutherland, seseorang yang berperilaku jahat yang dipelajari dalam interaksi dengan orang lain adalah kecenderungan melawan norma-norma hukum yang ada.5

Kejahatan yang dilakukan oleh seseorang baik secara terencana ataupun tidak merupakan sebuah penyimpangan yang secara psikologis diakibatkan oleh adanya unsur-unsur eksternal individu. Selain itu, jika dipandang dari aspek keagamaan manusia secara esensial adalah makhluk yang baik yang secara fitrah tidak bisa dilepaskan dari agama.6 Karena agama adalah petunjuk bagi manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat.

J. P Chalpin, berpendapat bahwa tingkah laku merupakan sembarang respon yang mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau balasan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Tingkah laku juga bisa berarti suatu perbuatan atau aktivitas.7 Dengan diiringi perkembangan modernisasi, sosial ekonomi dan peradaban terbukti dapat membawa kepada kondisi yang kurang menentu seperti adanya persaingan hidup yang lebih ketat, hilangnya norma-norma ikatan keluarga, menipisnya kepercayaan agama, adanya disintegarsi generasi berikutnya

4 Downis, D, dan Rock P, Understanding Deviance (London: Oxford, 1981), h. 227 5 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali, 1986), Edisi Baru, h.

350

5 Ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa ketika manusia masih dalam rahim ia sudah

terikat dengan perjanjian primordial. Hal ini diungkapkan dalam surat al-A’rof ayat 172


(12)

dan benturan-benturan sosial lainnya yang merupakan kesulitan zaman, sehingga memberikan peluang tumbuhnya kecondongan penyalahgunaan narkotika.

Banyak orang kehilangan pegangan, dan hanya mementingkan dunia tanpa mementingkan akhirat. Dan akhirnya mengambil jalan pintas sebagai akibatnya mereka tidak tahu lagi mana yang halal dan mana yang haram, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang hak dan mana yang batil.8

Pengalaman di negara-negara maju, menunjukkan bahwa semakin modern dan industrial suatu masyarakat, maka penyalahgunaan narkoba atau NAZA semakin cenderung meningkat. Oleh karena itu, bagi bangsa dan negara Indonesia yang sedang membangun menuju masyarakat modern dan industri, maka langkah-langkah pencegahan penyalahgunaan NAZA dimasa datang sudah waktunya dibuat dan langkah-langkah preventif, dan rehabilitasi sudah waktunya dievaluasi kembali,9 lebih-lebih di kampung Dukuh sendiri, kelurahan Sudimara Selatan-Ciledug Tangerang yang menjadi daerah penelitian penulis, di mana banyak sekali dijumpai aktivitas meminum-minuman keras, dan pemakaian narkoba. Maksudnya hal di atas minimal bisa mengurangi laju pemakaian narkoba yang semakin marak belakangan ini, walaupun pada kenyataannya hal itu sangat sulit untuk dihapuskan.

Namun, pada kenyataannya hingga kini belum diketemukan solusi yang tepat untuk mengurangi atau bahkan meniadakan penggunaan narkoba maupun minuman keras. Meskipun secara preventif sudah serius dilakukan, yakni salah satunya dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan mengenai bahaya narkoba

8

Dadang Hawari, Gerakan Nasional Anti Mo-Limo: Madat, Minum, Main, Maling, Madon (PT. Dana Bakti Primayasa: Yogyakarta, 2000), h.3

9 Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (PT. Dana Bakti


(13)

dan minuman keras. Ironis memang, tapi inilah yang selalu dipertentangkan apa dan bagaimana menanggulanginya?

Ditengah kebingungan menemui jawaban atas solusi mengenai narkoba dan minuman keras yang marak terjadi di kampung Dukuh Sudimara Selatan ini, tapi penulis melihat fenomena baru yang tumbuh ada dan berkembang pesat belakangan ini dimasyarakat tersebut. Yaitu banyaknya pengguna narkoba dan minuman keras, setelah menikah banyak diantara mereka yang mengurangi konsumsi narkoba dan minuman keras atau bahkan tidak sama sekali.

Walaupun penelitian yang di lakukan oleh penulis ini telah berhasil sedikit mengungkapkan secara empiris mengenai pengaruh pernikahan terhadap pengguna narkoba/miras khususnya di Daerah studi kasus di kampung Dukuh, Kelurahan Sudimara Selatan Ciledug-Tangerang. Namun peneliti sangat menyadari masih terdapat banyak kekurangan, dan bahkan jauh dari sempurna, karena keterbatasn subjektif dan di mana dalam kehidupan, situasi dan kondisinya yang dinamis dan mudah berubah setiap saat, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penelitian ini lebih sempurna.

Fenomena ini seperti oase baru yang bisa membangkitkan harapan akan tertib dan bebasnya kampung Dukuh Sudimara Selatan ini dari pesta Narkoba dan minuman keras. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti apakah ada “Pengaruh Pernikahan Terhadap Pengguna Narkoba dan Minuman Keras” dalam penelitian skripsi ini.


(14)

B. Batasan dan Perumusan Masalah

Pokok permasalahan dalam penelitian skripsi ini adalah pengaruh pernikahan terhadap pengguna Narkoba dan Minuman Keras. Penelitian ini dibatasi pada perilaku sosial keagamaan pengguna Narkoba dan Minuman Keras sebelum menikah dan sesudah menikah dalam berinteraksi dengan masyarakat, serta pengaruh pernikahan terhadap kebiasaan mereka, yaitu menggunakan narkoba serta miras. Sedangkan secara geografis dibatasi pada masyarakat muslim yang berada dalam lingkungan kelurahan Sudimara Selatan kecamatan Ciledug-Tangerang.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yang nanti akan terjawab dalam analisis hasil penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana kehidupan sosial keagamaan pengguna Narkoba dan Miras sebelum menikah?

2. Apakah pernikahan memiliki pengaruh terhadap perilaku sosial keagamaan pengguna Narkoba dan Miras?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan kehidupan sosial keagamaan pengguna Narkoba dan Miras.

b. Untuk mengetahui pengaruh pernikahan terhadap pengguna narkoba dan minuman keras (Miras).


(15)

2. Manfaat Penelitian

a. Menambah wawasan sosial keagamaan, khususnya mengenai perilaku sosial menyimpang pengguna Narkoba dan Miras.

b. Untuk mengubah dan mengembangkan literatur-liteartur yang sudah ada sebelumnya.

c. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian sosial yang dilakukan di lapangan (field research), yaitu terjun langsung ke objek penelitian untuk memperoleh data primer. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitik, yakni metode yang mengeksplorasi dan menjelaskan mengenai suatu fakta atau fenomena sosial, dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang akan diteliti.

Jenis pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah pendekataan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus (case) dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi.10 Pendekatan ini dipilih agar dapat diharapkan dapat menggambarkan atau menjelaskan suatu fenomena sosial secara lebih intens dan murni.

10 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Pemikiran Norman dan Egon


(16)

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil tempat di kampung Dukuh kelurahan Sudimara Selatan atas pertimbangan kondisi daerah yang dapat memungkinkan dalam mengambil data dan setelah penulis meneliti dengan kondisi tersebut berada dikawasan padat perbelanjaan dan hiburan.

3. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah mantan pengguna narkoba (narkotika dan obat-obatan) dan miras (minuman keras) di daearah kampung Dukuh kelurahan Sudimara Selatan, Ciledug Tangerang. Sedangkan jumlah subjek penelitian/informan sebanyak 8 orang. Terdiri dari 7 orang laki-laki, dan 1 orang perempuan, sudah menikah. Kesemuanya adalah mantan pengguna Narkoba dan Miras di kampung Dukuh, Kelurahan Sudimara Selatan Ciledug Tangerang.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini data dikategorikan kedalam dua jenis yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara, dan observasi, dan menganalisis data yang didapatkan dari informan mengenahi pernikahan dan pengaruhnya terhadap pengguna Narkoba dan peminum Minuman keras. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah yang didapatkan dari bahan tertulis atau kepustakaan, yakni buku-buku, jurnal ilmiah, artikel, dan terbitan ilmiah yang ada hubungannya dengan pembahasan.


(17)

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian lapangan ini adalah:

a. Observasi (pengamatan), yaitu pencatatan secara sistematik terhadap fenomena yang diselidiki.11 Observasi ini dilakukan dengan jalan pengamatan secara sistematis terhadap objek penelitian untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatoris, yakni pengamat membuat atau melibatkan diri dalam aktivitas keseharian pengguna Narkoba dan Miras pada masyarakat Sudimara Selatan yang sudah menikah. Observasi ini dilakukan agar terciptanya suasana yang lebih kondusif guna memudahkan penulis dalam mendapatkan informasi mendalam dari para Information supplyer.

b. Wawancara mendalam (indepth interview), yaitu peneliti melakukan “Interview” dengan informan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan kepada informan dikemukakan secara lisan, berdasarkan pedoman wawancara.

c. Kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca dan menelaah literature dan buku-buku yang berkenaan dengan penulisan skripsi ini. 6. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, tape recorder, dan buku catatan. Pedoman

11 Imam Suprayogo, Misi Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT. Remaja


(18)

wawancara digunakan agar lebih fokus menggali apa yang menjadi sasaran penelitian. Sedangkan tape recorder digunakan untuk merekam perkataan subjek penelitian, dan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang tidak terekam atau yang terlewati atau yang tidak jelas.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, artinya penelitian yang bukan menggunakan angka atau statistik, tetapi dengan melakukan analisis terhadap data yang berkaitan dengan penjelasan-penjelasan dan pandangan-pandangan. Dalam penelitian kualitatif, setiap catatan-catatan lapangan (fieldnotes) yang dihasilkan dalam pengumpulan data, baik dari hasil wawancara maupun hasil observasi, kemudian peneliti mereduksi (merangkum, menyeleksi, mengikhtisarkan) aspek-aspek penting yang muncul dan mencoba membuat ringkasan pada tiap-tiap kasus, berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyusunnya ke dalam lima bab, yaitu:

Bab I Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

Bab II Menjelaskan tentang kerangka teori yang terdiri dari konsep pernikahan yang membahas tentang peran dan fungsi pernikahan, manfaat pernikahan. Narkoba dan minuman keras, pengertian


(19)

narkoba dan miras, jenis-jenis narkoba dan miras, bahaya narkoba dan minuman keras bagi kesehatan, pandangan Islam terhadap narkoba dan miras. Selanjutnya adalah perilaku sosial yang terdiri dari definisi perilaku sosial, bentuk-bentuk perilaku sosial.

Bab III Deskripsi daerah penelitian, dalam bab ini membahas mengenai kondisi geografis dan demografis, kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan agama masyarakat Kampung Dukuh.

Bab IV Pembahasan dan analisis hasil penelitian, yang terdiri dari kehidupan pengguna narkoba dan miras sebelum menikah, perilaku menyimpang pengguna narkoba dan miras, Keagamaan pengguna narkoba dan miras, kehidupan pengguna narkoba dan miras sesudah menikah, pengaruh pernikahan terhadap kehidupan sosial keagamaan pengguna narkoba dan miras.

Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh uraian disertai dengan saran-saran.


(20)

11 A. Konsep Pernikahan

Pengertian mengenai pernikahan yang bersifat biologis dapat dilihat dalam kamus Besar Bahasa Indonesia. Istilah pernikahan yang dalam Kamus Bahasa Indonesia memiliki makna sama dengan perkawinan berasal dari kata kawin, yaitu membentuk keluarga dengan lawan jenis, atau juga melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.1 Senada dengan pandangan sebelumnya, perkawinan berarti perbuatan atau urusan kawin, secara bahasa berarti penggabungan atau percampuran antara pria dan wanita.

Allah berfirman dalam surat Adz Dzaariyaat ayat: 49

Βρ

≅2

«

$Ψ)=z

`ρ—

3=è9

βρ.‹?

)

تﺎﻳراﺬﻟا

:

49

(

Aritinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.” (Q.S. Adz Dzaariyat: 49).2

Dengan ini menjadi sangat jelas bahwa perkawinan itu adalah suatu ikatan antara pria dan wanita sebagai suami dan istri berdasarkan hukum (UU), hukum agama, atau adat istiadat yang berlaku. Diciptakan pria dan wanita, antara keduanya saling tertarik dan kemudian kawin, proses ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek biologis agar manusia berketurunan, dan aspek efeksional agar manusia merasa tenang dan tenteram berdasarkan kasih sayang (security feeling).

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet. Ke-3, h. 456

2 Dadang Hawari, Al-Quran; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Edisi Revisi.


(21)

Dalam kitabnya Kifâyah al-Ahyâr, Imam Taqiyudin memberikan pengertian mengenai pernikahan adalah sebagai berikut:

َا ﻨﻟ

َﻜ

ُحﺎ

ِﰱ

ﻠﻟا

َﻐ ِﺔ

َا

ﻀﻟ

ﻢ

َو

َْﳉا

ْﻤ ُﻊ

ُـﻳ َﻘ

ُلﺎ

َﻧ

َﻜ

َﺤ

ْﺖ

ِإ

َذ

ْا ا

َﺘﻟ

َﻖ

َـﺑ ْﻌ

ُﻀ

َﻬ

َﻋ ﺎ

َﻠ

َـﺑ ﻰ

ْﻌ

ٍﺾ

Artinya: “Nikah menurut bahasa, (etimologi) adalah bersatu dan berkumpul, dikatakan pohon itu kawin apabila bertemu sebagiannya dengan sebagian yang lain”.3

Sedangkan, secara istilah Imam Taqiyudin, mendefinisikan adalah sebagai berikut:

َا ﻨﻟ

َﻜ

ُحﺎ

ِﰱ

ِطْوُﺮﺸﻟاَو ِنﺎَﻛْرَﻷا ﻰَﻠَﻋ ِﻞَﻤَﺘْﺸُﻤْﻟا ِﺪْﻘَﻌْﻟا ِﻦَﻋ ٌةَرﺎَﺒِﻋ ِعْﺮﺸﻟا

Artinya: “Nikah menurut syara yaitu aqad yang telah terkenal yang mencakup atas rukun serta syarat-syarat tertentu.”4

Dalam istilah lain nikah merupakan aqad yang menyebabkan halalnya pergaulan dan kerjasama antara laki-laki dan perempuan sepanjang hidup, yang telah diatur hak dan kewajibannya masing-masing oleh hukum syari’at.5 Selain itu, nikah adalah aqad yang mengandung kebolehan melakukan hubungan suami istri dengan lafal nikah/kawin atau yang semakna dengan itu.6

Dalam pandangan Islam, hubungan yang dihasilkan dari perkawinan bukanlah sekedar hubungan sementara yang lewat begitu saja, dan bukan pula seperti hubungan perdagangan yang hanya memperhitungkan laba dan rugi. Akan tetapi, pada prinsip tujuaannya keluarga merupakan hubungan kemanusiaan yang berdasarkan pada nilai-nilai hidup yang luhur yaitu cinta kasih dan ketentraman.7

3 Imam Taqiyudin Abi Bakar bin Muhammad, Kifayatu al Akhyar (Surabaya: Al

Maktabah al Saqofiyah, t.th), juz 11, h. 36

4 Imam Taqiyudin, Kifayatu al Akhyar, h. 37

5 Muhammad Abu Zahrah, Membangun Masyarakat Islam (Jakarta: PT Pustaka Firdaus,

Anggota IKAPI, 1994), h. 63

6

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Nikah”, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), cet. Ke-2, jilid 4, h. 32

7 Abdul Hadi Asy-syal, Islam Membina Masyarakat Adil Makmur, penterjemah Umar


(22)

Pada hakikatnya perkawinan itu adalah sunnatullah. Hidup berpasang-pasangan dan berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk, termasuk manusia. Oleh karenanya semua makhluk Tuhan, baik itu tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia dalam kehidupannya pasti ada perkawinan. Disamping pemenuhan biologis, perkawinan juga sebagai syariat agama, yakni mentaati perintah Allah swt, dan menjalani Sunnah Rasul-Nya. Dengan tujuan membina dan membentuk suatu ikatan sebagai suami istri dalam kehidupan rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan syariat Islam.

Kehidupan berkeluarga terjadi lewat perkawinan yang sah, baik menurut hukum maupun ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dari sinilah tercipta kehidupan yang harmonis dan sejahtera lahir batin yang didambakan oleh setiap insan yang normal.

Dalam agama Islam, dasar perkawinan telah jelas digariskan Al-Quran, Allah berfirman: Surat An-Nur: 32

#θs3Ρ&ρ

‘ϑ≈ƒ{#

Ο3ΖΒ

s=≈Á9#ρ

Β

.Š$6ã

Ν6←$Β)ρ

β)

#θΡθ3ƒ

#)ù

ΝγΨóƒ

!#

Β

Òù

!#ρ

ì™≡ρ

ΟŠ=æ

)

رﻮﻨﻟا

:

32

(

Artinya: “Dan kawinilah orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (untuk kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki, dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan membuat mereka mampu dengan kerunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberiannya) lagi Maha Mengetahui”. (QS An-Nur: 32)

Maka jelaslah, bahwa melaksanakan pernikahan berarti mengikuti perintah-Nya. Dan para ulama berpendapat, hukum asal nikah adalah sunnah muakkadah bagi setiap muslim yang mempunyai keinginan dan kemampuan untuk menikah. Namun jika hubungan seorang laki-laki dan perempuan telah menjurus pada perbuatan berdekat-dekat dengan zina, hukum nikah menjadi


(23)

wajib. Sebaliknya jika nikah disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang bertentangan dengan ajaran agama, maka hukum nikah menjadi haram.8 Hidup berpasan-pasangan merupakan hukum alam yang diciptakan oleh Allah SWT pada makhluknya; manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya yang telah diciptakan oleh Allah SWT secara serasi sekaligus dengan masing-masing pasangannya. Manusia memiliki jasad, ruhani dan akal. Dengan anugerah tersebut manusia berpotensi untuk menerima dan menjalankan syariat agama. Manusia diciptakan oleh Allah berpasang-pasangan, yaitu laki-laki dan perempuan.

Keduanya disyariatkan untuk menjalin hubungan yang mulia, mengembangkan keturunan. Untuk itu Allah tidak menciptakan manusia seperti binatang yang mengumbar nafsunya tanpa ada aturan. Allah menurunkan aturan untuk menjaga harkat dan martabat serta kehormatan manusia yang disebut dengan nikah. Islam mensyariatkan pernikahan yang mengandung manfaat, tujuan dan hikmah yang sangat besar dalam sebuah pernikahan.9

1. Peran dan Fungsi Pernikahan

Keluarga adalah sebuah institusi terkecil dalam tingkat masyarakat. Untuk dapat membangun keluarga sakinah yang menjadi impian semua orang, maka para anggota yang terdapat di dalam institusi tersebut harus memiliki kesadaran tinggi terhadap hak dan kewajibannya masing-masing. Keluarga

8

A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, Nikah, Telak, Cerai dan Rujuk,. (Bandung: Al-Bayan, 1994), h. 15

9 Imam Abi Abdullah bin Ismail bin Ibrahim, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar al-Fikr,


(24)

sakinah dapat terbina dengan perkawinan yang dianugrahi pasangan yang saling menghormati, menghargai dan saling menyayangi. 10

Dalam Kompilasi Hukum Islam yang juga merupakan penjelasan dari undang-undang perkawinan telah dirumuskan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material.

Hikmah menikah (pernikahan) agar manusia hidup berpasang-pasangan, membangun rumah tangga yang damai dan teratur. Untuk itu haruslah diadakan ikatan dan pertalian yang kokoh yang tak mudah putus dan diputuskan, ialah ikatan akad nikah atau ijab qabul perkawinan, dan bila akad nikah telah dilangsungkan maka mereka telah berjanji dan bersetia, akan membangunkan satu rumah tangga yang damai dan teratur, dan mereka akan menjadi satu keluarga.11

Sedangkan menurut Abdul Qadir Jaelani dalam bukunya “Keluarga Sakinah” : Perkawinan itu adalah salah satu cara yang telah banyak ditetapkan oleh Allah SWT untuk memperoleh anak dan memperbanyak keturunan serta melangsungkan kehidupan manusia. Dan suami istri ditugaskan untuk mengatur, dan mengenai ini Allah SWT berfirman :

َﻳ

ـﻳَاﺎ

َﻬ

ﻨﻟاﺎ

ُسﺎ

ِا ﻧ

َﺧ َﻠ

ْﻘ َﻨ ﺎ

ُﻛ

ْﻢ

ِﻣ

ْﻦ

َذ

َﻛ

ٍﺮ

َو ُا

ْـﻧ َﺜ

َو ﻰ

َﺟ َﻌ

ْﻠ َﻨ ﺎ

ُﻛ

ْﻢ

ُﺷ

ُﻌ ْﻮ ًﺑ

َو َـﻗ

َﺒ ِﺋﺎ

َﻞ

ِﻟ َـﺘ

َﻌ َرﺎ

ُـﻓ ْﻮا

)...

اﺮﺠﳊا

ت

/

49

:

13

(

10 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995), h.15. 11 Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam, h.42.


(25)

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersekutu-sekutu supaya kamu mengenal” (Q.S. 49 (Al Hujurat): 13). Adapun masalah hikmah perkawinan. Abdullah Nasheh Ulwan menyatakan antara lain adalah untuk memelihara jenis manusia, untuk memelihara keturunan, menyelamatkan masyarakat dari kerusakan akhlak, menyelamatkan masyarakat dari berragam penyakit dalam perkawinan, untuk menentramkan jiwa setiap pribadi, untuk menjalin kerja sama suami istri dalam membina keluarga dan mendidik anak-anak, menyuburkan rasa kasih sayang ibu dan bapak.12

Sedangkan menurut Al Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Qadir Jaelani, fungsi pernikahan itu adalah:

a. Untuk mendapatkan keturunan.

Empat keutamaan yang dapat diperoleh dari keturunan yang didasarkan pada pernikahan adalah :

1) Cinta kepada Allah, karena memperoleh anak berarti melestarikan jenis manusia di alam ini untuk kepentingan beribadah kepadanya. 2) Sebagai tanda cinta kasih kepada Rasulullah SAW, dengan

memperoleh anak, berarti umat Muhammad SAW bertambah banyak dan ini merupakan kebanggaan Rasulullah di akhir nanti. 3) Mencari keberkahan dari do’a anak yang saleh, apabila kedua

orang tuanya telah meninggal dunia.

4) Mencari syafaat dari kematian anak yang masih kecil, yang mendahului orang tuanya.

b. Membentengi diri dari godaan setan dalam mengendalikan nafsu seks c. Untuk menimbulkan ketenangan jiwa

Menurut pendapat Sayyi Sabiq, sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Qadir Jaelani, beliau menulis sebagai berikut :

a. Persaudaraan yang langgeng (teman sehidup semati) diantara pria dan wanita.

b. Perkawinan adalah jalan terbaik untuk memelihara dan berkorban guna kepentingan anak-anak dan memperbanyak keturunan dalam melanjutkan kehidupan dengan memelihara garis keturunan.


(26)

c. Dengan perkawinan watak kebapak dan keibuan akan bertambah subur dan sempurna, apabila mereka mampu memelihara dan melindungi anak-anak.

d. Perkawinan adalah untuk mengetahui hakikat pertanggungjawaban dalam memelihara dan mendidik anak-anak.

e. Dan perkawinan mengadakan pembagian tugas pekerjaan secara teratur mengenai kehidupan rumah tangga.

Menurut pendapat Abu Bakar Jabir Al Jazair :

a. Untuk melestarikan jenis kehidupan manusia dengan keturunan yang dihasilkan.

b. Untuk memenuhi kebutuhan biologis antara suami dan istri.

c. Untuk mewujudkan kerja sama suami istri dalam pemeliharaan dan pendidikan anak-anak.

d. Untuk mengatur hubungan antara pria dan wanita dalam masalah-masalah hak dan kewajiban yang asasi.13

Dari hikmah-hikmah pernikahan yang tercantum di atas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan dilakukan untuk memberikan kemaslahatan bagi kehidupan manusia, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk yang beragama.

2. Manfaat Pernikahan

Dalam hal ini pernikahan tersebut banyak sekali faedahnya antara lain:

a. Untuk mendapatkan ketenangan hidup Allah berfirman:

Βρ

!G≈ƒ#

β&

,={

39

Β

Ν3¡

Ρ&

%`≡ρ—&

#θΖ3¡F9

$γŠ9)

≅è_ρ

Ν6Ə/

ο

Šθ

Β

!

πϑm‘ρ

β)

’û

79≡Œ

"

M≈ƒψ

#

Θθ)9

βρ3

)

موﺮﻟا

:

21

(

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan saying. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Rum: 21)


(27)

b. Untuk menjaga kehormatan dan pandangan mata Berkaitan dengan ini, Nabi Muhammad saw. Bersabda:

َﻋ

ْﻦ

َﻋ ْﺒ

ِﺪ

ِﷲا

َﻗ

َلﺎ

:

َﻗ

َلﺎ

َر

ُﺳ ْﻮ

ُل

ِﷲا

َﺻ ﻠ

ُﷲا ﻰ

َﻋ

َﻠ ْﻴ ِﻪ

َو

َﺳ ﻠ

َﻢ

:

َﻳ

َﻣ ﺎ

ْﻌ

َﺸ

َﺮ

ﺸﻟا

َﺒ

ِبﺎ

َﻣ ِﻦ

ْﺳا

َﺘ َﻄ

َعﺎ

ِﻣ

ْﻨ ُﻜ

ُﻢ

ْﻟا َﺒ

َءﺎ َة

َﻓ

ْﻟﺎ َﻴ َـﺘ

َﺰ و

ْج

َﻓ ِﺈ

ﻧ ُﻪ

َأ

َﻋ

ﺾ

ِﻟ ْﻠ

َﺒ

َﺼ

ِﺮ

َو َأ

ْﺣ

َﺼ

ُﻦ

ِﻟ ْﻠ

َﻔ ْﺮ

ِج

َو َﻣ

ْﻦ

َْﱂ

َﻳ ْﺴ

َﺘ ِﻄ

ْﻊ

َـﻓ َﻌ َﻠ

ْﻴ ِﻪ

ِﺑ

ﺼﻟﺎ

ْﻮ ِم

َﻓ ِﺈ ﻧ

ُﻪ َﻟ

ُﻪ

ِو

َﺟ

ٌءﺎ

) ر

ﻢﻠﺴﻣو ىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاو

(

Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata : Rasulullah saw. Bersabda: “...Hai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kamu sudah siap untuk kawin, maka hendaklah ia kawin, karena sesungguhnya kawin itu menghalangi pandangan (terhadap hal-hal yang dilarang agama), dan memelihara kemaluan (farj), barang siapa tidak sanggup, hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu sebagai perisai bagi dirinya.” (HR. Bukhari Muslim).”14

Peran dan fungsi pernikahan itu sendiri secara garis besar dinyatakan oleh Allah untuk mendapatkan mawaddah dan rahmah, serta ketenangan lahir dan batin di kalangan manusia, jelas tidak ada yang salah dalam masalah ini, dengan mengharap ridha-Nya dan tuntunannya agar selalu tetap di jalan Allah SWT.

B. Narkoba dan Minuman Keras

Masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk dari kemajuan teknologi. Mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi, memunculkan banyak masalah sosial. Maka adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern yang hyper-kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment menyebabkan kebingungan, kecemasan dan konflik-konflik, baik yang terbuka dan eksternal sifatnya, maupun yang tersembunyi dan internal dalam

14 A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, Nikah, Telak, Cerai dan Rujuk,.


(28)

batin sendiri; sehingga banyak orang mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum, atau berbuat semau sendiri, demi kepentingan sendiri, dan mengganggu atau merugikan orang lain.15

Dikemukakan oleh para ahli bahwa gejala psikososial di atas disebabkan karena semakin modern suatu masyarakat, semakin bertambah intensitas dan eksistensitas dari berbagai disorganisasi dan disintegrasi sosial di masyarakat. Pola tingkah laku menyimpang masyarakat modern yang dikatakan sebagai gejala psikososial, beberapa di antaranya adalah penggunaan narkoba dan minuman keras yang disalahgunakan. Dimana perilaku tersebut bagi para pelakunya dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan kata lain sebagai sarana adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern yang hiper-kompleks.

1. Pengertian Narkoba (Narkotika dan Obat Berbahaya) dan Miras (Minuman Kears)

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.16

Pengertian Narkotika menurut DR. Soedjono, SH., adalah “bahan-bahan yang terutama efek kerja pembiusan, atau dapat menurunkan kesadaran, juga dapat menimbulkan gejala-gejala fisik dan mental lainnya

15 Kartini Kartono, Psikologi Sosial, Jilid I (Jakarta: Rajawali, 1988), cet. Ke-3, h. V 16 Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya (Jakarta,


(29)

apabila dipakai secara terus-menerus dan secara liar dengan akibat antara lain terjadinya ketergantungan pada bahan tersebut”.17

Narkotika memang memiliki dua sisi yang sangat antagonis. Pertama, Narkotika dapat memberi manfaat besar bagi kepentingan hidup dengan beberapa ketentuan. Kedua, Narkotika dapat membahayakan pemakainya karena efek negatif yang distruktif.18

Narkotika merupakan jenis obat yang substansinya dilarang dan diatur penggunaannya oleh Undang-Undang Republik Indonesia berdasarkan peraturan No. 22 dan No. 5 tahun 1997, dan sesuai dengan pernyataan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia bahwa bahan-bahan atau substansi yang telah diatur oleh Undang-Undang RI itu dapat mempengaruhi kesehatan jiwa atau mental hingga perilaku pemakainya.

Dari definisi di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Narkotika adalah suatu zat yag dapat menurunkan kesadaran, juga dapat menimbulkan gejala-gejala fisik dan mental, apabila dipakai terus-menerus akan mengakibatkan terjadinya ketergantungan obat.

Miras atau minuman keras adalah jenis NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif) dalam bentuk minuman yang mengandung alkohol tidak peduli berapa kadar alkohol didalamnya. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa bahwa setetes alkohol saja dalam minuman hukumnya sudah haram.

Alkohol termasuk zat adiktif, artinya zat tersebut dapat menimbulkan adiksi (addiction) yaitu ketagihan dan dependensi (ketergantungan).

17 Soedjono D, Pathologi Sosial (Bandung: Alumni 1974), h. 78.


(30)

Penyalahgunaan/ketergantungan NAZA jenis alkohol ini dapat menimbulkan Gangguan Mental Organik yaitu gangguan dalam fungsi berfikir, berperasaan dan berperilaku. Gangguan Mental Organik ini disebabkan reaksi langsung alkohol pada neuro-tranmitter sel-sel saraf pusat (otak). Karena sifat adiktifnya itu, maka orang yang meminumnya lama-kelamaan tanpa disadari akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan (intoksikasi) atau mabuk.19

2. Jenis-jenis Narkoba dan Miras

Terdapat berbagai jenis Narkotika yang beredar dewasa ini. Orang awam hanya mengenal Narkotika yang diberikan di media masa saja, namun tidak mengetahui jenis-jenis Narkotika. Dari jenisnya Narkotika terbagi menjadi:

a. Ganja

Ganja/Kanabis berasal dari tanaman dengan nama Cannabis Satifa dan Cannabis Indica, yaitu sejenis tanaman perdu yang biasanya digunakan sebagai obat relaksasi dan untuk mengatasi intoksikasi ringan. Bahan yang digunakan dapat berupa daun, biji dan bunga tanaman tersebut.

Ganja atau Cannabis mempunyai beberapa istilah yang tetap mengacu pada pengertian ganja itu sendiri. Beberapa istilah untuk ganja antara lain marijuana, gele, cimeng, hash, oyen, ikat, bang, labang, rumput atau grass.20

19

Dadang Hawari, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif), (Jakarta: FKUI, 2000), h. 52

20 Sudarsono, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba (Tangerang: Visi Media, 2006),


(31)

b. Heroin/Putaw

Heroin murni adalah bubuk putih dengan rasa yang pahit dan sedikit berbau. Ada juga heroin jalanan yaitu heroin yang dikemas dalam berbagai bentuk, tergantung pada bagaimana cara pembuatannya dan bahan apa yang ditambahkan. Heroin dapat berbau seperti cuka, vitamin, obat, atau tidak berbau.

Salah satu jenis heroin yang paling populer dewasa ini adalah putaw yang merupakan heroin dengan kadar lebih rendah dengan warna putih atau coklat. Selain putaw jenis-jenis heroin dikenal dengan berbagai nama seperti bedak, PT, putih, shite, etep dan lain-lain.21

c. Morfin

Morfin yaitu alkaloida yang terdapat dalam opium, berupa serbuk putih. Morfin adalah bahan analgesik yang kuat khasiatnya, tidak berbau, berbentuk kristal, berwarna putih, yang berubah warna menjadi kecoklatan. Opium mentah mengandung 4% sampai 21% morfin. Sebagian besar opium diolah menjadi morfin dan kodein.22 Morfin dipakai dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa sakit atau pembiusan pada operasi (pembedahan).23

d. Kokain

Kokain berasal dari daerah Amerika Latin. Aslinya adalah pohon koka. Kokain sering disebut dengan: crack, free based cocain dan crystal. Sama seperti heroin, kokain juga memiliki kadar kemurnian.

21

Sudarsono, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba, h. 36.

22 Badan Narkotika Nasional (BNN), Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

Bagi Remaja (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2003), h. 16


(32)

Bentuk lain dari kokain adalah kokai freebase yakni kokain yang diproses dengan menghilangkan kemurniaannya dan campurannya, sehingga dapat dihisap berbentuk kepingan kristal kecil sebesar kismis. Salah satu bentuk populernya adalah crack.24

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1997, Narkotika terbagi menjadi 3 golongan:

a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan tertinggi, digunakan hanya untuk pengobatan dan sains, diantaranya:

1) Papaver Somniverum L dan semua bagiannya termasuk buah dan jeraminya.

2) Opium mentah, yaitu getah yang membeku, tumbuhan Papaver Somniverum L.

3) Opium masak, yaitu opium mentah melalui serangkaian proses pengolahan khusus; pelarutan, pemanasan dan fermentasi.

4) Tumbuhan Coca, yaitu tumbuhan ari genus Erythoxylon termasuk buah dan bijinya.

5) Daun Coca yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk.

6) Cocaine mentah, yaitu hasil pengolahan daun coca secara langsung.

7) Cocaine, yaitu kristal berwarna putih diperoleh dari sari daun tumbuhan coca.


(33)

8) Tumbuhan ganja, yaitu semua tumbuhan genus Cannabis dan semua bagiannya.

b. Narkotika golongan II, yaitu narkotika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan menengah, digunakan sebagai pilihan terakhir untuk tujuan pengobatan dan ilmu pengetahuan, diantaranya: morphin, phentanyl, ecgonina, petidine, dan lain-lain.

c. Narkotika golongan III, adalah Narkotika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan rendah, yang banyak digunakan dalam pengobatan dan untuk tujuan ilmu, seperti: codein, ethylmorphine, dan lain-lain.25

Alkohol adalah zat yang paling sering disalahgunakan manusia, alkohol diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15% tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol/etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia, namun dengan penurunannya orang tersebut menjadi depresi.

Ada 3 golongan minuman beralkohol yaitu : a. Golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir).

b. Golongan B; kadar etanol 5%-20% (anggur/wine).

25 Badan Narkotika Nasional (BNN), Modul Pelatihan Tokoh Masyarakat sebagai

Fasilisator Penyuluh Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: Pusat Dukungan Pencegahan Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional, 2005), h. 16-17.


(34)

c. Golongan C; kadar etanol 20%-45% (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput).26

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 86/Menkes/Per/IV/77 tentang minuman keras, minuman beralkohol dikategorikan sebagai minuman keras dan dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan persentase kandungan etanol volume per volume pada suhu 20°C. Minuman dengan kadar etanol 1 – 5% dikategorikan sebagai minuman keras golongan A, minuman dengan kadar etanol lebih dari 5% sampai dengan 20% tergolong minuman keras golongan B sedangkan minuman dengan kadar etanol golongan C mengandung etanol lebih dari 20 % sampai dengan 55%.27

Secara umum wine dan brandy merupakan minuman beralkohol yang dibuat dari buah anggur, jika tidak disebut jenis buahnya secara spesifik seperti plum wine (terbuat dari buah plum) atau cherry brandy (terbuat dari buah ceri). Dari jus apel dapat dibuat minuman cider. Di Amerika dan Kanada, cider atau sweet cider merupakan istilah untuk jus apel yang tidak difermentasi, sedangkan jus apel yang difermentasi disebut hard cider. Di Inggris, istilah cider selalu digunakan untuk minuman beralkohol. Akan tetapi di Australia, istilah cider dapat digunakan baik untuk produk beralkohol ataupun tidak. Hasil distilasi cider dengan proses pembekuan menghasilkan produk yang dinamakan applejack.

26

http://www.halalguide.info/content/view/522/38/. Data ini diakses pada tanggal, 18 Januari 2009

27 www.bnn.go.id/file/uu/keppres%20Miras.doc Data ini diakses pada tanggal, 18


(35)

3. Bahaya Narkoba dan Minuman Keras bagi Kesehatan

Dan bagi mereka yang mengkonsumsi NAZA akan mengalami gangguan mental dan perilaku, sebagai akibat tergangunya sistem neuro-transmitter pada sel-sel susunan saraf pusat di otak.28 Ganguan pada sistem neuro-transmitter tadi bisa mengakibatkan tergangunya fungsi kognitif (alam pikiran), efektif (alam perasaan/mood/emosi) dan psikomotor (perilaku). Sebagaimana diuraikan di bawah berikut :

a. Kondisi kehidupan pengguna ganja

Mereka yang mengkonsumsi NAZA jenis ganja akan memperlihatkan perubahan-perubahan mental dan perilaku antara lain sebagai berikut :

1) Jantung berdebar-debar (palpitasi)

2) Euforia, yaitu rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar

3) Halusinasi dan delusi, halusinasi adalah pengalaman pancaindra tanpa adanya sumber stimulus. Delusi adalah suatu keyakinan yang tidak rasional

4) Mata merah

b. Kondisi kehidupan pengguna OPIAT ( morphine, heroin/putaw, kokain)

Bagi mereka yang mengkonsumsi NAZA jenis opiat baik dengan cara menghirup asap setelah bubuk opiat dibakar atau disuntikkan setelah bubuk opiat dilarutkan dalam air akan mengalami hal-hal antara lain sebagai berikut :


(36)

1) Pupil mata mengecil atau sebaliknya melebar 2) Euforia atau sebaliknya disforia

3) Tekanan darah naik (hipertensi)

4) Retardasi psikomotor, artinya yang bersangkutan bisa mengalami kelelahan

5) Agitasi psikomotor, adalah yang bersangkutan menunjukan kegelisahan, tidak tenang, tidak dapat diam dan agitatif

6) Jantung berdebar-debar (palpitasi) .29

c. Kondisi kehidupan pengguna alkohol (minuman keras)

Miras atau Minuman Keras adalah jenis NAZA dalam bentuk minuman yang mengandung alkohol tidak peduli berapa kadar alkohol di dalamnya tetap termasuk kedalam zat adiktif, artinya zat tersebut dapat menimbulkan adiksi (addiction) yaitu ketagihan dan dependensi (ketergantungan). Dan alkohol ini dapat menimbulkan ganguan mental organik antara lain yaitu :

1) Pembicaraan cadel (slurred speech) 2) Cara jalan yang tidak mantap 3) Mata jereng (nistakmus) 4) Muka merah

d. Kondisi kehidupan pengguna amphetamine (ecstasy dan shabu-shabu) Untuk mereka yang mengkonsumsi NAZA jenis amphetamine (psikologi golongan I), misalnya pil ekstasi (ditelan) atau shabu-shabu

29 Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol dan


(37)

(dengan cara dihirup dengan alat khusus yang disebut “bong”) akan mengalami gejela-gejala antara lain sebagai berikut :

1) Agitasi psikomotor, yang bersangkutan tidak dapat diam, selalu bergerak (hiperaktif)

2) Harga diri meningkat (granddiodity)

3) Halusinasi, melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada 4) Jantung berdebar-debar (palpitasi)

5) Tekanan darah naik (hipertensi).30

Permasalahan penyalahgunaan narkotika dan minuman keras mempunyai dimensi yang luas dan kompleks; baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial-budaya, kriminalitas dan lain sebagainya). Penyalahgunaan narkotika dan miras adalah penyakit endemik dalam masyarakat modern, merupakan penyakit kronik yang berulang kali tumbuh; yang hingga sekarang belum ditemukan upaya penanggulangannya secara universal memuaskan, baik dari sudut prevensi, terapi maupun rehabilitasi.31

Penyalahgunaan narkotika tidak akan dapat membantu seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sebaliknya akan menambah berat dan parah permasalahan yang dihadapi serta menambah beban penderitaan karena ketergantungan terhadapnya.32

30 Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol dan

Zat Adiktif), h. 38-58

31

Dadang Hawari dan Psikiater, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1999), h. 133

32 Yusuf Megand, “Bebas dari Narkoba,” Buletin Khusus Warta Untuk Warga, Oktober


(38)

Pada saat seseorang sedang mengkonsumsi narkotika, dia merasa nyaman, aman, kuat, senang, puas, merasa seolah-olah mampu melakukan tugas-tugas besar. Akan tetapi setelah pengaruh narkotika itu habis, dia jadi lemas, lesu, tidak bergairah, sangat kecewa dan putus harapan. Tanpa bahan narkotika, hidup gelap, tidak lengkap, serasa dunia mau tenggelam. Apabila mendapatkan narkotika kembali, dia merasa “hidup kembali”, dan merasa menjadi makhluk yang paling bahagia serta paling tinggi derajatnya.33 Juga akan menjadi rawan terinfeksi berbagai penyakit, seperti hepatitis, HIV serta AIDS.34

Banyak diantara peminum berat jatuh dalam keadaan depresi berat, timbul fikiran ingin bunuh diri, mengalami halusinasi dan delusi.35 Penelitian membuktikan bahwa penyalahgunaan NAZA ini tidak hanya menimbulkan gangguan mental dan perilaku, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan pada organ, otot, janin, endokrin, nutrisi, metabolisme dan resiko kanker.36 Dan dalam kehidupan sosialnya dapat pula menyebabkan seseorang berbuat prostitusi atau pelacuran, suka menodong, mencuri, perkelahian dan sebagainya.

33 Kartini Kartono, Patologi Sosial 3: Gangguan-gangguan Kejiwaan ( Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1997), h. 74.

34Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba (Jakarta: Prenada, 2006),

h. 26.

35

Dadang Hawari, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif), h. 52

36 Dadang Hawari, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA Narkotika, Alkohol & Zat


(39)

C. Perilaku Sosial

1. Definisi Perilaku Sosial

Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya. Dengan kata lain, perilaku adalah aksi, rekasi, terhadap rangsangan.37

Perilaku adalah suatu tindakan rutin yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi ataupun kehendak untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkannya, dan hal itu mempunyai arti baginya.38

Perilaku sosial bisa juga diartikan sebagai tindakan sosial. Dalam hal ini Max Weber mengartikan tindakan sosial sebagai tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya dalam masyarakat. dalam bertindak atau berperilaku seorang individu hendaknya memperhitungkan keberadaan individu lainnya dalam masyarakat, hal ini perlu diperhatikan mengingat tindakan sosial menjadi perwujudan dari hubungan atau perilaku sosial.39

2. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial

Mengenai bentuk-bentuk perilaku sosial, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Max Weber. Weber membuat peralihan dari aksi sosial ke kehidupan sosial umum adalah tipologi aksi. Aksi diklasifikasikan ke dalam empat macam untuk keperluan penyusunan komponen-komponen, yang tercakup di dalamnya. Aksi adalah zweckrational (berguna secara rasional)

37 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1995), h. 5

38 K.J. Veeger, Realitas Sosial (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), Cet. Ke-4, h.

171


(40)

manakala ia diterapkan dalam suatu situasi dengan suatu pluratilas cara-cara dan tujuan-tujuan di mana si pelaku bebas memilih cara-caranya secara murni untuk keperluan efisiensi; aksi adalah wertirational (rasional dalam kaitannya dengan nilai-nilai) manakala cara-cara dipilih untuk keperluan efisiensi mereka karena tujuannya pasti yaitu keunggulan; aksi adalah afektif manakala faktor emosional menetapkan cara-cara dan tujuan-tujuan daripada aksi; dan aksi adalah tradisional manakala baik itu cara-caranya dan tujuan-tujuannya adalah pasti sekedar kebiasaan.40

Untuk lebih jelasnya, berikut ini empat tipe tindakan sosial yang dianggap sebagai tipe ideal.

a. Rasinalitas Instrumental

Tingkat rasionalitas yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang digunakan untuk mencapainya. Individu dilihat sebagai memiliki macam-macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas dasar suatu kriterium menentukan satu pilihan di antara tujuan-tujuan yang saling bersaingan ini. Individu itu lalu menilai alat yang mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan yang dipilih tadi. Hal ini mungkin mencakup pengumpulan informasi, mencatat kemungkinan-kemungkinan serta hambatan-hambatan yang terdapat dalam lingkungan, dan mencoba untuk meramalkan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dari beberapa alterinatif tindakan itu. Akhirnya suatu pilihan dibuat atas alat yang dipergunakan yang kiranya mencerminkan pertimbangan individu atas

40 Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik, dari Comte hingga Parson (Bandung: Remaja Rosda


(41)

efisiensi dan efektivitasnya. Sesudah tindakan itu dilaksanakan, orang itu dapat menentukan secara obyektif sesuatu yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai. Weber, sebagaimana yang dikutip oleh Doyle Paul Johnson, menjelaskan:

Tindakan diarahkan secara rasional ke suatu sistem dari tujuan-tujuan individu yang memiliki sifat-sifatnya sendiri apabila tujuan-tujuan itu, alat dan akibat-akibat sekundernya diperhitungkan dan dipertimbangkan semuanya secara rasional. Hal ini mencakup pertimangan rasional atas alat alternatif untuk mencapai tujuan itu, pertimbangan mengenai hubungan-hubungan tujuan itu dengan hasil-hasil yang mungkin dari penggunaan alat tertentu apa saja, dan akhirnya pertimbangan mengenai pentingnya tujuan-tujuan yang mungkin berbeda secara relatif.

b. Rasionalitas yang berorientasi nilai

Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental, sifat rasionalita yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar; tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya. Nilai-nilai akhir bersifat nonrasional dalam hal di mana seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang harus dipilih. Lebih lagi, komitmen terhadap nilai-nilai ini adalah sedemikian sehingga pertimbangan-pertimbangan rasional mengenai kegunaan, efisiensi, dan sebagainya tidak relevan. Juga orang tidak memperhitungkannya (kalau nilai-nilai itu benar-benar bersifat absolut) dibandingkan dengan nilai-nilai alternatif. Individu mempertimbangkan alat untuk mencapai nilai-nilai seperti itu, tetapi nilai-nilai itu sendiri sudah ada.


(42)

Hal ini dibenarkan oleh James S. Coleman, yang mengatakan bahwa tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu tujuan dan tujuan itu (dan juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan. Ada dua unsur utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor.41

c. Tindakan tradisional

Tindakan tradisional merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat nonrasional. Kalau seorang individu memperlihatkan perilaku seperti itu digolongkan sebagai tindakan yang sadar, atau perencanaan, perilaku seperti itu digolongkan sebagai tindakan tradisional. Individu itu akan membenarkan atau menjelaskan tindakan itu, kalau diminta, dengan hanya mengatakan bahwa dia selalu bertindak dengan cara seperti itu atau perilaku seperti itu merupakan kebiasaan baginya. Apabila kelompok-kelompok atau seluruh masyarakat didominasi oleh orientasi ini, maka kebiasaan dan institusi mereka diabsahkan atau didukung oleh kebiasaan atau tradisi yang sudah lama mapan sebagai kerangka acuannya, yang diterima begitu saja tanpa persoalan. Satu-satunya pembenaran yang perlu adalah bahwa, “Inilah cara yang sudah dilaksanakan oleh nenek moyang kami, dan demikian pula nenek moyang mereka sebelumnya; ini adalah cara yang sudah begini dan akan selalu begini terus”. Weber melihat bahwa tipe tindakan ini sedang hilang lenyap karena meningkatnya rasionalitas instrumental.

41 Goerge Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana,


(43)

d. Tindakan afektif

Tipe tindakan ini ditandai oleh perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorang yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa reflekasi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan itu benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideologi, atau kriteria rasionalitas lainnya.42

42 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M. Z. Lawang


(44)

35 A. Kondisi Geografis dan Demografis

Sudimara Selatan merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Ciledug Kota Tangerang Provinsi Banten. Sudimara Selatan terletak pada jarak 1,5 km dari pusat kecamatan, 12 km dari kabupaten, dan 93 km ke ibukota Provinsi. Sudimara Selatan merupakan daerah strategis yang memiliki peranan penting, baik dalam hal ekonomi, pendidikan, politik, sosial, budaya maupun bidang lainnya. Hal ini disebabkan karena kelurahan Sudimara Selatan berada di daerah pinggiran Jakarta dan memiliki banyak potensi yang menunjang menuju Jakarta dan sekitarnya.

Letak geografis Sudimara Selatan berada pada 14 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan 2400 mm/tahun dan tofografi rendah serta suhu udara rata-rata 30 derajat selcius. Wilayahnya terbagi menjadi 12 Rw dan 32 Rt, meliputi seluruh Kampung Dukuh, yang berbatasan dengan sebelah timur Kampung Pulo, sebelah barat Parung Serab, serta selatan Perumahan Puri Kartika. Berdasarkan sensus tahun 2005, penduduk Sudimara Selatan berjumlah 12.050 jiwa, yang terdiri dari 5.977 jiwa laki-laki dan 6.073 jiwa penduduk perempuan. Data ini sesuai dengan prosentase penduduk dunia, dimana perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki dan data yang lebih rinci dapat dilihat dari tabel berikut ini.


(45)

Tabel 1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase

1 Laki-laki 5.977 49,6%

2 Perempuan 6.073 50,4%

Jumlah 12.050 100%

Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009

Wilayah Sudimara Selatan sebagian besar dihuni oleh penduduk asli, yakni etnis Betawi. Sejalan dengan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin berkembang pula kehidupan penduduk Kelurahan Sudimara Selatan, baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Hal tersebut ditandai dengan semakin banyak penduduk dari daerah lain yang datang ke Ciledug.

Ciledug juga bagian dari daerah penyangga Ibukota, daerah Ciledug memiliki daya tarik bagi masyarakat, terutama dalam hal ekonomi. Pabrik-pabrik dalam skala kecil dan besar menjamur. Selain itu, mall dan plaza ditambah dengan pusat perdagangan (Trade Center) yang berada di Jantung Kecamatan. Dua pasar tradisonal, terminal bus antar-kota (khususnya kota-kota di Jawa Tengah dan Timur), merebaknya mini market, rumah sakit-rumah sakit besar dan kecil, dan tempat-tempat lainnya yang memberikan daya tarik bagi masyarakat.


(46)

Tabel 2

Jumlah penduduk berdasarkan Suku/Etnis

No Suku/Etnis Frekuensi Prosentase

1 Betawi 5.892 48,9%

2 Jawa 2.850 23,7%

3 Sunda 2.000 16,6%

4 Sumatera 450 3,7%

5 Lampung 200 1,7%

6 Kalimantan 316 2,6%

7 Bali 342 2,8%

Jumlah 12.050 100%

Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009

Suku Betawi merupakan yang mendominasi dibandingkan dengan suku yang lainnya. Suku Jawa juga mendominasi kepadatan di Ciledug kelurahan Sudimara Selatan dengan menduduki peringkat kedua dari etnis Betawi yaitu 23,7%. Banyaknya etnis Jawa yang datang dan menetap di Ciledug, menurut penulis disebabkan karena banyaknya peluang yang diperoleh dari potensi yang ada diwilayah Ciledug, serta mudahnya transportasi dari daerah-daerah Jawa ke Ciledug, yakni adanya terminal Bus yang dikhususkan dari Ciledug ke Jawa Tengah dan sekitarnya.


(47)

B. Kehidupan Sosial, Ekonomi, Pendidikan, dan Agama

Wilayah Sudimara Selatan terletak di kecamatan Ciledug yang merupakan tempat yang strategis, karena selain tempat pusat perbelanjaan, juga merupakan sarana transportasi yang menghubungkan tempat yang sangat strategis, seperti Kebayoran Lama, Tanah Abang, Blok M, Tangerang, dll. Sehingga banyak para pendatang yang menetap dan mencari pekerjaan dan belanja. Dari fenomena tersebut akan membawa pertumbuhan dan perkembangan kehidupan sosial ekonomi penduduk.

Dalam posisi tingkatan jenis pekerjaan, kedudukan pertama ditempati oleh penduduk yang bekerja sebagai buruh ataupun bidang swasta. Paling tidak ada tiga pusat perbelanjaan di daerah Ciledug dan sekitarnya. Sehingga banyak penduduknya yang bekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl) dan SPB (Sales Promotion Boy). Sekalipun pekerjaan ini cukup berat untuk sebagian orang karena dengan gaji yang kecil, tetapi waktu kerja cukup panjang (lebih dari 8 jam). Namun, bagi masyarakatnya pekerjaan tersebut jadi sebuah alternatif yang menghasilkan dengan konsekuensi yang berat.

Selain jadi buruh dengan prosentase terbesar, masyarakat Sudimara Selatan juga bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, Wiraswasta, bidang jasa serta pekerjaan lainnya. Dan jumlah pensiun di Sudimara Selatan mencapai 4,1 persen. Berdasarkan hasil observasi bahwa selain banyaknya para pedagang, juga banyak masyarakat yang mencari uang dengan cara mengojek dan becak. Mereka mulai beroperasi dari pagi hari, akan tetapi pada pagi hari tidak banyak orang yang memakai ojek atau becak, karena banyak sarana-sarana tranportasi yang lain


(48)

seperti bus. Akan tetapi, pada malam hari khusus untuk ojek dan becak yang mulai pada pukul 21.00 WIB. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Jumlah Penduduk menurut mata pencaharian

No Mata Pencaharian Frekuensi Prosentase

1

Karyawan

a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) b. TNI/POLRI c. Buruh/Swasta 328 61 1.759 11,2% 2,1% 59,9% 2 Wairaswasta a. Pedagang b. Penjahit 476 10 16,2% 0,3% 3 Jasa a. Petukangan b. Sopir

c. Pengemudi Becak d. Ojek 56 30 10 87 1,9% 1% 0,9% 3% 4,1%

4 Pensiunan 120 4,1%

Jumlah 2.937 100%

Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009

Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar mata pencaharian masyarakat Sudimara Selatan bekerja sebagai karyawan swasta dan pedagang. Hal ini karena letak daerah tersebut dekat dengan pusat-pusat industri. Perlu penulis


(49)

berikan catatan bahwa tabel di atas adalah tabel jumlah penduduk yang berada pada usia kerja. Apa yang tercantum dalam tabel tersebut adalah mereka yang sudah bekerja, dan tidak sedang menempuh jenjang pendidikan.

Tabel 4

Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Prosentase

1 2 3 4 5 6 7

Belum dan tidak sekolah Pernah sekolah tapi tidak tamat SD SMP SMU Diploma Strata 1 765 67 150 350 1.810 30 50 23,7% 2,1% 4,6% 10,8% 56% 0.9% 1,6%

Jumlah 3.222 100%

Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009

Tabel di atas menjelaskan tentang jumlah penduduk yang belum sekolah dan sedang menempuh pendidikan. Ini artinya, penduduk yang sudah tidak menempuh pendidikan karena memutuskan untuk bekerja, atau penduduk yang sudah melewati usia sekolah, tidak penulis cantumkan.

Sementara itu dalam bidang pendidikan rata-rata tingkat pendidikan masyarakat Sudimara Selatan saat ini adalah SMU (Sekolah Menengah Umum) dengan prosentase mencapai 56%. Berbeda dengan belasan tahun sebelumnya, saat ini kebutuhan akan pendidikan semakin baik, tersedia sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pendidikan, dari TK hingga tingkat SMU tersedia dalam


(50)

wilayah Sudimara Selatan, baik yang tercatat di kelurahan maupun yang tidak. Dari catatan daftar isian potensi kelurahan tercatat, 4 buah TK, 1 buah SD; SMP; SMU; bahkan pondok pesantren.

Dalam hal Pendidikan, walaupun pekerjaan sebagai buruh, tukang becak ataupun pembantu rumah tangga bukan menjadi halangan mereka untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ini didukung pula oleh minat belajar anak-anaknya yang tinggi. Dalam waktu satu hari, mereka bukan hanya di sekolah formal, melainkan juga belajar di sekolah agama non-formal dan mengikuti les-les tambahan bahasa inggris; komputer; seni tari dan lain sebagainya. Tidak kalah dengan etnis Jawa (pendatang), penduduk asli, yakni etnis Betawi juga sudah mulai berorientasi dalam bidang pendidikan, hal ini terlihat dari semakin banyak etnis Betawi yang sekolah sampai perguruan tinggi, bahkan perguruan tinggi negeri.

Dalam bidang agama, mayoritas agama penduduk Kelurahan Sudimara Selatan adalah agama Islam. Jumlah pemeluk Agama Islam mencapai 10.228 orang dengan posisi berikutnya Katholik, Hindu dan Budha, ini terlihat dari jumlah masjid dan musholah disetiap RT, tapi tidak terdapat satupun gereja maupun tempat ibadah umat agama yang lain. Menurut hemat penulis, hal tersebut dikarenakan adanya ketakutan dari umat lain untuk membuat tempat ibadah dan adanya peraturan yang dibuat masyarakat Ciledug asli pemuluk agama Islam yana tergolong konservatif, bahwa Agama lain sangat dilarang keras membangun tempat ibadah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.


(51)

Tabel 5

Jumlah penduduk berdasarkan Agama

No Pendidikan Frekuensi Prosentase

1 2 3 4 5

Islam Katholik Kristen Hindu Budha

10.226 608 556 316 334

84,9% 5,1% 4,6% 2,6% 2,9%

Jumlah 12.050 100%

Sumber: Data statistik Kelurahan Sudimara Selatan 2009

Data diatas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Sudimara Selatan adalah beragama Islam, disusul oleh Kristen Katholik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha. Meskipun adanya heterogenitas dalam agama, masyarakat Sudimara Selatan saling mempertahankan dan meningkatkan kerukunan antar agama dengan cara bersikap solidaritas dan toleransi antar agama, sehingga tidak pernah ada konflik yang terjadi.

Data jumlah seluruh masyarakat berdasarkan kepemelukan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan khususnya umat Islam di Sudimara Selatan sangatlah berkembang, yaitu adanya pengajuan-pengajian yang diikuti oleh seluruh golongan usia, seperti pengajian bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda-pemudi, dan anak-anak.

Kegiaan-kegiatan keagamaan yang diadakan di Sudimara Selatan seperti pengajian mingguan, para pendatang seperti etnis Jawa juga ada yang mengikuti. Tapi mayoritas banyak yang tidak mengikuti pengajian, karena etnis Jawa ini labih banyak yang bekerja di pasar dari pagi hingga sore hari, sehingga tidak ada


(52)

waktu untuk mengikuti hal tersebut, walaupun ada waktu mereka gunakan untuk beristirahat.

Organisasi-organisasi yang diadakan di Sudimara Selatan hanya organisasi kepemudaan yang meliputi organisasi Karang Taruna atau Remaja Musholah, tidak ada organisasi yang menangani pembinaan keagamaan secara khusus bagi para pedagang, serta tidak ada seseorang yang mengajak mereka untuk mengkaji agama. Oleh sebab itu, mereka tetap berada dalam ketaidaktahuan dalam hal agama.

Berdasarkan informasi yang penulis terima dari seorang Sekel (sekretaris kelurahan) yaitu bapak Buham, mengatakan bahwa kegiatan keagamaan umat Kristen tidak terlihat mencolok. Selain itu Gereja tempat mereka beribadah tidak ada di daerah Sudimara Selatan, ada sebuah tempat beribadah umat kristiani itupun rumah biasa yang dipimpin oleh seorang pastur dan bukan tempat ibadah umum. Walaupun beribadah hanya yang punya rumah saja, dan orang yang diluar dari kampung dukuh tidak diperbolehkan. Meskipun begitu keadaannya mereka tetap saling menghargai dan menghormati selama umat kristen tidak membuat ulah di wilayah tersebut.1 Selain agama-agama yang mayoritas seperti Islam dan Kristen, ada pula umat Hindu dan Budha yang tinggal di Sudimara Selatan yang berasal dari para pendatang. Sedangkan kegiatan keagamaan dan tempat peribadatan mereka berada di luar wilayah Sudimara Selatan.

1 Informasi di dapatkan dari Bapak Buham, seorang Sekretaris Kelurahan Sudimara


(53)

44

A. Kehidupan Pengguna Narkoba dan Miras Sebelum Menikah

Pada sub bab ini, penulis berusaha untuk mendeskripsikan data yang penulis peroleh melalui wawancara dengan para informan tentang kehidupan mereka sebelum menikah. Data yang penulis sajikan pertama kali adalah mengenai perkenalan para informan dengan narkoba dan miras.

Penjelasan pertama penulis peroleh dari informan NF. Informan NF mengaku bahwa ia mengenal minuman keras dari pamannya. Selain itu ia juga mengaku bahwa ia mengenal minuman keras dari teman-teman sekolahnya dulu. Hal inilah yang menjelaskan mengapa informan NF menjadi peminun minuman keras, walaupun sebelumnya ia mengaku bukan sebagai peminum. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan NF:

“Masalah Miras, saya pertama kali dikenalkan oleh Om saya (orang Cina), selain itu saya juga tahu minuman keras dari temen sekolah saya dulu. Awalnya saya gak minum lho.. tapi karena sering bergaul dengan teman-teman yang suka minum, akhirnya saya ikut nyoba-nyoba untuk mengetahui bagaimana rasanya minuman keras itu. Eh, lama-kelamaan saya jadi keterusan deh”.1

Hal yang hampir sama disampaikan oleh informan ZM. Ia mengaku bahwa ia mengenal minuman keras dari teman-teman sepergaulannya. Seperti halnya informan NF, informan ZM sebelumnya juga bukan peminum, tapi karena terlalu sering bergaul dengan teman-teman yang suka minum, akhirnya informan ZM pun mengkonsumsi minuman keras juga. Saat penulis tanyakan alasan mengapa informan ZM melakukannya, ia mengaku bahwa jika ia menolak tawaran minum


(54)

dari teman-temannya, ia merasa tidak enak dan ia juga sering dianggap sok suci jika menolak tawaran minum teman-temannya. Seperti apa yang dituturkan informan ZM di bawah ini:

“Saya mengenal dan mengkonsumsi minuman keras karena di ajak Teman-teman nongkrong saya. Sebelumnya saja memang tidak pernah mengkonsumsi minuman keras tersebu. Tapi karena sering nongkrong dengan teman-teman yang suka minum, kemudian saya sering ditawari untuk ikut minum, dan kalau menolak saya merasa gak enak serta takut dikata sok suci, akhirnya saya ikut-ikutan minum”.2

Hal yang hampir sama disampaikan oleh informan PT. Ia mengaku bahwa ia menggunakan obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi minuman keras karena pengaruh dari pergaulan. Setelah beberapa kali ikut bergaul dengan teman-teman yang menggunakan narkoba dan menkonsumsi minuman keras, informan PT akhirnya terbujuk dengan ajakan teman-temannya untuk ikut memakai narkoba dan mengkonsumsi minuman keras. Seperti yang diungkapkan oleh informan PT sebagai berikut:

“Saya memakai obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi minuman keras sebenarnya sich bukan kemauan sendiri. Karena awalnya memang saya bukan pemakai obat-obatan terlarang dan pengkonsumsi minuman keras. Hal tersebut terjadi karena saya sering bergaul dengan teman-teman yang sudah terlebih dahulu menggunakan obat-obatan terlarang dan menkonsumsi minuman keras. Setelah saya nongkrong agak lama dengan teman-teman tersebut, akhirnya saya tidak kuat untuk menolak bujukan dari teman-teman untuk mencoba menggunakan narkoba dan minum minuman keras.”.3

Berikut ini adalah tabel jenis kelamin para informan:

2

Hasil wawancara dengan informan ZM. (pengguna Narkoba/Miras), Tangerang, 05 Januari 2009, Jam: 19:21 WIB

3 Hasil wawancara dengan informan PT. (pengguna Narkoba/Miras), Tangerang, 05


(1)

Hasil Wawancara Identitas Responden

Nama : PH (Parhan) Usia : 32 Tahun

Pertanyaan : Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Ia pernah.

Pertanyaan : Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda? Jawab : Temen sekolah dulu

Pertanyaan : Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Sejak Sekolah SMA .

Pertanyaan : Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Kalao lagi kumpul sama temen-temen, di Bascamp

Pertanyaan : Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Karena pengen seneng-seneng aja

Pertanyaan : Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Beli patungan

Pertanyaan : Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari perbuatan Anda tersebut?

Jawab : Tahu kok kalau itu dilarang

Pertanyaan : Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama? Menyesal?

Jawab : Kalau lagi minum sich gak, tapi kalau dah sadar baru menyesel, pengen baget berhenti kalau lagi inget mah


(2)

Pertanyaan : Apakah Anda sudah menikah? Jawab : Sudah

Pertanyaan : Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim) sebelumnya?

Jawab : Belom..

Pertanyaan : Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan Narkoba/Miras?

Jawab : Gak. Saya bener-bener taubat setelah menikah mah..

Pertanyaan : Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda pengguna Narkoba/Miras?

Jawab : Tahu.. ada yang ngomong kali Pertanyaan : Apa arti pernikahan bagi Anda?

Jawab : Nikah adalah ikrar suci yang harus saya hormati selama hidup ini.

Pertanyaan : Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda?

Jawab : Pasti ada lah..! kayak sering berantem gara-gara beda pendapat. Pertanyaan : Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan?

Jawab :Iyalah! Kan sebagai pasangan suami-istri harus saling menasehati dan meyayangi

Pertanyaan : Apa pekerjaan yang sedang anda geluti sekarang? Jawab : Guru

Pertanyaan : Apa sih pendidikan Anda? Jawab : S1


(3)

Pertanyaan : Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah? Jawab : Pasti.. karena pernikahan itu sendiri adalah ibadah Pertanyaan : Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda?

Jawab : Ya jangan dicari benarnya udah.. masalah Narkoba/miras itu kan jelek.


(4)

Hasil Wawancara Identitas Responden

Nama : NF (Nurul Fajri) Usia : 30 Tahun

Pertanyaan : Apakah Bapak pernah menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Yang pernah miras doang saya mah

Pertanyaan : Siapa yang memperkenalkan Narkoba/Miras kepada Anda? Jawab : Om saya (orang cina), selain itu temen sekolah saya dulu.

Awalnya gak minum lho.. tapi karena seringnya bergaul sama yang suka minum akhirnya saya ikut nyoba-nyoba deh

Pertanyaan : Sejak kapan Anda mengetahui tentang Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Sejak duduk di bangku sekolah kelas 3 SMP

Pertanyaan : Kapan dan di mana Anda menggunakan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Biasanya kalau lagi bareng om saya aja, di rumahnya

ngumpet-ngumpet

Pertanyaan : Mengapa Anda menggunakan Narkoba/Miras? Jawab : Pengen seneng aja dan asyik-asyik sich

Pertanyaan : Bagaimana cara Anda mendapatkan Narkoba/Miras tersebut? Jawab : Saya dibeliin terus sama Om saya

Pertanyaan : Apakah Anda Tahu bahwa agama melarang Narkoba/Miras dari perbuatan Anda tersebut?


(5)

Pertanyaan : Bagaimana perasaan Anda ketika melanggar perintah Agama? Menyesal?

Jawab : Menyesal sich, pas udahan Pertanyaan : Apakah Anda sudah menikah? Jawab : Udah, setahun yang lalu

Pertanyaan : Apakah Anda pernah melakukan “seks bebas” (hubungan intim) sebelumnya?

Jawab : Pernah.. !

Pertanyaan : Apakah sesudah Anda menikah, Anda masih menggunakan Narkoba/Miras?

Jawab : Masih, tapi dah gak sering kok

Pertanyaan : Apakah setelah Anda menikah istri anda tahu bahwa Anda pengguna Narkoba/Miras?

Jawab : Sampe sekarang gak tahu dia. Pertanyaan : Apa arti pernikahan bagi Anda?

Jawab : Apa yah.. nikah itu bikin saya tambah terikat lagi sama istri, selain itu nikah nambah saya lebih dewasa lagi.

Pertanyaan : Apakah ada problematika dalam pernikahan Anda? Jawab : Sejauh ini sich masih adem-adem aja kok

Pertanyaan : Apakah istri Anda membatasi dalam pergaulan? Jawab : Pasti lah

Pertanyaan : Apa pekerjaan yang sedang anda geluti sekarang? Jawab : Karyawan di salah satu kantor di Slipi-Tangerang


(6)

Pertanyaan : Apa sih pendidikan Anda? Jawab : D3 di BSI

Pertanyaan : Apakah pernikahan dapat merubah dalam hal ibadah? Jawab : Sedikit sich,, saya tambah rajin solat sekarang.

Pertanyaan : Bagaimana pandangan masyarakat dengan perilaku Anda?

Jawab : Baik-baik aja kok. Solanya masyarakat gak tahu kalau saya peminum