Pengaruh Auditor Switching, Financial Distress, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH AUDITOR SWITCHING, FINANCIAL DISTRESS, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING

CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

M. Arif Rivan Pane 110503317

PROGRAM STUDI STRATA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH AUDITOR SWITCHING, FINANCIAL DISTRESS, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING

CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh auditor switching, financial distress, dna debt default terhadap opini audit going concern. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan di internet melalui website resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 143 observsasi dari 19 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regression logistic.

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variable auditor switching tidak berpengaruh tehadap opini audit going concern, financial distress tidak berpengaruh tehadap opini audit going concern, dan debt default berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan bagi penelitian selanjutnya untuk menambah variabel penelitian terkait dengan opini audit going concern, manambah jumlah sampel penelitian dan mempertimbangkan adanya tingkat pergantian auditor.

Kata Kunci : Auditor Switching, Financial Distress, Debt Default, Opini Audit Going Concern


(3)

ABSTRACT

EFFECT OF AUDITOR SWITCHING, FINANCIAL DISTRESS, AND DEBT DEFAULT OF ACCEPTANCE OF AUDIT OPINION GOING

CONCERN IN MANUFACTURING LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study was conducted to determine the effect of auditors switching, financial distress, and debt default on the going concern audit opinion. This study used secondary data obtained from financial statements published on the internet through the official website of Indonesia Stock Exchange www.idx.co.id. The research sample is manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 2011-2013. Sampling using purposive sampling and obtained a sample of 143 observsasi of 19 companies sampled in this study. Hypothesis testing is done by using logistic regression.

From the test results indicate that the auditor switching variable do not influence going concern audit opinion, financial distress does not influence going concern audit opinion, and debt default has significant influence towards going concern audit opinion.

Based on the result of the research, the researcher suggests following research to add research variable which is related to going concern audit opinion, the sum of research sample and to consider the level of auditor switching.

Keywords : Auditor Switching, Financial Distress, Debt Default, Opini Audit Going Concern


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat- Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH AUDITOR SWITCHING, FINANCIAL DISTRESS, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”, memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi (SE) pada Program Studi Ilmu Akuntansi Universitas Sumatra Utara.

Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini peneliti telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, C.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M, Ak., selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Bapak Drs. M. Utama Nasution, M.M, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi masukan, saran-saran, arahan, bimbingan serta kasih sayang yang secara ikhlas diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi sehingga sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi. Semoga Bapak dan keluarga dalam keadaan sehat selalu.

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak., selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Sucipto, M.M., Ak., selaku dosen pembanding yang telah

memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen serta pegawai akademik di Program Studi Akuntansi Universitas Sumatra Utara.

7. Kepada orang tua penulis, H. Drs. Abdul Rachman Pane dan Anna Flora L. Tobing. Terima kasih atas segala curahan kasih sayang yang selalu diberikan melalui perhatian, motivasi, semangat, doa dan dukungan moril maupun dukungan materil yang diberikan dengan tulus dari awal hingga kini,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan skripsi ini khususnya Magic Masrum dan Gerobak Pasir, dan teman- teman angkatan 2011 lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Terimakasih banyak atas dukungan dan semangatnya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan oleh penulis.


(6)

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat- Nya kepada seluruh pihak yang telah memberikan banyak bantuan dan motivasi kepada peneliti selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini. Segala bentuk usaha dan perjuangan telah semaksimal mungkin dilakukan oleh penulis. Meskipun demikian, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis menyadari bahwa keterbatasan penulis membuat skripsi ini menjadi kurang sempurna, karena itu masih diperlukan saran maupun masukan dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, Agustus 2015

(M. Arif Rivan Pane)


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... iError! Bookmark not defined. ABSTRACT...iiError! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.v DAFTAR ISI ...viError! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Tinjauan Teoritis ... 8

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 8

2.1.2 Auditing ... 8

2.1.3 Opini Audit ... 9

2.1.4 Opini Audit Going Concern ... 10

2.1.5 Auditor Switching ... 13

2.1.6 Financial Distress ... 16

2.1.7 Debt Default ... 17

2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 18

2.3 Kerangka Konseptual ... 22

2.4 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 26

3.2.1 Variabel Dependen ... 26

3.2.2 Variabel Independen ... 27

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 29

3.4 Jenis Dan Sumber Data ... 30

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.6 Metode Analisis ... 31

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 31

3.6.2 Pengujian Data ... 31

3.6.2.1 Uji Multikolinearitas ... 32

3.6.2.2 Uji Autokorelasi ... 32

3.6.3 Pengujian Model ... 33


(8)

3.6.3.2 Menilai Kelayakan Model Regresi ... 34

3.6.3.3 Koefisien Determinasi ... 34

3.6.3.4 Matriks Klasifikasi ... 35

3.6.4 Pengujian Hipotesis ... 35

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Data Penelitian ... 37

4.2 Hasil Penelitian ... 37

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 37

4.2.2 Pengujian Data ... 39

4.2.2.1 Uji Multikolinearitas ... 39

4.2.2.2 Uji Autokorelasi ... 40

4.2.3 Analisis Model Regresi Logistik ... 41

4.2.3.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model ... 41

4.2.3.2 Menilai Kelayakan Model Regresi ... 44

4.2.3.3 Koefisien Determinasi ... 44

4.2.3.4 Matriks Klasifikasi ... 45

4.2.4 Pengujian Hipotesis ... 47

4.3 Pembahasan Hasil Analisis Penelitian ... 49

4.3.1 Pengaruh Auditor Switching terhadap Opini Audit Going Concern ... 49

4.3.2 Pengaruh Financial Distress terhadap Opini Audit Going Concern ... 50

4.3.3 Pengaruh Debt Deafaul terhadap Opini Audit Going Concern ... 51

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 52

5.3 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu 19

3.1 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel 28 3.2 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria 30

4.1 Descriptive Statistics 38

4.2 Hasil Uji Multikolineritas 40

4.3 Hasil Uji Autokorelasi 41

4.4 Likelihood Block 0 42

4.5 Likelihood Block 1 42

4.6 Hosmer dan Lemeshow Test 44

4.7 Na gerkerke R Squa re 45

4.8 Na gerkerke R Squa re 46

4.9 Case Processing Summary 47


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi Dan Sampel Perusahaan 57

2 Data Variabel Penelitian 62


(12)

ABSTRAK

PENGARUH AUDITOR SWITCHING, FINANCIAL DISTRESS, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING

CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh auditor switching, financial distress, dna debt default terhadap opini audit going concern. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan di internet melalui website resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 143 observsasi dari 19 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regression logistic.

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variable auditor switching tidak berpengaruh tehadap opini audit going concern, financial distress tidak berpengaruh tehadap opini audit going concern, dan debt default berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan bagi penelitian selanjutnya untuk menambah variabel penelitian terkait dengan opini audit going concern, manambah jumlah sampel penelitian dan mempertimbangkan adanya tingkat pergantian auditor.

Kata Kunci : Auditor Switching, Financial Distress, Debt Default, Opini Audit Going Concern


(13)

ABSTRACT

EFFECT OF AUDITOR SWITCHING, FINANCIAL DISTRESS, AND DEBT DEFAULT OF ACCEPTANCE OF AUDIT OPINION GOING

CONCERN IN MANUFACTURING LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study was conducted to determine the effect of auditors switching, financial distress, and debt default on the going concern audit opinion. This study used secondary data obtained from financial statements published on the internet through the official website of Indonesia Stock Exchange www.idx.co.id. The research sample is manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 2011-2013. Sampling using purposive sampling and obtained a sample of 143 observsasi of 19 companies sampled in this study. Hypothesis testing is done by using logistic regression.

From the test results indicate that the auditor switching variable do not influence going concern audit opinion, financial distress does not influence going concern audit opinion, and debt default has significant influence towards going concern audit opinion.

Based on the result of the research, the researcher suggests following research to add research variable which is related to going concern audit opinion, the sum of research sample and to consider the level of auditor switching.

Keywords : Auditor Switching, Financial Distress, Debt Default, Opini Audit Going Concern


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tujuan didirikannya suatu entitas atau perusahaan selain untuk memperoleh laba ada juga tujuan serta tanggung jawab besar yang harus dibebankan oleh perusahaan. Tanggung jawab besar tersebut adalah mempertahankan eksistensi usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan. Ketika perusahaan mengalami permasalahan kondisi keuangan maka kegiatan oprasional perusahaan akan terganggu dan akhirnya berdampak pada tingginya resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dimasa yang mendatang. Auditor dapat memberikan opini going concern untuk mengukur kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan harus menyiapkan laporan keuangan yang nantinya akan di audit. Setyarno et.al. (2006), menyatakan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit going concern yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya.

Secara umum, beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going concern (IAI, 2001: SA Seksi 341.3 paragraf 6) antara lain terjadinya: trend negatif, petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan perusahaan, masalah intern, dan masalah luar yang terjadi. Adapun contoh kejadian dari trend negatif adalah arus kas negatif. Contoh kejadian dari petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan perusahaan adalah


(15)

penunggakan pembayaran dividen. Contoh kejadian dari masalah intern adalah pemogokan kerja dan ketergantungan besar atas sukses projek tertentu. Contoh kejadian dari masalah luar yang terjadi adalah pengaduan gugatan utama dan keluarnya undang-undang.

Auditor bertanggungjawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (IAI 2001). Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini (audit failures) yang dibuat oleh auditor menyangkut opini going concern (Mayangsari 2003). Beberapa penyebabnya antara lain; pertama, masalah self-fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status going concern yang muncul ketika auditor khawatir bahwa opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah (Venuti 2007). Meskipun demikian, opini going concern harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah.

Masalah kedua yang menyebabkan kegagalan audit (audit failures) adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstruktur (Joanna 1994). Meskipun sudah ada panduan yang jelas mengenai pemberian opini going concern, pada kenyataannya auditor sangat susah dalam memberikan opini going concern (Koh dan Tan 1999). Mutchler et al. (1997) menemukan bukti bahwa keputusan opini going concern sebelum terjadinya kebangkrutan secara signifikan berkorelasi dengan probabilitas kebangkrutan dan variabel lag


(16)

laporan audit serta informasi berlawanan yang ekstrim (contrary information) seperti default.

Keadaan default dapat dilihat dari tidak dipenuhinya syarat-syarat perjanjian hutang atau tidak melakukan pembayaran sesuai jadwal hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki masalah dengan keuangan. Sejak pemakai laporan audit cenderung mempersalahkan auditor yang dianggap gagal mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini harusnya telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan default tinggi sekali, untuk itu diharapkan status defa ult dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan opini going concern.

Dampak yang tidak diharapkan dari opini going concern yang tidak diinginkan tersebut mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor dan menimbulkan konsekuensi negatif dalam pengeluaran opini going concern. Geiger et al (1996) menemukan bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor yang mengeluarkan opini going concern pada perusahaan financial disstress. Kondisi tersebut memungkinkan manajemen untuk berpindah ke auditor lain apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern. Fenomena seperti ini disebut opinion shopping. Manajer dapat menunda atau menghindari opini going concern dengan memberikan laporan keuangan yang yang baik untuk meyakinkan auditor atau dengan melakukan pergantian auditor (a uditor switching) dengan harapan bahwa auditor baru tidak memberikan opini going concern (Bryan et. al, 2005). Chen et al (2005) dalam penelitiannya berpendapat


(17)

bahwa perusahaan yang mengganti auditor (switching auditor) menurunkan kemungkinan mendapatkan opini audit yang tidak diinginkan, daripada perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor. Perusahaan yang berhasil dalam opinion shopping melakukan pergantian auditor dengan harapan mendapat unqua lified opinion dari auditor baru.

Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan banyak perusahaan go public menerima opini audit going concern. Pengeluaran opini audit going concern ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi, karena ketika seorang investor akan melakukan investasi ia perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan terutama yang menyangkut tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut (Santosa dan Wedari, 2007). Bahkan tidak sedikit dari auditor gagal memberikan opini going concern kepada auditee, yaitu keadaan dimana perusahaan yang tidak sehat namun menerima pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified). Kesalahan dalam memberikan opini audit akan berakibat fatal bagi para pemakai laporan keuangan tersebut. Hal ini berarti, menuntut auditor untuk lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup suatu perusahaan. Inilah alasan mengapa auditor turut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup suatu perusahaan meskipun dalam batas waktu tertentu yaitu satu tahun sejak tanggal penerbitan laporan auditor (IAI, 2001: SA Seksi 341.1 paragraf 2).

Penelitian ini merupakan pengembangan dan replikasi dari penelitian Eko dkk (2006), Arga (2007), Solikah (2007), Wahyu (2009) dan Ferima (2010). Peneliti


(18)

yang dilakukan oleh Eko dkk (2006) dengan menggunakan empat variabel independen yaitu: Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan menyatakan bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Arga (2007) dengan menggunakan lima variabel independen yaitu: Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan menyatakan bahwa hanya opini audit tahun sebelumnya yang positif berpengaruh terhadap opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Solikah (2007) dengan menggunakan tiga variabel independen yaitu: Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya menyatakan Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2009) dengan menggunakan empat variabel independen yaitu Financial Distress, Debt Default, Auditor Cha nges, Opini Audit Tahun Sebelumnya menyatakan bahwa Financial Distress, Auditor Cha nges dan Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.

Berdasarkan fenomena dan perbedaan hasil penelitian, peneliti tertarik untuk meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian opini audit going concern. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti auditor switching, fina ncia l distress, dan debt default maka peneliti mengangkat judul :


(19)

“Pengaruh Auditor Switching, Financial Distress, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah auditor switching berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah financial distress berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian serta memiliki konsistensi dengan permasalahan dan pertanyaan yang terdapat di dalam perumusan masalah, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui apakah auditor switching, financial distress, dan debt defa ult berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).”


(20)

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Peneliti, yaitu dapat digunakan menambah pengetahuan peneliti mengenai auditor switching, financial distress, dan debt default serta pengaruhnya terhadap opini audit going concern perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi Investor, yaitu dapat digunakan sebagai masukan bagi investor yang ingin berinvestasi, agar mempunyai bahan pertimbangan dalam menetapkan keputusan berinvestasi, sehingga apabila investor mengetahui perusahaan memiliki prospek bagus untuk masa yang akan datang maka investor akan menginvestasikan dananya dan mengharapkan deviden dari perusahaan yang diinvestasikannya.

3. Bagi Penelitian selanjutnya, yaitu hasil dari penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca maupun sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya dan sebagai penambah wacana keilmuan.

4. Bagi Perusahaan yaitu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan menjadi bahan referensi untuk mengetahui pengaruh auditor switching, fina ncia l distress, dan debt default terhadap penerimaan opini going concern.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori agensi, menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Hal ini dapat memicu terjadinya konflik keagenan. Untuk itu, dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal (shareholders) dengan pihak agen (manajer) dalam mengelola keuangan perusahaan Praptitorini dan Putri (2011).

2.1.2 Auditing

Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen (Arens, et al., 2008:14). Hasil kegiatan audit yang dilakukan auditor atas laporan keuangan suatu perusahaan akan menyatakan suatu opini yang sesuai dengan


(22)

keadaaan perusahaan yang sebenarnya. Opini ini akan dipublikasikan kepada masyarakat sehingga para investor dapat membuat keputusan investasi. 2.1.3 Opini Audit

Lapoan audit penting sekali dalam menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang telah dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Paragraf terakhir dalam laporan audit menyajikan kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Bagian ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan laporan audit, sehingga sering kali seluruh laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat auditor (opini audit).

Dalam SA Seksi 508 Paragraf 10 terdapat 5 tipe opini auditor, yaitu (IAPI, 2011):

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Pendapat ini diberikan bila laporan keuangan disajikan secara wajar dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku (unqualified opinion with expla na tory la ngua ge).

Pendapat ini diberikan bila pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain, laporan keuangan menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum, auditor menyangsikan kelangsungan usaha perusahaan, terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi, data keuangan kuartalan tertentu yang


(23)

diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak di-review, auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit tambahan diharuskan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia yang berkaitan dengan informasi tersebut.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Pendapat ini diberikan bila tidak ada bukti yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit, auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari standar akuntansi keuangan di Indonesia.

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Pendapat ini diberikan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)

Auditor tidak dapat menyatakan suatu pendapat bila tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

2.1.4 Opini Audit Going Concern

Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI,2001:SA Seksi 341). Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut


(24)

melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan dating.

Secara umum, contoh kondisi dan peristiwa jika di pertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam waktu yang pantas adalah sebagai berikut (IAI, 2001: SA Seksi 341.3 paragraf 6): 1) Trend negatif, sebagai contoh kerugian operasi yang berulang kali terjadi,

kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio keuangan penting yang jelek.

2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.

3) Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.

4) Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang – undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan


(25)

membahayakan kemampuan perrusahaan untuk beroperasi, kehilangan fra nchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.

IAI(2001) dalam SA Seksi 341.2 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:

1) Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan manunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.

2) Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, auditor harus:

a) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

b) Menetapkan kemungkian bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.


(26)

3) Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.

2.1.5 Auditor Switching

Auditor switching merupakan perpindahan auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Dalam perkembangnya muncul banyak permasalahan yang mendorong perusahaan untuk menganti auditor.

Beberapa literatur akuntansi menuliskan faktor-faktor yang mendorong perusahaan untuk menganti auditor, antara lain: adanya perubahan manajemen, adanya keinginan perusahaan supaya laporan keuangannya dapat lebih dipercaya, audit fee dan hubungan kerja yang baik (didefinisikan sebagai respon KAP terhadap kebutuhan klien, ketidakpuasan atas opini auditor dan perubahan akuntansi yang digunakan manajemen (Setyorini dan Ardiati, 2006).

Mustarno (2004) meneliti dorongan yang menyebabkan perusahaan tidak sehat mengganti auditornya:

a. Perselisihan pelaporan dan pendapat wajar dengan pengecualian.

Perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan membuat lebih banyak perubahan akuntansi yang menaikkan penghasilan atau laba yang berasal dari kepentingan manajemen. Manajemen mungkin berusaha untuk menahan penyebaran informasi keuangan keuangan atau mencoba memilih metode akuntansi yang hanya sementara menutupi keadaan perusahaan


(27)

sebenarnya. Auditor mungkin tidak sependapat mendukung manajemen, sehingga auditor mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian. Ancaman tersebut dapat menekan hubungan auditor dan klien, dan akhirnya klien berusaha mencari auditor baru yang lebih kooperatif.

b. Pergantian manajemen.

Pergantian manajemen dapat menghancurkan hubungan antara auditor dengan manajer baru, manajemen yang baru mungkin merasa tidak puas dengan kualitas jasa yang disediakan auditor terdahulu juga biaya auditnya. Manajemen baru mungkin tidak senang dengan kebijakan manajemen terdahulu dan auditor lama yang sejalan dengan kebijakan tersebut.

c. Permintaan akan jaminan.

Perusahaan yang tidak sehat mempertimbangkan pergantian dari Kantor Akuntan Publik (KAP) kecil ke besar guna menyediakan jaminan yang lebih besar pada investor dan kreditur. Selain itu KAP besar menyediakan jaminan tambahan untuk melawan klaim atas terjadinya kerugian keuangan akibat kegagalan perusahaan.

d. Kesulitan keuangan.

Perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan cenderung untuk memiliki kecondongan untuk melakukan pergantian auditor daripada perusahaan yang lebih sehat.

Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak sesuai dengan harapan perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP


(28)

yang mungkin dapat memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Manajemen akan memberhentikan auditornya sebagai suatu bentuk hukuman atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih mudah diatur/morepliable. Chow dan Rice (1982) mendapatkan bukti empiris bahwa perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan keuangannya. Hasil ini diperkuat dengan penelitian yang dialakukan oleh Praptitorini dan Januarti (2007) yang menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia cenderung tidak menerima opini going concern ketika mempertahankan auditornya. Krisnan dalam Mustarno (2004) yang meniliti hubungan antara opini audit dan pergantian auditor yang difokuskan pada proses formulasi opini auditor untuk klien yang melakukan pergantian dan yang tidak melakukan pergantian pada satu tahun sebelum pergantian. Hasilnya menunjukkan bahwa pergantian auditor lebih dipercepat dengan perlakuan yang konservatif dari pada dikeluarkannya opini ”qualified”, jadi pergantian lebih tinggi kketika opini ”qualified” didasarkan aplikasi standar yang konservatif. Perlakuan konservatif yang dilakukan ”switchers” dan ”non switchers” mempertimbangkan bahwa klien berusaha membeli opini yang lebih baik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa opini tidak menjadi lebih baik setelah pergantian sehingga ”opinion shoopping” gagal.

Alasan lain yang mendorong suatu perusahaan harus melakukan pergantian auditor adalah keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep 20/PM/2002 yang telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Keuangan


(29)

No. 17/PMK.01/2008 membatasi penugasan audit paling lama 6 tahun berturut-turut untuk KAP dan 3 tahun berturut-turut untuk seorang akuntan.

2.1.6 Financial Distress

Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan kenyataannya.Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan indikator masalah going concern (Purba 2011). Kondisi ini digambarkan dari rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi apakah perusahaan dalam kondisi baik (sehat) atau dalam kondisi buruk (sakit). Perusahaan yang baik (sehat) mempunyai profitabilitas yang besar dan cenderung memiliki laporan keuangan yang sewajarnya sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar dibandingkan dengan jika profitabilitasnya rendah (Purba, 2011). Kondisi keuangan perusahaan dalam hal ini diukur dari tingkat likuiditas.Likuiditas diukur dengan perbandingan antara aset lancar dibagi dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang memiliki likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan current ra tio (kas terhadap kewajiban lancar).

Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besaraktiva kepada pihak luar


(30)

melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain. Menurut Sartono (1997) dalam puba (2011), analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang financial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa mendatang.

Dengan analisis keuangan ini dapat diketahui ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio tersebut memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup memadai untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai.

2.1.7 Debt Default

Salah satu ciri yang berlawanan dengan asumsi going concern adalah ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo (IAI, 2001 : SA Seksi 341 paragraf 01). Tamba (2009) mendefenisikan debt defa ult sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar pokok hutang dan bunganya pada waktu jatuh tempo.

Indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau default (Ramadhany, 2004). SA Seksi 341 paragraf 01 menyatakan bahwa default utang dan retrukturisasi utang sebagai indikator potensial dalam hubungannya dengan dikeluarkannya opini going concern.


(31)

Ketika suatu perusahaan memiliki hutang dalam jumlah yang sangat besar maka akan banyak dibutuhkan aliran kas untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal ini dapat mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutang-hutangnya ini maka kreditor akan memberikan status default.

Manfaat status default sebelumnya telah diteliti oleh Tamba (2009) menemukan hubungan yang kuat antara status default dengan opini going concern. Semenjak auditor lebih sering disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan defa ult, tinggi sekali, karenanya diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan opini going concern.

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Setyano dkk (2006) dengan judul penelitian “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern. Arga (2007) dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Solikah (2007) dengan judul penelitian “Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going ConcerN“, Ferima (2010) dengan judul penelitian “Pengaruh Corpora te Governa nce Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”,


(32)

Wahyu dkk (2009) dengan judul penelitian “ Pengaruh Fina ncia l Distress, Debt Defa ult, Auditor Changes Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terdaftar Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Property And Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Rangkuman Tinjauan penelitian terdahulu ini tercantum pada tabel 2.1.

Tabel. 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti

(Tahun)

Judul Analisis Penelitian

Variabel Hasil 1 Setyarno

dkk (2006) Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan , Opini Audit Tahun Sebelumny a, Pertumbuh an Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Regresi Logistik Independen: − Kualitas Audit − Kondisi Keuangan Perusahaan − Opini Audit Tahun Sebelumnya −Pertumbuha n Perusahaan Dependen: Opini Audit Going Concern

− Variabel kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. − variabel kualitas audit dan pertumbuha n perusahaan tidak menunjukka n pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern


(33)

No Peneliti (Tahun)

Judul Analisis Penelitian

Variabel Hasil 2 Arga

(2007) Analisis Faktor Faktor Yang Mempenga ruhi Kecenderu ngan Penerimaan Opini Audit Going Concern Regresi Logistik Independen: − Kualitas Audit − Kondisi Keuangan Perusahaan − Opini Audit Tahun Sebelumnya −

Pertumbuhan Perusahaan − Ukuran perusahaan Dependen: Opini Audit Going Concern

− Kualitas audit, Kondisi keuangan, Pertumbuha n perusahaan dan Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecenderun gan penerimaan opini audit going concern − Opini audit tahun sebelumnya ber-pengaruh positif terhadap kecenderun gan pene- rimaan opini audit going concern 3 Solikah

(2007) Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan , Pertumbuh an Perusahaan ,

Dan Opini Audit Regresi Logistik Independen: - Kondisi Keuangan Perusahaan −Pertumbuha n Perusahaan − Opini Audit Tahun Sebelumnya Dependen: −kondisi keuangan perusahaan ,opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going


(34)

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Tahun Sebelumny a Terhadap Opini Audit Going Concern Analisis Penelitian Variabel Opini Audit Going Concern Hasil concern −pertumbuh an perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern 4 Ferima

(2010)

Pengaruh Corporate Governanc e Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Regresi Logistik Independen: corporate governance Opini audit merupakan opini going concern dan non going concern Dependen: Opini Audit Going Concern semakin besar kepemilikan manajerial maka perusahaan cenderung tidak menerima opini going concern. Sementara, konsentrasi kepemilikan , keberadaan kepemilikan keluarga, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.


(35)

No Peneliti (Tahun)

Judul Analisis Penelitian

Variabel Hasil

5 Wahyu dkk (2009) Pengaruh Financial Distress, Debt Default, Auditor Changes Dan Opini Audit Tahun Sebelumny a Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Property And Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Regresi Logistik Independen: Financial Distress Debt Default Auditor Changes Opini Audit Tahun Sebelumnya Dependen: Opini Audit Going Concern variabel auditor changes, financial distress yang diproksikan dengan Z-Score Altman (1968) tidak berpengaruh tehadap opini audit going concern debt default, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern

2.3Kerangka Konseptual

Penelitian ini, dilakukan guna menguji pengaruh auditor switching, financial distress, dan debt default terhadap opini audit going concern pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Variabel independen yang digunakan adalah a uditor switching, financial distress, dan debt default . Variabel dependen yang digunakan adalah opini audit going concern.


(36)

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut ini: Variabel Independen Variabel Dependen

H1

H2

H3

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Penelitian terdahulu yang dilakukan Damayanti dan Sudarma (2008) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah kantor akuntan publik menemukan hasil bahwa fee audit dan ukuran KAP mempunyai pengaruh terhadap auditor switching sedangkan pergantian manajemen, opini akuntan, kesulitan keuangan perusahaan dan prosentase perubahan ROA tidak berpengaruh terhadap auditor switching.

Mardiyah (2002) mengemukakan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengapa perusahaaan berpindah KAP adalah factor klien, yaitu kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public offering (IPO) dan faktor auditor, yaitu fee audit dan kualitas audit. Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak sesuai dengan harapan perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP yang mungkin dapat memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Manajemen akan

Auditor Switching (X1)

Fina ncia l Distress (X2)

Debt Defa ult (X3)

Opini Audit Going Concern (Y)


(37)

memberhentikan auditornya sebagai suatu bentuk hukuman atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih mudah diatur/more pliable (Carcello dan Neal dalam Damayanti dan Sudarma, 2008). Chow dan Rice (1982) mendapatkan bukti empiris bahwa perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan keuangannya.

Kondisi keuangan suatu perusahaan menunjukkan tingkat kesehatan perusahaan dalam periode tersebut. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan indikator masalah going concern (Ramadhany, 2004). Ketika kondisi keuangan suatu perusahaan menurun maka pemberian opini going concern oleh auditor semakin tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan sulit untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa semakin baik kondisi keuangan perusahaan semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern, karena auditor hanya akan memeberikan opini ini jika perusahaan dikatakan bangkrut atau sulit melanjutkan kelangsungan hidup usahanya.

Ketika suatu perusahaan memiliki hutang dalam jumlah yang sangat besar maka akan banyak dibutuhkan aliran kas untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal ini dapat mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutang-hutangnya ini maka kreditor akan memberikan status default. Messier et. al. (2005) menyatakan bahwa indikasi kebangkrutan dapat dilihat dari situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang akan mengakibatkan perusahaan


(38)

mengalami arus kas negatif, gagal bayar (default) pada perjanjian hutang, dan akhirnya mengarah kepada kebangkrutan sehingga going concern perusahaan tersebut diragukan. Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan opini going concern.

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2008:49) ”Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris” hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Dari kerangka konseptual dan tinjauan teoritis tersebut, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1 H1 : Auditor switching berpengaruh terhadap opini audit going concern.

2 H2 : Financial Distress berpengaruh terhadap pemberian opini audit going

concern


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode assosiatif kausal yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui atau membuktikan hubungan sebab dan akibat atau hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel yang diteliti.

3.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel 3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor dikarenakan adanya keraguan mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Opini dengan modifikasi going concern terdiri dari opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas going concern (unqualified opinion with explanatory la nguage), opini wajar dengan pengecualian mengenai going concern (going concern qua lified opinion), dan opini tidak memberikan pendapat mengenai going concern (going concern disclaimer opinion). Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana perusahaan yang mendapat opini going concern mendapat kode 1 dan perusahaan yang tidak mendapat opini going concern mendapat kode 0.


(40)

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah a uditor changes, fina ncia l distress dan debt default.

1. Auditor Switching

Merupakan perpindahan KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien. Kadir dalam Damayanti dan Sudarma (2008) mengemukakan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengapa perusahaaan berpindah KAP yaitu perspektif auditor dan perspektif perusahaan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan berpindah KAP adalah opini audit.

Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, 1 untuk perusahaan jika dalam periode penelitian melakukan pergantian auditor dan 0 untuk perusahaan jika dalam periode penelitian tidak melakukan pergantian auditor.

2. Financial Distress

Kondisi keuangan merupakan tingkat kesehatan perusahaan yang sebenarnya (Ramadhany, 2004). Kondisi keuangan perusahaan dapat diukur dengan menggunakan tingkat liquiditas (current ratio) dari suatu perusahaan.

3. Debt Default

Debt default adalah kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo


(41)

(Chen dan Church, dalam Ramadhany, 2004). Status debt default biasanya terdapat pada Catatan Atas Laporan Keuangan pada pos hutang ataupun dalam opini audit. Debt default diukur dengan variabel dummy dimana 1 untuk perusahaan dalam status debt default dan 0 untuk perusahaan yang tidak dalam status debt default.

Tabel 3.1

Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Variabel Variabel

Penelitian

Defenisi

Operasional Pengukuran Skala Dependen Opini Going

Concern

Opini yang dikeluar kan oleh auditor dikarenakan adanya keraguan mengenai kemampuan

perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup nya.

1 jika opini audit going concern, 0 jika opini audit non going concern.

Nominal

Independen Auditor Switching

Perpindahan

auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien

1 untuk

perusahaan jika dalam periode penelitian melakukan pergantian auditor dan 0 untuk

perusahaan jika dalam periode penelitian tidak melakukan pergantian auditor.

Nominal

Fina ncia l Distress

Tingkat kesehatan perusahaan yang dapat dinilai melalui laporan keuangan

perusahaan.

Tingkat liquiditas

(current ratio) dari suatu perusahaan Current Ra tio


(42)

Variabel Variabel Penelitian

Defenisi

Operasional Pengukuran Skala Debt Defa ult Kegagalan

perusahaan untuk membayar pokok utang beserta bunganya pada saat jatuh tempo

1 untuk perusahaan dalam status debt defa ult dan 0 untuk perusahaan yang tidak dalam status debt defa ult.

Nominal

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi adalah suatu himpunan unit (biasanya orang, obyek, transaksi atau kejadian) di mana kita tertarik untuk mempelajarinya (Kuncoro, 2003). Populasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan penelitian yang diambil yaitu periode 2012-20134. Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2003). Pada penelitian ini terdapat populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan terdapat sampel perusahaan yang sesuai dengan kriteria penelitian yang dapat dilihat di lampiran. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu (Erlina, 2011:87).

Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.

2. Perusahaan yang tidak keluar dari BEI selama periode pengamatan (2011- 2013).


(43)

3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama tahun 2011-2013.

4. Mengalami kerugian selama periode pengamatan (2011-2013).

Berdasarkan kriteria tersebut, proses seleksi sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

NO KRITERIA JUMLAH AKUMULASI

1 Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013.

143 2 Perusahaan yang tidak keluar dari BEI

selama periode pengamatan (2011-2013)

(18) 125

3 Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama tahun 2011-2013

(95) 30

4 Mengalami kerugian selama periode pengamatan (2011-2013)

(11) 19

Jumlah Sampel selama periode penelitian (2011-2013)

57

3.4Jenis Dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif yakni data yang berupa angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder berupa data laporan keuangan dari perusahaan manufaktur yang menjadi sampel. Data diambil dalam pengamatan antara tahun 2011-2013. Data bersumber pada Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode pengamatan yang dibutuhkan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan sumber data yang diperlukan yaitu data sekunder dan teknik sampling yang digunakan, maka metode pengumpulan data dalam penelitian ini


(44)

adalah dengan metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari catatan-catatan atau dokumen-dokumen perusahaan sesuai dengan data yang diperlukan melalui laporan keuangan masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui situs www.idx.co.id. Data yang diperoleh kemudian diolah kembali dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian ini.

3.6 Metode Analisis

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Uji statistik digunakan untuk mendekripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat yang digunakan adalah rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar deviasi yang bertujuan mengetahui distribusi data yang menjadi sampel penelitian.

3.6.2 Pengujian Data

Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik sedangkan pengujian model dan pengujian hipotesis menggunakan regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variable bebasnya (Ghozali, 2012:333). Pada regresi logistik tidak menggunakan uji normalitas dan heteroskedastisitas karena variabel bebasnya tidak harus memiliki distribusi normal dan tidak harus memiliki varian yang sama (Kuncoro, 2001:217).


(45)

3.6.2.1 Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen (Ghozali, 2012:105). Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut (Ghozali, 2012:106):

a. Jika nilai tolerance ≥ 10 persen dan nilai VIF ≤ 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variable independen dalam model regresi.

b. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan nilai VIF ≥ 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3.6.2.2 Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2012:110). Untuk mendeteteksi ada tidaknya gejala autokorelasi, maka uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Runs Test. Bila hasil output SPSS menunjukkan probabilitas signifikansi dibawah


(46)

0,05 maka disimpulkan terdapat gejala autokorelasi pada model regresi tersebut (Ghozali, 2012:121).

3.6.3 Pengujian Model

3.6.3.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:

H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data

Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Agar model fit dengan data maka H0 diterima dan Ha ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likehood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Dengan alpha (α) 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut (Ghozali, 2012:341):

a. Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model fit dengan data.

b. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data.

Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai -2LogL akhir menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. (Ghozali, 2012:341).


(47)

3.6.3.2 Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dapat diuji dengan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Model ini bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antaramodel dengan data sehingga model dapat dikatakan fit).

Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah: H0: Tidak ada perbedaan model dengan data

Ha: Ada perbedaan model dengan data

Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka H0 ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness Fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2012:341).

3.6.3.3 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar variabilitas variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkarke R Square. Nilai Koefisien determinasi


(48)

dapat diinterprestasikan seperti nilai R Square pada multiple regression. Bila nilai Nagelkarke R Square kecil berarti kemampuan variable independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.

Sedangkan jika Nagelkarke R Square mendekati 1 berarti variable independen dapat memberikan hampir semua informasi yang diperlukan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2012:341). 3.6.3.4 Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat dilihat pada Classification Table (Ghozali, 2012:342).

3.6.4 Pengujian Hipotesis

Regresi logistik tidak menggunakan pengujian hipotesis secara simultan karena regresi logistik menggunakan basis maximum likelihood dimana regresi logistik tidak memenuhi seluruh uji asumsi klasik

Regresi logistik adalah bentuk khusus analisis regresi dengan variabel dependen berskala nominal dan variabel independennya merupakan kombinasi antara metrik dan nominal. Regresi logistik ini digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independennya. Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas pada variabel independennya (Ghozali, 2006). Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan heteroskedasitas, artinya


(49)

variabel dependen tidak memerlukan homoskedasitas untuk masing-masing variabel independennya.

Pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi dari tiap variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antarvariabel. Pengujian dengan model regresi logistik digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95 % atau taraf signifikasi 5% (α = 0,05). Model regresi logistic yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitin ini adalah:

Y= α +β1X1+ β2X2+ β3X3 +e Y = Opini Audit Going Concern

α = Konstanta

β1β2β3 = Koefisien regresi variabel independen X1 = Auditor Switching

X2 = Financial Distress X3 = Debt Default e = Error


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini perusahaan manufaktur yang terdaftar selama tahun 2011-2013 yaitu sebanyak 143 perusahaan. Teknik pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling sehingga dari 143 perusahaan yang terdaftar hanya 19 perusahaan yang memenuhi semua kriteria penelitian untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini dengan tahun pengamatan selama periode 2011-2013.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan microsoft excel, lalu dilakukan pengujian asumsi klasik, pengujian model, dan pengujian regresi logistik dengan menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution). Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output sesuai dengan metode analisis data yang telah ditentukan.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2006:19) statisti deskriptif memberikan gambaran atau deksripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata(mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness


(51)

(kemencengan distribusi). Untuk melihat data statistik secara umum, peneliti menggunakan descriptive untuk variabel yang diukur dengan skala rasio dan frequency untuk variabel yang diukur dalam skala nominal. Statistik deskriptif dari data penelitian ini ditunjukkan pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Auditor_Switching 57 .00 1.00 .3220 .47127

Financial_Distress 57 49.00 114924.00 8260.9322 17413.92233

Debt_Default 57 .00 1.00 .3729 .48772

Opini_Going_Concern 57 .00 1.00 .1864 .39280

Valid N (listwise) 57

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dijelaskan penggambaran tentang data yang digunakan dalam penelitian ini :

1. N merupakan data yang valid yakni sebanyak 57 (19 dikali 3)

2. Auditor Switching, memiliki nilai minimum 0.00 dan nilai maksimum yaitu 1,00, dengan nilai rata-rata yaitu 0,3220. Standard Deviation variabel ini adalah 0,47127. menunjukkan bahwa data yang digunakan yang dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.

3. Financial Distress, ,memiliki nilai minimum 49,00 dan nilai maksimum yaitu 114924,00, dengan nilai rata-rata yaitu 8260,9322. Sta nda rd Devia tion variabel ini adalah 17413.92233 menunjukkan bahwa data yang digunakan yang dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.


(52)

4. Debt Default, ,memiliki nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum yaitu 1,00, dengan nilai rata-rata yaitu 0,3729. Standard Deviation variabel ini adalah 0,48772 menunjukkan bahwa data yang digunakan yang dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.

5. Opini Going Concern, memiliki nilai minimum 00,00 dan nilai maksimum yaitu 1,00, dengan nilai rata-rata yaitu 0,1864. Standard Devia tion variabel ini adalah 0,39280 menunjukkan bahwa data yang digunakan yang dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.

4.2.2 Pengujian Data

4.2.2.1 Uji Multikoliniearitas

Menurut Ghozali (2006:91) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai Tolerance, apabila nilai VIF > 10 dan nilai Tolerance < 0,1, maka terjadi multikolinearitas dan apabila VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,1, maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikoliniearitas dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.2


(53)

Tabel 4.2

Hasil Uji Multikolineritas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

Auditor_Switching .981 1.020

Financial_Distress .941 1.063

Debt_Default .946 1.057

a. Dependent Variabel: Opini_going_Concern

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tidak ada gejala multikolinearitas antar variabel independen dalam penelitian ini. Pada tabel ini dapat dilihat bahwa tidak ada nilai tolerance yang kurang dari 0,10 dan tidak ada nilai VIF yang lebih besar dari 10. Variabel Auditor Switching memiliki nilai tolerance 0.981 dan VIF sebesar 1,020. Variabel Financial Distress memiliki nilai tolerance 0,941 dan nilai VIF 1,063. Variabel Debt Default memiliki nilai tolerance 0,946 dan nilai VIF 1,057.

4.2.2.2 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2006:95) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tahun berjalan dengan periode sebelumnya. Uji yang digunakan untuk melihat autokorelasi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan run test. Run test dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual (kesalahan pengganggu) terdapat korelasi yang tinggi. Bila hasil output SPSS menunjukkan probabilitas signifikansi di bawah 0.05 maka disimpulkan terdapat gejala autokorelasi pada model regresi tersebut. Namun jika probabilitas


(54)

signifikansi di atas 0.05 maka disimpulkan model regresi tidak memiliki gejala autokorelasi dan residualnya adalah acak. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3

Hasil Uji Autokorelasi Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.01673

Cases < Test Value 29

Cases >= Test Value 30

Total Cases 59

Number of Runs 31

Z .134

Asymp. Sig. (2-tailed) .894

a. Median

Dari tabel 4.3 (Runs Test) dapat dilihat nilai tes (Test Value) sebesar -0,01673 dengan Asymptotic Significance dua sisi sebesar 0,894 atau probabilitas diatas 0,05. Hal ini berarti tidak terjadi autokorelasi pada model regresi dan residualnya random (acak). 4.2.3 Analisis Model Regresi Logistik

4.2.3.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model

Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesakan telah fit atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan hipotesis :

H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data


(55)

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara - 2Log Likelihood pada awal (block number = 0) dengan nilai -2Log Likelihood pada akhir (block number = 1) dan menghitung selisih antara kedua nilai tersebut. Nilai -2 Log Likelihood awal pada block number = 0, ditunjukkan melalui Tabel 4.4

Tabel 4.4 Likelihood Block 0

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood Coefficients Constant

Step 0

1 57.210 -1.254

2 56.762 -1.460

3 56.760 -1.473

4 56.760 -1.473

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 56.760

c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Nilai -2LogL akhir pada block number = 1, ditunjukkan melalui Tabel 4.5

Tabel 4.5 Likelihood Block 1

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant Auditor_Switchi

ng

Financial_Distre ss

Debt_Default

Step 1

1 30.280 .667 1.333 2.000 -2.000

2 28.166 .966 2.169 3.199 -3.199

3 25.851 1.136 3.043 4.307 -4.307

4 24.675 1.223 3.971 5.363 -5.363

5 24.248 1.262 4.937 6.389 -6.389


(56)

7 23.033 1.284 6.918 8.403 -8.403

8 23.012 1.287 7.916 9.405 -9.405

9 22.005 1.287 8.915 10.405 -10.405

10 21.002 1.288 9.915 11.406 -11.406

11 21.001 1.288 10.915 12.406 -12.406

12 20.000 1.288 11.915 13.406 -13.406

13 19.080 1.288 12.915 14.406 -14.406

14 18.070 1.288 13.915 15.406 -15.406

15 17.040 1.288 14.915 16.406 -16.406

16 16.080 1.288 15.915 17.406 -17.406

17 14.040 1.288 16.915 18.406 -18.406

18 13.090 1.288 17.915 19.406 -19.406

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 56.760

d. Estimation terminated at iteration number 18 because parameter estimates changed by less than ,001.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa -2LogL awal pada block number = 0, yaitu model hanya memasukkan konstanta yang dapat dilihat pada step 1 memperoleh nilai sebesar 56.760. Kemudian pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa setelah masuknya variabel independen pada model nilai -2LogL akhir pada step 18 menunjukkan nilai 13.090.

Selisih antara nilai -2LogL awal dengan nilai -2LogL akhir adalah sebesar 43.670 (56.760-13.090). Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai -2LogL akhir menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.


(57)

4.2.3.2 Menilai Kelayakan Model Regresi

Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test yang diukur dengan nilai Chi-Square. Probabilitas signifikansi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah:

Ho : Tidak ada perbedaan antara model dengan data

Ha : Ada perbedaan antara model dengan data

Tabel 4.6

Hosmer dan Lemeshow Test Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .000 3 1.000

Tabel 4.6 menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow. Hasil pengujian statistik menunjukkan probabilitas signifikan sebesar 1.000. Nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari α (tingkat signifikansi) 0,05. Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati, atau dapat dikatakan model mampu memprediksi nilai observasinya.

4.2.3.3 Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2006:83) koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam


(58)

menerangkan variasi variabel independen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Tabel Nagelkerke R Square dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Nagerkerke R Square

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 13.090a .425 .567

a. Estimation terminated at iteration number 18 because parameter estimates changed by less than ,001.

Tabel di atas menunjukkan nilai Nagelkerke R Square. Dilihat dari hasil output pengolahan data, nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,567 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 56,7%, sisanya sebesar 43,3% (100% - 56,7%) dijelaskan variabilitas variabel-variabel lain di luar model penelitian.

4.2.3.4 Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee. Matriks klasifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.8


(59)

Tabel 4.8 Nagerkerke R Square

Classification Tablea

Observed Predicted

Opini_Going_Concern Percentage Correct

0 1

Step 1

Opini_Going_Concern 0 38 5 88.4

1 3 11 78.6

Overall Percentage 86.0

a. The cut value is .500

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa menurut prediksi, yang menerima opini audit going concern adalah 14, sedangkan observasi sesungguhnya menunjukkan bahwa auditee yang menerima opini audit going concern adalah 11. Jadi ketepatan model ini adalah 11/14 atau 78.6%. Kemudian menurut prediksi, auditee yang tidak menerima opini non going concern adalah 43, sedangkan observasi sesungguhnya menunjukkan bahwa auditee yang menerima opini audit non going concern adalah 38. Jadi, ketepatan model ini adalah 38/43 atau 88.4%. Ketepatan prediksi keseluruhan model ini adalah 86%.


(1)

Lampiran 2

DATA VARIABEL PENELITIAN

No

Perusahaan

Tahun

X1

X2

X3

Y

Auditor

Switching

Financial

Distress

Debt

Default

Opini

Audit

Going

Concern

1

KRAS

2011

0

146,41

0

0

2012

0

112,47

0

0

2013

1

96,23

0

0

2

NIKL

2011

0

151,57

0

0

2012

1

120,81

0

0

2013

0

118,64

0

0

3

BRPT

2011

0

1,99

0

0

2012

1

1,53

0

0

2013

0

1,35

0

0

4

INCI

2011

0

11,2

0

0

2012

0

7,7

0

0

2013

0

13,9

0

0

5

SOBI

2011

1

116,13

0

0

2012

0

114,72

0

0

2013

0

165,92

0

0

6

TPIA

2011

0

1,76

0

0

2012

1

1,43

0

0

2013

0

1,31

0

0

7

TIRT

2011

0

144,5

0

0

2012

1

119,4

0

0

2013

0

98

0

0

8

SIAP

2011

0

207,97

0

0

2012

0

131,83

0

0

2013

1

99,66

0

0

9

INRU

2011

0

117

0

0

2012

0

73

0

0

2013

1

64

0

0

10

MYTX

2011

1

46,46

1

1

2012

0

50,38

1

1

2013

0

47,99

1

1

11

ARGO

2011

0

1,04

1

1

2012

0

0,79

1

1

2013

1

0,67

1

1

12

CNTX

2011

0

1,06

0

0

2012

1

1,01

0

0


(2)

No

Perusahaan

Tahun

Auditor

Switching

Financial

Distress

Debt

Default

Opini

Audit

Going

Concern

13

ERTX

2011

0

0,99

0

0

2012

1

1,04

0

0

2013

0

1,01

0

0

14

ESTI

2011

0

118,7

0

0

2012

1

99,9

0

0

2013

0

86,3

0

0

15

PBRX

2011

1

143,98

0

0

2012

1

127,89

0

0

2013

0

333,79

0

0

16

SSTM

2011

0

1,83

0

0

2012

0

172,07

1

1

2013

1

131,43

1

1

17

JECC

2011

0

111

0

0

2012

0

118

0

0

2013

1

98

0

0

18

PTSN

2011

0

1,24

0

0

2012

1

1,37

0

0

2013

0

1,69

0

0

19

RMBA

2011

0

111,96

0

0

2012

1

164,27

0

0

2013

0

117,87

0

0

Sumber : Data diolah 2015

Keterangan :

(X1)

Pergantian Auditor

= Variabel Auditor Switching

(X2)

Current Ra tio

= Variabel Financial Distress

(X3)

Tunggak an Hutang

= Variabel Debt Default

(Y)

Opini Going Concern

= Variabel Opini Going Concern

*Auditor Switcing = 1 jika dalam periode penelitian melakukan pergantian auditor

dan 0 jika dalam periode penelitian tidak melakukan pergantian auditor.

*Debt Defa ult =

1 untuk perusahaan dalam status debt default dan 0 untuk

perusahaan yang tidak dalam status debt default.

*Opini Going Concern = 1 jika opini audit going concern, 0 jika opini audit non

going concern.


(3)

Lampiran 3

OUTPUT SPSS

Descriptive

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Auditor_Switching 57 .00 1.00 .3220 .47127

Financial_Distress 57 49.00 114924.00 8260.9322 17413.92233

Debt_Default 57 .00 1.00 .3729 .48772

Opini_Going_Concern 57 .00 1.00 .1864 .39280

Valid N (listwise) 57

Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

Auditor_Switching .981 1.020

Financial_Distress .941 1.063

Debt_Default .946 1.057

Runs Test

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.01673

Cases < Test Value 29

Cases >= Test Value 30

Total Cases 59

Number of Runs 31

Z .134

Asymp. Sig. (2-tailed) .894


(4)

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant

Step 0

1 57.210 -1.254

2 56.762 -1.460

3 56.760 -1.473

4 56.760 -1.473

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 56.760

c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Likelihood Block 1

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log

likelihood

Coefficients Constant Auditor_Switchi

ng

Financial_Distre ss

Debt_Default

Step 1

1 30.280 .667 1.333 2.000 -2.000

2 28.166 .966 2.169 3.199 -3.199

3 25.851 1.136 3.043 4.307 -4.307

4 24.675 1.223 3.971 5.363 -5.363

5 24.248 1.262 4.937 6.389 -6.389

6 24.091 1.278 5.923 7.399 -7.399

7 23.033 1.284 6.918 8.403 -8.403

8 23.012 1.287 7.916 9.405 -9.405

9 22.005 1.287 8.915 10.405 -10.405

10 21.002 1.288 9.915 11.406 -11.406

11 21.001 1.288 10.915 12.406 -12.406

12 20.000 1.288 11.915 13.406 -13.406

13 19.080 1.288 12.915 14.406 -14.406

14 18.070 1.288 13.915 15.406 -15.406

15 17.040 1.288 14.915 16.406 -16.406


(5)

17 14.040 1.288 16.915 18.406 -18.406

18 13.090 1.288 17.915 19.406 -19.406

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 56.760

d. Estimation terminated at iteration number 18 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .000 3 1.000

Nagerkerke R Square

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 13.090a .425 .567

a. Estimation terminated at iteration number 18 because parameter estimates changed by less than ,001.

Nagerkerke R Square

Classification Tablea

Observed Predicted

Opini_Going_Concern Percentage Correct

0 1

Step 1

Opini_Going_Concern 0 38 5 88.4

1 3 11 78.6

Overall Percentage 86.0


(6)

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 57 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 57 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 57 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Uji Koefisien Regresi

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

Auditor_Switching .622 .857 .527 1 .468 1.863

Financial_Distress .330 .450 1.386 1 .239 1.000

Debt_Default 3.687 .919 16.108 1 .020 39.925

Constant 2.992 .854 12.268 1 .000 .050


Dokumen yang terkait

Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 74 78

ANALISIS PENGARUH KUALITAS AUDIT, DEBT DEFAULT, AUDITOR SWITCHING, DAN SOLVABILITAS TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Emiten Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)

0 9 19

PENGARUH DEBT DEFAULT, KUALITAS AUDIT DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013)

1 8 64

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, DEBT DEFAULT, AUDITOR CHANGES DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN PROPERTY AND REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI

1 6 76

Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

1 7 80

Pengaruh Auditor Switching, Financial Distress, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Auditor Switching, Financial Distress, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Auditor Switching, Financial Distress, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Pengaruh Auditor Switching, Financial Distress, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

Pengaruh Auditor Switching, Financial Distress, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3