Proses Penimbunan Debu pada Paru

28 Tingkat kelembaban di atas titik saturasi dan adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk gumpalan. 2.4.3.4 Debu Listrik Statik Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya penggumpalan. 2.4.3.5 Sifat Opsis Opsis adalah partikel yang basah atau lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap Depkes RI, 2003:44.

2.5 Proses Penimbunan Debu pada Paru

Proses penimbunan debu terhadap paru-paru dapat terjadi melalui proses inspirasi yang mengandung debu. Penimbunan debu tergantung dari besarnya debu, apabila debu itu berukuran diantara 5-10 µm akan ditahan oleh jalan pernapasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 µm ditahan oleh bagian tengah jalan pernapasan. Partikel yang ukurannya diantara 1-3 µm akan ditempatkan langsung kepermukaan alveoli paru-paru dan yang berukuran 0.1-1 µm tidak mudah hinggap dipermukaan alveoli, karena debu-debu ukuran demikian tidak mengendap. Debu yang partikel-partikelnya berukuran kurang dari 0.1 µm bermasa terlalu kecil, sehingga tidak hinggap dipermukaan alveoli atau selaput lendir Suma’mur 1996:126. Partikel-partikel ini oleh karena gerakan brown, ada kemungkinan membentuk permukaan alveoli dan tertimbun disana. Bila debu masuk di alveoli maka alveoli akan mengeras Fibrosis. Bila 100 mengeras akibatnya mengurangi elastisitasnya dalam menampung volµme udara, sehingga kemampuan mengikat oksigen menurun. 29 Penyebab hinggap dan tertimbunnya debu dalam paru-paru adalah sifat pengendapan dan sifat permukaan basah partikel debu yang bergerak pada saat udara membelok sehingga partikel berukuran besar menµmbuk selaput lendir dan hinggap ditempat tersebut. Proses ini dinamakan sedimentasi pada bronchioli tekanan udara sangat kurang kira-kira 1cmdetik oleh karena gerakan gravitasi bumi sehingga partikel- partikel debu tersebut akan mengendap Suma’mur P.K, 1996:127. Tertimbunnya debu di dalam paru dapat berakibat sebaga i berikut: 2.5.1 Gangguan Kenyamanan Gangguan kenyamanan terjadi jika j µmlah debu cukup banyak dan menimbulkan gangguan kapasitas vital paru yang berlanjut pada kerusakan jaringan paru. 2.5.2 Fibrosis Paru Fibrosis paru mineral dapat berwujud nodulasi dan difus fibrosis ringan berapa tidak elastisnya jaringan paru, sedangkan fibrosis paru ekstensif berupa nodulus ekstensif dan fibrosis paru yang jelas. Fibrosis pada paru dapat merangsang terjadinya peradangan atau perlukaan pada saluran pernapasan. 2.5.3 Keracunan Lokal Keracunan lokal digolongkan menjadi 4 yaitu: 1 debu penyebab fibrasi karena sifatnya yang tidak larut dalam nafas bersama0sama usara pratelin yang diendapkan; 2 debu inert yang secara fisiologi tidak berbahaya tetapi dapat mengganggu karyawan kerja; 3 debu allergen yang dapat menimbulkan alergi; 4 debu karsinogen yang dapat mengakibatkan kanker paru. 30 2.5.4 Alergi dan Reaksi Demam Pembengkakan membran dapat meningkatkan secret dihidung, nafas berat dan kapasitas menurun, sedangkan reaksi demam merupakan kompensasi tubuh terhadap proses peradangan. 31

2.6 Kerangka Teori

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DAN PEMAKAIAN MASKER SEKALI PAKAI DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA BAGIAN COMPOSTING DI PT. ZETA AGRO CORPORATION BREBES

0 21 93

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN SPINNING I BAGIAN RING FRAME PT.APAC INTI CORPORA SEMARANG 2014.

1 6 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA Hubungan Pengetahuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Bagian Weaving Di Pt Delta Merlin

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM.

0 4 15

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM.

1 5 16

PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM.

1 3 8

HUBUNGAN ANTARA PERSPESI IKLIM KESELAMATAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PT. FORMULA LAND.

0 0 6

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN KAPASITAS VITAL PAKSA PARU PADA PEKERJA GARMENT PT. VINSA Hubungan Kelelahan Kerja dengan Kapasitas Vital Paksa Paru pada Pekerja Garment PT. Vinsa Mandira Utama Sukoharjo.

0 0 13

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN KAPASITAS VITAL PAKSA PARU PADA PEKERJA GARMENT PT. VINSA Hubungan Kelelahan Kerja dengan Kapasitas Vital Paksa Paru pada Pekerja Garment PT. Vinsa Mandira Utama Sukoharjo.

0 2 22

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN SPINNING I BAGIAN RING FRAME PT.APAC INTI CORPORA SEMARANG 2014 - UDiNus Repository

0 0 4