lingkungan akibat suhu dan kelembaban, resiko fisik karena gesekan, dampak tekanan, distorsi, dan resiko lain seperti masuknya organisma, kontaminasi
dan pencurian Wiraatmadja, 1991. Berdasarkan hasil survey baik yang dilakukan oleh Lembaga
Penelitian Hortikultura maupun lembaga lain, pengemasan dalam distribusi produk hortikultura pada umumnya masih jauh dari sempurna, padahal
pengemasan dapat digunakan untuk mengatasi salah satu masalah yang ada pada kegiatan penanganan pasca panen yaitu untuk mempertahankan mutu
komoditas hortikultura Widjandi, 1989.
B. BAHAN KEMASAN
Bahan kemasan distribusi untuk komoditas buah-buahan dan sayuran segar yang sering digunakan di Indonesia adalah, keranjang bambu, karung, peti
karton bergelombang, dan peti kayu Poernomo, 1978.
1. Keranjang
Keranjang merupakan alat pengemas yang banyak dipakai untuk komoditas segar. Kemasan berbentuk keranjang dapat terbuat dari bambu,
daun kelapa, daun pandan dan rotan. Bentuk keranjang bambu umumnya persegi atau bulat. Kapasitas keranjang antara 40-100 kg.
Kelemahan dari keranjang bambu adalah kurang kuat, tidak mampu melindungi komoditas dari kerusakan mekanis. Tetapi kemasan keranjang
bambu mempunyai harga yang lebih murah daripada kemasan lainnya. Selain itu kelebihan keranjang bambu yaitu dapat diperbaiki dengan memberikan
unsur bahan penguat pada sisi-sisinya sehingga dalam proses penyusunan, pemuatan dan pembongkaran komoditas tidak banyak mengalami kerusakan,
dengan mempertimbangkan kapasitas muatnya Widjandi, 1989.
2. KarungKantong
Kemasan karung yang umum digunakan untuk mengemas komoditas segar hortikultura adalah karung goni, kantong kertas, karung kain, karung
plastik dan karung rajutjala. Sifat kemasan jenis ini hanya membantu sedikit dalam melindungi komoditas dari tekananpergeseran antara komoditas yang
satu dengan lainnya. Kemasan karung sering dipakai untuk pengangkutan
jarak dekat dan komoditas yang dikemas biasanya mempunyai tekstur yang tebal.
Ventilasi atau lubang-lubang pada udara pada kebanyakan karung kurang sempurna sehingga panas hasil respirasi sukar keluar dan terkumpul di
dalamnya, hal ini dapat menyebabkan kerusakan mutu komoditas yang dikemas.
Kantong-kantong jala dari plastik pada umumnya dibuat dari polietilen yang mempunyai kepadatan rendah, kuat, kedap air, tahan terhadap zat-zat
kimia dan relatif murah Hall, 1975. 3.
Peti Karton
Kemasan peti karton pada umumnya digunakan sebagai kemasan ekspor, karena harganya relatif masih mahal. Selain itu kekuatan peti karton
tidak sebaik peti kayu tetapi lebih kuat dari pada karung. Kelemahan peti karton yang lain adalah ventilasi kurang dan pada kondisi lembab kekuatannya
berkurang. Kekurangan tersebut dapat diatasi dengan pemberian lubang- lubang pada dinding kemasan yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga
kekuatan kemasan tidak berkurang. Kekuatan bahan pada kondisi lembab dapat ditambah dengan pemberian lapisan lilin Peleg, 1985.
Peti karton mempunyai bobot yang ringan sehingga akan mempermudah pembongkaran dan dinding petinya yang halus dibandingkan
peti kayu menyebabkan gesekan antara komoditas dengan dinding peti tidak berakibat buruk Widjandi, 1989.
Kemasan peti karton corrugated box dibuat dari karton bergelombang. Terdapat tiga daya tahan yang dimiliki oleh peti karton
sebagai pelindung komoditas didalamnya yaitu antara lain ketahanan jebol, daya tahan susun dan daya tahan air basah. Ketahanan jebol dan daya tahan
susun dari peti karton sangat tergantung pada kualitas bahan yang digunakan. Sedangkan daya tahan air basah bisa dilakukan dengan menambah lapisan
lilin pada permukaan peti karton, baik di bagian dalam maupun di bagian luar sesuai kebutuhan Federasi Pengemasan Indonesia, 1983.
4. Peti Kayu