Asta Brata artinya delapan ajaran utama tentang kepemimpinan yang merupakan petunjuk Sri Rama kepada Bharata adiknya yang akan dinobatkan menjadi Raja Ayodhya. Asta Brata
disimbulkan dengan sifat-sifat mulia dari alam semesta yang patut dijadikan pedoman bagi setiap pemimpin, yaitu :
1. Indra Brata
Seorang pemimpin hendaknya seperti hujan yaitu senantiasa mengusahakan kemakmuran bagi rakyatnya dan dalam setiap
tindakannya dapat membawa kesejukan dan penuh kewibawaan.
2. Yama Brata
Pemimpin hendaknya meneladani sifat-sifat Dewa Yama, yaitu berani menegakkan keadilan menurut hukum atau peraturan yang berlaku demi
mengayomi masyarakat.
3. Surya Brata
Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti Matahari surya yang mampu memberikan semangat dan kekuatan pada kehidupan yang penuh
dinamika dan sebagai sumber energi.
4. Candra Brata
Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti bulan yaitu mampu memberikan penerangan bagi rakyatnya yang berada dalam
kegelapankebodohan dengan menampilkan wajah yang penuh kesejukan dan penuh simpati sehingga masyarakatnya merasa tentram dan hidup
nyaman.
5. Vayu Brata maruta
Pemimpin hendaknya ibarat angin, senantiasa berada di tengah-tengah masyarakatnya, memberikan kesegaran dan selalu turun ke bawah untuk
mengenal denyut kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.
6. Bhumi Danada
Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat utama dari bumi yaitu teguh, menjadi landasan berpijak dan memberi segala yang dimiliki untuk
kesejahteraan masyarakatnya.
7. Varuna Brata
Pemimpin hendaknya bersifat seperti samudra yaitu memiliki wawasan yang luas, mampu mengatasi setiap gejolak riak dengan baik, penuh
kearifan dan kebijaksanaan.
8. Agni Brata
Pemimpin hendaknya memiliki sifat mulia dari api yaitu mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, tetap teguh dan
tegak dalam prinsip dan menindakmenghanguskan yang bersalah tanpa pilih kasih.
Sudah Saatnya Beralih ke Kepemimpinan Asta Brata
oleh: gustibendesa
Pengarang: Bantas
; Cs
Summary rating: 3 stars 12 Tinjauan
Kunjungan : 692
kata:600
More About :
asta brata kepemimpinan Tatkala Berata menyusul kakaknya ke dalam hutan,Rama mengajari adiknya tentang sifat-
sifat yang harus dimiliki oleh seorang raja.Berata ditugasi menduduki tahta kerajaan Ayodya,manakala Sri Rama melaksanakan perintah raja Ayodya dibuang ke hutan karena
sumpah sang ayah.Dan ajaran Asta Brata ini pula diajarkan kembali kepada Wibisana ketika akan menduduki tahta kerajaan Alengkapura,menggantikan kakaknya Rahwana .Syarat-
syarat yang diajarkan itu terkemal dengan nama Asta Brata. Asta Brata sendiri dikutip dari Manawa DharmaSastra Kitab Hukum Hindu,dan dari kisah
Wira Carita Ramayana mengartikannya sebagai delapan sifat yang menjadi landasan untuk bertindak sebagai seorang raja.Di Bali dan di Indonesia pada umumnya uraian Asta Brata ini
dikenal melalui kekawin Ramayana atau serat Rama di Jawa. Sifat seorang raja adalah terhimpunnya delapan sifat dewa kahyangan,sehingga raja sangat
berwibawa.Penggambaran sifat raja semacam ini juga ditemukan dalam kitab Negara Kertagama karya pujangga besar Mpu Prapancadi Majapahit pada masa Prabu Hayam
Wuruk. Adapun kedelapan sifat dewa yang digambarkan dalam Asta Brata itu meliputi : 1.Indra
Brata,2.Yama Brata,3 Surya Brata,4.Candra Brata,5 Bayunila Brata,6Kuwera Brata,7.Baruna Brta,8. Agni Brata.
Seorang raja pemimpin itu harus dapat mencerminkan sifat-sifat :
1. Indra Brata, beliau sebagai dewa hujan.Pemimpin hendaknya mampu menciptakan kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyatnya.
2. Yama Brata, dewa penegak kebenaran. Pemimpin hendaknya tidak pilih kasih dalam menjatuhkan hukuman bagi rakyatnya.
3. Surya Brata,beliau memberikan penerangan menyeluruh dan merata.Pemimpin harus tegas dalam mengambil suatu keputusan dan selalu bertindak persuasif,serta dapat
memberi pencerahan kepada rakyatnya.
4. Candra Brata,bersifat menyejukan,tenang,dan lemah lembut.Seorang pemimpin mampu menyenangkan hati bagi rakyatnya.
5. Bayunila Brata, beliau berifat angin yang dapat memasuki semua tempat.Pemimpin itu senantiasa mengayomi rasa aman dan bertanggungjawab secara transparan.
Sudah Saatnya Beralih ke Kepemimpinan Asta ¶Brata
6. Kuwera Brata, dewa pemurah hati pemberi kekayaan atau dewa uang. Pemimpin mampu mengelola sumber kekayaan alam untuk kesejahteraan seluruh rakyat.
7. Baruna Brata,dewa penguasa laut dengan senjata Nagapasanya.Pemimpim minimal memiliki pengetahuan yang luas untuk mengikat semua pendapat,dan secara cepat
menyimpulkannya.
8. Agni Brata. Dewa api,sifat api ganas tak pandang bulu.Seorang pemimpin selain dapat membangkitkan semangat seluruh rakyat untuk membagun,juga berani
menghadapi setiap tantangan dan selalu dapat mengatasinya.Kalau berperang selalu dipihak yang menang.
Asta Brata ini dapat kiranya dijadikan petunjuk dan dasar pengelolaan manajemen terutama manajemen hubungan antar personal human relation,dalam usaha mencapai suatu
tujuan,tanpa mengabaikan rasa kemanusiaan dari semua pihak baik pemimpin maupun yang dipimpin. Melihat keberadaan ajaran Asta Brata ini digubah ribuan tahun dan merupakan
hasil pemikiran yang sangat tinggi dari Guru Besar Begawan pada masanya, dan kini diwarisi kepada kita sekalian.
sumber: Sudah Saatnya Beralih ke Kepemimpinan Asta Brata
http:id.shvoong.comhumanitiesreligion-studies1969631-sudah-saatnya-beralih-ke- kepemimpinanixzz1HqlUsKW4
Astabrata Kepemimpinan Ala Hindu
Posted on Februari 21, 2011
by pmhdwarmadewa
Rate This
Asta Brata Kepemimpinan Hindu OLEH:
I DEWA PUTU SUMANTRA
DALAM RANGKA DIKLAT ASTA BRATA IV DISELENGGARAKAN OLEH PASEMETONAN MAHASISYA HINDU DHARMA
PMHD UNIVERSITAS WARMADEWA BERTEMPAT DI WANTILAN PURA SAKENAN DENPASAR
TANGGAL 5 – 7 NOPEMBER TAHUN 2010
Om Swastyastu Namo Siwa-Budhaya, Om Awignam Astu Namo Siddham.
KATA PENGANTAR Puja dan puji dipanjatkan ke hadapan Ida Sanghyang Widhi, karena atas restu dan karunia
Beliau, tulisan singkat ini dapat dirampungkan meskipun isinya masih sangat jauh dari sempurna.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi permintaan dari Panitia pelaksana Diklat Kepemimpinan Asta Brata V PMHD Unwar, guna mengisi acara Pendidikan dan Latihan Diklat
Kepemimpinan Asta Brata yang dimaksud. Tulisan ini diberi judul “Asta Brata” Kepemimpinan Ala Hindu yang disesuaikan dengan topik dari kegiatan ini dan sangat mirip
dengan tulisan yang dibawakan pada diklat sebelumnya. Secara singkat isi dari tulisan ini memuat pokok-pokok pikiran tentang kepemimpinan terutama yang dimuat dalam ajaran
Asta Brata. Tentu dalam menyadur dan mengartikan ajaran mulia ini masih sangat jauh dari ‘baik’ apalagi ‘sempurna’, hal ini sepenuhnya dikarenakan keterbatasan penulis sendiri yang
belum paham secara mendalam akan ajaran ini, tapi minimal untuk pengetahuan awal mengenai ajaran Asta Brata, tulisan sederhana ini dapat dimaklumi.
Demikian kata pengantar tulisan ini, semoga ada manfaatnya.
Penulis I. PENDAHULUAN
Seperti kita ketahui bahwa aneka ragam aktivitas dan kegiatan yang dilakukan dalam suatu komunitas atau organisasi apa saja yang melibatkan banyak orang, sudah pasti tidak dapat
dipisahkan dari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok, yang satu sama lainnya saling terjalin, saling mempengaruhi
secara kompleks, rumit dan rentan dalam usaha mencapai tujuan bersama. Dengan mengetahui sifat hubungan yang kompleks, rumit dan rentan ini sangatlah diperlukan
tampilnya seseorang untuk menengahi, membimbing, mengarahkan dan mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Seseorang itu lasim disebut Pemimpin.
Begitu pentingnya seorang pemimpin yang mampu memfasilitasi dan memberikan solusi dalam penyelesaian masalah, memajukan organisasi yang dipimpinya, dan untuk
menciptakan keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan anggota organisasinya. Akan tetapi sesungguhnya kepemimpinan itu dimulai dari diri sendiri, serta setiap orang perlu dan harus
memiliki jiwa kepemimpinan. Secara umum orang yang melaksanakan kepemimpinan terdiri dari dua jenis yaitu Pemimpin
dan Pimpinan. Yang dimaksud Pemimpin adalah orang yang dihormati karena kemampuan individunya yakni berpengetahuan tinggi, orang yang “dituakan” karena dewasa, arif dan
bijaksana, dan orang yang mampu mengayomi, dipercaya, disegani, panutan, dan dituruti kata-katanya.
Sedangkan Pimpinan adalah orang yang didudukkan dalam suatu jabatan dalam organisasi karena mampu menjalankan organisasi, berjasa, mempunyai waktu dan tingkat pengabdian
yang tinggi, dan memiliki kewenangan administratif. Perlu diketahui bahwa Asta Brata Kepemimpinan Ala Hindu ini bukanlah sebuah petunjuk
pelaksana pemimpin, melainkan adalah sebuah pedoman yang mesti diikuti oleh seorang pemimpin untuk mengatur rencana, sikap dan strategi dalam suatu kegiatan beserta
pemecahan permasalahan-permasalahannya, sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Dan aspek kepemimpinan ini amatlah luas, namun yang diuraikan di sini hanyalah sebagian kecil
dan dasar dari aspek kepemimpinan ala Hindu yang dipetik dan dihimpun dari ajaran Asta Brata, serta diramu sedikit dengan artikel-artikel yang bernuansa kepemimpinan secara
Hindu. Aspek-aspek yang dimaksud meliputi; Pengertian Kepemimpinan, Fungsi, Ciri dan Pola Kepemimpinan, dan Kepemimpinan Hindu.
II. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN Kepemimpinan berasal dari kata ‘pemimpin’ yang berarti orang yang mampu
mengorganisasikan kegiatan dan mampu mempengaruhi orang-orang lain atau komunitas dalam upaya mencapai tujuan bersama. Prof. Dr. Simanhadi Widyaprakoso. Sedangkan
Kepemimpinan Leadership adalah suatu usaha mempengaruhi orang lain anggota organisasi agar mereka mau mengembangkan kemampuannya ke arah yang lebih baik dalam
usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Prof. Dr. Widnyana. Jadi pengertian kepemimpinan dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :
• Suatu seni, kesanggupan atau teknik untuk membentuk kelompok, dan orang-orang yang dipimpinnya
mau dan dengan senang hati melaksanakan segala yang diperintahkan oleh pemimpinnya; • Kecakapan mempengaruhi orang lain anggota dan menentukan arah tujuan tertentu yang
dilakukan secara manusiawi;
• Kepemimpinan itu akan lebih baik dan obyektif dalam mencapai tujuan apabila dipimpin oleh orang yang
memiliki bakat memimpin.
III. FUNGSI, CIRI DAN POLA KEPEMIMPINAN 1. Fungsi Kepemimpinan
a. Mengarahkan orang lain organisasi ke arah yang lebih baik untuk mencapai tujuan bersama;
b. Mengembangkan serta menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat; c. Mengembangkan suasana yang obyektif bagi orang-orang yang dipimpinnya;
d. Mengusahakan terjadinya perangkuman pendapat mediasi dengan sikap saling menghargai;
e. Membantu menyelesaikan suatu masalah, dan mencarikan solusi penyelesaiannya; f. Mempelopori usaha-usaha yang kreatif positif.
2. Ciri-ciri Kepemimpinan a. Memiliki kecerdasan intelektual, emosi, dan spiritual yang baik;
b. Percaya pada diri sendiri; c. Ramah, cakap dan pandai bergaul serta menyenangkan hati;
d. Aktif, kreatif, inisiatif, optimis dan positif; e. Memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidangnya;
f. Sabar dan emosinya stabil; g. Semangat mengabdi dan jujur;
h. Rendah hati, sederhana dan dapat dipercaya; i. Berani mengambil keputusan dan bertanggungjawab;
j. Adil dan bijaksana; k. Desiplin, berpengetahuan dan berpandangan luas;
l. Sehat jasmani dan rohani.
3. Pola atau Tipe Kepemimpinan Secara umum ada beberapa pola atau tipe kepemimpinan yang dipakai mengendalikan atau
menjalankan roda organisasi kelompok, yaitu pola Otokrasi, Meliterisme, Paternalisme, Demokrasi, dan Kharismatisme. Hal-hal yang menonjol dari masing-masing pola tipe
kepemimpinan tersebut adalah : a. Pola Otokrasi, bersifat otokratis yaitu menganggap organisasi yang dipimpin adalah milik
pribadinya otoriter;
b. Pola Meliterisme, bersifat meliteristis yaitu penggunaan sistem perintah atau komando yang lebih
menonjol, perintah tidak boleh dibantah; c. Pola Paternalisme, bersifat paternalistis yaitu menganggap anggota atau bawahan adalah
orang yang tidak tahu apa-apa dan belum dewasa;
d. Pola Kharismatisme, bersifat kharismatik yaitu menganggap bahwa seorang pemimpin mempunyai
kekuatan gaib Supranature Power; e. Pola Demokrasi, bersifat demokratis yaitu menempatkan seorang pemimpin pada posisi
yang sangat mulia dan terhormat.
IV. KEPEMIMPINAN ALA HINDU Dalam konteks Hindu sebagai sebuah teori kebenaran agama, terdapat banyak pengetahuan
hakiki yang mengandung nilai filsafat, dan kemudian menjadi tuntunan serta pedoman dalam menapak segala aspek kehidupan di bumi ini. Tentu, dalam hal ini yang paling beruntung
adalah manusia, karena konon manusia yang paling cerdas di antara mahluk ciptaan Tuhan serta dapat memanfaatkan semua anugrah yang berupa tuntunan dan pedoman hidup ini, yang
sekaligus mampu mengatur, mengendalikan, termasuk ‘mempermainkan’ alam dan kehidupan ini dengan segala kesombongan serta keserakahannya.
Dalam ajaran Hindu, banyak sekali terdapat tuntunan yang merupakan rambu dalam tatanan kehidupan agar tercapainya kedamaian yang dipakai oleh para peminpin Hindu, seperti
Kepemimpinan Tri Kaya Parisudha, Panca Me, Sila-sila, Asta Brata, Asta Dasa Paramiteng Prabhu, Panca Stiti Dharmaing Prabhu, dan lain sebagainya.
Namun sesungguhnya kepemimpinan itu harus dimulai dari diri sendiri, setiap orang wajib melaksanakan kepemimpinan itu, lebih-lebih bagi seorang pejabat atau orang yang
berpredikat sebagai pemimpin maupun pimpinan, seperti kutipan yang mengawali Asta Brata berikut ini,
Nihan kramani dening angdani rat, awakte rumuhun warah ring hayu Telaste mapageh magem agama, teke rikang amatya mantra tumut.
Arti bebasnya Beginilah seharusnya tata krama seorang pemimpin dalam menjaga kelestarian jagat. Dirimu
sendirilah terlebih dahulu dinasihati dengan nilai-nilai kebenaran agama. Setelah dirimu mengerti akan kebenaran, dan melaksanakan kebenaran itu, niscaya bawahan
dan masyarakatmu akan percaya dan mengikuti perintahmu.
Prayatna ring ulah atah ngwang prabhu, maweha tuladan tiruning sarat Yaning salah ulah sasar rat kabeh, pananda pada sang mawang rat tinut
Arti bebasnya Seorang pemimpin harus hati-hati bertingkah laku, agar memberi teladan yang benar untuk
ditiru oleh anggota masyarakat. Apabila salah berperilaku, maka kacaulah masyarakat dan dunia ini, karena sang pemimpin
akan ditiru oleh masyarakat. Dalam tuntunan kepemimpinan berdasarkan teori Asta Brata yang bersumber dari kakawin
atau Epos Agung Ramayana. Kalau tidak salah, tiga moment penting dalam wiracarita itu menyinggung serta menjelaskan tentang ajaran kepemimpinan Asta Brata, dan itu berarti
bahwa betapa penting dan luhurnya ajaran ini. Secara jelas diceritakan ketika Sang Barata, adik tiri dari Sang Ramadewa datang menghadap
kakandanya yang sedang ‘ngalas’ karena mengalah dari perebutan jabatan raja. Dan Sang Barata memohon agar Sang Rama sudi kembali ke Ayodiapura untuk menjadi raja, karena
Barata yang dipaksakan oleh ibundanya Dewi Kekayi untuk menjadi raja merasa tidak mampu.
Nah, di sini Sang Ramadewa menunjukkan keagungan dan kebijaksanaannya, berpesan agar Barata mau mengikuti kehendak ibundanya sebagai wujud bakti terhadap orang tua, dan
beliau menganugrahkan nasihat kepada adiknya, bahwa dalam memangku jabatan sebagai pemimpin ia harus menganut sifat-sifat dewata agar sukses dan dihormati. Ajaran nasihat itu
diberi nama ‘Asta Brata’ yaitu delapan sifat dewa yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan taat.
Ajaran ini juga tersirat ketika Sang Gunawan Wibisana merasa ragu saat ditunjuk menjadi raja di Alengkapura oleh Sri Rama setelah Prabhu Rahwana kalah, karena yang akan
dipimpinnya adalah para raksasa. Di sini nasihat dan petuah ‘Asta Brata’ dari Sri Rama memantapkan hatinya untuk menjadi raja, karena ia yakin Asta Brata yang merupakan sifat-
sifat dewata ‘Daiwi Sampath’ akan mampu mengatasi sifat-sifat raksasa yaitu ‘Ashuri Sampath’.
Nuansa Asta Brata juga terlihat ketika Sang Gunawan Wibisana sambil menangis sedih ‘membesuk’ kakaknya yang sekarat terjepit dua bukit karena dihukum dewata setelah
dikalahkan dalam perang oleh Sang Rama Dewa dengan pasukan keranya. Dalam nasihatnya, Sang Gunawan Wibisana mengkritik kakaknya yang dalam menjalankan kepemimpinan
sebagai raja Alengkapura, selalu bersikap angkuh, sombong, otoriter, selalu mencari pembenaran pribadi, dan jauh dari nilai-nilai kebenaran sejati agama.
Kemudian dia menyiratkan pola kepemimpinan yang dianut oleh Sang Rama Dewa, di mana beliau terkenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, dihormati, dan dicintai oleh
rakyatnya serta disayangi oleh para dewata. Pola kepemimpinan yang dijalankan oleh beliau dengan mencontoh delapan sifat-sifat dewata yang disebut dengan Asta Brata, seperti kutipan
berikut ini; Lawan sire kinonaken katwange, apan hana bethara mungwing sire
Wolung hyang apupul yariawak sang prabhu, dumeh sire maha prabhawa sama. Arti bebasnya
Beliau Sang pemimpin yang agung patut dihormati, karena ada dewata yang mengayomi beliau.
Delapan Dewata berkumpul di jiwa beliau, itu sebabnya beliau sangat beribawa dan disegani. Hyang Indra, Yama, Surya, Candra, Nila, Kuwera, Baruna, Gni nahan Wolu.
Sire tamake angge sang Bhupati, matang nire ninisti Asta Brata. Arti bebasnya
Hyang Indra, Yama, Surya, Candra, Bayu, Kuwera, Baruna, Agni itu lengkap ada delapan jumlahnya.
Kedelapan dewata tersebut adalah jiwa sang pemimpin, dan itu berarti sang pemimpin pasti melaksanakan asta brata.
Kedelapan dewata beserta sifat beliau yang termasuk dalam ajaran Asta Brata tersebut adalah sebagai berikut :
1. Brata Hyang Indra, beliau adalah dewa hujan, menciptakan air, air kehidupan dan memberikan kesejukan bagi mahluk di alam ini, di samping itu air selalu mengalir ke tempat
lebih rendah yang menunjukkan bahwa sifat rendah hati serta mengayomi rakyat kecil, air berasal dari bawah kemudian naik ke angkasa berupa uap bersatu dalam bentuk mendung,
lalu turun lagi dalam bentuk hujan. Seorang pemimpin harus sadar bahwa ia berasal dari rakyat, ketika berkuasa dia harus benar-
benar mengabdi demi kepentingan rakyat yang dipimpinnya, sebab suatu saat dia pasti akan kembali lagi sebagai rakyat. Juga kalau diperhatikan, putaran kucuran air pancuran di telaga
selalu berputar ke kanan, itu bermakna baik kanan bahwa seorang pemimpin harus berpikir, berkata, dan berbuat yang positif. Air juga mampu membersihkan dan mensucikan noda-noda
dunia. Namun di balik itu air juga menyimpan kekuatan yang maha dahsyat, mampu
menghempaskan dan menghanyutkan apa saja, ingat Dwarawati negaranya Prabhu Kresna musnah karena air bah banjir, ingat pula Aceh, Wasior dan tempat-tempat lainnya yang
diluluhlantakkan oleh air. 2. Brata Hyang Yama, beliau adalah seorang Hakim Agung yang selalu menjatuhkan
hukuman bagi orang yang bersalah dan pelaku kejahatan, lebih-lebih kejahatan yang sampai membuat rusak alam beserta kehidupan ini. Segala bentuk kejahatan dan eksploitasi terhadap
hidup dan kehidupan ini selalu dihukumnya secara adil sesuai perbuatannya karma-pahala. Beliau amat tegas dan tidak pandang bulu, tidak tebang pilih dalam menjalankan tugas
menghukum. 3. Brata Hyang Surya, adalah sinar dan penerangan dalam kehidupan ini. Dengan sinarnya
beliau mengisap air yang diciptakan oleh Hyang Indra secara perlahan dan mengubahnya menjadi energi kehidupan bagi semua mahluk. Beliau adalah saksi dari segala perbuatan
manusia. Di samping itu beliau sangat taat akan waktu dan tepat waktu on time, dan tidak pernah berhenti ‘bekerja’ menyinari alam sepanjang waktu. Seorang pemimpin harus mampu
berperilaku seperti matahari serta menjadi inspirasi, energi untuk memotivasi dan menjadi contoh desiplin kepada bawahannya.
4. Brata Hyang Candra Rembulan, sikap dan penampilan cahaya beliau yang halus dan menyejukkan dengan senyum yang amat manis, begitu teduh bak tersiram air surgawi bagi
yang menikmati sinarnya. Di samping itu dengan kelemahlembutan sinar beliau mampu memberi penerangan dan tuntunan bagi orang yang sedang tersesat dalam kegelapan. Seorang
pemimpin harus mampu menciptakan kesejukan dan kenyamanan suasana, mampu memberi tuntunan dan pencerahan bagi orang sedang khilaf.
5. Brata Hyang Bayu, ibarat angin beliau ada di mana-mana dan selalu mengawasi keadaan demi ketentraman kehidupan mahluk dan alam semesta ini. Di samping itu beliau adalah
nafas kehidupan bagi semua mahluk hidup. Seorang pemimpin yang baik harus selalu waspada, tahu keadaan yang sebenarnya, dan mengerti kebutuhan-kebutuhan dasar rakyatnya
sehingga pemimpin ibarat nafas bagi rakyat. Tetapi apabila Sang Bayu murka, apapun tidak mampu menahan tiupan beliau. Ingat El Nino atau puting beliung yang mampu
menghancurkan serta menerbangkan pohon-pohon dan rumah-rumah besar. 6. Brata Hyang Kuwera, beliau menyiapkan segala macam makanan, minuman dan
kesenangan. Kesejahteraan dan kebahagiaan bagi mahluk adalah tujuan beliau dengan menyediakan sandang pangan dan papan serta keindahan untuk dinikmati oleh semua mahluk
hidup. Seorang pemimpin harus mampu memberikan kesejahteraan, kesenangan, dan
kebahagiaan kepada rakyat. Tidak boleh egoistis, maunya enak sendiri dengan menelantarkan rakyat, itu perilaku korup namanya sebab rakyat berhak juga menikmati kesejahteraan dan
kebahagiaan. 7. Brata Hyang Baruna dengan senjata saktinya yang bernama Naga Pasa, beliau selalu
mengikat kejahatan agar tidak sampai berkeliaran, mengikat niat-niat jahat agar tidak sampai membuat kejahatan yang dapat membahayakan dunia ini. Seorang pemimpin harus selalu
waspada, tidak lengah, dan bertindak preventif terhadap hal-hal yang membahayakan. Bukankah tindakan pencegahan jauh lebih bijaksana daripada penyelesaian masalahnya,
karena lebih efektif dan efisien. 8. Brata Hyang Agni, beliau adalah dewa api yang mampu menghanguskan kejahatan. Setiap
kejahatan adalah musuh yang harus dibakar dan dihanguskan, tidak ada kejahatan yang mampu menahan panas api beliau. Di samping itu beliau memiliki semangat yang tinggi dan
berwawasan luas, ibarat kobaran api selalu membubung ke atas dan asapnya menyebar di angkasa. Spirit dewa api harus diteladani oleh sorang pemimpin, harus tegas terhadap
kejahatan bila perlu dimusnahkan. Selalu bersemangat dan memiliki wawasan yang luas, caranya tentu dengan banyak belajar.
Demikianlah hendaknya perilaku seorang pemimpin, ia selalu mengutamakan kemuliaan dengan mencontoh dan mengamalkan sifat-sifat kedelapan dewata tersebut. Pemimpin yang
bijaksana akan malu dan merasa tidak berguna bila tidak mampu menjalankan negaranyaorganisasinya serta mengayomi dan membahagiakan hati rakyatnya. Dia akan
selalu berusaha menyenangkan hatinya sendiri dengan jalan mengabdi dengan tulus ‘melayani’ rakyatnya mengawe sukane wong len sehingga rakyat yang dilayaninya menjadi
bahagia. Ibarat manik, intan, atau mutiara, permata pada cincin emas yang indah, dapat menyenangkan hati pemakai dan yang memandanginya.
V. PENUTUP Sebagai seorang pemimpin yang arif dan bijaksana, tuntunan teoriajaran Asta Brata ini tentu
dapat dipahami atau minimal sebagai ilhaminspirasi serta sedapat mungkin diaplikasikan secara riil dalam aktivitasnya di suatu komunitas atau organisasi apapun, sepanjang kita mau
dan mampu memaknai ajaran luhur tersebut. Tambahan pengetahuan ini sudah pasti akan sangat bermanfaat terutama dalam tugas kita
sebagai pemimpin atau pimpinan, minimal untuk memimpin diri sendiri. Semoga.
Bahan Bacaan Ric Estrada Alih Bahasa : Tatang Setia M., Kepemimpinan Dalam Konperensi Confrence
Leadership, Jakarta : 1982 Simanhadi Widyaprakoso, Kepemimpinan Materi Diklatsar Metodologi P2M Univ. Jember
Widnyana, Kepemimpinan dan Sosiologi Pedesaan Materi Pembekalan KKN Unwar 8889 ______________, Kakawin Ramayana, Proyek Terjemahan: Dinas PK Prop.Bali 1986
______________, Majalah, Koran, dan sumber lain yang terkait.
BEBERAPA HAL YANG JUGA PERLU DIPERHATIKAN TAHU DIRINYA TAHU…..TIDAK TAHU DIRINYA TAHU
TAHU DIRINYA TIDAK TAHU….TIDAK TAHU DIRINYA TIDAK TAHU • Seseorang yang cerdik cendekiawan, tahu dan menyadari dirinya berpengetahuan tinggi,
kepada orang itulah kita patut bertanya dan minta nasihat berguru.
• Bertemu dengan orang yang tidak menyadari dirinya cerdas, pintar, dan berpengetahuan, ingatkanlah
kepadanya bahwa di dalam dirinya tersimpan potensi luar biasa yang bermanfaat bagi umat manusia.
• Hormatilah orang yang tahu dirinya bodoh dan mengakui kebodohannya, karena orang tersebut adalah
orang jujur. • Berhadapan dengan orang yang bodoh tapi sok tahu, atau orang pintar yang pura-pura
bodoh, menjauhlah dari orang tersebut wahai putra Pandu, karena orang tersebut sangat berbahaya
serta menjadi sumber bencana bagi hidup dan kehidupan ini. Bhagawadghita.
Puri, pura, para, purana, puruhita Konsep Kepemimpinan A.A. Ngr. Gede Kusuma Wardana
• Seorang pemimpin yang ingin rakyat dan negaranya aman sentosa hendaknya melaksanakan P-5 dan mengembangkannya secara harmonis. P-5 tersebut adalah : Puri, Pura, Para, Purana,
dan Parempuan. Puri artinya benteng kerajaan negara dan istana raja sebagai pusat kepemimpinan, karena di sana ada raja pemimpin. Pura adalah benteng keyakinan, spiritual,
kepercayaan terhadap yang maha segalanya. Para adalah bawahan yang menjunjung pemimpin, rakyat yang dianggap saudara para semeton. Purana adalah benteng moral,
karena memuat segala aturan, norma dan hukum yang berlaku serta dijalankan dengan baik, adil dan bijaksana. Dan yang terakhir adalah Puruhita. Sebagai manusia biasa yang penuh
dengan keterbatasan, seorang pemimpin harus menyadari betapa pentingnya sebuah nasihat. Tentu nasihat yang dapat memberikan solusi yang baik ketika mengalami masalah. Nasihat
ini biasanya datang dari kaum arif bijaksana seperti para Rsi, para Empu, Begawan sebagai penasihat raja Bagawanta. Janganlah malu dan merasa diri hina minta nasihat kepada
siapapun, karena nasihat tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mendapatkan keputusan yang sebaik-baiknya. Keharmonisan hubungan Pimpinan Puri,
Tuhan Pura, Rakyat Para, Norma, Hukum Purana, dan Orang Bijak ParaEmpuan niscaya akan menciptakan negara yang aman sentosa gemah ripah loh jinawe.
Seorang Raja Puri sebagai pusat kepemimpinan, senantiasa mengadakan hubungan baik dengan Tuhan Pura dan rakyatnya Para. Dalam menjalankan kepemerintahan serta
menjaga keharmonisan hubungan ini, pemimpin raja berpedoman kepada purana yang memuat segala macam aturan demi keamanan dan ketertiban dalam segala hal. Pemimpin
yang mempunyai kewenangan dalam mengelola negara dan rakyat, ia harus didampingi oleh seorang yang arif bijaksana Parempuan sebagai penasehat, agar sebelum mengambil suatu
keputusan yang menentukan nasib bangsa dan negara, harus sudah melalui pertimbangan dan kajian yang mendalam untuk menghindari kesalahan yang fatal dan terkesan sewenang-
wenang atau raja lalim. Kalau ini dapat dijalankan dengan baik berputar ke kanan akan menimbulkan bentuk swastika sebagai simbol keseimbangan dan keharmonisan, dari sini
akan tercipta rasa cinta negeri, bela negara dengan nasionalisme yang tinggi.
Asas Kepemimpinan Hindu Asta Brata
Agama Hindu merupakan suatu agama yang mengandung berbagai aspek kehidupan, salah satu aspeknya adalah mengajarkan mengenai asas kepemimpinan yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin Hindu, yang disebut dengan ajaran ASTA BRATA.
Perkataan Asta Brata terdiri atas kata “Asta” yang artinya delapan dan “Brata” yang artinya pegangan atau pedoman. Ajaran Asta Brata ini terdapat dalam kekawin Ramayana yang
diubah oleh pujangga Walmiki dan terdiri atas 10 sloka. Ajaran Asta Brata ini diturunkan oleh Prabu Rama kepada Wibhisana dalam rangka untuk melanjutkan proses pemerintahan
kerajaan Alengka setelah gugurnya Rahwana.
Dalam Sloka pendahulunya menyebutkan tentang sifat Sang Hyang Wihi Wasa yang menjadikan kekuatan bagi umatnya dan menggambarkan tentang kemampuan yang harus
dimiliki oleh segenap pemimpin. Dalam Slokanya yang kedua disebutkan bahwa :
Hyang Indra Yama Surya Candranila Kuwera Banyunagi nahan walu ta sira maka angga
Sang bupati matangyang inisti asta brata
Artinya : Dewa Indra, Yama, Surya, Chandra, AnilaBayu, Kuwera, Baruna dan Agni itulah delapan
Dewa yang merupakan badan sang pemimpin, kedelapannya itulah yang merupakan Asta Brata
1. Indra Brata
, Laku Dewa Indra yang selalu memberikan hujan dan air yang memungkinkan tumbuh dan hidupnya tumbuh-tumbuhan serta makhluk didunia ini, bila direnungkan lebih
dalam maka terkandung ajaran bahwa pemimpin itu selalu memikirkan nasib anak buahnya, selalu bekerja untuk mencapai kemakmuran masyarakat secara menyeluruh. Pemimpin
dituntut untuk bisa memupuk human relation hubungan kemanusiaan guna menegakkan human right kebenaran dan keadilan.
2. Yama Brata
, Laku Dewa Yama sebagai dewa keadilan dengan menghukum segala perbuatan jahat terkandung bahwa seorang pemimpin haruslah berlaku adil terhadap seluruh
pengikut yang ada dengan menghukum segala perbuatan yang jahat dengan menjatuhi hukuman yang sesuai dengan besarnya kesalahan mereka dan menghargai perbuatan yang
baik. Apabila pemimpin tidak bersikap adil maka akan timbul krisis kewibawaaan dan anarki dalam menjalankan tugas. Sesuai dengan hukum karma phala maka hukuman tersebut harus
bersifat edukatif dimana hukuman yang bertujuan untuk memperbaiki kesalahan, sehingga bawahan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas kewajibannya.
3. Surya Brata
, Surya Brata tersimpul ajaran bahwa seorang pemimpin dalam tugasnya harus dapat memberikan penerangan kepada anak buahnya atau bawahannya serta memberikan
kekuatan kepadanya. Bawahan harus diberikan kesadaran akan tanggung jawabnya dan benar-benar menginsyafi tugas yang dipikulnya. Kalau kita perhatikan keadaan sehari-hari,
ternyata bahwa matahari itu memancarkan sinarnya ke segala pelosok dunia dan menerangi seluruh alam semesta ini tanpa pandang tempat, rendah dan tinggi. Dengan demikian
pemimpin hendaknya tidak jemu-jemu mengadakan hubungan dengan bawahannya sehingga mengetahui benar tentang keadaan anak buahnya atau bawahannya.
4. Candra Brata
, Candra Brata tersimpul bahwa seorang pemimpin diharapkan memberikan penerangan yang sejuk dan nyaman. Seseorang akan menjadi senang dan taat apabila
kebutuhannya dapat dipenuhi, baik bersifat material maupun bersifat spiritual. Dalam hubungan dengan pengertian pemenuhan kebutuhan rohani ini, Roger Bellow dalam Creatif
Leadership mengemukakan sebagai berikut, Setiap orang pada hakikatnya mempunyai keinginan untuk dihargai dan sebaliknya tidak senang kalau dihina, lebih-lebih hal itu
dilakukan di depan khalayak ramai. Untuk menjaga kehormatan diri anak buah, maka sebaliknya peneguran dilakukan ditempat sendiri. Ada keinginan berpartisipasi dalam
pekerjaan, setiap orang ingin untuk mencreate sesuatu sehingga dengan bangga dan senang mengatakan , “Inilah hasil saya atau inilah karya dimana saya turut serta mengerjakan”.
Keinginan untuk menghilangkan ketegangan. Ketegangan timbul karena seorang pemimpin menimbulkan rasa tidak enak dan tidak senang. Ketegangan ini jika segera diketahui harus
segera dihilangkan. Keinginan untuk aktif bekerja dan pekerjaan itu tidak membosankan. Seorang pemimpin harus memperhatikan tugas anak buahnya, dalam waktu tertentu harus ada
pergeseran jabatan, sehingga tidak membosankan anak buah.
5. Bayu Brata
, Pemimpin harus dapat mengetahui segala hal ikhwal dan pikiran anak buahnya, sehingga dapat mengerti lebih dalam, terutama dalam kesukaran hidupnya maupun
dalam menjalankan tugasnya, namun tidak perlu diketahui oleh anak buah. Dalam manajemen, hal ini dinamakan employee concelling. Dalam Sloka disebutkan “Angin jika
mengenai perbuatan-perbuatan perbuatan-perbuatan yang jahat, hendaknya kamu ketahui akibatnya. Pandanganmu hendaknya baik. Demikian laku Dewa bayu mempunyai sifat luhur
dan tidak tamak oleh siapapun ia dapat dimintai bantuan.”
6. Kuwera Brata
, Pemimpin haruslah dapat memberikan contoh yang baik kepada anak buahnya seperti berpakaian yang rapi sebab pakaian itu besar sekali pengaruhnya terhadap
seorang bawahan. Hal lain yang terkandung adalah sebelum seorang pemimpin mengatur orang lain, pemimpin haruslah bisa mengatur dirinya sendiri terlebih dahulu.
7. Baruna Brata
, Seorang pemimpin hendaknya mempunyai pandangan yang luas dan bijaksana didalam menyikapi semua permasalahan yang ada. Pemimpin mau mendengarkan
suara hati atau pendapat anak buah dan bisa menyimpulkan secara baik, sehingga dengan demikian bawahan merasa puas dan taat serta mudah digerakkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan.
8. Agni Brata
, Seorang pemimpin haruslah mempunyai semangat yang berkobar-kobar laksana agni dan dapat pula mengobarkan semangat anak buah yang diarahkan untuk
menyelesaikan segala pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa Asta Brata memuat faktor-faktor dalam Human Relation untuk mengarahkan seorang pemimpin dalam memandang bawahannya sebagai
manusia budaya bukan manusia mesin. Memberikan kesenangan spiritual dan material yang adil, yang mempunyai inti sari dari keadilan sosial dan ajaran Tat Tvam Asi.
Bab 3
Wednesday, June 24, 2009 Utsawa Dharma Gita, Olah Vokal Plus Keimanan
Dalam setiap penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali, acara Utsawa Dharma Gita tak pernah ketinggalan untuk diadakan. Utsawa Dharma Gita
merupakan lomba pembacaan sloka-sloka yang diambil dari kitab-kitab Hindu. Utsawa Dharma Gita pertama kali dilaksanakan di Denpasar, pada 1978. Pembacaan sloka-sloka
tersebut bukan asal membaca, melainkan melagukannya dengan tembang-tembang Bali yang pas.
Mengenai tembang, di Bali terdapat berbagai jenis tembang yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda-beda. Masyarakat Bali membedakan seni suara vokal ini menjadi empat
kelompok yaitu Sekar Rare yang meliputi berbagai jenis lagu anak-anak yang bernuansa permainan; Sekar Alit atau tembang macapat yang menyakup jenis-jenis tembang yang diikat
oleh hukum padalingsa jumlah baris dan jumlah suku kata; Sekar Madya atau kekidungan yang meliputi jenis-jenis lagu pemujaan; dan Sekar Agung yang meliputi lagu-lagu berbahasa
Kawi yang diikat oleh hukum guru-lagu suara panjang-pendek.
Jika Sekar Rare dan Sekar Alit lebih banyak dinyanyikan untuk aktivitas pertunjukan, Sekar Madya dan Sekar Agung pada umumnya dinyanyikan dalam kaitan upacara, baik upacara
adat maupun agama.
Sekar Rare Tembang ini umumnya memakai bahasa Bali lumrah, bersifat dinamis dan gembira yang
dalam melakukannya disertai dolanan permainan. Kelompok tembang ini juga menyakup gegendingan lagu-lagu rakyat yang sederhana. Beberapa contoh jenis tembang ini antara
lain: Meong-meong, Juru Pencar, Ongkek-ongkek Ongke, Indang-indang Sidi, Galang Bulan, Ucung-ucung Semanggi, dan Pul Sinoge. Bait-bait jenis tembang ini ada yang seluruhnya
merupakan isi dan ada pula yang sebagian merupakan sampiran.
Sekar Alit Tembang Sekar Alit dikenal juga dengan tembang macapat, geguritan, atau pupuh, sangat
diikat oleh hukum padalingsa yang terdiri dari guru wilang dan guru dingdong. Guru Wilang adalah ketentuan yang mengikat jumlah baris pada setiap satu macam pupuh lagu serta
banyaknya bilangan suku kata pada setiap barisnya. Bila terjadi pelanggaran pada guru
wilang ini, maka kesalahan ini disebut elung. Sedangkan guru dingdong adalah uger-uger yang mengatur jatuhnya huruf vokal pada tiap-tiap akhir suku kata. Pelanggaran atas guru
dingdong ini disebut ngandang.
Istilah macapat sesungguhnya sebuah istilah dari bahasa Jawa yang berarti sistem membaca empat-empat suku kata ketukan. Jenis-jenis tembang macepat yang terdapat di Bali dan
yang masih digemari oleh masyarakat adalah Pupuh Sinom, Pupuh Ginada , Pupuh Durma , Pupuh Dangdang , Pupuh Pangkur, Pupuh Ginanti, Pupuh Semaradana, Pupuh Pucung,
Pupuh Mas Kumambang , Pupuh Mijil, Pupuh Megatruh, Pupuh Gambuh, Pupuh Demung, Pupuh Adri.
Masing-masing pupuh mempunyai ekspresi kejiwaan yang berbeda-beda. Untuk ekspresi aman, tenang, atau tenteram, dipergunakan pupuh-pupuh sinom, lawe, pucung, mijil, dan
sinada candrawati; untuk membangun suasana gembira, roman, serta meriah dipergunakan pupuh seperti sinom lumrah, sinom genjek, sinom lawe, ginada basur, dan adi megatruh;
untuk suasana sedih, kecewa, atau tertekan digunakan pupuh seperti sinom lumrah, sinom wug payangan, semaradana, ginada eman-eman, mas kumambang, dan demung; sedangkan
untuk suasana marah, dan tegang dipergunakan pupuh durma dan sinom lumrah.
Sekalipun telah memiliki ekspresi tersendiri, namun cara melagukan dapat pula mengubah ekspresi yang ada pada pupuh tersebut.
Sekar Madya Kelompok tembang yang tergolong sekar madya pada umumnya mempergunakan bahasa
Jawa Tengahan, yaitu seperti bahasa yang dipergunakan dalam lontar cerita Panji atau Malat, dan tidak terikat dengan guru lagu maupun padalingsa. Yang ada adalah pembagian-
pembagian seperti Pangawit Pembuka, Pamawak bagian yang pendek, Panawa bagian yang panjang, dan Pangawak bagian utama dari tembang.
Tembang-tembang yang tergolong ke dalam kelompok ini di antaranya yang paling banyak adalah Kidung atau Kakidungan. Kidung diduga datang dari Jawa pada sekitar abad XVI
sampai abad XIX, akan tetapi kemudian kebanyakan ditulis di Bali. Hal ini dapat dilihat dari struktur komposisinya terbukti dengan masuknya ide-ide yang terdiri dari Pangawit,
Panawa, dan Pangawak yang merupakan istilah-istilah yang tidak asing lagi dalam tetabuhan Bali. Di Bali kidung-kidung selalu dimainkan bersama-sama dengan instrumen. Lagu-lagu
kidung ini ditulis dalam lontar tabuh-tabuh Gambang dan oleh karena itulah laras dan namanya banyak sama dengan apa yang ada dalam Pegambangan, mempergunakan laras
pelog Pelog 7 nada yang terdiri dari 5 nada pokok dan 2 nada pamerotengahan. Modulasi yaitu perubahan tangga nada di tengah-tengah lagu sangat banyak digunakan.
Beberapa jenis kidung yang masih ada dan hidup di Bali antara lain: Aji Kembang, Kaki Tua, Sidapaksa, Ranggadoja, Rangga Lawe, Pamancangah, Wargasari, Pararaton, Dewaruci,
Sudamala, Alis-alis Ijo, Bramara Sangut Pati, Caruk, Bhuksah.
Selain Kidung, ada pula jenis tembang lain yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok Sekar Madya, yakni Wilet dengan jenis-jenisnya meliputi: Mayura, Jayendria, Manjangan
Sluwang, Silih Asih, Sih Tan Pegat.
Sekar Agung Jenis tembang Bali yang termasuk dalam kelompok Sekar Ageng ini adalah Kakawin.
Kakawin adalah puisi Bali klasik yang berdasarkan puisi dan bahasa Jawa Kuna. Dilihat dari segi matra penggunaan bahasanya, Kakawin banyak mengambil dasar dari puisi Sanskerta
yang kemudian distilisasikan dan disesuaikan, sehingga mempunyai kekhasan sendiri. Dapat diduga bahwa Kakawin ini diciptakan dikomposisikan di Jawa dari abad IX sampai XVI.
Kakawin ini sangat diikat oleh hukum guru lagu. Di dalam Kakawin terdapat bagian-bagian seperti Pangawit penyemak yang artinya pembukaan, Panampi pangisep, Pangumbang
dan Pamalet.
Kakawin biasanya dimainkan dalam aktivitas Mabasan pesantian di mana Kakawin dilagukan dengan diselingi terjemahannya. Masyarakat Bali mengenal banyak kekawin
seperti: Aswalalita, Watapatia, Wangeasta, Prtiwitala, Wasantatilaka, Sardulawikradita, Wirat, Girisa, Puspitagra, Tanukerti, Cekarini, Saronca.
Di samping tembang-tembang di atas, masih ada beberapa jenis untaian kata bertembang yang sukar untuk dimasukkan ke dalam kelompok-kelompok yang berkembang. Jenis-jenis
kata bertembang yang dimaksud adalah: 1. Sasonggan: Kalimat kiasan yang dapat dipakai untuk menggambarkan suatu peristiwa;
2. Bladbadan: Kalimat yang mengandung arti kiasan; 3. Wawangsalan: Kalimat bersajak;
4. Sasawangan: Kalimat perbandingan; 5. Papindaan: Kalimat perbandingan;
6. Tandak: Kalimat yang dilagukan, melodinya diharmoniskan dengan nada yang diikutinya; 7. Panggalang: Tembang Pendahuluan;
8. Sasendon: Semacam tandak yang dipergunakan untuk menggarisbawahi suatu drama.
Untuk dapat menyanyikan tembang-tembang di atas dengan baik, seorang penembang harus memiliki: suara bagus dan tahu mengolahnya, nafas panjang serta tahu mengaturnya,
mengerti masalah laras slendro dan pelog, mengerti tetabuhan dan menguasai prihal matra, tahu hukumuger-uger yang ada pada masing-masing kelompok tembang, dan memahami
seni sastra. sdajjb berdasarkan tulisan Prof. Dr. I Wayan Dibia
Selasa, 03 Februari 2009
BAB II BUDAYA YANG MENDUKUNG AGAMA HINDU
POKOK PEMBAHASAN
SENI TARI
SENI TABUH
SENI SUARA DHARMA GITA
SENI BANGUNAN
POKOK PEMBAHASAN I
SENI TARI
1. Pengertian 2. Pengertian seni sakral
3. Ciri-ciri tari sakral wali 4. Kelompok tari sakral wali
5. Kelompok tari bebali 6. Kelompok tari balih balihan
Pengertian seni tari Seni berasal dari bahasa sansekerta, dari kata “san” artinya persembahan dala upacara
agama. Persembahan itu dapat berupa sesaji, tarian, nyanyian dan sebagainya. Seni tari adalah suatu karya seni yang ditampilkan melalui media gerak ehinga
menimbulkan daya pesona.
Pengertian seni sakral Seni sakral adalah seni yang mempunyai suatu kekuatan magis religius dan berkaitan
dengan upacara keagamaan. Seni dipentaskan hanya pada waktu tertentu, yaitu hari-hari yang ada hubungannya dengan upacara tertentu yang dianggap sakral.
Ciri-ciri tari sakral 1. gerak tari meniru gerak alam
2. ugkapan gerak merupakan ekspresi kehendak jiwa penarinya 3. ada suasana magis, mistis, religius,
4. perwujudan tari erat hubungannya dengan perisiwa yang menjadi tujuan 5. biasanya dilaksanaka secara kolektif
6. iringan musik sangat sederhana, terdengar monoton dan menggugah 7. pengulangan gerak maupun musik justru dimaksudkan untuk mempercepat proses
terciptanya suasana mistis 8. penarinya harus masih gadis atau wanita yang sudah monopose
kelompok seni tari wali
o
tari sang hyang
o
tari baris
o
wayang sapuh legger
o
tari pendet
kelompok tari bebali
wayang lemah
tari gambuh
tari topeng
kelompok tari balih-baihan
cak
janger
leggomg
kebyar duduk
oleg tamulilingan
manuk rawa
jaran teji
puspa resti
puspanjali
joged
drama
sendratari
cendrawasih
tedung sari
gopala
kijang kencana
dll
POKOK BAHASAN II SENI TABUH
Dalam lontar Aji Gurnita diuraikan bahwa gamelan itu dipercaya mempunyai Dewa. Untuk itu masyarakat Hindu mengupacarai gamelan pada hari tumpek Krulut.Kata
Krulut sama dengan lulut artinya cinta kasih.
UMUR GAMELAN 1. Gamelan Golongan tua seperti;
1. Gambang 2. Saron
3. Selonding 4. Gong beri
5. Gong luwang 6. Selonding besi
7. Angklung kelantangan 8. Gender Wayang
2. GAMELAN GOLONGAN MADYA 1. Pengambuhan
2. Semar pengulingan 3. Pelegongan
4. Joged Pingitan 5. Gong Gangsa Jongkok
6. Bebonangan 7. Rindik Gandrung
3. GAMELAN GOLONAGN BARU 1. Pengarjan
2. gong kebyar 3. pejangeran
4. angklung bilah 5. joged bungbung
6. gong suling
UPACARA DAN GAMELAN PENGIRINGNYA 1. Dewa yadnya: semar peggulingan, selonding, dan gong.
2. Butha yadnya: bebonangan, bleganjur dan gilak 3. Manusa yadnya: semar peggulingan, gong gede, gender wayang.
4. Ngaben; angklung, ong, gambang, dan gender. 5. Nyekah: angklung,gambang, gender, dan wayang
POKOK PEMBAHASAN III SENI SUARA DHARMA GITA
1. PENGERTIAN 2. JENIS-JENIS DHARMA GITA
3. FUNGSI DHARMA GITA 4. TUJUAN DHARMA GITA
5. MATERI DHARMA GITA 6. BAHASA
Pengertian Dharma gita berasal dari kata dharma yang artinya kebenaran yang abadi, agama,
bersumber pada veda, yang meliputi: tattwa, susila, upacara. Gita artinya nyanyian , lagu suci kerohanian yang luhur. Jadi dharma gita berarti nyanyian suci didalamnya
terkandung ajaran keagamaan.
Jenis –jenis dharma gita 1. SEKAR RARE, contohnya
Juru pencar juru pencar Mai jalan mencar ngejuk be,
Be gede-gede be gede-gede, Di sawane ajaka liu.
Meong meong alih je bikule,
Bikul gede-gede, Buin mokoh-mokoh,
Kereng pesan ngarusuhin, Juk meng juk kul juk meng juk kul.
2. SEKAR ALIT, disebut juga geguritan berupa pupuh tembang macapat,isinya ajaran agama. Pupuh dapat dibedakan:
1. sinom 6. ginanti 2. semarandhana 7. durma
3. pucung 8. dandang gula 4. sangkur 9. maskumambang
5. ginada 10.mijil 3. SEKAR MADYA,yang termasuk sekar madya adalah kidung, dapat dibedakan
menjadi: a. kidung dewa yadnya
b. kidung butha yadnya c. kidung manusa yadnya
d. kidung pitra yadnay e. kidung rsi yadnya
contoh kidung dewa yadnya kawitan warga sari
purwakaning angripta rum, ning wana wukir,
kahadang labuh kartika, panedengin sari,
angayom tanggluli ketur, angringring jangga mure.
4. SEKAR AGUNG Yang termasuk sekar agung adalah:
1. palawakya, seperi pembaca sloka sarasamuccaya 2. kekawin, seperti ramayana, bharatayudha, arjuna wiwaha,
lubdaka,semaradhana 1.kekawin ramayana oleh mpu yogi swara
2. bharata yudha oleh mpu sedah empu panuluh
3. arjuna wiwaha oleh empu kanwa 4. lubdhaka oleh empu tanakung
5. semaradhana oleh empu darmaja
Fungsi dharma gita 1. untuk memuja ida sang hyang widhi
2. sebagai media memasyarakatkan ajaran agama 3. untuk memotivasi umat mencintai agamanya
Tujuan dharma gita 1. untuk memasyarakatkan ajaran agama lewat media seni suara
2. untuk memberi sentuhan rasa ksucian kekhusukan dalam pelaksanaan upacara agama
3. untuk memberi dorongan kepada kita agar menghargai karya seni dan lebih mencintai kebudayaan warisan leluhur berupa seni surara.
Materi dharma gita Dharma gita diabadikan kepada keagungan agama ,materinya bersumber pada kitab
suci veda. Dharma gita merupakan hasil karya yang sangat luhur,oleh kerena itu selalu sesuai dengan jaman.
Bahasa 1. bahasa sansekerta palawakya
2. bahasa jawa kuno kekawin 3. bahasa daerah setempat bali sekar alit
4. bahasa indonesia
POKOK BAHASAN IV SENI BANGUNAN
SUB POKOK BAHASAN : 1. PELINGGIH PADMASANA
2. PELINGGIH MERU 3. PELINGGIH GEDONG
4. PELINGGIH RONG TIGA
1. PELINGGIH PADMASANA
Pelinggih padmasana berfungsi untuk memuja sang hyang widhi.bahan bangunan dari batu padas, bata merah,batu lahar,dan tidak beratap.
Lontar wariga catur winasa sari menurut letaknya ada 9 jenis padma yaitu: 1. PADMA KENCANA: Timur
2. PADMASANA: Selatan 3. PADMASARI: Barat
4. PADMA ASTASEDANA: Tenggara 5. PADMANOJA: Barat
6. PADMAKARO: Barat Laut 7. PADMA SAJI: Timur Laut
8. PADMA KURUNG ber-ong tiga : Tengah, menghadap ke pintu masuk 9. PADMALINGGA: Utara
Berdasarkan atas banyak singgasana palih, maka padma sana dibedakan menjadi 5 jenis :
No NAMA
singgasana Bedawang
nala Palih
Fungsi
1 Padma
anglayang 3
Pakai 7
Memuja sang hyang widhi
2 Padma agung
2 Pakai
5 “
3 Padma sana
1 Pakai
5 “
4 Padma sari
1 Tidak
Pakai 3
Pengayengan Penghayatan
5 Padma capah
1 Tidak
pakai 2
Penunggun karang
2. PELINGGIH MERU Bangunan meru bagian dasarnya dari batu padas ,batu lahar, bata merah. Atasnya
dari kayu,atapnya bertingkat ganjil, bahan atap dari ijuk, funsinya untuk memuja para dewa sebagai manesfitasi sang hyang widhi.
3. PELINGGIH GEDONG Bagian bawah dari batu merah , batu padas. Bagian atasnya dari kayu dan beratap.
Fungsinya sebagai pemujaan manisfetasi tuhan yang maha esa Janis-jenis gedong :
1. gedong catu meres disebut limas catu untuk pemujaan dewi danuh 2. gedong catu mujung disebut limas sari untuk pemujaan gunung agung besakih
3. gedong agung untuk pemujaan bharata siva dipura dalem 4. gedong desa untuk emujaan bharata brahma
5. gedong puseh untuk pemujaan dewa wisnu 6. gedomg sari untk pemujaan dewa-dewa di pura khayangan jagat
7. gedong kembar untuk pemujaan leluhur sering disebut ibu hyang 8. gedong berisi kepala menjangan sebagai pemujaan sang hyang limas pahit.
4. PELINGGIH RONG TIGA Temaptnya di pemerajaan. Bagian bawah terbuat dari batu padas, atau bata. Bagian
atas dari kayu beratapilalang,atau ijuk, fungsinya untuk pemujaan tri murti atau leluhru. Pelinggih Anglurah ,tempatnya sebeleh selatan kemulan rong tiga. Bahan
dari bata merah,batu padas, beruang satu,tidak berpintu. Fungsi:sebagai penjaga dan pengatur keselamatan dalam keluarga.
Diposkan oleh udhi coekhy di 09:28
0 komentar
Beranda Langgan:
Entri Atom
Bab 4 Sad ripu
SAD RIPU dan SAD ATATAYI
Sad Ripu adalah enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat manusia itu sendiri, yaitu:
1. Kama artinya sifat penuh nafsu indriya. 2. Lobha artinya sifat loba dan serakah.