PERILAKU MINUM MINUMAN KERAS PADA REMAJA

PERILAKU MINUM-MINUMAN KERAS PADA REMAJA DITINJAU DARI KETIDAKHARMONISAN KELUARGA SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Oleh: LUKITO DWI H FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2009

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana Psikologi

Pada Tanggal :

Mengesahkan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Dekan,

(Th. Dewi Setyorini, S.Psi., M.Si)

Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Drs. Pius Heru Priyanto, M.Si _______________

PERSEMBAHAN

~ Karya ini Kupersembahkan untuk Kedua orang tuaku, Kakakku dan istri, Sinta " My Lovely " Damayanti, serta Sahabat-sahabatku semuanya ~

MOTTO

. . .Tuhan tidak akan memberi apa yang kita minta, namun Tuhan akan memberi apa yang kita

perlukan . . .

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini pada akhirnya dapat diselesaikan. Dengan menulis dan menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan banyak pengalaman yang nantinya dapat menjadi bekal dan pelajaran bagi kehidupan penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi terwujudnya hasil skripsi yang baik.

Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dengan segala kerendahan hati kepada :

1. Panutanku Nabi Muhammad SAW, terima kasih atas teladan yang telah kau berikan padaku.

2. Bapak dan Ibu yang kucinta dan kusayang, terima kasih untuk kerja keras dan pengorbanannya sehingga penulis tidak pernah merasa kekurangan selama menjalani studi; terimakasih untuk dukungan moril, kepercayaan dan doa sebagai bentuk kasih sayang bagi penulis selama ini.

3. Ibu Th. Dewi Setyorini S. Psi. Msi selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang atas bimbingan dan pengarahan selama penulis menempuh pendidikan.

4. Bapak Drs. Pius Heru Priyanti MSi selaku Dosen Pembimbing Utama dalam penyusunan Skripsi ini, yang dengan penuh kesabaran, dan 4. Bapak Drs. Pius Heru Priyanti MSi selaku Dosen Pembimbing Utama dalam penyusunan Skripsi ini, yang dengan penuh kesabaran, dan

5. Seluruh staf Tata Usaha dan non-edukatif Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata: Mbak Ike, Mbak Tatik, Mbak Retno, Mas Gandhi, dan Mas Supriyadi yang telah banyak memberikan bantuan dan kemudahan dalam proses administrasi selama penulis menempuh pendidikan.

6. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Psikologi dan Perpustakaan Universitas Soegijapranata Semarang yang telah membantu dalam hal kepustakaan penulis.

7. Teman – teman Unika Soegijapranata, Jhon Family, Kendeng 69, Tebuko da Gondezz Agency yang telah membantu mengisi skala.

8. Kakakku J.J Thomas H.S dan istri Karunia " Rani ".

9. Sinta “My Lovely” Damayanti, yang tak pernah lelah untuk memberikan dorongan, doa dan cinta untuk aku.

10. Deddy penasehat spiritualku, terima kasih atas ilmu-ilmu spiritualnya yang membuat aku menjadi manusia yang lebih benar.

11. Dia “Bidadari Penyelamat”, terima kasih sempat menjadi bagian dari hidupku yang memberi banyak pelajaran tentang hidup.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, maaf jika ada yang terlupa, yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya dalam membantu terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah S.W.T berkenan membalas segala jasa dan budi baik kepada mereka semua yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Semarang,November 2009

Penulis

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Blue Print Skala Perilaku Minum Minuman Keras ................ 33 Tabel 2 : Blue Print skala Ketidak Harmonisan Keluarga ...................... 35 Tabel 3 : Sebaran Skala Perilaku minum - minuman keras ................. 40 Tabel 4 : Sebaran Skala Ketidakharmonisan keluarga............................ 40 Tabel 5 : Rincian Item valid dan tidak valid Skala Ketidakharmonisan

keluarga .................................................................................... 43

PERILAKU MINUM-MINUMAN KERAS PADA REMAJA DITINJAU DARI KETIDAKHARMONISAN KELUARGA SKRIPSI

Oleh: LUKITO DWI H FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2009

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Seorang remaja diharapkan dapat mengisi kehidupan masa remajanya dengan hal-hal yang positif sebagai persiapannya dalam menghadapi masa dewasa yang lebih mandiri, karena remaja sebagai generasi muda yang mempunyai peranan yang sangat berarti dan berguna untuk pembangunan. Meskipun pada kenyataanya tidak semua remaja dapat melewati masa remaja dengan mulus. Beberapa di antara remaja tergelincir ke dalam kenakalan-kenakalan remaja yang dapat merusak masa depan seperti berkenalan atau terlibat “pertemanan” dengan minuman beralkohol. Pada kasus tersebut tidak sedikit pula di antara remaja-remaja tersebut menjadi budak minuman beralkohol dan membutuhkan waktu serta tenaga yang sangat lama untuk sembuh secara total.

Perubahan perilaku pada remaja antara lain adalah menerima begitu saja cara pergaulan bangsa lain, tari-tarian, musik, pesta dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi minum-minuman beralkohol sendiri memiliki dampak yang negatif. Dampak dari penyalahgunaan alkohol antara lain merusak hubungan dengan keluarga, menurunkan kemampuan belajar, menurunkan produktivitas kerja secara drastis, dan ketidakmampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Selain itu penyalahgunaan alkohol Perubahan perilaku pada remaja antara lain adalah menerima begitu saja cara pergaulan bangsa lain, tari-tarian, musik, pesta dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi minum-minuman beralkohol sendiri memiliki dampak yang negatif. Dampak dari penyalahgunaan alkohol antara lain merusak hubungan dengan keluarga, menurunkan kemampuan belajar, menurunkan produktivitas kerja secara drastis, dan ketidakmampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Selain itu penyalahgunaan alkohol

Menurut Hurlock usia remaja dimulai dari umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun, atau dengan kata lain masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak–kanak ke masa dewasa (Atkinson, 1991, h.134). Di dalam hal ini remaja berkembang ke arah kematangan seksual serta memantapkan identitas dirinya, periode ini merupakan masa yang kritis bagi individu dalam mengembangkan dan memantapkan pengalaman yang diperoleh sejak kecil dalam membentuk kepribadian. Periode ini juga periode dimana seseorang cenderung menolak apa yang dikehendaki oleh lingkungan sekitarnya. Hal ini terjadi karena remaja beranggapan bahwa dirinya sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Perilaku remaja yang cenderung menolak lingkungannya sering menimbulkan masalah– masalah di lingkungan sekitarnya. Salah satu masalah yang sering muncul adalah penyalahgunaan alkohol.

Mc. Donald (dikutip Hawari, 1991, h.41) mengadakan penelitian tentang penyalahgunaan alkohol di Amerika serikat. Hasil penelitian tersebut diperoleh data sebagai berikut :

1. Satu pertiga kecelakaan lalu lintas disebabkan pengemudi di bawah pengaruh alkohol.

2. Kecelakaan lalu lintas tersebut menyebabkan kematian sebanyak 25.000 jiwa setiap tahunnya.

3. Tercatat kematian 15.000 jiwa setiap tahunnya yang berkaitan dengan pembunuhan atau bunuh diri dibawah pengaruh alkohol.

4. 40 juta anak dan suami atau istri menanggung derita mental karena salah satu atau lebih dari anggota keluarganya menderita ketergantungan alkohol.

5. Tercatat kematian 20.000 jiwa setiap tahunnya yang berkaitan dengan penyakit (komplikasi medik) yang disebabkan penyalahgunaan alkohol.

6. Setiap tahunnya terdapat 5 juta kasus penahanan yang dilakukan oleh polisi yang berkaitan dengan penyalahgunaan alkohol, hal ini merupakan 50% dari seluruh kasus penahanan oleh pihak kepolisian.

7. Diperkirakan sekitar 5% dari seluruh angkatan kerja menderita ketergantungan alkohol, dan 5% lainnya adalah penderita yang gawat.

Di Indonesia, ada Undang-Undang yang mengatur tentang pembuatan, penjualan dan pemakaian NAPZA termasuk diantaranya minuman beralkohol. Hal ini tercantum dalam Undang-undang (UU) 1947 Nomer 29 (29/1947). Selain itu di Indonesia yang mayoritasnya beragama Muslim terdapat dengan jelas di dalam Al Quran maupun Hadist larangan bagi kaum Muslim mendekati bahkan mengkonsumsi alkohol. Seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abas dalam Hadist R.A yang berbunyi “Sesungguhnya (Allah) yang mengharamkan meminumnya, mengharamkan juga menjualnya”.

Di Indonesia sendiri khususnya di kota Semarang, begitu mudah remaja mendapatkan benda tersebut. Banyak warung-warung, toko kelontong ataupun warung tenda yang secara terbuka menjual minuman beralkohol tersebut. Para penjual sendiri sepertinya tidak ambil pusing dengan adanya Undang-Undang yang mengatur tentang penjualan ataupun penggunaan minuman beralkohol ataupun NAPZA. Penjual membutuhkan sesuatu dari menjual minuman beralkohol tersebut yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang besar secara cepat. Hal ini didukung oleh Drever (1980, h.300) yang mengatakan bahwa adanya kebutuhan ditandai dengan perasaan kekurangan-kekurangan akan sesuatu atau keinginan untuk mewujudkan tindakan tertentu. Kalaupun para penjual minuman beralkohol tersebut kena razia, penjual tetap akan bersikap santai karena mereka mempunyai cara untuk membebaskan diri dari hukuman yang ada. Contohnya dengan membayar uang sogokan atau uang jaminan.

Murray (dalam Prihantono, 2003 h.14) menegaskan bahwa setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan secara berbeda. Pembeli sendiri mempunyai bermacam-macam alasan untuk mencari, membeli dan mengkonsumsi minuman beralkohol tersebut. Alasan yang berbeda-beda tersebut dikarenakan adanya perbedaan motivasi atau keinginan dari pembeli tersebut. Ada yang membeli minuman keras karena permintaan teman-temannya, meskipun pembeli tidak mengkonsumsinya. Ada pula seseorang membeli minuman keras tersebut karena memang mengkonsumsi minuman keras tersebut baik Murray (dalam Prihantono, 2003 h.14) menegaskan bahwa setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan secara berbeda. Pembeli sendiri mempunyai bermacam-macam alasan untuk mencari, membeli dan mengkonsumsi minuman beralkohol tersebut. Alasan yang berbeda-beda tersebut dikarenakan adanya perbedaan motivasi atau keinginan dari pembeli tersebut. Ada yang membeli minuman keras karena permintaan teman-temannya, meskipun pembeli tidak mengkonsumsinya. Ada pula seseorang membeli minuman keras tersebut karena memang mengkonsumsi minuman keras tersebut baik

Penjelasan di atas diperkuat oleh pendapat Copuzzi (dikutip Fuhrman, 1990, h.488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan minuman beralkohol tersebut. Secara garis besar faktor tersebut dikelompokan dalam faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh orang tua atau keluarga, pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya harga diri, pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri). Kondisi keluarga merupakan salah satu faktor yang akan menjadi prediktor dalam penelitian ini.

Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam

Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu bila ada sesorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas dan tidak bahagia terhadap keadaan dan keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi serta sosial sehingga berhubungan dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, terhadap orang lain serta lingkungan sosialnya (Gunarsa, 1995, h.26). Lebih lanjut Gerungan (1991, h.26) mengatakan bahwa keluarga yang tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, dimana orang tua sering cekcok dan menyatakan sikap saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan yang agresif.

Pada lingkungan yang tidak harmonis dapat menyebabkan remaja berperilaku delinquen (nakal), criminal serta tidak menguntungkan perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (dalam Chairini, 1997, h.6) mengatakan bahwa ketidakharmonisan keluarga menyebabkan anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga menimbulkan perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan, ada perasaan malu pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan penyesalan yang pada kelanjutannya akan Pada lingkungan yang tidak harmonis dapat menyebabkan remaja berperilaku delinquen (nakal), criminal serta tidak menguntungkan perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (dalam Chairini, 1997, h.6) mengatakan bahwa ketidakharmonisan keluarga menyebabkan anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga menimbulkan perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan, ada perasaan malu pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan penyesalan yang pada kelanjutannya akan

Bila masalah tersebut belum terpecahkan, maka dapat menimbulkan ketegangan perasaan, kegelisahan yang mengakibatkan remaja mengalami tekanan jiwa. Remaja yang mengalami tekanan jiwa tersebut mencari jalan keluar untuk dapat menyelesaikan atau terhindar dari masalah yang menekan jiwanya. Bila jalan keluar tidak bisa atau belum dapat ditemukan, remaja dapat melakukan suatu perbuatan sebagai pelampiasan yang mungkin dapat mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya sendiri. Kekecewaan dan kegelisahan atau tekanan jiwa yang dideritanya akan dimunculkan dalam bentuk perilaku yang mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya seperti mulai mengenal dan mengkonsumsi minuman beralkohol.

Mengacu pada pemaparan di atas menimbulkan pertanyaan pada diri peneliti, apakah ada hubungan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum-minuman beralkohol pada remaja?, sehingga peneliti melakukan penelitian dengan judul ”Perilaku Minum-minuman Keras Pada Remaja Ditinjau Dari Ketidakharmonisan Keluarga”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum- minuman beralkohol pada remaja.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberi sumbangan pengetahuan di bidang Psikologi Perkembangan Remaja dan Psikologi Keluarga terutama yang berkaitan dengan perilaku minum-minuman keras pada remaja dengan ketidakharmonisan keluarga.

2. Manfaat Praktis

Memberi informasi yang berguna bagi remaja, orang tua, dan pendidik terutama dalam memahami permasalahan ketidakharmonisan keluarga yang menyebabkan penggunaan minuman keras pada remaja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Minum Minuman Keras

1. Pengertian Perilaku Minum Minuman Keras pada Remaja.

Dalam kamus psikologi Chaplin (1975, h. 8) disebutkan bahwa perilaku mempunyai beberapa arti, yaitu (a) Beberapa yang dilakukan organisme, (b) sebagai salah satu respon spesifik dari seluruh pola respond an (c) suatu kegiatan atau aktivitas.

Morgan (dikutip Hardani 1999, h. 8) mengartikan perilaku sebagai segala sesuatu yang dilakukan individu dan dapat diobservasi dengan berbagai cara. Kartono & Dali Gulo (1987, h. 9) juga menambahkan bahwa perilaku merupakan suatu tindakan manusia atau hewan yang dapat dilihat. Sedangkan dalam kamus (Anshori 1996, h. 8) menyebutkan bahwa perilaku adalah : a. setiap tanggapan yang dibuat oleh suatu organism, b. secara spesifik merupakan bagian dari suatu pola rangsangan total, c. suatu tindakan, aktivitas atau tingkah laku dan d. merupakan suatu pergerakan atau gerakan yang rumit.

Ajzen (dikutip Hardani 1999, h. 8) mengatakan bahwa bila seseorang ingin melakukan suatu perilaku, maka orang tersebut memberi penilaian positif pada tingkah laku tersebut dan yakin bahwa orang lain mempunyai arti penting baginya serta menghendakinya untuk melakukan tingkah laku itu.

Definisi-definisi perilaku diatas mengandung pengertian bahwa perilaku merupakan tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh individu dan dapat diamati secara langsung.

Minuman keras atau alkohol merupakan suatu senyawa alifatis etil alkohol dan tergolong kelompok alkohol, sehingga lebih dikenal dengan alkohol saja. WHO memasukan etil alkohol kedalam jenis obat berbahaya (drug) dan alkohol termasuk kelompok obat psikoaktif atau obat penenang bersama dengan transkuiliser, sedative, atau hipnotikum dan narkotika atau opial (Yatim 1991, h. 5).

Hundleby dan Mercer (dikutip Hardani 1999, h. 9) menggolongkan minuman keras menjadi tiga jenis yaitu : (a) bir dengan kadar alkohol 1% hingga 5%, (b) anggur dengan kadar alkohl 5% hingga 20% dan (c) liquar dengan kadar alkohol 20% hingga 55%. Makin tinggi kandungan alkohol makin besar pengaruhnya bagi si peminum.

Jumlah alkohol yang diminum juga akan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda pada tubuh manusia. Dalam tahap yang ringan yaitu 0,05% alkohol dalam darah manusia hanya mempengaruhi kemampuan kontrol dan pertimbangan seseorang. Bila kadar alkohol mencapai 0,10% dalam darah maka terjadi gangguan pusat bicara, keseimbangan dan kecekatan tangan. Gerakan motorik tubuh akan terganggu pada saat alkohol dalam darah mencapai 0,45% akan terjadi koma atau hilangnya kesadaran seseorang. Pernafasan dan jantung akan berhenti berdenyut bila kadar alkohol dalam adalah mencapai 0,70% (Joewana dalam Hardani 1999, h.9).

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku minum-minuman keras adalah tindakan individu yang dapat diamati secara langsung dengan jumlah dan kadar yang diminum dari yang terendah sampai yang tertinggi.

Definisi-definisi minuman keras diatas mengandung pengertian bahwa minuman keras adalah suatu senyawa alifatis etil alkohol dan tergolong kelompok alkohol yang mempunyai kadar berbeda-beda yang mempunyai efek pada tubuh si pengkonsumsi.

Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata adolescere (adolescentia berarti remaja ) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1996, h. 208). Remaja adalah individu yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju ke masa dewasa, yang pada masa tersebut terjadi perkembangan – perkembagan baik fisik, fisiologis, dan sosial. Hal serupa juga di kemukakan oleh Atkinson (1991, h.134) bahwa masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa.

Piaget (dikutip Hurlock, 1992, h. 206) mengatakan secara psikologis masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak – anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang – orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang – kurangnya dalam masalah hak. Mereka tidak dapat dan tidak mau lagi diperlakukan sebagai kanak – kanak karena mereka sekarang hidup dengan orang dewasa, di dalam masyarakat orang dewasa yang menuntut penyesuaian dengan orang dewasa.

Remaja memiliki proses perkembangan yang sangat kompleks, sehingga sering menimbulkan permasalahan baik padaremaja itu sendii maupun lingkungan. Hal ini didukung oleh Tambun (Dikutip Hartanti, 2002) bahwa remaja adalah masaperkembangan yang penuh dinamik, warna dan gejolak, karena itu dibutuhkan suatu pendekatan yang utuh dalam mendekati remaja yang penuh gejolak. Hal senada juga diutarakan oleh Monks (1992, h.255) bahwa masa remaja merupakan salah satu tahap dalam perkembangan manusia, seperti dalam masa perkembangan yang lainnya, masa ini mempunyai ciri – ciri khusus seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya, dan sebagainya.

Hurlock (dikutip Hartanti, 2002) menyatakan bahwa masa remaja dimulai sekitar usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Gunarsa, bahwa rentang usia remaja berlangsung antara 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Rentang ini disebabkan karena masa remaja di bagi menjadi tiga periode yaitu :

• Masa remaja awal, dimulai dari usia 12 tahun – 15 tahun • Masa remaja tengah, dimulai dari usia 15 tahun – 17 tahun • Masa remaja akhir, dimulai dari usia 17 tahun – 21 tahun. Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

perilaku minum-minuman keras pada remaja adalah tindakan individu yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa, yang minum mengandung kadar alkohol secara langsung dengan jumlah dan kadar dari yang terendah sampai yang tertinggi.

2. Batasan dan Tahap Dalam Perilaku Minum Minuman Keras

Batasan mengenai perilaku minum minuman keras dan juga obat- obatan terlarang berbahaya menurut Fuhrman (1990, h. 479) dibedakan atas penggunaan yang bersifat:

a. Eksperimen Pada tahap ini biasanya seseorang menggunakan minuman keras ataupun obat-obatan pada saat tertentu dan umumnya digunakan bila ada ditengah-tengah kelompok sebaya agar mendapat penerimaan dan pengakuan dari kelompok tersebut, oleh karena itu toleransi obat-obatan dan miras itu sangat rendah.

b. Kebiasaan Jika seseorang meningkatkan penggunaan menjadi tahap kebiasaan, maka remaja mulai meningkatkan minum minuman keras untuk mendapatkan efek yang sama seperti pada pengguna sebelumnya, lebih sering menggunakan dan mulai berbahaya, memiliki perasaan bersalah, menyembunyikan keterlibatan mereka dengan minuman keras,

c. Ketergantungan Pada tahap ketergantungan mereka secara teratur menggunakan dan selalu menginginkan efek yang lebih dari sebelumnya. Remaja juga mempunyai kemungkinan untuk menggunakan obat-obatan berbahaya lainnya. Pada tahap ini pula pemakainya mulai menunjukan gangguan yang bersifat fisik maupun psikologis seperti kehilangan kesadaran, melakukkan tindakan kriminal, berat badan turun dengan cepat, keluar c. Ketergantungan Pada tahap ketergantungan mereka secara teratur menggunakan dan selalu menginginkan efek yang lebih dari sebelumnya. Remaja juga mempunyai kemungkinan untuk menggunakan obat-obatan berbahaya lainnya. Pada tahap ini pula pemakainya mulai menunjukan gangguan yang bersifat fisik maupun psikologis seperti kehilangan kesadaran, melakukkan tindakan kriminal, berat badan turun dengan cepat, keluar

Tahap-tahap perilaku mengkonsumsi obat-obatan terlarang minuman keras (Joewana 1989, h. 10) yaitu :

a. Tahap coba-coba

Merupakan tahap awal perkenalan terhadap obat-obatan dan minuman keras. Tahap ini dapat berkembang menjadi pemakai kadang- kadang atau berhenti sama sekali setelah merasakan bahan tersebut. Pemakai atau peminum kadang-kadang dapat digolongkan dalam pemakai atau peminum sosial atau situasional.

Pemakai atau peminum sosial menggunakan obat atau minuman keras pada acara-acara tertentu saja, seperti pada acara pesta, berkemah dan lain-lain. Pemakai atau peminum sosial memakai obat atau minuman keras pada saat mengalami ketegangan, masalah, atau kekecewaan.

b. Tahap Ketergantungan

Pada tahap ini, seseorang telah menjadi pemakai atau peminum tetap obat-obatan atau minuman keras dan menunjukan adanya gangguan fisik dan sosial akibat pemakaian tersebut.

Berdasarkan pada pemahaman mengenai perilaku minuman keras dan tahap-tahap penggunaan minuman keras dapat disimpulkan bahwa perilaku minum minuman keras adalah tindakan individu yang secara langsung, minum minuman keras dari tahap coba-coba hingga tahap ketergantungan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Minum Minuman Keras

Penggunaan minuman keras yang berlebihan diketahui dapat menimbulkan pengaruh buruk, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Namun remajatampaknya seringkali mengabaikan bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan dari minum minuman keras.

Penjelasan diatas diperkuat oleh pendapat Copuzzi (dikutip Fuhrman 1990, h 488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan minuman beralkool tersebut. Secara garis besar faktor tersebut dikelompokan dalam faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh orang tua atau keluarga, pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya harga diri, pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri)).

Faktor sosial (ekstern) yang mempengaruhi perilaku mium- minuman keras yaitu :

a. Ketaatan Beribadah

Hubungan antara ketaatan beribadah dengan perilaku minum minuman keras sangat erat. Pemakai obat-obatan dan minuman keras cenderung kurang berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan, kurang rajin beribadah dan urang memiliki komitmen keagamaan. (Oelting dan Beauvais 1987, h. 12)

Penelitian yang dilakukan oleh Ronodikoro dan Afiatin (1990, h.14) menunjukan bahwa pengaruh keagamaan merupakan faktor penangkal yang utama dalam mencegah penggunaan obat-ibatan dan minum minuman Penelitian yang dilakukan oleh Ronodikoro dan Afiatin (1990, h.14) menunjukan bahwa pengaruh keagamaan merupakan faktor penangkal yang utama dalam mencegah penggunaan obat-ibatan dan minum minuman

b. Pengaruh Keluarga

Kebanyakan penelitian yang memusatkan perhatian pada faktor keluarga menemukan bahwa hubungan antara anak dan orang tua mempengaruhi keterlibatan seorang anak dalam menggunakan obat-obatan ataupun minuman keras. (Winfree dikutip Hardani 1999, h.12).

Dari beberapa penelitian dilaporkan, beberapa gejala yang berkaitan dengan keluarga dan penggunaan miuman keras pada remaja yaitu orang tua yang mengkonsumsi minuman keras cenderung memiliki anak yang mengkonsumsi minuman keras, remaja yang mengkonsumsi minuman keras merasa ditolak dan jauh dari orangtua, dan remaja dari keluarga otoriter dan permisif cenderung mengkonsumsi minuman keras. Keadaan keluarga yang tidak baik atau tidak harmonis ini menyebabkan anak dapat berperilaku negatif. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, terhadap orang lain atau lingkungan sosialnya (Gunarsa 1995, h. 26). Soekanto (1987, h. 26) mendefinisikan ketidak utuhan keluarga sebagai keluarga yang mengalami perpecahan sebagai suatu unit karena adanya anggota-anggota keluarga Dari beberapa penelitian dilaporkan, beberapa gejala yang berkaitan dengan keluarga dan penggunaan miuman keras pada remaja yaitu orang tua yang mengkonsumsi minuman keras cenderung memiliki anak yang mengkonsumsi minuman keras, remaja yang mengkonsumsi minuman keras merasa ditolak dan jauh dari orangtua, dan remaja dari keluarga otoriter dan permisif cenderung mengkonsumsi minuman keras. Keadaan keluarga yang tidak baik atau tidak harmonis ini menyebabkan anak dapat berperilaku negatif. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, terhadap orang lain atau lingkungan sosialnya (Gunarsa 1995, h. 26). Soekanto (1987, h. 26) mendefinisikan ketidak utuhan keluarga sebagai keluarga yang mengalami perpecahan sebagai suatu unit karena adanya anggota-anggota keluarga

Kehangatan keluarga dan kontrol yang positif dari dari orang tua berkorelasi positif dengan tidak adanya penyalahgunaan yang juga ditujukan dengan tidak adanya gangguan emosi dan kenakalan.

Penelitian-penelitian ini menunjukan bahwa suasana keluarga memberi sumbangan yang cukup besar dalam mencegah remaja mengkonsumsi minuman keras.

c. Pengaruh Sekolah

Lingkungan sekolah seringkali dipandang tidak efektif dalam mencgah atau menghentikan penggunaan minuman keras. Sekolah sama halnya dengan orang tua yang seringkali bersikap otoriter atau permisif dan tidak efektif dalam mempromosikan pemecahan masalah kesehatan yang dibutuhkan remaja dalam menangkal penggunaan minuman keras. Umumnya penyuluhan-penyuluhan hanya menunjukan fakta-fakta dan merupakan taktik untuk menakut-nakuti, sehingga bukan saja metode tidak efektif tetapi juga menurunkan kredibilitas sekolah di mata remaja (Fuhrman 1990, h. 489).

Remaja yang memiliki permasalahan mengenai sekolah cenderung terlibat dalam penggunaan minuman keras dan sikap sekolah yang otoriter semakin membuat remaja menjauhi sekolah.

Faktor kepribadian (intern) yang mempengaruhi perilaku minum minuman keras yaitu :

a. Harga diri

Menurut Meadov (dikutip Ratih 1998, h. 12) adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Harga diri seseorang dapat nampak oleh sebab hal-hal yang bersifat jasmaniah dan rohaniah.

Orang yang mempunyai harga diri yang tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil, ia akan bersikap realistis dalam melihat kemampuan dirinya, sebalknya dengan individu yang mempunyai harga diri rendah, ia akan melakukkan segala upaya agar terlihat mampu melakukan sesuatu seperti orang lain tanpa melihat realita yang ada dengan mengkonsumsi minuman keras.

b. Pemberontakan / Memberontak

Pada pengkonsumsi terdapat kecenderungan untuk selalu menolak cara atau prosedur yang telah diakui oleh masyarakat atau keluarga. Ini dilakukan semata-mata untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Keadaan ini memang nampak jelas pada mereka karena pada dasarnya mereka memiliki dasar-dasar permusuhan yang besar sekali terhadap segala bentuk otoritas yang ada. Mereka tidak pernah belajar berusaha sama dengan segala bentuk otoritas. Padahal orang lain umumnya melakukan itu (Hilman dalam Yatim dan Irwanto 1991, h. 18).

c. Percaya Diri Rasa percaya diri ini merupakan sikap yakn bahwa dirinya benar, juur, kuat tidak tergantung orang lain dan mempunyai kemandirian serta c. Percaya Diri Rasa percaya diri ini merupakan sikap yakn bahwa dirinya benar, juur, kuat tidak tergantung orang lain dan mempunyai kemandirian serta

Berbeda dengan orang yang mempunyai rasa percaya diri rendah atau kurang, mereka akan melarikan diri ke minuman keras untuk menyelesaikan dan menangani masalahnya.

d. Usia

Fuhrman (1990, h. 479) mengatakan bahwa minuman keras merupakan jenis obat-obatan yang paling banyak digunakan oleh remaja di SMA, usia remaja menunjukan keterlibatan yang lebih dalam penggunaan minuman keras ataupun obat-obatan terlarang. Hal ini terjadi mungkin karena usia remaja merupakan masa seorang remaja sibuk mencari pengalaman baru, mereka ingin mencoba hal baru tetapi seringkali kurang memperdulikan akibat yang akan ditimbulkan. Hasil penelitian terhadap remaja menunjukan bahwa ada peningkatan penggunaan minuman keras sejalan dengan meningkatnya usia.

Berdasarkan uraian diatas, tampak bahwa perilaku minum minuman keras pada remaja dipengaruhi oleh faktor intern (harga diri, pemberontakan, percaya diri dan harga diri) dan ekstern ketaatan beribadah, pengaruh keluarga (ketidakharmonisan keluarga), dan pengaruh sekolah) saling berinteraksi.

4. Aspek-aspek Dalam Pengukuran Perilaku Minum Minuman Keras

Cara-cara seseorang berperilaku pada suatu obyek berhubungan erat dengan kepercayaan, perasaan, dan intensitasnya terhadap obyek tersebut (Fieshbein dan Ajzen 1975, h. 18).

Menurut Morgan (dikutip Hardani 1999, h. 18) perilaku dapat diukur yakni dengan melihat apa yang dikerjakan seseorang dan mendengar apa yang dikatakan seseorang, sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan tentang perasaan-perasaan, sikap-sikap, pemikiran dan proses mental yang lain.

Melalui pengukuran perilaku maka kejadian mental yang biasanya disembunyikan menjadi lebih dapat diketahui. Perilaku mempunyai komponen-komponen kognitif, afektif atau perasaan suka dan aktivitas serta dapat diobservasi dan diukur dengan berbagai cara.

Perilaku minum-minuman keras seperti perilaku pada umumnya, dibentuk dari aspek-aspek perilau sebagai berikut: (Twiford, dikutip Nugroho, 2006. h. 13)

a. Frekuensi minum yaitu seberapa sering perilaku minum-minuman keras yang muncul.

b. Durasi atau lamanya berlangsung yaitu seberapa lama subyek dalam menggunakan minuman keras.

c. Intensitas yaitu kuat lemahnya atau seberapa dalam subyek dalam menggunakan minuman keras. Aspek perilaku minum-minuman keras (Hardani 1999,h. 19): c. Intensitas yaitu kuat lemahnya atau seberapa dalam subyek dalam menggunakan minuman keras. Aspek perilaku minum-minuman keras (Hardani 1999,h. 19):

b. Kadar minuman keras yang di minum.

c. Jumlah minuman yang diminum.

d. Cara meminum minuman keras, yang ditunjukan bagaimana subyek meminum minuman keras. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek minum – minuman keras dibagi menjadi 3 yaitu frekuensi minum, durasi atau lamanya berlangsung, dan intensitas.

B. Ketidakharmonisan Keluarga

1. Pengertian Ketidakharmonisan Keluarga

Menurut Polak (1979, h. 363) ketidakharmonisan keluarga atau disharmonisasis terjadi bilamana seorang anggota keluarga hilang atau bilamana susunan kekariban menjadi retak atau kacau. Marhiyanto (dikutip Chairini 1997, h. 25) menyebutkan ketidakharmonisan dapat berupa ketidak utuhan keluarga, ketidakcocokan hubungan keluarga dan ketegangan keluarga. Soekanto (1987, h. 26) mendefinisikan ketidak utuhan keluarga sebagai keluarga yang mengalami perpecahan sebagai suatu unit karena adanya anggota-anggota keluarga yang gagal memenuhi kewajjibannya yang sesuai dengan perasaan atau fungsi sosialnya.

Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan

Lebih lanjut Gerungan (1991, h. 26) mengatakan bahwa keluarga yang tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, dimana orang tua sering cekcok dan menyatakan sikap saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan yang agresif.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketidakharmonisan keluarga adalah keluarga yang mengalami perpecahan karena ada anggota keluarga yang mengalami kegagalan memenuhi kewajibannya serta salah satu sebab atau beberapa orang anggota keluarga diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas dan bahagia dan memberikan dampak yang negatif pada anak (remaja) yang salah satunya adalah minum minuman keras.

2. Bentuk-bentuk Ketidakharmonisan Keluarga

Bentuk-bentuk Ketidakharmonisan Keluarga menurur Soekanto (1987, h. 27) adalah :

a. Unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan diluar pernikahan walaupun secara sosial dan hukum terbentuk suatu keluarga tetapi termasuk disharmonis karena ayah secara biologis gagal dalam mengisi perannya demikian pula keluarga ibu atau ayah.

b. Ketidakharmonisan keluarga karena putusnya perkawinan karena perceraian, perpecahan meja dengan tempat tidur dan lain sebagainya.

c. Adanya kekurangan dalam keluarga tersebut yaitu dalam komunikasi antar anggota keluarga.

d. Krisis keluarga. Misalnya gangguan keseimbangan kejiwaan salah satu anggota keluarga.

Bentuk-bentuk ketidakharmonisan keluarga menurut Polak(1979,h. 364) adalah :

a. Keluarga dengan satu orang tua karena kematian

b. Keluarga dengan orang tua tunggal karena perceraian

c. Keluarga dengan orang tua tunggal karena perpisahan

d. Keluarga dengan orang tua tunggal karena hubungan diluar nikah

e. Keluarga yang interaksinya memburuk Dari uraian diatas tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ada bermacam-macam bentuk disharmonis keluarga diantaranya perceraian, kematian, perpisahan dan sebagainya yang kesemuanya sama-sama berakibat negative bagi ibu, ayah dan anak-anak mereka.

3. Ciri Ketidakharmonisan Keluarga

Gerungan (1991, h. 26) mengatakan bahwa keluarga yang tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, orang tua sering cekcok, saling bermusuhan serta adanya tindakan agresif. Gunarsa (1995, h. 26) juga mengatakan ketidakharmonisan keluarga terjadi jika seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan, serta merasa tidak puas dan tidak bahagia terhadap keadaanya. Kurangnya komunikasi dalan keluarga akan cukup banyak menimbulkan persoalan (Walgito 1984, h. 57)

Dari pendapat beberapa tokoh di atas diambil sebagai ciri ketidakharmonisan keluarga yaitu :

a. Interaksi sosial yang tidak wajar. Manusia selalu membutuhkan manusia yang lain dalam segala hal, karena itu ia selalu kontak dengan sesamanya termasuk didalam keluarga, bila interaksi sosial dalam keluarga ini tidak berjalan dengan semestinya akan mengakibatkan disharmonis dalam keluarga (Irwanto 1991, h. 258)

b. Orang tua sering cekcok : Bila orang tua dalam keluarga sering cekcok atau bertengkar akan mengakibatkan ketidaknyamanan bagi anggota keluarga.

c. Saling bermusuhan : Jika seiap anggota keluarga saling bermusuhan, masing-masing tidak mau mengalah akan mengakibatkan disharmonis keluarga.

d. Tindakan agresif : Merupakan perilaku menentang baik secara fisik ataupun verbal atau baru berupa ancaman karena adanya permusuhan dalam keluarga (Ayah Bunda 1992, h. 38).

e. Ketegangan : Jika dalam keluarga itu saling bermusuhan orang tua sering cekcok, hubungan antar keluarga tidak baik akan menimbulkan ketegangan.

f. Kekecewaan : Kekecewaan ini timbul jika individu mempunyai keinginan yang tidak tercapai atau juga akibat dari ketegangan yang dirasakan dalam keluarga (Hilman dalam Yatim 1991, h. 18) f. Kekecewaan : Kekecewaan ini timbul jika individu mempunyai keinginan yang tidak tercapai atau juga akibat dari ketegangan yang dirasakan dalam keluarga (Hilman dalam Yatim 1991, h. 18)

Dari uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan yang merupakan ciri dari ketidakharmonisan keluarga yaitu interaksi sosial yang tidak wajar, kekecewaan, ketegangan, tindakan agresif dan kurangnya komunikasi. Dalam keadaan seperti itu (keluarga yang tidak harmonis), anak (remaja) lebih sering menjadi korban dari ketidakharmonisan tersebut dan biasanya anak (remaja) akan merasa tertekan didalam rumah dan cenderung untuk mencari pelampiasan diluar rumah dengan melakukan hal yang negatif salah satunya minum minuman keras.

C. Hubungan Ketidakharmonisan Keluarga dengan Perilaku Minum

Minuman Keras

Seorang remaja diharapkan dapat mengisi kehidupan masa remajanya dengan hal-hal yang positif sebagai persiapannya dalam menghadapi masa dewasanya yang lebih mandiri, karena remaja sebagai generasi muda yang mempunyai peranan yang sangat berarti dan berguna untuk pembangunan. Meskipun pada kenyataanya tidak semua remaja dapat melewati masa remaja dengan mulus. Beberapa diantara mereka tergelincir ke dalam kenakalan-kenakalan remaja yang dapat merusak masa depan mereka seperti berkenalan atau terlibat “pertemanan” dengan minuman beralkohol. Dari hal tersebut tidak sedikit pula di antara remaja- remaja tersebut menjadi budak minuman beralkohol dan membutuhkan waktu tenaga yang sangat lama untuk sembuh secara total.

Perubahan perilaku pada remaja antara lain adalah menerima begitu saja cara pergaulan bangsa lain, tari-tarian, musik, pesta dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi minum-minuman beralkohol sendiri memiliki dampak yang negatif.

Dampak dari penyalahgunaan alkohol antara lain merusak hubungan remaja dengan keluarga, menurunkan kemampuan belajar remaja, menurunkan produktifitas kerja secara drastis, dan ketidakmampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Selain itu penyalahgunaan alkohol mengakibatkan perilaku menjadi anti sosial dan gangguan baik fisik, maupun mental ( Hawari, 1991, h.25 ).

Menurut Hurlock usia remaja dimulai dari umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun, atau dengan kata lain masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa ( Atkinson, 1991, h.134 ). Dalam hal ini remaja berkembang kearah kematangan seksual serta memantapkan identitas dirinya, periode ini merupakan masa yang kritis bagi individu dalam mengembangkan dan memantapkan pengalaman yang diperoleh sejak kecil dalam membentuk kepribadian. Periode ini juga periode dimana seseorang cenderung menolak apa yang dikehendaki oleh lingkungan sekitarnya. Hal ini terjadi karena remaja beranggapan bahwa remaja sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Karena perilaku remaja yang cenderung menolak lingkungannya remaja sering menimbulkan masalah – masalah di lingkungan sekitarnya. Salah satu masalah yang sering muncul adalah penyalahgunaan alkohol.

Di Indonesia sendiri khususnya di kota Semarang, banyak sekali terlihat di tiap sudut kota berdiri warung – warung tenda atau non permanen menjual minuman keras. Yang lebih memprihatinkan sebagian besar dari pengunjung atau pembeli adalah kaum remaja. Tidak hanya sebatas itu saja, sering kali banyak terlihat di tempat – tempat hiburan terlihat remaja baik laki – laki maupun perempuan. Hal ini biasanya terjadi karena banyak hal yang menjadi later belakangnya. Baik dari dalam maupun luar.

Penjelasan diatas diperkuat oleh pendapat Copuzzi (dikutip Fuhrman 1990, h 488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan minuman

beralkohol tersebut. Secara garis besar faktor tersebut dikelompokan dalam faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh orang tua atau keluarga, pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya harga diri, pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri). Selain itu, hasil penelitian Sukaryo (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab minum-minuman keras di kalangan remaja Desa Pedawang antara lain: kondisi ekonomi orang tua yang kurang mampu, hubungan remaja dengan orang tua yang kurang harmonis, kurangnya kontrol orang tua terhadap remaja dalam perilakunya sehari-hari, dan kehidupan keagamaan remaja masih kurang. Berdasarkan beberapa faktor diatas maka kondisi keluarga merupakan salah satu faktor yang akan menjadi prediktor dalam penelitian ini.

Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga. Kalau di dalam keluarga ada salah satu anggota bermasalah yang mempengaruhi pribadinya maka seluruh interaksi akan terpengaruh dan kebahagiaan dalam keluarga juga mengalami hambatan sehingga keluarga menjadi tidak harmonis lagi. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa orang anggota yang hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas dan tidak bahagia terhadap keadaan dan keberadaan dirinya terganggu dan terhambat (Gunarsa 1995, h. 26). Keluarga yang Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga. Kalau di dalam keluarga ada salah satu anggota bermasalah yang mempengaruhi pribadinya maka seluruh interaksi akan terpengaruh dan kebahagiaan dalam keluarga juga mengalami hambatan sehingga keluarga menjadi tidak harmonis lagi. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa orang anggota yang hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas dan tidak bahagia terhadap keadaan dan keberadaan dirinya terganggu dan terhambat (Gunarsa 1995, h. 26). Keluarga yang

(Gunarsa 1995, h. 26) menambahkan bahwa ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, terhadap orang lain atau lingkungan sosialnya

Pada lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat menyebabkan anak berperilaku

deliquen (nakal), criminal serta tidak menguntungkan perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (Chairini, 1997 h. 6) mengatakan bahwa terpecahnya ketidakharmonisan keluarga menyebabkan anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga timbullah perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan ada perasaan malu pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan penyesalan yang pada kelanjutannya akan menimbulkan penyimpangan perilaku seperti menjadi keras dan kejam, hiperaktif dan selalu curiga pada orang lain dan perilaku negatif lainnya.

Hal ini juga berkaitan dengan ciri-ciri dari ketidakharmonisan keluarga yaitu interaksi sosial yang tidak wajar, cekcok atau bermusuhan, kekecewaan, kurangnya komunikasi, ketegangan dan tindakan agresif. Lebih lanjut Harboenangin (dalam Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14) Hal ini juga berkaitan dengan ciri-ciri dari ketidakharmonisan keluarga yaitu interaksi sosial yang tidak wajar, cekcok atau bermusuhan, kekecewaan, kurangnya komunikasi, ketegangan dan tindakan agresif. Lebih lanjut Harboenangin (dalam Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14)

Bila masalah tersebut belum terpecahkan, maka dapat menimbulkan ketegangan perasaan, kegelisahan yang mengakibatkan remaja mengalami tekanan jiwa. Remaja yang mengalami tekanan jiwa tersebut mencari jalan keluar untuk dapat menyelesaikan atau terhindar dari masalah yang menekan jiwanya. Bila jalan keluar tidak bisa atau belum dapat ditemukan, remaja dapat melakukan suatu perbuatan sebagai pelampiasan yang mungkin dapat mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya sendiri. Kekecewaan dan kegelisahan atau tekanan jiwa yang dideritanya akan dimunculkan dalam bentuk perilaku yang mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya seperti mulai mengenal dan mengkonsumsi minuman beralkohol.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ketidakharmonisan keluarga dapat menjadi penyebab remaja untuk mengkonsumsi minuman keras. Dimana semakin tinggi tingkat Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ketidakharmonisan keluarga dapat menjadi penyebab remaja untuk mengkonsumsi minuman keras. Dimana semakin tinggi tingkat

B. Hipotesis

Ada hubungan positif antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum minuman keras. Semakin tidak harmonis keluarga semakin tinggi pula perilaku remaja minum minuman keras.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan analisis statistik, adapun variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah :

• Variabel tergantung : Perilaku Minum-minuman Keras • Variabel bebas

: Ketidakharmonisan Keluarga

B. Definisi Operasional Variabel

1. Perilaku Minum-minuman Keras

Perilaku minum-minuman keras pada remaja adalah tindakan minum individu yang dapat diamati secara langsung yang meliputi pemakaian minuman keras dari tahap penggunaan coba-coba hingga ketergantungan. Hal ini diungkap melalui skala perilaku minum- minuman keras dari Christiawan Adi Nugroho (2006) yang meliputi 3 aspek yaitu : frekwensi minum, durasi atau lamanya berlangsung, dan intensitas. Semakin tinggi skor skala perilaku minum-minuman keras yang diperoleh maka semakin tinggi seseorang dalam mengkonsumsi minuman keras. Semakin rendah skor skala perilaku minum-minuman keras maka semakin rendah pula tingkat ketergantungan seseorang dalam mengkonsumsi minuman keras.

2. Ketidakharmonisan Keluarga

Ketidakharmonisan keluarga adalah keluarga yang mengalami perpecahan karena ada anggota keluarga yang mengalami perpecahan, karena ada anggota keluarga yang mengalami kegagalan memenuhi kewajibannya serta salah satu sebab atau beberapa orang anggota keluarga diliputi ketegangan, kekecewaan, merasa tidak puas dan tidak bahagia. Ketidakharmonisan keluarga diukur dari sudut pandang anak (remaja) dengan lima aspek yaitu interaksi sosial yang tidak wajar, kekecewaan, ketegangan, tindakan serta kurangnya komunikasi. Semakin tinggi skor ketidakharmonisan keluarga yang diperoleh maka semakin rendah tingkat ketidakharmonisan keluarga. Semakin rendah skor skala ketidakharmonisan keluarga maka semakin rendah pula tingkat ketidakharmonisan keluarga.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Menurut Hadi (1987, h. 220) populasi merupakan sejumlah individu yang setidaknya mempunyai cir-ciri tertentu atau sifat-sifat yang sama. Menurut Azwar (1998, h.77), populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai populasi, kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang membedakannya dari kelompok subjek lain.

Subjek pada penelitian ini adalah laki – laki dan perempuan yang tinggal di kota Semarang dengan rentang usia maksimal 21 tahun, Subjek pada penelitian ini adalah laki – laki dan perempuan yang tinggal di kota Semarang dengan rentang usia maksimal 21 tahun,

2. Teknik Pengambilan sampel

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25