entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik selanjutnya disebut KAP paling lama untuk 5 lima tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan
publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut. Selanjutnya peraturan tersebut direvisi dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 17PMK.012008 tentang “Jasa Akuntan Publik” yang memiliki dua perubahan sebagai berikut, pertama adalah mengenai pemberian jasa audit
umum menjadi enam tahun berturut-turut oleh kantor akuntan dan tiga tahun berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu klien yang sama pasal 3 ayat 1.
Perubahan yang kedua adalah akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada
klien yang di atas pasal 3 ayat 2 dan 3. Perubahan Kantor Akuntan Publik KAP di Indonesia seharusnya
dilakukan secara mandatory sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan yang telah disebutkan di atas. Namun, kenyatannya banyak perusahaan yang
melakukan pergantian KAP secara voluntary atau diluar PMK 17PMK.012008. Auditor switching atau pergantian KAP diluar peraturan pemerintah inilah yang
menimbulkan kecurigaan khususnya bagi para investor sehingga patut untuk diteliti faktor-faktor penyebabnya.
2.4. Auditor Switching
Bukti teoritis mengenai auditor switching didasarkan pada teori agensi. Jensen dan Meckling 1976 dalam Wijayani dan Januarti 2011 menyatakan
masalah agensi disebabkan oleh adanya konflik kepentingan dan informasi
asimetri antara principle pemegang saham dan agent manajemen. Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak
selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan agency cost. Dalam teori agensi, auditor independen berperan sebagai
penengah kedua belah pihak agent dan principle yang berbeda kepentingan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul
dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen manajer. Auditor switching merupakan pergantian KAP yang dilakukan oleh
perusahaan. Pergantian tersebut dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari klien atau auditor. Menurut Mardiyah 2002 dalam Wijayani dan Januarti 2011
dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berganti KAP adalah faktor klien client-related factors, yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal,
perubahan ownership, Initial Public Offering IPO dan faktor auditor auditor- related factors, yaitu: fee audit dan kualitas audit.
Ketika klien mengganti auditornya pada saat tidak ada aturan yang mengharuskan pergantian dilakukan secara voluntary, yang terjadi adalah salah
satu dari dua hal: auditor mengundurkan diri atau auditor dipecat oleh klien. Karena alasan pengunduran diri auditor atau pemecatan auditor, fokus yang
menjadi masalah adalah pada pihak klien yang mana menyebabkan auditor switching. Jika alasan pergantian tersebut adalah karena ketidaksepakatan atas
praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi klien akan pindah ke auditor yang dengan mereka klien akan bersepakat Febrianto, 2009 dalam Lestari, 2012.
Dari berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa auditor switching adalah suatu pergantian KAP baik secara mandatory maupun secara voluntary.
Auditor swtching secara mandatory adalah pergantian KAP yang dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur pemerintah. Sedangkan auditor switching secara
voluntary adalah pergantian KAP yang dilakukan diluar ketentuan yang diatur oleh pemerintah.
Auditor switching secara voluntary inilah yang menimbulkan kecurigaan pihak tertentu khususnya investor mengenai faktor apa saja yang menyebabkan
pergantian KAP secara sukarela ini. Dalam penelitian ini, auditor swtching secara voluntary diteliti dengan memperhatikan pergantian manajemen, kepemilikan
publik, financial distress dan ukuran KAP.
2.5. Perbankan